Opini Siswa Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial (Studi Deskriptif Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial)

(1)

OPINI SISWA TERHADAP TINDAKAN CYBERBULLY DI MEDIA SOSIAL

(Studi Deskriptif Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Terhadap Tindakan Cyberbully

di Media Sosial)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S-1) Pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

FANNY AULIA PUTRI

100904111

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Opini SISWA TERHADAP TINDAKAN CYBERBULLYING DI MEDIA SOSIAL”. Permasalahan yang diteliti adalah “Bagaimanakah opini siswa SMA Negeri 1 Medan mengenai tindakan cyberbullying di media sosial?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai cyberbullying di media sosial, untuk mengetahui pengalaman siswa mengenai cyberbullying di media sosial dan untuk mengetahui sikap siswa mengenai cyberbullying di media sosial. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan yaitu new media, media sosial, cyberbullying dan opini.

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Medan. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa SMA Negeri 1 Medan yang terdaftar dalam tahun ajaran 2013/2014 yaitu sebanyak 1370 orang. Penentuan sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Accidental Sampling dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu studi kepustakaan (library research), yakni penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data-data dari buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Melalui studi lapangan (field research), yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, melalui observasi yakni pengamatan dan pencatatan statistik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian dan kuesioner yakni alat (instrumen) pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dan analisis tabel silang dengan menggunakan SPSS versi 13.0.

Hasil penelitin ini menujukkaan bahwa mayoritas responden memahami mengenai cyberbullying serta khasanah dalam penggunaan media sosial. Mayoritas responden juga mengaku bahwa tidak pernah menjadi pelaku dan juga korban dari tindakan cyberbullying. Sikap responden terhadap perilaku cyberbullying-pun cukup baik, hampir semua responden tidak setuju dengan perbuatan cyberbullying.


(3)

ABSTRACT

This thesis entitled "Opinion STUDENTS OF SOCIAL MEDIA IN ACTION cyberbullying". The problem under study is "How do student opinion SMAN 1 Medan regarding cyberbullying actions in social media?". The purpose of this study was to determine the level of knowledge of students about cyberbullying on social media, to know the students about cyberbullying experiences in social media and to determine the attitudes of students about cyberbullying on social media. In this study, a theory that is considered relevant, namely new media, social media, cyberbullying and opinions.

This study uses the description. The population in this study were students of SMA Negeri 1 Medan. Based on the data obtained, SMA Negeri 1 Medan students enrolled in the academic year 2013/2014 as many as 1370 people. The samples used Taro Yamane formula with a precision of 10% and the 90% confidence level thus obtained a sample of 93 people. The sampling technique in this study is accidental sampling technique and purposive sampling. Data collection techniques used in this research there are two ways that the study of literature (library research), the research conducted by gathering data from relevant books and reading and to support research or related to the issues to be discussed. Through field studies (field research), which is an activity in which researchers collected data from field surveys covering activities at the sites, through observation of the observation and recording of statistics on all objects that appear on the questionnaire research and tools (instruments) in the data collector form a number of written questions to be answered in writing by the respondents as well. The data analysis technique used in this study is the analysis of a single table and cross-table analysis using SPSS version 13.0.

The results of this research is that the majority of respondents understand menujukkaan about cyberbullying as well as in the use of social media repertoire. The majority of respondents also claimed that there had been a perpetrator and a victim of cyberbullying actions. Respondents' attitudes toward cyberbullying behavior-is quite good, almost all of the respondents did not agree with the act of cyberbullying.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya berupa kesehatan yang diberikan selama ini membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Opini Siswa Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial (Studi Deskriptif Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial)”.

Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua yang selalu membantu dan menyemangati, serta menjadi inspirasi tauladan selama ini. Kepada Ayahanda Alm. Yusdi SE dan Ibunda Evi Desfauza yang selalu memberikan dukungan berupa kasih sayangnya dan materi yang tidak pernah bisa terbalaskan.

Dalam penulisa penyusunan skripsi ini telah banyak pihak yang turut membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kepada dosen pembimbing saya Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga dengan bantuan, arahan dan nasehatnya penulis menjadi lebih mengerti.

2. Kepada yang terhormat Prof Dr. Badarudin M,Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Kepada Ibu Dra. Fatma wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.


(5)

4. Kepada Ibu Dra. Dayana M,Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

5. Terimakasih saya ucapkan untuk saudara kandung saya, kakak saya Dian Anggraini dan Dina Silvia Roza, serta abang saya Delfi Andre Eddy Putra yang selalu mendukung dan mendoakan saya.

6. Kepada Muhammad Helmi Heryadi aka Onyoh yang selalu memberikan semangat dan membantu di setiap saya membutuhkan. 7. Kepada Bang Drs. Hendra Harahap, Kak Puan dan Kak Hanim yang

selama ini sangat membantu membimbing saya apabila ada materi yang kurang dimengerti.

8. Kepada teman sejawat Anindita, Wan Herlin, Tengku Lisfi, Lia Atikah, Rara Siregar, Melisa Siregar dan Irene Fara yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat saya Muhammad Johan Barkah, Adrian Rasiki dan Novi yang selalu membantu dan memberikan nasehat yang membangun selama ini.

10.Kepada teman seangkatan 2010 Departemen Ilmu Komunikasi, khususnya MabesKom (Dedek, Engok, Risad, Mora, Obo, Fitra, Fanry dan lain-lain.

11.Kepada abang dan kakak senior, khususnya Bedul, Oji, Batu, Ito dan Atir yang membagi pengalaman dan ilmunya kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sesuatu karya yang dapat memberikan dampak postif bagi Civitas Akademika khususnya Ilmu Komunikasi.

Medan, Juni 2014


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...i

ABSTRACT……….ii

KATA PENGANTAR………..…………iii

DAFTAR ISI……….…………..v

DAFTAR TABEL………...vii

DAFTAR GAMBAR……….………..x

BAB 1 PENDAHULUAN………...………….………1

1.1. Latar Belakang Masalah……….……….1

1.2. Perumusan Masalah……….5

1.3. Pembatasan Masalah…………....……….5

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……...………5

1.4.1. Tujuan penelitian...……….………..5

1.4.2. Manfaat Penelitian…….………...6

BAB II URAIAN TEORITIS………...7

2.1. Teori New Media………....………7

2.1.1. Pengertian New Media……….…….7

2.1.2. Kelebihan dan Manfaat New Media………11

2.2. Media Sosial………..12

2.2.1. Pengertian Media Sosial……….…….12

2.2.2. Sejarah Media Sosial………..13

2.2.3. Ciri-ciri dan Jenis-jenis Media Sosial….…13 2.3. Cyberbullying…...………..…..….16

2.3.1. Pengertian Cyberbullying…………..………..16

2.3.2. Metode dan Bentuk Perbuatan Cyberbully…18 2.4. Opini………..………19

BAB III METODE PENELITIAN………....21

1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….21


(7)

1.1.3. Visi dan Misi Sekolah………23

1.1.4. Tujuan SMA Negeri 1 Medan…….…………24

1.1.5. Fasilitas Sekolah……….24

1.1.6. Ekstrakurikuler/Organisasi………..25

1.1.7. Srtuktur Organisasi……….27

1.2. Kerangka Konsep………...………..28

1.3. Model Teoritis……….28

1.4. Operasional Variabel……...………29

1.5. Definisi Operasional………..30

1.6. Metode Penelitian………31

1.6.1. Metode Penelitian………31

1.6.2. Lokasi Penelitian………31

1.6.3. Populasi……….31

1.6.4. Sampel………...32

1.6.5. Teknik Penarikan Sampel………33

1.6.6. Teknik Pengumpulan Data……….34

1.6.7. Teknik Analisis Data……….35

1.6.8. Proses Pengolahan Data………36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………...……37

4.1. Analisis Tabel Tunggal………38

4.1.1. Karakteristik Responden…………38

4.1.2. Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan...44

4.2. Analisis Tabel Silang………...78

BAB V PENUTUP………...…..85

5.1. Kesimpulan……….85

5.2. Saran……….86

DAFTAR PUSTAKA…………...……….87 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Rating Pemakaian Media Sosial 15

3.1. Operasional Variabel 29

3.2 Populasi 32

3.3. Pembagian Sampel 33

4.1. Jenis Kelamin 38

4.2. Kelas 39

4.3. Usia 39

4.4 Pekerjaan Orang Tua 40

4.5 Smartphone yang Digunakan 41

4.6. Pengalaman Siswa Mengirimkan Pesan Berisi Hinaan atau Ancaman

44

4.7. Pengalaman Siswa Menyebarkan Gosip atau Kabar Burung di Media Sosial

45

4.8. Pengalaman Siswa

Berbagi/Meneruskan (Forward) Gambar Orang Dikenal Tanpa Izin

46

4.9. Pengalaman Berbagi Gambar Meneruskan (Forward) Gambar Orang Tidak Dikenal Tanpa Izin

47

4.10. Pengalaman Siswa Membagikan (Share) Foto Orang yang Dikenal Tanpa Izin

48

4.11. Pengalaman Siswa Membagikan (Share) Foto Orang yang Tidak Dikenal Tanpa Izin

49

4.12. Pengalaman Siswa Membeberkan Informasi Pribadi Seseorang Ke Media Sosial Tanpa Izin

50

4.13. Pengalaman Mengunggah Video Memalukan Seseorang yang Dikenal di Media Sosial

51

4.14. Pengalaman Pernah Mengunggah Video Memalukan Seseorang yang Tidak Dikenal di Media Sosial

52

4.15. Pengalaman Siswa Pernah Mencuri Identitas Online atau Membuat Akun (Account) dan Profil Palsu Mengenai Seseorang

53


(9)

Aktivitas Update Status Mengenai Seseorang yang Merusak Nama Baik dan Hubungan Sosial

