Pengaruh Budaya Akseptor KB terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang

  

PENGARUH BUDAYA AKSEPTOR KB TERHADAP PENGGUNAAN

KONTRASEPSI IUD DI KECAMATAN PANTAI LABU

KABUPATEN DELI SERDANG

  1

  2

  3 1.

  Yanti.N.H , Erika Revida , Asfriyati 2.

  RSU Muhammadiyah Sumatera Utara, Jln Mandala By Pass No.27 Medan 3. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jln. Prof Dr.Sofyan No.1 Medan Departemen Kependudukan dan Biostatistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Jln. Prof Maas No.1 Medan Abstract

  The number of Fertile Age Couples (PUS) through June of 2011 in Pantai Labu sub-district as much as 7.472, there was an increase compared to the year 2009 as many as 7221. Community participation as a Active participants of family planning program (KB) in 2011 for 5453 which is 72.98% of the total number of Fertile Age Couples, achievement of a new family planning program (KB) 485 (47%) of the Request for Public Use (PPM) of 1032. Of these participants of IUD family planning program (KB) distribution as much (1.89 %).

  This study aims to analyze the influence of culture of KB Acceptors on the use of IUD contraception. This type of research is an explanatory survey a nd implemented from March 2011 until January 2012. T he overall population of women KB acceptors in Pantai Labu sub-district. Based on data of monthly report in June 2011 which is as much as 4. 892 Acceptors. Methods of data analysis applied was multiple logistic regression test.

  The results indicated that significantly the use of IUD contraception was influenced by the variable of knowledge, beliefs, values, and kinship. The most influential and dominant variable is kinship.

  The budget allocated proportionally according to the needs of the population development and family development and increase access and quality of information, education, counseling and contraceptive services by empowering religious leaders and community leaders, and safari activities KB .

  Keywords: Culture, KB Acceptors and the Use of IUD Contraception

Pendahuluan penduduk yakni melalui program Keluarga

  Angka kematian merupakan barometer Berencana (KB). Program KB memiliki peranan status kesehatan, terutama kematian ibu dan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui kematian bayi. Tingginya angka kematian pencegahan kehamilan, penundaan usia tersebut menunjukkan rendahnya kualitas kehamilan serta menjarangkan kehamilan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data dari dengan sasaran utama adalah Pasangan Usia SDKI 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Subur (PUS). Indonesia yakni 228 per 100.000 kelahiran Salah satu strategi dari pelaksanaan hidup. Akan tetapi bila dilihat dari target program KB sendiri seperti tercantum dalam

  

Millenium Development Goals (MDGs) yakni Rencana Pembangunan Jangka Menengah

  110 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat (RPJM) tahun 2004-2009 adalah meningkatnya ini masih perlu diturunkan lagi. penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Penyebab kematian ibu selain karena Panjang (MKPJ) seperti IUD (Intra Uterine perdarahan, preeklamsia/eklamsia adalah Device ), implant (susuk) dan sterilisasi. IUD tingginya paritas pada seorang ibu, yang diikuti merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan. hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka Salah satu program untuk menurunkan angka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kematian ibu dan menekan angka pertumbuhan kehamilan.

  Pada Riskesdas 2010, PUS usia 15-49 tahun berstatus kawin dan memakai alat KB tahun 2009 sebanyak 75,7%. Propinsi dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah Bengkulu 85,5%, Bali 85,1%, dan DKI Jakarta 82%. Persentase peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan adalah KB suntik 50,2% dan KB pil 28,3%. Berdasarkan metode kontrasepsi menurut propinsi, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) banyak digunakan di Propinsi Bali 47,88% dan DI Yogyakarta 25,44% dengan persentase jauh di atas propinsi yang lain.

  Target pelayanan KB Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 sebanyak 2.077.195 PUS, peserta KB aktif sebanyak 1.393.191 67,07%.

  Berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan Akseptor IUD sebesar 10,21%, MOW/MOP sebesar 8,21%, implant sebesar 8,50%, suntik sebesar 33,28% dan pil sebesar 24,61% dan pengguna kondom sebesar 5,53%.