4.17. Pengalaman Siswa Melakukan Aktivitas Komentar Yang Merusak Nama Baik Seseorang

56

4.18. Pengalaman Siswa Mengirimkan Pesan Pada Seseorang Yang Merusak Nama Baik Dan Hubungan Sosial

57

4.19. Pengalaman Siswa Membuat Pernyataan yang Berisi Kebencian pada Seseorang

58

4.20. Pengalaman Siswa Membuat Kampanye Di Jejaring Sosial terhadap Seseorang Agar Dibenci dan Di-Bully

59

4.21. Pengalaman Siswa Menerima Pesan Berisi Hinaan atau Ancaman Dari Seseorang

61

4.22. Pengalaman Siswa Menjadi Korban Gosip atau Berita Burung yang tidak Menyenangkan

63

4.23. Pengalaman Siswa Menjadi Korban Pembagian Gambar Pribadi Di Media Sosial Tanpa Izin

64

4.24. Pengalaman Siswa Menjadi Korban Penerusan (Forward) Gambar Tanpa Izin

65

4.25. Pengalaman Siswa yang Diunggah, Dibeberkan Informasi Pribadinya Oleh Seseorang Tanpa Izin

66

4.26. Pengalaman Diunggahnya Video Memalukan Oleh Seseorang Di Media Sosial

67

4.27. Pengalaman Dicurinya Identitas Pribadi/Dibuatnya Account Profil Palsu di Media Sosial

68

4.28 Pengalaman Dirusaknya Nama Baik Melalui Update-an

Status Seseorang

69

4.29. Pengalaman Siswa Melakukan Aktivitas Komentar yang Merusak Nama Baik Seseorang

70

4.30 Pengalaman siswa menerima pesan yang merusak nama baik

oleh seseorang


(10)

4.31 Pengalaman Siswa Menerima Pernyataan Kebencian Seseorang di Media Sosial

72

432. Pengalaman Siswa Dengan Adanya Kampanye di Jejaring Sosial Agar Orang-orang Membenci dan Mem-bully

73

4.33. Pendapat Mengenai Sikap Siswa Terhadap Perbuatan Cyberbully

74

3.34. Pengetahuan Siswa Mengenai Cyberbully

77

4.36 Hubungan Antara Penggunaan Facebook di Malam Hari Dengan Pembuatan Pernyataan Kebencian di Facebook

79

4.36. Hubungan Penggunaan Twitter di Malam Hari Dengan Perilaku Aktivitas Update Status yang Merusak Nama Baik Seseorang Melalui Twitter

80

3.37. Hubungan Antara Penggunaan Path di Sore Hari Dengan Perbuatan Pembagian Foto Orang yang Dikenal Tanpa Izin Melalui Path

82

4.38. Hubungan Antara Penggunaan Instagram di Sore Hari Dengan Perilaku Aktivitas Komentar Yang Merusak Nama Baik di Instagram


(11)

DAFTAR GAMBAR

3.1. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Medan...27 3.2. Model Teoritis...28 4.1. Frekuensi Penggunaan Media Sosial...42


(12)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Opini SISWA TERHADAP TINDAKAN CYBERBULLYING DI MEDIA SOSIAL”. Permasalahan yang diteliti adalah “Bagaimanakah opini siswa SMA Negeri 1 Medan mengenai tindakan cyberbullying di media sosial?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai cyberbullying di media sosial, untuk mengetahui pengalaman siswa mengenai cyberbullying di media sosial dan untuk mengetahui sikap siswa mengenai cyberbullying di media sosial. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan yaitu new media, media sosial, cyberbullying dan opini.

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Medan. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa SMA Negeri 1 Medan yang terdaftar dalam tahun ajaran 2013/2014 yaitu sebanyak 1370 orang. Penentuan sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Accidental Sampling dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu studi kepustakaan (library research), yakni penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data-data dari buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Melalui studi lapangan (field research), yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, melalui observasi yakni pengamatan dan pencatatan statistik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian dan kuesioner yakni alat (instrumen) pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal dan analisis tabel silang dengan menggunakan SPSS versi 13.0.

Hasil penelitin ini menujukkaan bahwa mayoritas responden memahami mengenai cyberbullying serta khasanah dalam penggunaan media sosial. Mayoritas responden juga mengaku bahwa tidak pernah menjadi pelaku dan juga korban dari tindakan cyberbullying. Sikap responden terhadap perilaku cyberbullying-pun cukup baik, hampir semua responden tidak setuju dengan perbuatan cyberbullying.


(13)

ABSTRACT

This thesis entitled "Opinion STUDENTS OF SOCIAL MEDIA IN ACTION cyberbullying". The problem under study is "How do student opinion SMAN 1 Medan regarding cyberbullying actions in social media?". The purpose of this study was to determine the level of knowledge of students about cyberbullying on social media, to know the students about cyberbullying experiences in social media and to determine the attitudes of students about cyberbullying on social media. In this study, a theory that is considered relevant, namely new media, social media, cyberbullying and opinions.

This study uses the description. The population in this study were students of SMA Negeri 1 Medan. Based on the data obtained, SMA Negeri 1 Medan students enrolled in the academic year 2013/2014 as many as 1370 people. The samples used Taro Yamane formula with a precision of 10% and the 90% confidence level thus obtained a sample of 93 people. The sampling technique in this study is accidental sampling technique and purposive sampling. Data collection techniques used in this research there are two ways that the study of literature (library research), the research conducted by gathering data from relevant books and reading and to support research or related to the issues to be discussed. Through field studies (field research), which is an activity in which researchers collected data from field surveys covering activities at the sites, through observation of the observation and recording of statistics on all objects that appear on the questionnaire research and tools (instruments) in the data collector form a number of written questions to be answered in writing by the respondents as well. The data analysis technique used in this study is the analysis of a single table and cross-table analysis using SPSS version 13.0.

The results of this research is that the majority of respondents understand menujukkaan about cyberbullying as well as in the use of social media repertoire. The majority of respondents also claimed that there had been a perpetrator and a victim of cyberbullying actions. Respondents' attitudes toward cyberbullying behavior-is quite good, almost all of the respondents did not agree with the act of cyberbullying.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Media komunikasi sudah makin berkembang, khususnya di bidang cybermedia. Sudah banyak situs, aplikasi dan media sosial yang telah diciptakan dengan harapan sosialisasi umat manusia yang semakin membaik karena adanya kepraktisan dalam melakukan komunikasi tanpa adanya batas ruang dan waktu. Pola kehidupan sehari-hari telah berubah sejak adanya teknologi internet, karena dengan adanya teknologi internet, bumi akan seakan menjadi desa kecil yang tidak pernah tidur, semua jenis kegiatan dapat difasilitasi oleh teknologi internet (Oetomo, 2007: 11).

Internet mungkin bukan hal yang baru bagi masyarakat modern di Indonesia. Sudah banyak yang memanfaatkan media internet sebagai alat komunikasi dan pemenuhan kebutuhan lainnya yang dianggap paling efektif. Bahkan pemakaian jaringan internet sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok pada masyakarat banyak. Media internet-pun telah digunakan oleh segala lapisan usia, tidak saja mereka yang cukup dewasa untuk menyaring informasi dan menggunakan media ini secara baik dan benar, bahkan anak yang tergolong masih pada usia remaja yang dapat dikatakan masih dalam masa transisi dan belum mengerti dengan apa yang baik dan benar sudah menganggap media sosial internet sebagai gaya hidup.

Hanya sekitar kurang seperempat dari keseluruhan jumlah masyarakat Indonesia yang diketahui sebagai pengguna internet, tetapi dari jumlah tersebut tetap membawa Indonesia sebagai salah satu negara dengan masyarakat pengguna media sosial terbesar di dunia. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Selamatta Sembiring mengatakan, 95% pengguna internet mengakes situs jejaring sosial. Ada pun situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati peringkat empat pengguna Facebook terbesar di dunia setelah USA, Brazil dan India


(15)

Pada anak 5-17 tahun sebagian waktu yang dihabiskan untuk mengakses internet adalah untuk tujuan berkomunikasi dengan orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Berbagai aktivitas dapat mereka temui di cyberspace seperti game interaktif atau biasa disebut game online, situs jejaring sosial, forum, chat room. Bahkan, internet sudah menjadi suatu alat yang sangat penting dan berguna untuk pencarian informasi serta untuk menghubungkan komunikasi kepada peer group atau teman bermain bagi anak. Akan tetapi, internet juga dapat menjadi alat yang dapat memunculkan hal yang dapat menyerang dan membahayakan. Beberapa penelitian juga ditemukan bahwa pemakaian internet yang berlebihan dan tingkat pengetahuan dalam berinternet (internet skill) yang rendah merupakan variabel yang menentukan tingkat resiko viktimasi, seperti cyberbullying.

Cyberbullying merupakan intimidasi yang dilakukan seseorang pada orang lain yang dilakukan melalui chatroom, media sosial, email dan website dalam bentuk seperti fitnah, penghinaan, pengancaman atau dibocorkannya aib mengenai sesorang. Cyberbullying sendiri kini dianggap sebagai masalah serius di dunia cyber media. Dunia maya saat ini dianggap lebih kejam daripada dunia nyata bahkan dampak yang ditimbulkan melalui cyberbullying pada anak remaja lebih berat daripada bullying yang terjadi di lingkungan tempat tinggal atau sekolah. Hal tersebut disebabkan karena sosial media dapat diakses dengan mudah oleh seluruh pengguna internet di dunia tanpa mengenal ruang dan waktu, orang-orang dapat berkomentar selama 24 jam karena jaringan internet seolah tidak pernah ‘beristirahat’, pesan berbentuk foto, video ataupun tulisan tidak dapat dengan mudah terhapus, bahkan berkemungkinan para pemakai media sosial lain juga telah menyimpan pesan tersebut.