  Pembangunan bidang pelayanan kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Deli Serdang. Dari peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat akan memberi dampak kepada peningkatan usia harapan hidup, penurunan angka kematian ibu hamil, angka kematian bayi dan pelayanan keluarga berencana. Jumlah PUS di Kabupaten Deli Serdang sampai tahun 2010 sebanyak 300.133 jiwa, dengan capaian Akseptor KB baru sebesar 14,98%, peserta KB aktif sebesar 73.06%. Akseptor yang menggunakan MKJP seperti: IUD sebesar 11,11%, MOP/MOW sebesar 5,74%, implant sebesar 8,035%. Non MKJP yaitu memakai kondom sebesar 8,23%, suntik sebesar 31,45% dan pil sebesar 35,41%.

  Jumlah PUS sampai bulan Juni tahun 2011 di Kecamatan Pantai Labu sebanyak 7.472 jiwa, ada peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebanyak 7.221. Partisipasi masyarakat sebagai Peserta KB Aktif tahun 2011 sebesar 5.453 yakni 72,98% dari jumlah total PUS, capaian KB baru 47% dari Permintaan Pemakaian Masyarakat (PPM) sebanyak 1.032. Dari jumlah tersebut distribusi peserta KB menurut alat adalah: IUD dengan PPM sebanyak 621 dan PA sebesar 1,89%, MOW/MOP PPM sebanyak 338 dan PA 3,08%, implant PPM sebanyak 416 dan PA 7,99%, kondom PPM sebanyak 474 dan PA 10,28%, suntik PPM sebanyak 2.016 dan PA

  30,64%, dan pil PPM sebanyak 2.400 dan PA 43,90%.

  Meskipun masyarakat telah mengalami perubahan bersamaan dengan proses modernisasi, aspek sosio-kultural masih melekat dalam kehidupan sehari-hari sehingga memengaruhi penerimaan dan pelaksanaan program KB di Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan program KB dan kesehatan reproduksi dalam perkembangannya selalu mempertimbangkan aspek sosio-kultural bangsa Indonesia. Kebijakan ini sesuai dengan undang- undang nomor 52 tahun 2009 tentang penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan. Sejalan dengan kebijakan ICPD Kairo bahwa setiap program kesehatan reproduksi dan seksual harus sesuai dengan norma, budaya, agama, dan hak- hak azasi manusia yang bersifat universal serta prioritas pembangunan bagi msing-masing bangsa.

  Rendahnya Akseptor KB IUD di Kabupaten Deli Serdang di pengaruhi beberapa faktor, seperti : 1) ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD, kualitas pelayanan KB, biaya pelayanan IUD yang mahal, adanya hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD, adanya niat yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan pada kepercayaan, norma-norma di masyarakat dan norma pokok yang ada dalam lingkungan dan kekerabatan.

  Permasalahan

  Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: apakah budaya Akseptor KB berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

  Tujuan Penelitian

  Untuk menganalisis pengaruh budaya Akseptor KB (pengetahuan, kepercayaan, nilai dan kekerabatan) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

  BAHAN DAN CARA Desain Penelitian

  Analisis data dengan menggunakan chi

  Tabel 2. Hubungan Kepercayaan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Kepercayaan Penggunaan Kontrasepsi IUD Jumlah (p) Menggunakan Tidak Menggunakan n % n % N % Kepercayaan Positif 9 90,0 1 10,0 10 100,0 0,015 Kepercayaan Negatif 21 42,0 29 58,0 50 100,0

  IUD.

  25 Akseptor yang pengetahuan cukup 12 (48%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 13 (52%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Sedangkan dari 23 Akseptor KB yang memiliki pengetahuan kurang, 7 (30,4%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 16 (69,6%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 (p < 0,05), terbukti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi

  Dari tabel 1 diatas diperoleh dari 12 Akseptor KB yang pengetahuannya baik 11 (91,7%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 1 (8,3%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Dan dari

  Tabel 1. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Pengetahuan Penggunaan Kontrasepsi IUD Jumlah (p) Menggunakan Tidak Menggunakan n % n % N % Baik 11 91,7 1 8,3 12 100,0 0,003 Cukup 12 48,0 13 52,0 25 100,0 Kurang 7 30,4 16 69,6 23 100,0

  Variabel pengetahuan, kepercayaan, nilai dan kekerabatan. Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :

  HASIL

  analisis tahap lanjutan menggunakan uji regresi logistik berganda.

  square pada tingkat kepercayaan 95% dan

  Analisis Data

  Penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional.

  4. Kekerabatan : hubungan yang terbentuk diantara Akseptor KB yang dapat memberi pengaruh positif atau negatif yang memengaruhi perilaku responden untuk memilih metode KB, meliputi: hubungan yang terbina antara sesama Akseptor dan petugas kesehatan.

  3. Nilai : sesuatu yang yang dianggap baik atau buruk oleh Akseptor KB tentang program Keluarga Berencana khususnya kontrasepsi IUD yang menjadi dasar pengambilan keputusan untuk menggunakannya.

  2. Kepercayaan : pandangan Akseptor KB terhadap program Keluarga Berencana menurut agama, norma dan adat, meliputi: pembatasan jumlah anak menurut agama dan adat, arti anak dalam keluarga dan metode KB yang sesuai dengan agama.

  Pengetahuan : segala sesuatu yang diketahui Akseptor KB tentang IUD, meliputi: pengertian, keuntungan, efek samping, waktu yang tepat untuk pemasangan dan mitos tentang KB IUD.

  Definisi Operasional 1.

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua Akseptor KB wanita yang tersebar di wilayah Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang sebanyak 4.892 Akseptor. Jumlah sampel sebanyak 60 Akseptor.

  Populasi dan Sampel

  Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret tahun 2011 sampai dengan bulan Januari tahun 2012.

  Lokasi dan Waktu Penelitian

  Dari tabel 2 diatas diperoleh bahwa 10 Akseptor KB yang kepercayaan positif 9 orang (90%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 1 (10%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Sedangkan dari 50 Akseptor KB yang memiliki kepercayaan negatif, 21 (42%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 29 (58%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,015 (p < 0,05), terbukti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

  Tabel 3. Hubungan Nilai dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Nilai Penggunaan Kontrasepsi IUD Jumlah (p) Menggunakan Tidak Menggunakan n % n % N % Nilai Positif 18 78,3 5 21,7 23 100,0 0,001 Nilai Negatif 12 32,4 25 67,6 37 100,0

  0,025 0,011 0,022 0,011

  Dari tabel 6 diperoleh probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi

  1 1 1 -1,06900 0,34 0,74440 74,4 1 1 2,38000 10,8 0,08471 8,47 1 1 1 0,35600 1,42 0,41192 41,1 1 1 3,80500 44,9 0,02177 2,18 1 1 2,11000 8,24 0,10812 10,8 1 5,55900 259,56 0,00383 0,38 1 1 1 -0,84600 0,429 0,69972 69,9 1 1 2,60300 13,504 0,06894 6,89 1 1 0,90800 2,479 0,28740 28,7 1 4,35700 78,022 0,01265 1,26 1 1 2,33300 10,308 0,08842 8,84 1 5,78200 324,40 0,00307 0,31 1 4,08700 59,561 0,01651 1,65 7,53600 1874,3 0,00053 0,05

  Tabel 6. Probabilitas Individu P K N K R W = - (- 7,536+1,977(P)+3,179 (K)+1,754(N)+3,667(KR)) Exp (w) 1/(1+ex p(w)) P 1 1 1 1 -2,82300 0,05 0,94390 94,3 1 1 1 0,62600 1,87 0,34841 34,8

  IUD adalah kekerabatan dengan nilai β = 3,449 dan p = 0,011. Tabel diatas menunjukkan semua variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan kontrasepsi IUD. Dan keseluruhan variabel bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

  Dari tabel 5 diperoleh bahwa yang dominan memengaruhi penggunaan kontrasepsi

  Constant -8,308 0,000

  1,977 3,179 1,754 3,449*

  Dari tabel 3 diperoleh bahwa 23 Akseptor KB yang nilai positif 18 (78,3%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 5 (21,7%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Sedangkan dari

  Tabel 5. Pengaruh Budaya terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD Variabel B P value Pengetahuan Kepercayaan Nilai Kekerabatan

  IUD.