Dari hasil survey, muncul data bahwa 24,6% remaja mengalami kasus bullying via ponsel, sedangkan 29% mengalaminya di internet. Sebagian kasus ini terjadi di tahun pertama sekolah. Oleh karena itu peringatan terhadap para remaja akan aksi ini sangatlah penting karena terkadang mereka sendiri merasa tidak peduli, tidak sadar bahwa aksi ini


(16)

sebenarnya berdampak negatif pada diri mereka sendiri. Meskipun kasus cyberbullying adalah kasus sementara bagi para remaja, akan tetapi angkanya cukup signifikan. Hal ini tentu saja tidak boleh dipandang sebelah mata. Studi menunjukkan, para remaja menjadi korban bullying hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dengan keberadaan ponsel yang menjadi bagian dari hidup, ponsel menjadi media yang rawan. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa remaja yang berusia antara 12-14 tahun telah memiliki beberapa ponsel dan 63% dari mereka tidak pernah mematikannya. Masih menurut studi tersebut, muncul fakta bahwa jika dibandingkan anak laki-laki, anak perempuan ternyata lebih sering mengalami bullying. Hal ini termasuk bullying secara verbal, pelanggaran privasi, penyebaran gosip hingga pengucilan (www.ictwatch.com).

Di Indonesia sendiri korban dan pelaku cyberbullying pun sebenarnya saat ini tidak mengenal status sosial, mulai dari masyarakat biasa, selebritis, politikus hingga presiden pun pernah merasakannya. Bahkan menurut laporan terakhir, China yang sebelumnya menduduki peringkat pertama dalam cyberbullying telah dilewati oleh Indonesia. Dalam laporan ini terlihat Indonesia sekarang berada di peringkat tertinggi dalam hal cyberbully. China yang sebelumnya memiliki persentase sebesar 34% sekarang turun ke 33%. Amerika Serikat juga menurun dari 8.3% ke 6.9%. Selain itu melalui riset tersebut juga diketahui Global Internet Speed meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. Kecepatan internet meningkat sekitar 14%, dengan rata-rata kecepatan koneksi meningkat dari 3.1 Mbps ke 3.3 Mbps. Tetapi tetap sangat disayangkan Indonesia menempati peringkat tertinggi dalam hal cyberbully yang meningkat dari sebelumnya berada di 21% ke 38% (jalantikus.com).

Contoh dari kasus cyberbullying sendiri dapat kita lihat dalam kehidupan pemakaian media sosial sehari-hari, bahkan sudah banyak memakan korban. Cyberbullying sendiri kini mulai dikaitkan dengan kematian, seperti contohnya kematian seorang gadis Inggris bernama Hannah Smith. Gadis 14 tahun itu adalah korban bullying situs online. Pada Jumat, 2


(17)

bisa lagi menahan caci maki yang ditujukan padanya. Bahkan sering diminta bunuh diri, oleh orang-orang yang tak jelas identitasnya. Troll (orang yang sering mengejek di dunia maya) di situs Ask.fm lah yang membuat Hannah begitu depresi. Seperti dilansir Daily Mail, Selasa, (6/8/2013), penindasan yang dilakukan oleh para troll terkait dengan kelebihan berat badannya, kematian paman Hannah karena kanker, juga kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri. Bahkan, berdasarkan pengakuan dari teman-teman terdekatnya, troll menyuruhnya untuk meminum pemutih pakaian. Bullying yang ditujukan pada Hannah sudah berlangsung beberapa bulan sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri. Padahal di kehidupan nyata Hannah merupakan gadis yang disayangi oleh orang-orang yang berada disekelilingnya. Media sosial Ask.Fm pun mendapat kecaman, bahkan orangtua Hannah mengatakan bahwa pendiri Ask.Fm itu sendiri merupakan tersangka kejahataan membiarkan memberikan fasilitas pengguna anonim (pengguna tamu yang tidak terdaftar). Dapat dilihat bahwa dunia mayapun dapat dijadikan sarana bullying yang berakibat serius, meskipun pelakunya adalah orang yang tidak dikenal (http://news.liputan6.com).

Dari banyaknya kasus yang terjadi mengenai cyberbullying, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait penggunaan sosial media pada kalangan remaja. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengetahuan remaja mengenai cyberbullying itu sendiri, pengalaman dan sikap mereka akan hal tersebut. Peneliti menganggap hal ini sangatlah penting untuk diteliti karena menjadi fenomena saat ini.

Lokasi penelitian sendiri dilaksanakan di SMA Negeri 1 Medan, lokasi tersebut cukup mewakili sekolah-sekolah lain karena lokasi tersebut dianggap sebagai sekolah negeri dengan siswa di dalamnya mayoritas terdiri dari siswa berekonomi menengah ke atas. Mayoritas siswa juga pengguna smartphone dan merupakan pengguna media sosial. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat bahwa siswa SMA Negeri 1 Medan memang sangat relevan dengan penelitian yang akan dijalankan sehubungan dengan besarnya nama mereka di dunia maya. Seperti contohnya pada account


(18)

@anakgaulmedan yang menyatakan mereka sebagai account yang hanya follow anak gaul se-Kota Medan, dapat dilihat kebanyakan following pada account tersebut mayoritas merupakan Siswa SMA Negeri 1 Medan. Peneliti menganggap bahwa kebanyakan dari mereka memiliki follower di media sosial yang cukup setia, dan itu juga cukup mempengaruhi apabila mereka melakukan atau menjadi korban dan pelaku cyberbully.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah opini siswa SMA Negeri 1 Medan mengenai cyberbullying di media sosial?”

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan peneltian, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Penelitian ini mengenai opini siswa terhadap cyberbullying di media sosial.

3. Objek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Medan kelas X, XI dan XII yang menggunakan media sosial.


(19)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1.Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuantertentu yang menyokong peneliti untuk dapat mencapainya. Begitu pula dengan penelitian ini, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai cyberbullying di media sosial.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman siswa mengenai

cyberbullying di media sosial.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa mengenai cyberbullying di media sosial.

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif terhadap khasanah keilmuan pada Departemen Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai cybermedia dan pembentukan opini. Juga diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi para pembacanya, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi yang meneliti mengenai new media.

2. Secara teoritis, penelitian ini ditunjukan untuk memperkaya khasanah penelitian tentang ilmu komunikasi, khususnya kajian yang diteliti mengenai new media.

3. Secara praktis, hasil analisis ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca agarlebih memahami perihal new media.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Teori New Media 2.1.1. Pengertian New Media

Teori media baru merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas mengenai perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan, pertama yaitu pendangan interaksi sosial, yang membedakan media menurut kedekatannya dengan interaksi tatap muka. Pierre Levy memandang World Wide Web (WWW) sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat (http://en.wikipedia.org).

New Media atau media online didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber dan Martin, 2009). Definisi lain media online adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2011). New Media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara public (Mondry, 2008: 13).

Definisi lain mengemukakan, media baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah sebuah metode yang complex dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu berhubungan dengan media


(21)

karena media ini adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media zaman dahulu (old media) sampai sekarang yang sudah menggunakan digital (modern media/new media).

Selama tahun 2000, internet telah memasuki fase yang disebut web 2.0. (web two point-oh), dimana semua menjadi lebih interaktif dan telah menjadi area untuk semua orang, tidak hanya milik beberapa pihak saja. Semua orang saat ini dapat langsung mengambil peran dan menaruh apapun kedalam internet. Perkembangan web 2.0 sebagai platform telah mengubah sifat interaktivitas di web dan membuka alam semesta bagi pengguna media. Sedangkan metafora halaman web 1.0 hanya diperbolehkan untuk mengunduh informasi sejalan dan karena itu tidak berbeda dengan konsumsi media penyiaran, aplikasi web 2.0 memungkinkan pengguna untuk menjadi produsen otonom. Blog, Youtube, Wikipedia, Ebay, Flickr, Second Life dan situs jaringan sosial online lainnya seperti memungkinkan pengguna media untuk memiliki pengalaman siaran. Pentingnya Web 2.0 adalah media siar menghasilkan sebuah konteks hubungan sosial instan nasional atau internasional, ada beberapa cara di mana individu mendapatkan interaksi berharga untuk membuat koneksi global secara nyata. Faktanya bahwa pengguna sekarang dapat bekerja dengan materi media siar sebagai sebuah cara mengembangkan ide pada ruang publik (Littlejohn,2009:686).

Salah satu bagian dari new media adalah “Network Society”. “Network society” adalah formasi sosial yang berinfrastuktur dari kelompok, organisasi dan komunitas massa yang menegaskan bentuk awal dari organisasi dari segala segi (individu, grup, organisasi, dan kelompok sosial). Dengan kata lain, aspek mendasar dari formasi teori ini adalah semua yang memiliki hubungan yang luas secara kolektivitas (Van Dijk, 2006:20).

Menurut R Cahyo Prabowo mengenai media baru/new media/media online adalah suatu alat sebagai sarana komunikasi yang dimana saling berinteraksi, berpendapat, tukar informasi, mengetahui berita yang melalui saluran jaringan internet serta informasinya selalu terbaru secara kilat dan juga lebih efisien ringkas memberikan informasi kepada


(22)

pembaca/khalayaknya. Media baru/new media/ media online sangat berbeda jauh dengan media konvesional seperti radio, televisi, media cetak, media massa dan lain-lain. Jangan di sama ratakan dengan media konvensional (http://media.kompasiana.com).

Internet adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk dikembangkan kedepannya. Internet memiliki kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan menerima pesan (Ruben, 1998:110). Internet merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya. Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi dan image sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola oleh sebuah badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan dalam operasi internet (McQuail, 2009: 28-29).

Menurut Septiawan Santana Kurnia dalam bukunya Jurnalisme Kontemporer, internet adalah sebuah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik media dari bentuk-bentuk yang terdahulu. Apa yang membuat bentuk-bentuk komunikasi berbeda satu sama lain bukanlah penerapan aktualnya, namun perubahan dalam proses komunikasi seperti kecepatan komunikasi, harga komunikasi, persepsi pihak-pihak yang berkomunikasi, kapasitas storage dan fasilitas mengakses informasi, densitas (kepekatan atau kepadatan) dan kekayaan arus-arus informasi, jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer. Jadi menurut Santana, titik esensinya adalah bahwa keunikan internet terletak pada esensinya sebagai sebuah medium (Setyani, 2013:5).