  Dari tabel 4 diatas diperoleh bahwa 12 Akseptor KB yang kekerabatan positif 11 (91,7%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 1 (8,3%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Sedangkan dari 48 Akseptor KB yang memiliki kekerabatan negatif, 19 (39,6%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 29 (60,4%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 (p < 0,05), terbukti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kekerabatan dengan penggunaan kontrasepsi

  Tabel 4. Hubungan Kekerabatan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Kekerabatan Penggunaan Kontrasepsi IUD Jumlah (p) Menggunakan Tidak Menggunakan n % n % N % Kekerabatan Positif 11 91,7 1 8,3 100,0 0,002 Kekerabatan Negatif 19 39,6 29 60,4 48 100,0

  Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05), terbukti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara nilai dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

  37 Akseptor KB yang memiliki nilai negatif, 12 (32,4%) menggunakan kontrasepsi IUD dan 25 (67,6%) tidak menggunakan kontrasepsi IUD.

  IUD. Misalkan bila seluruh variabel budaya Akseptor KB (pengetahuan baik, kepercayaan positif, nilai positif dan kekerabatan positif) kode nya 0, maka probalilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 0,05% sedangkan apabila seluruh variabel budaya Akseptor KB (pengetahuan kurang, kepercayaan negatif, nilai negatif dan kekerabatan negatif) kodenya 1, maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 94,39%.

  DISKUSI Pengaruh Pengetahuan terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

  Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi

  tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

  Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila pengetahuan Akseptor KB baik, variabel kepercayaan positif, nilai positif dan kekerabatan positif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 0,05%.

  Pengetahuan yang dimiliki Akseptor KB berpengaruh terhadap keinginan untuk menggunakan kontrasepsi IUD, untuk itu perlu ditingkatkan pengetahuan Akseptor melalui penyuluhan kepada Pasangan Usia Subur dan pembentukan serta pelatihan kader KB yang sehari-harinya dapat bergabung dengan masyarakat membantu petugas kesehatan.

  Imbarwati, (2009) juga menunjukkan dalam penelitian tentang beberapa faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB IUD pada peserta KB IUD non IUD di Kecamatan Pedurungan menunjukkan terdapat pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dengan pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi IUD dengan nilai p = 0,005.

  Notoatmodjo, (2007), menyatakan bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang jika dia mendapat informasi yang baik dari berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dan pengalaman adalah guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperolehnya dalam memecahkan permasalah yang dihadapi pada masa lalu.

  Pengaruh Kepercayaan terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

  Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan ada pengaruh kepercayaan Akseptor KB terhadap penggunaan kontrasepsi IUD dengan nilai β = 3,179 dan p = 0,011, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

IUD dengan nilai β = 1,977 dan p = 0,025, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel

  Meskipun program KB sudah mendapat dukungan dari Departemen Agama Republik Indonesia dengan telah ditandatanganinya

  Memorandum of Understanding (MoU) Nomor

  1 Tahun 2007 dan Nomor: 36/HK.101/FI/2007 tentang advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi program Keluarga Berencana menyatakan: pandangan setiap agama terhadap KB berbeda-beda sesuai dengan ajarannya masing-masing. Agama Islam memperbolehkan KB dengan alasan KB dianggap penting untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, tetapi ada juga pendapat yang mengatakan KB tidak boleh dilakukan dengan alasan Al-Qur’an tidak diperbolehkan memakai alat kontrasepsi yang dianggap membunuh bayi atau agama Islam menginginkan agar Islam mempunyai umat yang besar dan kuat. Selain itu, jenis kontrasepsi

  IUD dihindari oleh umat Islam karena untuk pemasangannya harus membuka aurat.

  Agama Hindu memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat maka kelahiran harus diatur jaraknya dengan mengikuti program KB. Agama Buddha memandang setiap manusia pada dasarnya baik dan tidak melarang umatnya mengikuti program KB demi terwujudnya kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak melarang umatnya mengikuti program KB. Namun, agama Katolik masih menjadi oposisi utama program KB karena hanya menerima abstinensia dan pantang berkala (hubungan seksual hanya dilakukan pada masa tidak subur dalam siklus bulanan seorang wanita) sebagai metode keluarga berencana yang sesuai dengan pandangan gereja dan menolak secara tegas metode KB lainnya. Hal ini dikarenakan agama Katolik memiliki pandangan kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah.

  Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila kepercayaan positif, pengetahuan kurang, nilai negatif dan kekerabatan negatif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 41,19%.

  Keadaan ini menggambarkan bahwa kepercayaan masyarakat di Kecamatan Pantai Labu terkait dengan program Keluarga Berencana sangat memprihatinkan, karena masih banyak dari responden tidak mendukung sepenuhnya program pemerintah tersebut terutama masyarakat yang bersuku Batak dan Melayu. Masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dari suku mereka atau pituah orang tua dan juga faktor agama.

  Banyak alasan yang dikemukakan dari responden kenapa tidak menggunakan KB IUD, seperti: pada suku melayu mengatakan anak itu titipan tuhan dan itu adalah rejeki dari Yang Maha Kuasa, maka tidak berhak kita untuk menghalang-halanginya dengan memakai alat kontrasepsi jangka panjang, mereka juga mengatakan masing-masing anak ada rejekinya jadi tidak perlu khawatir untuk tidak bisa makan. Sedangkan yang bersuku Batak mengatakan dia tidak mungkin memakai alat kontrasepsi jangka panjang sebelum mendapat anak laki-laki, belum ada pengakuan kalau anak perempuan bisa meneruskan keturunan. Responden juga tidak terima dengan mempunyai anak yang sedikit akan dapat menjamin hari tua, karena pada dasarnya semakin banyak anak semakin banyak tempat orang tua tinggal ketika dia tua atau semakin banyak anak yang akan memberikan bantuan.

  Suku menjadi faktor yang memengaruhi terlaksananya suatu program, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa sebagian besar responden adalah suku Melayu (46,7%) dan suku Jawa (38,3%). Dari hasil wawancara dengan PLKB Kecamatan, suku melayu menjadi Akseptor KB karena mayoritas penduduk adalah Melayu dan mereka tinggal di lingkungan yang banyak suku Jawanya sehingga memberi pengaruh positif. Sedangkan masyarakat suku Jawa adalah kelompok suku yang lebih mudah menerima terhadap perubahan sehingga semua program pemerintah akan terlaksana dengan baik jika masyarakatnya banyak bersuku Jawa.

  Pengaruh Nilai terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

  Huky (dalam Syani, 1995) menyebutkan, nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi diantara para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis atau bawaan sejak lahir. Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan-pemenuhan kebutuhan sosial, nilai-nilai juga melibatkan emosi.

  Syani (1995) mendefinisikan nilai sebagai kumpulan perasaan mengenai apa yang diinginkan atau yang tidak diharapkan, mengenai yang boleh dilakukan atau yang tabu dilakukan. Keadaan ini menggambarkan bahwa nilai yang di anut masyarakat di Kecamatan Pantai Labu terkait dengan program Keluarga Berencana menjadi catatan bagi petugas dalam melakukan promosi kesehatan khususnya metode KB IUD.

  Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan ada pengaruh nilai Akseptor KB terhadap penggunaan kontrasepsi

IUD dengan nilai β = 1,754 dan p = 0,022, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel

  tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

  Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila nilai positif, pengethuan kurang, kepercayaan negatif dan kekerabatan negatif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 74,44%.

  Hal ini sesuai dengan fenomena masyarakat di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalah ketidakpercayaan mereka terhadap program Keluarga Berencana akan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan keluarga yang berkualitas. Mereka mengatakan sudah banyak masyarakat yang menggunakan KB dan sudah mengikuti anjuran pemerintah untuk mempunyai anak dua paling banyak tiga orang. Akan tetapi jika dilihat keadaan ekonomi, kenyamanan, kebahagian di rumah tangga masih jauh dari harapan. Banyak masyarakat mengikuti program Keluarga Berencana dan hanya mempunyai anak dua orang, namun pada kenyataannya keluarga yang mempunyai anak banyak dan tidak ikut program KB keluarganya lebih berkualitas, semua anak-anaknya bisa sekolah sedangkan keluarga kecil yang mempunyai dua orang anak tidak bisa menyekolahkan anaknya.

  Dapat dilihat dari semua rumah tangga yang ada di Kecamatan Pantai Labu, proporsi keluarga pra sejahtera berada pada urutan kedua lebih banyak dibandingkan dengan tahapan keluarga sejahtera lainnya, yaitu ada sebanyak 1.618 berada pada tahapan pra keluarga sejahtera dari 9.028 rumah tangga.