Untuk mengakses Internet, seseorang membutuhkan koneksi Internet dan piranti keras seperti komputer, PDA, Blackberry dan lain sebagainya. Internet yang dianggap sebagai gabungan dari beberapa bentuk media dan fasilitas email, website, newsgroup, e-commerce dan sebagainya (Lievrouw,


(23)

Peneliti komunikasi Carrie Heeter pada tahun 1983 memaparkan dimensi-dimensi interaktivitas yang digunakan untuk mengklarifikasi media, yaitu:

1. Dimensi kompleksitas dari pilihan yang tersedia. Maksudnya adalah berapa banyak pilihan yang dimiliki khalayak dalam segi isi informasi dan waktu yang bias digunakan untuk mengaksesnya.

2. Dimensi besaran usaha yang harus dikeluarkan oleh khalayak untuk dapat menerima pesan dari media yang bersangkutan. Dengan kata lain, bagaimana perbandingan aktivitas yang dilakukan khalayak dengan aktivitas yang dibuat media.

3. Dimensi tingkat respon media terhadap khalayaknya. Maksudnya adalah seberapa aktif sebuah media dapat merespon umpan balik yang diberikan khalayaknya. Media dengan tingkat interaktivitas yang tinggi menanggapi umpan balik yang diberikan oleh khalayaknya dengan cepat. Dalam kondisi tertentu, media dengan tingkat interaktivitas yang tingi dapat melakukan interaksi dengan khalayaknya seakan-akan melakukan percakapan langsung.

4. Dimensi kemampuan untuk mengawasi pengguna informasi oleh khalayaknya. Media dengan tingkat interaktivitas yang tinggi dapat memantau perilaku khalayak dalam menerima pesannya, kemudian menyesuaikan sistemnya berdasarkan umpan balik yang dihasilkan dari analisis perilaku tersebut.

5. Dimensi kemudahan dalam menambah informasi baru. Maksudnya adalah seberapa mudah khalayak dapat turut menyediakan dan menyebarkan pesan kepada khalayak lain. Berdasarkan kriteria in, siaran televisi memiliki interaktivitas rendah, sedangkan media online memiliki tingkat interaktivitas yang sangat tinggi.

6. Dimensi kemampuan memfasilitasi komunikasi internet. Maksudnya adalah seberapa mudah interaksi terjadi antar khalayak dapat terjadi (Heeter, 1988:25).


(24)

2.1.2. Kelebihan dan Manfaat New Media

Jelas new media (media baru/media online) memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update informasinya. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja jika jaringan internet lancar dan cepat maka informasi yang disampaikan kepada pembacanya dengan cepat serta harus ada juga koneksi internet dimana pun berada bersama media baru (new media/media online). Media online/media baru (New Media) masuk ke dalam kategori komunikasi massa, karena pesan yang disampaikan kepada khalayak luas lewat media online / Media Baru (New Media).

Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi baru juga memiliki kemampuan untuk membantu kita memilih dan mengatur informasi yang kita inginkan atau perlukan dengan lebih efisien. Secara garis besar, internet jauh leih luwes dalam menjembatani waktu dan jarak dibandingkan media-media yang sudah ada terlebih dahulu.

Sebagai media komunikasi, internet mempunyai peranan penting sebagai alat (channel) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator/penyalur pesan (source) kepada komunikan/penerima pesan (receiver). Sifat dari internet sebagai media komunikasi adalah transaksional, dalam artian terdapat interaksi antar individu secara intensif (terus-menerus) dan ada umpan balik (feedback) dari antar individu dalam setiap interaksi tersebut. Selain itu, terdapat partisipasi antar individu dengan mempertimbangkan untung/rugi dalam setiap interaksi.

Internet juga dianggap memiliki kapasitas besar sebagai media baru. Tidak hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan, teknologi komputer dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap bias memfasilitasi taransmisi informasi yang snagat cepat ke seluruh dunia (Bagdakian, 2004:114). Menurut Bagdakian, duplikasi dan penyebaran matri dari Internet ini bisa mencapai jangkauan


(25)

menyebarkannya pada orang-orang dalam jaringan pertemanan atau jaringan kerjanya. Kemudian pihak yang mendapatkan sebaran itu bisa menyebarkannya lagi pada orang-orang dalam jaringannya, dan seterusnya.

2.2. Media Sosial

2.2.1. Pengertian Media Sosial

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan Wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Menurut Antony Mayfield dari iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan dan membangun sebuahkomunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat. Tak terkecuali, keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding.

Teknologi-teknologi web baru memudahkan semua orang untuk membuat dan yang terpenting menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di Blog, tweet, atau video di YouTube dapat direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang iklan tidak harus membayar banyak uang kepada penerbit atau distributor untuk memasang iklannya. Sekarang pemasang iklan dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat banyak orang (Zarrella, 2010: 2).

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".


(26)

2.2.2. Sejarah Media Sosial

Kemunculan situs jejaring sosial ini diawali dengan adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia. Situs jejaring sosial pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki aplikasi untuk membuat profil, menambah teman dan mengirim pesan. Tahun 1999 dan 2000 muncul situs sosial Lunarstorm, Live Journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara searah. Tahun 2001, muncul Ryze.com yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis. Tahun 2002, muncul Friendster sebagai situs anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain. Tahun 2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan Friendster, Flick R, Youtube, Myspace. Hingga akhir tahun 2005, Friendster dan Myspace merupakan situs jejaring sosial yang paling diminati. Lalu para pengguna sosial media beralih ke facebook yang sebenarnya telah dibuat pada tahun 2004, tetapi baru saja booming pada tahun 2006. Tahun 2006, kemunculan twitter ternyata menambah jumlah pemakai media sosial, Twitter merupakan microblog yang memiliki batasan karakter tulisan bagi penggunanya, yaitu 140 karakter. Lalu setelah lahirnya Twitter muncul jejaring sosial lain seperti Path, Instagram yang hanya bisa diakses melalui perangkat iOs atau Android.

2.2.3. Ciri-ciri dan Jenis-jenis Media Sosial 2.2.3.1. Ciri-ciri Media Sosial.

Media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut:

a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.

b. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper. c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat di banding media

lainnya.


(27)

2.2.3.2. Jenis-jenis Media Sosial

Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet, webblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian (kehadiran sosial, media kekayaan) dan proses sosial (self-presentasi, self-disclosure) Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka diterbitkan dalam 2010.

Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial: 1. Proyek Kolaborasi

Website mengizinkan usernya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun me-remove konten – konten yang ada di website ini.Contohnya wikipedia. 2. Blog dan microblog

User lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya Twitter, Blogspot, Tumblr, Path dan lain-lain.

3. Konten

Para user dari pengguna website ini saling meng-share konten – konten media, baik seperti video, ebook, gambar dan lain-lain. Contohnya Youtube.

4. Situs jejaring sosial

Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto. Contoh Facebook, Path, Instagram dan lain-lain.

5. Virtual game world

Dunia virtual dimana mereplikasikan lingkungan 3D, di mana user bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata, contohnya game online. 6. Virtual social world. Dunia virtual yang di mana penggunanya merasa


(28)

dengan yang lain. Namun, Virtual Social World lebih bebas, dan lebih ke arah kehidupan, contohnya second life.

Berikut penelitian mengenai jejaring sosial yang paling banyak digunakan bahkan pemakai semakin dan terus bertambah, antara lain:

Tabel 2.1.

NO Jejaring Sosial Jumlah Member Keterangan

1 Facebook 845.000.000 Pengguna > 13 Tahun

2 Qzone 480.000.000 Pengguna China daratan

(berbahasa mandarin)

3 Twitter 300.000.000 Microblogging terpopuler di dunia

4 Habbo 200.000.000 Pengguna > 13 tahun 5 Renren 160.000.000 Situs utama di China

6 Badoo 133.000.000 Situs umum untuk pecarian jodoh, populer di Amerika dan Eropa

7 LinkedIn 120.000.000 Untuk pembisnis, pengguna > 18 tahun

8 Bebo 117.000.000 Pengguna > 13 tahun

9 VKontakte 111.578.500 Berbahasa rusia, untuk umum 10 Tagged 100.000.000 Untuk segala usia


(29)

2.3. Cyberbullying

2.3.1. Pengertian Cyberbullying

Cyberbullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyberbullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler. Dalam buku Patchin dan Hinduja yang berjudul Bullies Move Beyond theSchoolyard: A Preliminary Look at Cyberbullying, mengatakan bahwa cyberbullying secara singkatdidefinisikan sebagai perbuatan yang berbahaya yang dilakukan secara berulang-ulang melalui media elektronik (Patchin, 2008:131).

Cyberbullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai cyber crime atau cyber stalking (sering juga disebut cyber harassment).

Kowalski, Limber, Agatston, dalam buku mereka yang berjudul Cyberbullying: Bullying in the digital age, mengatakan bahwa Cyberbullying adalah bentuk intimidasi yang terjadi melalui sarana teknologi, seperti jejaring sosial dan pesan instan, para ilmuwan berpendapat bahwa efek hampir selalu bencana (Pandori, 2013:ii).

Anak-anak atau remaja pelaku cyberbullying biasanya memilih untuk mengganggu anak lain yang dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri. Pelakunya sendiri biasanya adalah anak-anak yang ingin berkuasa atau senang mendominasi. Anak-anak ini biasanya merasa lebih hebat, berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan teman-teman sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang sering diejek dan dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka atau cara mereka bertingkah laku di sekolah. Namun bisa juga si korban cyberbullying justru adalah anak yang populer, pintar dan


(30)

menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya yang menjadi pelaku.

Cyberbullying pada umumnya dilakukan melalui media situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Ada kalanya dilakukan juga melalui SMS maupun pesan percakapan di layanan Instant Messaging seperti Yahoo Messenger atau MSN Messenger. Anak-anak yang penguasaan komputer serta internetnya lebih canggih melakukan cyberbullying dengan cara lain. Mereka membuat situs atau blog untuk menjelek-jelekkan korban atau membuat masalah dengan orang lain dengan berpura-pura menjadi korban. Ada pula pelaku yang mencuri password akun e-mail atau situs jejaring sosial korban dan mengirim pesan-pesan mengancam atau tak senonoh menggunakan akun milik korban.

Cyberbullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan konvensional karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan orang lain yang menjadi targetnya. Mereka bisa mengatakan hal-hal yang buruk dan dengan mudah mengintimidasi korbannya karena mereka berada di belakang layar komputer atau menatap layar telelpon seluler tanpa harus melihat akibat yang ditimbulkan pada diri korban. Peristiwa cyberbullying juga tidak mudah diidentifikasikan orang lain, seperti orang tua atau guru karena tidak jarang anak-anak remaja ini juga mempunyai kode-kode berupa singkatan kata atau emoticon internet yang tidak dapat dimengerti selain oleh mereka sendiri. Harus diwaspadai bahwa kasus cyberbullying ini seperti gunung es. Korban sendiri lebih sering malas mengaku. Ini karena bila mereka mengaku biasanya akses mereka akan internet (maupun handphone) akan dibatasi. Korban juga terkadang malas mengaku karena sulitnya mencari pelaku cyberbullying atau membuktikan bahwa si pelaku benar-benar bersalah. Ini menyebabkan munculnya kondisi gunung es tadi. Tujuannya adalah untuk mengganggu, mengancam, mempermalukan, menghina, mengucilkan secara sosial atau merusak reputasi orang lain.


(31)

2.3.2. Metode dan Bentuk Perbuatan Cyberbullying 2.3.2.1. Metode Cyberbullying

Ada 3 macam metode cyberbullying, yakni direct attacks (pesan-pesan dikirimkan secara langsung ke anak), posted and public attacks yang dirancang untuk mempermalukan target dengan me-posting atau menyebarkan informasi atau gambar-gambar yang memalukan ke publik, dan cyberbullying by proxy (memanfaatkan orang lain untuk membantu mengganggu korban, baik dengan sepengetahuan orang lain tersebut atau tidak) (www.aftab.com).

Beberapa bentuk praktek cyberbullying adalah: 1. Mengirimkan pesan berisi hinaan atau ancaman.

2. Menyebarkan gosip atau berita burung yang tidak menyenangkan lewat Email, status updates, atau komentar di jejaring sosial (Facebook, Twitter, Google+ dan lain-lain).

3. Pencuri Identitas Online. Membuat akun (account) dan profil palsu tentang seseorang/target dan melakukan aktivitas (update status, komentar, mengirim pesan dan lain-lain) yang merusak nama baik dan hubungan sosialnya.

4. Berbagi Gambar. Meneruskan (forward) atau membagikan (share) foto/gambar pribadi target tanpa izin.

5. Mengunggah, membeberkan informasi pribadi target ke internet tanpa izin.

6. Membuat blog yang berisi kebencian pada seorang target, atau membuat kampanye di jejaring sosial untuk membuat orang-orang ikut membenci/mem-bully target.

7. Mengunggah video yang memalukan atau memojokkan target sehingga bisa diakses/ditonton semua orang.


(32)

2.4. Opini

Menurut Cutlip dan Center, opini merupakan suatu ekspresi tentang sikap mengenai masalah yang bersifat Kontroversial (Sastropoetro, 1990:41). Dalam Effective Public Relations, opini publik adalah sebuah ekspresi energi sosial yang mengintegrasikan aktor individual ke dalam pengelompokan sosial dengan cara mempengaruhi politik. Gagasan umum tentang opini publik menyatakan bahwa opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama. Suatu isu menjadi isu sosial apabila menyebabkan orang lain akan membentuk pendapatnya dan menyatakan atau memberikan tanggapannya atau persoalan yang dibahas oleh pendapat/opini semula.

Opini/pendapat yang dikemukakan manusia, terdiri dari berbagai jenis (Sastropoetro, 1990:1-3), diantaranya adalah:

1. Opini Perorangan: Opini yang dikemukakan oleh orang secara terbuka di muka orang lain yang sedang dalam kelompok baik formal/informal. 2. Opini Pribadi: Opini yang dikemukakan oleh seseorang kepada orang lain

yang mempunyai hubungan yang dekat dengannya atau dipercayainya. Pendapat/opini pribadi mengandung unsur intimitas/keakraban.

3. Opini Publik: Kesatuan pendapat yang timbul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan dan membicarakan isu yang kontroversial.

4. Opini/Pendapat Umum: Opini yang dihasilkan oleh suatu lembaga pengumpulan pendapat umum tentang suatu isu.

5. Opini Khalayak: Pendapat yang sudah menetap/mengendap dalam masyarakat, telah dipengaruhi oleh berbagai norma budaya dan bersifat statis.

Ciri-ciri opini publik, antara lain:

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya.

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat. c. Mempunyai pendukung dengan jumlah besar.


(33)

Pendidikan, kebudayaan, agama, ekonomi, pengalaman dan sebagainya merupakan latar belakang yang mempengaruhi besar terhadap opini seseorang mengenai sesuatu hal. Pembentukan opini sendiri berdasarkan fakta, emosi, sentimen, harapan, keyakinan, background kebudayaan, agama dan pengalaman. Maka opini tidak selalu rasional dan sering kali bersifat subjektif (Sumber: www.studyingcommunication. blogspot.com).


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Medan

Pendirian SMA Negeri 1 Medan dirintis pada tanggal 18 Agustus - 1 September tahun 1950, pada mulanya berlokasi di Jalan Teuku Umar No. 1, Medan. Sebelum menempati lokasi Jalan Teuku Cik Dik Tiro No. 1 Medan, SMA Negeri 1 Medan pernah berubah menjadi SMA darurat yang berlokasi di Jalan Seram Biru pada masa agresi Belanda yang kerap melakukan aksi polisionil.

Sejak berdiri, SMA Negeri 1 Medan Medan menerapkan disiplin yang tegas dalam menjalankan pendidikan. Tradisi ini dijalankan semenjak Rondang M. Simanjuntak menjabat sebagai Direktur Sekolah sejak tahun 1950 hingga 1960.

Sejak berdiri, sekolah ini memelihara tradisi panjang dalam merawat pembauran yang inklusif. Sekolah ini menerima murid, guru dan kepala sekolah dengan beragam etnik, agama dan latar belakang. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan Medan berasal dari komposisi etnik yang unik, yaitu: Aceh, Batak, India, Jawa, Minang, Melayu, Nias, Tionghoa dan lain sebagainya. Guru dan kepala sekolah yang mengabdi di SMA Negeri 1 Medan juga berasal dari berbagai etnik dan agama. Semua saling berbaur di dalam interaksi yang inklusif dan toleran. Di SMA Negeri 1 Medan Medan, semangat keindonesiaan sangat kuat menonjol. Penggunaan Bahasa Indonesia menjadi utama, terbuka dan meluas.

Walau bersifat inklusif dalam pembauran, seleksi penerimaan siswa SMA Negeri 1 Medan Medan bersifat eksklusif berdasarkan tolak ukur nilai akademik. Didorong animo para pendaftar yang pada umumnya memiliki nilai akademik tinggi, SMA Negeri 1 Medan Medan dituntut untuk menyeleksi hanya yang terbaik dari yang terbaik. Dengan komposisi siswa pilihan terbaik, SMA Negeri 1 Medan Medan dikenal dengan tradisi


(35)

(UI, ITB, ITS, UGM, IPB, UNPAD, USU, UNDIP dan lain-lain) dan berbagai perguruan tinggi terbaik luar negeri. Selain itu, lulusan SMA Negeri 1 Medan Medan juga banyak berhasil melanjutkan sekolah di jenjang pendidikan militer (Akmil, AAU, AAL, Akpol).

Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia, masa pendidikan sekolah di SMAN 1 Medan ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII. Sejak tahun 2013, sekolah ini memakai Kurikulum 2013 untuk kelas X dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk kelas XI dan XII. Sejak tahun 2000-an, SMA Negeri 1 Medan Medan dikenal keberhasilannya dalam penyelarasan disiplin pendidikan yang ketat serta kelonggaran memacu kreativitas di bidang kesenian.

Sekolah ini memiliki tradisi panjang dalam menghasilkan prestasi akademik yang unggul. Sekolah ini banyak memenangi berbagai olimpiade atau kejuaraan di bidang sains dan bahasa serta olahraga. SMA Negeri 1 Medan Medan juga dikenal memiliki jejak unik dalam melahirkan siswa-siswi kreatif yang berbakat di bidang kesenian, khususnya musik. Banyak murid SMA Negeri 1 Medan Medan yang meraih prestasi tinggi ketika masih menempuh studinya. Contohnya Rini Wulandari (penyanyi pemenang pertama Indonesian Idol musim ke-4 tahun 2007 di RCTI) hingga Uma Tobing (penyanyi pemenang pertama Indonesia Mencari Bakat musim ke-2 tahun 2010-2011 di TransTV) (Sumber: wikipedia.com).

3.1.2. Motto Sekolah

Motto SMA Negeri 1 Medan Medan berbunyi: Jangan Tanya Sejuta Kebenaran yang Pernah Kau Ucapkan, Tetapi Tanyakan Tindakan Kebenaran Sekecil Apa yang Pernah Kau Berikan Kepada Bangsamu dan Negaramu. Motto tersebut diciptakan oleh Jasmen Maruli Tua Sinaga, seorang guru seni rupa.

Selama puluhan tahun Pak JMT, begitu ia biasa disebut, mewajibkan siswa-siswi baru untuk menyalinnya di masa pembelajaran awal tahun akademik baru. Walau pada mulanya dianggap sebagai motto yang tidak


(36)

resmi, belakangan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan menjadikannya sebagai motto resmi sebagai bentuk penghargaan atas jasa guru tersebut. Melalui motto tersebut, siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan dididik untuk menjadi manusia yang berani bertindak untuk menegakkan kebenaran dalam hidupnya, apapun profesi yang dipilihnya kelak.