  Pengaruh Kekerabatan terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD

  Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan ada pengaruh kekerabatan Akseptor KB terhadap penggunaan kontrasepsi IUD dengan nilai β = 3,449 dan p = 0,011, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

  Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila kekerabatan positif, pengetahuan kurang, kepercayaan negatif dan nilai negatif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 34,84%.

  Keadaan ini menggambarkan bahwa variabel kekerabatan yang ada di masyarakat Kecamatan Pantai Labu mengarah ke perilaku negatif, artinya masyarakat lebih mempercayai mitos, pengalaman yang tidak jelas dan informasi yang salah atau kurang tepat sehingga memengaruhi individu untuk menentukan sikap, dalam hal ini adalah memilih untuk menggunakan kontrasepsi IUD.

  Dari hasil wawancara mendalam banyak responden mengatakan mereka ikut atau menjadi Akseptor KB karena membutuhkan pelayanan tersebut dan atas dukungan dari petugas kesehatan. Akan tetapi dalam menentukan pilihan untuk memilih jenis metode KB sebagian besar responden mengatakan karena disuruh orang tua atau saudara, karena ikut-ikutan dengan teman atau tetangga, dan tidak mau ambil resiko karena metode tersebut masih jarang digunakan di lingkungannya. Para PUS memilih alat kontasepsi untuk digunakan tanpa mempertimbangkan kecocokan alat, mereka tetap menjatuhkan pilihan untuk menggunakan KB Pil atau Suntikan meskipun mempunyai riwayat tekanan darah tinggi.

  Pada hasil penelitian dapat dilihat proporsi penggunaan alat kontrasepsi yang paling banyak di gunakan sekarang dan kontrasepsi yang digunakan sebelumnya adalah jenis KB Pil dan Suntikan masing-masing (50%) dan (33,3%).

  Hasil yang sama ditunjukkan dari penelitian Sukaisih (2005), tentang Pengaruh Karakteristik, Pengrtahuan, dan Dukungan Suami terhadap Pemakaian KB IUD di Kecamatan Banyumanik Kota, terdapat pengaruh antara dukungan suami terhadap penggunaan kontrasepsi IUD dengan p = 0,002 dan terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap penggunaan kontrasepsi IUD dengan p= 0,011.

  KESIMPULAN 1.

  Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tergolong rendah 2. Ada pengaruh budaya Akseptor KB

  (pengetahuan, kepercayaan, nilai dan kekerabatan) terhadap penggunaan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

  3. Hasil uji regresi logistik berganda didapatkan bahwa budaya yang dominan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi IUD adalah variabel kekerabatan.

  Ali, Z., 2010. Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan, Jakarta: Trans Info Media.

  _______, 2010. Agama, Kesehatan dan Keperawatan, Jakarta: Trans Info Media. Andrews, G., 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Edisi 2, Jakarta: EGC. Aritonang, J., 2010. Hubungan Budaya Patriarki terhadap Keputusan WUS Menjadi

  Akseptor Keluarga Berencana di Lingkungan VI Simpang Selayang Medan Tuntungan Tahun 2010, KTI

  Program D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara, diakses 11 Oktober 2011;

  Pelayanan di Klinik KB s/d Bulan Juni 2011, Deli Serdang. Depkes RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan

  Jasin, S., 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.

  Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Tesis Program PascasarjanaUniversitas Diponegoro, diakses 11 Oktober 2011;

  Faisal, S., 2007. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hartanto, H., 2006. Ragam Metode Kontrasepsi, Jakarta: EGC. _______, 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: EGC. Imbarwati, 2009. Beberapa Faktor yang

  

  Kesehatan dalam Pembangunan Masyarakat Papua (Jurnal Antropologi Papua) Volume 1, Jayapura: Universitas Cenderawasih, diakses 17 Oktober;

  Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010, Lubuk Pakam. Djoht, D.R., 2002. Penerapan Ilmu Antropologi

  ________, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta. Dinkes Deli Serdang, 2011. Profil Kesehatan

  Safer (kehamilan yang lebih Aman), Jakarta.