3.1.3. Visi dan Misi Sekolah Visi:

Beriman, bertakwa, dan unggul dalam prestasi akademik dan non akademik sereta berwawasan lingkungan hidup.

Misi:

Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan untuk menghantarkan siswa agar berprestasi dalam IPTEK, olahraga dan seni berlandaskan IMTAQ yang siap bersaing di era globalisasi serta peduli terhadap lingkungan hidup.

3.1.4. Tujuan SMA Negeri 1 Medan

3.1.4.1. Tujuan dari sekolah SMA Negeri 1 Medan

Tujuan dari sekolah SMA Negeri 1 Medan, antara lain: 1. Siswa memperoleh pelayanan pendidikan yang maksimal. 2. Terlaksananya KTSP.

3. Terlaksananya kegiatan belajar dan mengajar yang baik. 4. Meningkatkan mutu lulusan.

5. Terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler sebagai pengembangan diri serta lingkungan sekolah.

6. Terlaksananya kegiatan bimbingan dan pembinaan mental spiritual siswa dengan baik.

7. Memantapkan ketahanan sekolah.

8. Terlaksananya kerjasama pendidik dengan tenaga kependidikan kearah kesempurnaan kurikulum.


(37)

9. Meningkatkann prestasi guru melalui penataran, rapat kerja rutin, rapat MGMP di sekolah. gas dan menjadi pola anutan di dalam maupun di luar sekolah.

10. Terlaksananya supervise kepada guru dan staf dalam ragka peningkatan pelaksanaaan tugas.

3.1.5. Fasilitas Sekolah

Berbagai fasilitas dimiliki SMAN 1 Medan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Fasilitas tersebut antara lain:

1. Kelas 2. WiFi

3. Perpustakaan

4. Laboratorium Biologi 5. Laboratorium Fisika 6. Laboratorium Kimia 7. Laboratorium Komputer 8. Laboratorium Bahasa 9. Masjid

10. Aula 11. UKS

12. Ruang Kesenian 13. Lapangan Futsal 14. Lapangan Basket 15. Lapangan Voli 16. Lapangan Badminton 17. Ruang OSIS

18. Foodcourt 19. Lobby Sekolah


(38)

3.1.6. Ekstrakurikuler/Organisasi

Sebagai pelengkap pembelajaran di dalam kelas, SMA Negeri 1 Medan Medan juga dikenal memiliki sejarah panjang dalam memelihara iklim positif untuk membebaskan siswa-siswinya terlibat penuh dalam kegiatan ekskul.

Paduan Suara Sola Gratia SMA Negeri 1 Medan dikenal sebagai ekskul yang selalu mengikuti kompetisi paduan suara tingkat nasional dan internasional dan telah mempersembahkan berderet gelar juara.

Melalui ekskul Paskhaskibra yang selektif dalam menerima anggotanya, tiap tahun SMA Negeri 1 Medan Medan juga dikenal memiliki tradisi mengirim seorang siswanya menjadi bagian dari Paskibraka pada peringatan upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus di Istana Negara, Jakarta.

Ekskul Cinematography of SMA Negeri 1 Medan (Citos) dikenal sering menghasilkan karya perfilman yang meraih prestasi dalam berbagai perlombaan. Selain itu, ekskul Social Study Club (S2C) sering mengadakan kajian permasalahan aktual secara kritis, baik melalui diskusi di dalam sekolah maupun seminar di luar sekolah dengan pembicara-pembicara yang handal.

SMA Negeri 1 memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler maupun organisasi, diantaranya:

1. OSIS

2. ICT - One Community

3. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

4. Badan Kenaziran Masjid Ibnu Sina SMA Negeri 1 Medan (BAKMISS) 5. PA Bukit Sion (PABS)

6. KSSK St. Aloysius Gonzaga

7. Bahana Swara SMA Negeri 1 Medan (Marching Band/Drum Band) 8. Palang Merah Remaja (PMR)

9. Pramuka 10. Paskhaskibra

11. Sola Gratia (Paduan Suara)


(39)

13. Karate Dojo SMA NEGERI 1 MEDAN 14. Sanggar Seni SMA Negeri 1 Medan (SSS) 15. Olahraga Prestasi (OP)

16. Olimpiade 17. English Club

18. Ekstrakurikuler Jurnalistik dan Sastra (EJS) 19. Cinematography of SMA Negeri 1 Medan (Citos) 20. Social Study Club (S2C)


(40)

3.1.7. Struktur Organisasi Pembagian Tugas Dan Mekanisme Kerja Sma Negeri 1 Medan T.A. 2013/2014

KOMITE SEKOLAH 

H. M. Syaf Lubis,  KEPALA SEKOLAH

Drs. H. Ahmad Siregar, MM

Kepala Tata Usaha  Rusmina Ginting  Wakasek Kurikulum 

H. Sabar, S.Pd, M. Si 

Wakasek Sarana  Prasarana  Hj. Ismiati S. Pdi

Wakasek Kesiswaan Syawal   Ritonga S.Pd

Wakasek Humas Drs. A. S. Sormin, 

M. Pd 

Penjab Kelas Unggulan Dra. Fatimah Purba, M.Hum Staf Kurikulum -Dra. Guti Gratima, M.Si -Sagala, S.Pd -Imelda FS, S.Pd, M,Pd

Staf kesiswaan  Staf 1:  ‐Yasnima E.  Hrp. S.Pd. M.Si 

‐Rosminta Br.  Bangun. S.Pd  ‐Nurhasim. 

S.Pd  ‐Drs. Sutarto. 

M.Si  Staf  Humas  Drs.  Buang  Agus 

Staf Sarana  Prasarana 

‐Drs.  Fachruddin  Lubis, M.Si  ‐Ernawati,S.Pd 

‐Dra. Yuliar,  M.Hum  Olimpiade  Sains  Ketua  MGMP Operator Abdul  Gafur Teknisi  Eben  Ezer 

Wali Kelas 40 Orang 

Guru  Matapelajaran 

106 orang 

SISWA 

Olimpiade Non 

Sains 

Koordinator 

BP/BK 

Drs. Sumardi 


(41)

3.2. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dalam kerangka konsep harus dapat menunjukkan secara sistematis variabel-variabel peneltiian yang menjadi kerangka operasional (Nawawi, 1995:40). Kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

1. Knowledge : Pengetahuan siswa mengenai sikap cyberbullying dan etika dalam pemakaian media sosial.

2. Experience : Pengalaman siswa sebagai korban dan juga pelaku bullying di media sosial.

3. Attitude : Sikap siswa menangggapi cyberbullying.

3.3. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 3.2.

Cyberbully di Media Sosial Pada Siswa SMA Negeri 1 Medan

Knowledge

Experience


(42)

3.4. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuatlah operasionalnya di dalam memecahkan masalah dibuatlah operasionalisasi konsep, sebagai berikut:

Tabel 3.1. Variabel Teoritis Variabel Operasional

Cyberbullying di

Media Sosial

1. Media sosial yang digunakan 2. Perilaku Cyberbullying

a. Direct Attacks

1) Mengirimkan pesan berisi hinaan atau ancaman.

b. Posted and Public Attacks

1) Menyebarkan gosip atau berita burung yang tidak menyenangkan lewat Email, status updates, atau komentar di jejaring sosial

2) Berbagi Gambar. Meneruskan (forward) atau

membagikan (share) foto/gambar pribadi target tanpa izin.

3) Mengunggah, membeberkan informasi pribadi target ke internet tanpa izin.

4) Mengunggah video yang memalukan target.

c. Cyberbullying by proxy

1) Pencuri Identitas Online. Membuat akun (account) dan profil palsu tentang seseorang/target dan melakukan aktivitas (update status, komentar, mengirim pesan, dan lain-lain) yang merusak nama baik dan hubungan sosialnya.

2) Membuat blog yang berisi kebencian pada seorang target, atau membuat kampanye di jejaring sosial untuk membuat orang-orang ikut membenci/mem-bully target.

Opini siswa SMA Negeri 1 Medan

a. Knowledge

b. Experience

c. Attitude

Karakteristk Responden

a. Jenis Kelamin b. Kelas

c. Usia

d. Pekerjaan Orangtua

e. Smartphone yang digunakan


(43)

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian dapat diketahui pengukuran suatu konsep. Adapun definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cyberbullying: Suatu bentuk intimidasi yang dilakukan melalui media internet dan sangat merugikan.

a. Direct Attack: Pesan-pesan yang kurang mengenakkan yang dikirimkan langsung kepada salah satu pengguna media sosial.

b. Posted and Public Attacks yang dirancang untuk mempermalukan target dengan memposting atau menyebarkan informasi atau gambar-gambar yang memalukan ke publik.

c. Cyberbullying by proxy: memanfaatkan orang lain untuk membantu mengganggu korban, baik dengan sepengetahuan orang lain tersebut atau tidak.

2. Media Sosial: Sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.

3. Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan:

a. Knowledge: Pengetahuan seseorang mengenai cyberbullying. b. Experience: Pengalaman seseorang cyberbullying.

c. Attitude: Apa yang dirasakan dan bagaimana sikap seseorang menghadapi cyberbullying.

4. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau perempuan

b. Kelas, yaitu pada tingkat (kelas) berapa responden sedang duduk sekarang, kelas X, XI atau XII.


(44)

d. Pekerjaan Orangtua, yaitu latar belakang pekerjaan orangtua apakah orangtua responden seorang PNS, Pegawai Swasta, Wirausaha atau pekerjaan lainnya.

e. Smartphone yang digunakan, yaitu jenis handphone yang digunakan, apakah Blackberry, iOs, Android atau Windows.

f. Frekuensi penggunaan media sosial, yaitu seberapa sering responden membuka media sosial.

3.6. Metodologi Penelitian 3.6.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat buku referensinya (Rakhmat, 2004:4).

3.6.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jl. Cik Ditiro Medan.

3.6.3. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek dan penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai, text atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995: 141). Sugiyono dalam bukunya menyebut populasi sebagai wilayah generaisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempuyai kuantitas dan karakterisitik tertentu yang diterapkan oleh periset untuk dipelajari, kemudian


(45)

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 1 Medan, berikut daftar jumlah siswa pada tahun ajaran 2013-2014:

Tabel 3.2.

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Kelas Jumlah

X 261 327 14 588

XI 171 251 13 422

XII 131 229 13 360

Jumlah Keseluruhan 1370

Sumber: Sekolah SMA Negeri 1 Medan Tahun Ajaran 2013/2014

3.6.4. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 1995:144). Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili karakteristik dari populasi sehingga hasil akhirnya dapat digeneralisasikan (Lubis, 1998:23). Namun mengingat keterbatasan waktu dan biaya, tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi.

Sampel dapat didefinisikan sebagai sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi (Martono, 2010: 66). Dengan kata lain, sampel adalah sebahagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Dalam penelitian ini besarnya sampel yang ditentukan menggunakan rumus Taro Yamane (Rakhmat, 2004:162) sebagai berikut:

n = N N(d)² + 1 Keterangan:

n :Jumlah sampel N :Jumlah populasi

d : Nilai presisi/tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 10%

Kemudian dari rumus tersebut, ditetapkan ukuran sampel dari populasi sebagai berikut:


(46)

n ≈ 1370 14,7 ≈ 93,197 ≈ 93

Dengan demikian, besar sampel dalam penelitian ini adalah 93 siswa yang merupakan pengguna media sosial.

3.6.4. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah: 3.6.4.1. Proportional Stratified Sampling

Dalam teknik proportional stratified sampling, populasi dikelompokkan ke dalam kelompok atau kategori yang disebut strata. Strata ini bisa berupa usia, kota, jenis kelamin, agama, tingkat penghasilan dan sebagainya. Sampel ini bertujuan untuk membuat sifat homogeny dari populasi yang heterogen. Dalam teknik ini, dari setiap strata diambil jumlah yang proposional dengan besar setiap strata. Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Rakhmat, 2004: 79) dengan menggunakan rumus;

n1 x n

n = N Keterangan:

n1 =Jumlah siswa tiap kelas

n = Jumlah sampel keseluruhan populasi. N = Jumlah Populasi

Tabel 3.3.

No Kelas Jumlah Siswa Perhitungan Jumlah Sampel 1 X 588 588/1370X93 40 2 XI 422 422/1370X93 29 3 XII 360 360/1370X93 24


(47)

3.6.4.2. Purposive Sampling

Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel dengan teknik yang disesuaikan degan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2010: 154). Adapun kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Medan yang telah terbagi atas: siswa kelas X sebanyak 40 siswa, kelas XI sebanyak 29 siswa, dan kelas XII sebanyak 24 siswa, yang memiliki media sosial dan pengguna smartphone.

3.6.5. Teknik Pengumpulan Data 3.6.6.1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan ialah menghubungkan penelitian dengan konteks yang lebih luas. Di dalamnya harus terkandung bahan-bahan yang mengarahkan tujuan penelitian, rancangan penelitian, dan tema penelitian. Karena itu, suatu tinjauan kepustakaan harus komprehensif walaupun tidak terlalu banyak (Rakhmat, 2000: 107).

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan datamelalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang mendukung penelitian.

3.6.6.2. Penelitian Lapangan

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan survei ke lokasi penelitian melalui kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis oleh responden. Kuesioner yaitu alat pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditunjukan kepada responden penelitian yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden. Pertanyaan bisa berbentuk tertutup dan bisa juga berbentuk terbuka.


(48)

3.6.7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 2006:263). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dan diintepretasikan.

3.6.7.1. Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan persentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2006:226). Datayang terkumpul diproses sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Selanjutnya peneliti akan melakukan pembahasan dan menginterpretasikannya.

3.6.7.2. Analisis Tabel Silang

Teknik ini digunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 2006:273).


(49)

3.6.8. Proses Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka dimulailah tahap selanjutnya yaitu pengolahan data. Adapun tahap-tahap pengolahan data yang peneliti akan lakukan, sebagai berikut:

1. Penomoran Kuesioner. Pemberian nomor urut pada kuesioner jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesalahan pengisian data dalam kode yang disediakan.

2. Coding. Proses pemindahan jawaban-jawaban dari responden ke dalam kotak-kotak yang telah disediakan dalam bentuk angka (skor).

3. Inventarisasi Variabel. Data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar Fortran Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan.

4. Tabulasi data. Tahap di mana data Fortran Cobol (FC) dimasukkan ke dalam tabel. Tabulasi ini terbagi atas tabulasi tunggal. Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi kategori frekuensi, persentase dan selanjutnya dianalisis.


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber bahan bacaan berupa buku dan jurnal maupun sumber terpercaya dari berbagai situs maupun blog dari internet. Kemudian peneliti mempelajari dengan seksama berbagai bahan bacaan tersebut sehingga memperoleh data yang relevan sehingga dapat mendukung penelitian ini.

Untuk memperoleh data signifikan mengenai struktur sekolah SMA Negeri 1 Medan dan dapat melaksanakan penelitian mengenai opini siswa terhadap cyberbullying, peneliti mengajukan surat permohonan kepada Bagian Pendidikan fakultas asal peneliti yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk diajukan kepada Dinas Pendidikan Kota Medan. Dinas Pendidikan Kota Medan kemudian memberikan surat pengantar yang ditujukan kepada SMA Negeri 1 Medan guna memperoleh izin melakukan penelitian kepada siswa kelas X, XI dan XII.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, diketahui jumlah siswa SMA Negeri 1 Medan adalah sebanyak 1370 orang, diantaranya bisa diklarifikasikan terdapat 563 siswa laki-laki dan terdapat 807 siswa perempuan. Berdasarkan data tersebut peneliti melakukan penyeleksian yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu melalui metode propotional stratified sampling.

Data yang terkumpul sebanyak 93 kuesioner yang telah disebar, masih berupa data mentah yang harus diolah dan dianalisis agar dapat diambil keputusan atau kesimpulan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel tunggal.

Pada bagian ini disajikan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan yakni melalui kuesioner. Data penelitian disajikan dalam bentuk tabel tunggal dengan menyajikan distribusi jawaban para responden berdasarkan kuesioner.


(51)

4.1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan analisis yang dilakukan dengan membagi-bagi variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan persentase. Analisis tabel tunggal dimaksudkan untuk melihat distribusi jawaban responden dari setiap variabel penelitian. Biasanya tabel tunggal hanya memuat kolom yang berisi keterangan, jumlah dan persentase. Dalam pembahasan ini, peneliti akan merujuk pada sistem penyajian atau data yang diperoleh dari hasil jawaban responden, di mana pengumpulan data dengan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden yang berjumlah 93 orang. Adapun pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut:

4.1.1.Karakteristik Responden

Karakteristik respon merupakan salah satu variabel yang sangat berpengaruh dalam suatu penelitian, terutama dalam menjelaskan jawaban-jawaban yang ada pada kuesioner yang diberikan kepada responden. Adapun karakteristik responden dalam hal ini meliputi: jenis kelamin, kelas, usia, pekerjaan orang tua dan smartphone yang digunakan.

Tabel 4.1. Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 35 37,6

2 Perempuan 58 62,4

Total 93 100.0

Sumber: P.1/FC.01

Tabel di atas menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjadi responden yang berjumlah 93 responden, di mana laki-laki sebanyak 35 orang (37,6%) dan perempuan sebanyak 58 orang (62,4%). Hal tersebut menujukkan bahwa responden perempuan lebih aktif mengunakan media sosial dibandingkan responden laki-laki. Selain itu, jumlah siswa perempuan SMA Negeri 1 Medan lebih banyak dibandingkan siswa laki-laki. Persentase


(52)

siswa perempuasn siswa SMA Negeri Medan yaitu 59% dan laki-laki sebanyak 41%.

Tabel 4.2. Kelas

NO Kelas Frekuensi Persentase (%)

1 X 40 43 2 XI 29 31,2 3 XII 24 25,8

Total 93 100

Sumber: P.2/FC. 02

Dari tabel di atas melalui pembagian yang sesuai dengan metode propotional stratified sampling maka jumlah sampel dari kelas X adalah sebanyak 40 siswa (43%), kelas XI sebanyak 29 siswa (31,2%) dan kelas XII sebanyak 24 siswa (25,8%).

Tabel 4.3. Usia

No Usia Frekuensi Persentase (%)

1 13 3 3,2

2 14 8 8,6

3 15 33 35,5

4 16 20 21,5

5 17 26 80

6 18 3 3,2

Total 93 100.0 Sumber: P.3/FC. 03

Peneliti tidak membagi karakteristik usia. Peneliti membiarkan responden untuk menuliskan usia mereka sendiri di kuesioner yang telah dibagikan. Dari tabel 4.3., dapat dilihat bahwa sebanyak 3 orang responden (3,2%) berusia 13 tahun, 8 orang responden (8,6%) berusia 14 tahun, 33 orang responden (35,5%) berusia 15 tahun, 20 orang responden (21,5%) berusia 16 tahun, 26 responden (80%) berusia 17 tahun dan 3 orang responden (3,2%) berusia 18 tahun. Responden termuda dengan usia 13 tahun yang mungkin merupakan mantan siswa akselerasi ketika menduduki Sekolah


(53)

Menegah Pertama dan juga usia tertua yaitu 18 tahun. Lebih dari setengah jumlah responden berusia 17 tahun (80%).