  Strategis Nasional Making Pregnancy

  _______, 2011. Laporan Umpan Balik Operasional Pengendalian Lapangan dan

  

  

  _______, 2009. Rekapitulasi Laporan Bulanan Pengendalian Lapangan Program Keluarga Berencana Nasional Tingkat Provinsi, diakses 12 Oktober 2011;

  _______, 2007. Gender dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.

  _______, 2005. Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 2005-2009, Jakarta.

  BKKBN, 2005. Kebijakan Program Keluarga Berencana Nasional (Lokakarya Desiminasi Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan KB melalui Pendekatan Manajemen dan Teknis Teruji), Medan.

  

  ________, 2010. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia, diakses 4 Maret 2011;

  Bappenas, 2004. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia, diakses 5 Afril 2011;

  Jogjakarta: Mitra Cendikia. BPS, 2008. Kecamatan Pantai Labu dalam Angka 2008, Deli Serdang.

  Arum, D.N.S., Sujiyatini, 2008. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.

  Kalangie, N.S., 1994. Kebudayaan dan Kesehatan (Pengembangan Pelayanan Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosiobudaya), Jakarta: Ksaint Blanc Indah Corp.

  Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta. Niven, 2002. Psikologi Kesehatan, Jakarta: Grasindo. Nookasiani, 2009. Sosiologi Keperawatan, Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. _______, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta. Pinem, S., 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Media. Prawirohardjo, S., 2002. Ilmu Kebidanan,

  Soekanto, S., 2007. Sosiologi (Suatu Pengantar), Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sukaisih, T.H., 2005. Pengaruh Karakteristik,

  

  Undang-Undang RI, 2009. Undang-Undang RI No. 52 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, diakses 4 April 2011;

  

  11 Oktober 2011;

  Sukidin, B., 2005. Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia. Syani, A., 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Jaya. Taufiq, M., 2011. Konsep Dalihan Na Tolu dalam Masyarakat Suku Batak, diakses

  Pengrtahuan, dan Dukungan Suami terhadap Pemakaian KB IUD di Kecamatan Banyumanik Kota, Skripsi FKM Univesitas Diponegoro, diakses 2 Januari 2012;

  Siregar, F.A., 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah anak pada Keluarga terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), FKM Univesitas Sumatera Utara, diakses 5 Juni 2011; http://www.repository USU.ac.id .

  Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ranjabar, J., 2006. Sistem Sosial Budaya

  Silalahi, U., 2009. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama.

  Sarwono, S., 1993, Sosiologi Kesehatan (Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya), Yogyakarta: Gajah Mada Press.

  Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

  Sabri, L., 2008. Statistik Kesehatan, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Saifuddin, A.B., 2006. Buku Panduan Praktis

  Data Kesehatan (Dilengkapi Uji Validitas dan Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS), Yogjakarta: Nuha Medika.

  Menghadapi Globalisasi, Medan: USU Press. Riyanto, A., 2009. Pengolahan dan Analisis

  Indonesia (Suatu Pengantar), Bogor: Ghalia Indonesia. Ridwan, T.A., 2005. Budaya Melayu

  Wijayanti, T., 2001. Faktor Sosial Budaya dan Pelayanan Kontrasepsi yang Berkaitan dengan Kesertaan KB IUD di 2 (Dua) Desa Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen Agustus 2001, Skripsi FKM Univesitas Diponegoro, diakses 5 April 2011;

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Suami, Budaya dan Kualitas Pelayanan KB dengan Pemakaian Kontrasepsi AKDR (IUD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

13 140 160

Analisis Kelayakan Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pantai Muara Indah Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

2 87 97

Pengaruh Budaya Akseptor Kb Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Iud Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

10 67 153

Analisis Faktor Yang Memengaruhi Akseptor Kb Dalam Memilih Alat Kontrasepsi IUD Di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

4 58 90

Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman dan Minat terhadap Persepsi Penderita tentang Penyakit Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

3 57 124

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Penguat Peserta Kontrasepsi Pria terhadap Penggunaan Vasektomi di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang

1 36 132

Faktor-faktor Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur menjadi Akseptor KB di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 62 58

Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Tahun 2010

2 38 112

Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

1 37 134

Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Suami, Budaya dan Kualitas Pelayanan KB dengan Pemakaian Kontrasepsi AKDR (IUD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 9