Tabel 4.4. Pekerjaan Orang Tua

NO Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Persentase (%) 1 Pegawai Negeri Sipil 24 25,8

2 Pegawai Swasta 19 20,4

3 Wirausaha 45 48,4

4 Dan Lain-lain 6 5,4

Total 93 100

Sumber: P.4/FC.4

Pada tabel 4.4 peneliti mengelompokkan responden ke dalam data responden berdasarkan pekerjaan orang tua. Berdasarkan data pekerjaan orang tua siswa SMA Negeri 1 Medan yang menjadi responden, jenis pekerjaan yang paling banyak dimiliki oleh orang tua siswa yaitu sebagai wirausaha yakni 45 orang (48,4%), sementara itu untuk pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yakni 24 orang (25,8%), Pegawai Swasta 19 orang (20,4%) dan pekerjaan lainnya sebanyak 6 orang (5,4%).

Dari penjelasan tabel 4.4. dapat disimpulkan bahwa tingkat pekerjaan orang tua siswa SMA Negeri 1 Medan didominasi oleh wiraswasta yang hampir menempati setengah dari total responden.

Tabel 4.5

Smartphone yang Digunakan

No Smartphone Frekuensi Persentase (%)

1 Blackberry 21 22,6

2 iOS 30 32,3

3 Android 40 43

4 Windows 2 2,2

Total 93 100

Sumber: P.5/FC.5

Dari tabel 4.5. pembagian responden berdasarkan jenis smartphone yang digunakan yakni Android sebanyak 40 pengguna (43%) yang memiliki jumlah terbanyak. Sementara pada pengguna jenis smartphone iOS sebanyak


(54)

30 pengguna (32,3%), Blackberry sebanyak 21 pengguna (22,6%) dan jenis Windows digunakan oleh sebanyak 2 orang pengguna saja (2,2%).

Smartphone berbasis Android dan iOS merupakan smartphone yang paling banyak digunakan. Kelengkapan yang ditawarkan kedua smartphone ini menjadi daya tarik sehingga banyak orang yang lebih memilih kedua smartphone ini. Blackberry merupakan smartphone yang pernah digemari karena memiliki fasilitas BBM, seiring berkembangnya Android dan iOS, BBM tersedia di kedua smartphone tersebut. Windows merupakan smartphone yang paling sedikit diminati. Keterbatasan penggunaan media sosial seperti tidak bisanya penggunaan media sosial Instagram dan juga harga yang cukup mahal membuat orang kurang tertarik untuk menggunakan jenis smartphone ini.

Smartphone jenis Blackberry merupakan semua smartphone yang ber-merk Blackberry, yaitu sebuah smartphone keluaran Canada. Smartphone berjenis iOS merupakan smartphone keluaran Apple, seperti iPhone, iPad, iMac, dan iPod, smartphone berjenis Android telah dimiliki oleh banya merk handphone, yakni Mito, Motorolla, Lenovo, Oppo, Samsung (terpopuler) dan masih banyak lagi, smartphone jenis Windows contohnya Nokia Lumia.

Gambar 4.1


(55)

Dapat dilihat dari gambar 4.1. bahwa responden mengaku tidak terlalu aktif di media sosial Facebook. Hal ini dikarenakan banyaknya muncul media sosial baru yang dianggap lebih bagus daripada media sosial yang merupakan media sosial paling banyak digunakan di seluruh dunia ini. Dapat dilihat bahwa banyak responden memilih waktu malam untuk mengakses media sosial ini, disusul sore hari, kemudian siang hari dan paling rendah pemakaian pada pagi hari. Dapat terlihat dari grafik, penggunaan media sosial Twitter terendah adalah di pagi hari, lalu dilanjutkan pada siang hari, lalu grafik naik cukup drastis di sore hari dan pada malam hari mayoritas responden mengaku sangat sering membuka media sosial microblogging ini.

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden aktif dalam menggunakan media sosial path. Titik terendah pemakaian di pagi hari, kemudian di siang. Pada sore dan malam hari lebih dari setengah responden mengaku sangat sering membuka media sosial ini. Begitu pula dengan media sosial instagram, di mana penggunaanya oleh para responden cukup aktif. Media sosial Path dan Instagram merupakan media sosial yang hanya dapat diakses menggunakan smartphone tertentu, yaitu android dan iOS. Besarnya penggunaan smartphone di lingkungan responden, menjadikan media sosial ini sangat digemari.

Dapat dilihat dari grafik, penggunaan Ask.Fm masih sangat rendah pada siswa SMA Negeri 1 Medan. Dapat dilihat mayoritas responden mengaku tidak pernah membuka media sosial ini pada pagi, siang, sore dan malam hari. Pemakaian paling banyak, yakni malam hari. Media sosial Ask.Fm merupakan media sosial yang tidak terlalu popular di Indonesia. Hanya sedikit responden yang menggunakan media sosial ini. Media sosial Youtube merupakan media sosial yang dikhususkan untuk wadah audio visual, di mana video yang diunggah dapat berdurasi sangat panjang. Dari grafik pengaksesan media sosial Youtube memuncak pada malam hari. Tetapi hanya segelintir responden yang memanfaatkan media sosial ini. Dapat dilihat pula, hanya sedikit responden yang menggunakan media sosial lain. Tidak adanya perbedaan yang mencolok dari pemakaian media sosial lain di


(56)

sepanjang hari. Pemakaian media sosial lain yang dituliskan responden, yakni Kaskus dan Mavensays.

Dapat dilihat bahwa di pagi dan siang hari merupakan waktu terendah dalam pemakaian media sosial. Dapat dipastikan kegiatan sekolah merupakan salah satu factor atas rendahnya penggunaan media sosial pada waktu ini.

4.1.2. Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Terhadap Tindakan Cyberbullying di Media Sosial.

Opini dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: experience, attitude dan knowledge. Berikut adalah hasil analisis penelitian tentang Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Terhadap Cyberbully di Media Sosial.

Tabel 4.6.

Pengalaman Siswa Mengirimkan Pesan Berisi Hinaan atau Ancaman Media

social

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering F P(%) F P(%) F P(%) F P(%)

Facebook 67 72 19 20,4 4 4,3 3 3,2

Twitter 57 61,5 21 22,6 12 12,9 3 3,2

Path 74 79,6 6 6,5 7 7,5 6 6,5

Instagram 79 84,9 5 5,4 3 3,2 6 6,5 Ask.Fm 82 88,2 2 2,2 4 4,3 5 5,4 Youtube 82 89,2 2 2,2 3 3,2 5 5,4

Dll 92 98,9 1 1,1 0 0 0 0

Sumber: P.7/FC. 6-FC. 12

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayotitas responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa mengirimkan pesan berisi hinaan atau ancaman. Hal ini dibuktikan dari tabel, di setiap media sosial yang dipaparkan persentase tidak pernah berada di atas angka 60%.

Media sosial Path dan Instagram yang merupakan media sosial yang masih baru, mendapatkan persentase tertinggi yakni 6,5%. Kedua media sosial ini merupakan media sosial yang dibatasi akses dan penggunaanya, yaitu hanya dapat digunakan oleh smartphone tertentu (android dan ios).


(57)

Media sosial Path sendiri sesungguhnya merupakan media sosial yang berbasis ‘private social network’, yang bertujuan dipergunakan oleh penggunanya secara rahasia dengan terbatasnya jumlah pertemanan. Sedangkan media sosial Instagram merupakan media sosial yang diutamakan sebagai sarana album foto yang dapat dikomentari oleh siapa saja. Dapat dilihat bahwa, tidak sedikit remaja yang menyalahgunakan dan menggunakan media sosial tersebut secara tidak sesuai dengan ketentuan dan tujuan awal pembuatan media sosial tersebut.

Tabel 4.7.

Pengalaman Siswa Menyebarkan Gosip atau Kabar Burung di Media Sosial

Media sosial Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P (%) F P(%) F P(%) F P(%)

Facebook 73 78,5 8 8,6 8 8,6 4 4,3

Twitter 60 64,5 16 17,2 13 14 4 4,3

Path 71 76,3 15 16,1 7 7,5 0 0

Instagram 83 89,2 5 5,4 5 5,4 0 0

Ask.Fm 86 92,5 2 2,2 5 5,4 0 0

Youtube 88 94,6 1 1,1 4 4,3 0 0

Dll 92 98,9 1 1,1 0 0 0 0

Sumber: P.8/FC.13-FC.19

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas siswa SMA Negeri 1 Medan tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying berupa menyebarkan gosip atau kabar burung di media sosial. Dapat dilihat bahwa lebih dari 60% responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying ini di semua media sosial.

Dari tabel di atas dapat dilihat pula bahwa twitter merupakan media sosial dengan pemakaian terbanyak dalam tindakan penyebaran gosip atau kabar burung di media sosial. Twitter merupakan media sosial dengan persentase tidak pernah terendah di antara media sosial lainnya, yakni 64,5%, jarang yakni 17,2%, biasa saja 14% dan sering 4,3%.


(1)

   

Kegiatan Cyberbully Yang dilakukan Dan Terjadi Pada Siswa SMA negeri 1 Medan


(2)

(3)

   


(4)

Foto Anak Selebritis Nikita Mirani Dihina melalui Komentar Instagram Oleh Para Pembencinya


(5)

   

Amanda Todd seorang remaja yang memutuskan bunuh diri karena

cyberbully yang menimpa dirinya. Foto diatas merupakan capture-an video yang dibuat Amanda Todd sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri. Dimana dia menceritakan kisah cyberbully-nya dengan secarik kertas di video ini.

Bentuk cyberbully yang diterima oleh Amanda Todd sebelum ia meninggal. Foto diatas merupakan penghinaan yang menimpanya setelah ia


(6)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA : Fanny Aulia Putri

NIM : 100904111

PEMBIMBING : Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm

No. TANGGAL PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF PEMBIMBING 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

22 November 2013 2 Desember 2013 22 Desember 2013 5 Maret 2014

7Maret 2014 5 Juni 2014 10 Juni 2014

ACC Seminar Propsal Seminar Proposal ACC BAB 1 Penyerahan BAB 2, BAB 3 dan Kuesioner ACC BAB,2 BAB 3 dan Kuesioner

Penyerahan BAB 4 dan 5