Analisis Faktor Yang Memengaruhi Akseptor Kb Dalam Memilih Alat Kontrasepsi IUD Di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI AKSEPTOR KB DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA WONOSARI

KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2012

OLEH :

PESTAULI MARLINA MANURUNG NIM : 091000256

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI AKSEPTOR KB DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA WONOSARI

KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2012 Oleh :

PESTAULI MARLINA MANURUNG NIM : 091000256

Skripsi Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diujikan Di Hadapan Tim Penguji Departemen Kependudukan dan Bisotatistik

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Dosen Penguji Skripsi Ketua Penguji

Maya Fitria, SKM, M.Kes Nip. 19761005 200912 2 003

Penguji I

Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D

Nip. 19581110 198403 1 002 Penguji II

Asfriyati, SKM, M.Kes Nip. 19701220 19943 2 001

Penguji III

Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Nip. 19640826 199003 2 002 Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(3)

ABSTRAK

Alat kontrasepsi IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom.

Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi variabel yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD menjadi variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan metode penerapan eksploratori. Besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel total populasi yaitu sebanyak 40 orang.

Hasil penelitian menunjukkan menjadi 7 variabel (keamanan IUD, ketersediaan alat kontrasepsi IUD, tempat pelayanan KB, petugas kesehatan, media informasi, biaya pemasangan dan dukungan suami) yang dapat dilakukan proses analisis faktor. Dari 7 variabel tersebut terbentuk 3 faktor yaitu faktor 1 terdiri dari tempat pelayanan dan dukungan suami dinamakan faktor motivasi. Faktor 2 terdiri dari keamanan IUD, ketersediaan alat kontrasepsi IUD, dan media informasi dinamakan faktor kebutuhan. Faktor 3 terdiri dari petugas kesehatan dan biaya pemasangan dinamakan faktor sosioekonomi.

Saran diharapkan bagi petugas kesehatan dan petugas lapangan KB berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran PUS dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan keikutsertaan PUS dalam penggunaan KB IUD


(4)

ABSTRACT

The contraception device as IUD constituted a contraception method inserted within womb is acknowledged more relative effective than method with pill, injected and condom.

The objective of this study is to reduce the variable influencing acceptor people in choosing the better contraception with IUD become a new variable as its amount still relative few. This research adopted a analitic method using exploratory method approach, and involved some 40 respondents as total sampling method.

The result of research showed that there are at least 7 variables such as one security with IUD, supply of contraception device as IUD, clinic for service, worker of health, information media, cost of inserting, and support of husband, which by it should be done in factor analysis process. In all 7 variables, can be formed another 3 factors they are factor 1 comprising variable clinic for service, support of husband is defined as motivation factor. Still, factor 2 comprising variable of sefety uses of IUD, supply of contraception device as IUD is defined as necessity factor. Factor 3 comprising worker of health and cost of installing is defined as social economy factor.

It is encouraged those health personnel and family plan of field worker in serving public to take part actively in improving their awareness as couple, for it can be done in counseling to public and guide them continuously and support them to use IUD device.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pestauli Marlina Manurung

Tempat/Tanggal Lahir : Wonosari/08 Oktober 1985

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Turi No.85 Dusun V Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1992-1998 : SD Negeri 104240 Tanjung Morawa 2. Tahun 1998-2001 : SMP Negeri 3 Tanjung Morawa 3. Tahun 2001-2004 : SMU Negeri 1 Lubuk Pakam

4. Tahun 2004-2007 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan 5. Tahun 2009-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Riwayat Pekerjaan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Akseptor KB Dalam Memilih Alat Kontrasepsi IUD di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS.,Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II atas kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes Selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah meluangkan waktu serta penuh kesabaran dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.


(7)

4. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Kepala Desa Wonosari beserta staf yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak (B.Manurung) dan Mama (T.Doloksaribu), serta kakak (Betty), abang (Maiden dan Melky) dan adik (Delima dan Fortina) yang tersayang atas doa, semangat dan bantuan kepada penulis.

7. Rekan-rekan sepeminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Reproduksi (ita, mova, rizka, nuraini, sulis, susi, ira, yunita, sri) dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada kita semua.

Medan, Juni 2012 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak... ii

Abstract ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... . vi

Daftar Grafik ... . vii

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... . 6

2.1 Keluarga Berencana ... 6

2.1.1 Definisi Keluarga Berencana ... 6

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana ... 7

2.1.3 Visi dan Misi Keluarga Berencana ... 7

2.2. Kontrasepsi ... 7

2.3. Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) ... 8

2.3.1 Pengertian IUD... 8

2.3.2 Jenis IUD ... 9

2.3.3 Cara Kerja IUD ... 10

2.3.4 Keuntungan dan Kelemahan IUD ... 10

2.3.5 Waktu Penggunaan IUD ... 12

2.3.6 Waktu Kontrol IUD ... 12

2.4. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Seseorang dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD ... 13

2.4.1 Faktor Predisposisi ... 14

2.4.2 Faktor Pendukung ... 16

2.4.3 Faktor Pendorong ... 17

2.5. Analisis Faktor... 19

2.5.1 Defenisi. ... . 19

2.5.2 Kegunaan Analisis Faktor ... 20

2.5.3 Model Analisis Faktor ... . 21

2.5.4 Melakukan Analisis Faktor ... . 23

2.6 Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31


(9)

3.3. Populasi dan Sampel ... 31

3.4. Pengumpulan Data ... 32

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

3.6 Definisi Operasional... 34

3.7 Aspek Pengukuran ... 35 .

3.8 Teknik Analisa Data ... . 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.1 Gambaran Umum ... 37

4.1.1 Gambaran Desa Wonosari ... . 37

4.1.2 Gambaran Responden ... 37 .

4.1.3 Distribusi Jawaban Responden ... 40 .

4.2 Proses Analisis Faktor I ... 42

4.2.1 Uji Kelayakan I ... 44

4.2.2 Uji Kelayakan II ... 45

4.2.3 Uji Kelayakan III ... 46

4.2.4 Uji Kelayakan IV ... 47

4.3 Proses Analisis Faktor II(Ekstraksi)... 48 .

4.3.1 Communalities... . 49

4.3.2 Total Variance Explained ... . 50

4.3.3 Scree Plot... 51 .

4.3.4 Component Matrix ... 52

4.4 Proses Analisis Faktor III (Rotasi) ... 53

4.4.1 Rotated Component Matrix ... 54

4.4.2 Component Transformation Matriks ... 55

4.5 Proses Analisis Faktor IV (Menamakan Faktor) ... 55

4.6 Validasi Faktor ... 56 .

BAB V PEMBAHASAN ... 58

5.1 Interpretasi Faktor-Faktor ... 59

5.2 Kelebihan Analisis Faktor ... 62

5.3 Kekurangan Analisis Faktor... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64 .

6.1 Kesimpulan ... . 64

6.2 Saran ... . 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... .33

Tabel 3.2 Variabel dan Skala Pengukuran ... .35

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Desa Wonosari kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 37

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 38

Tabel 4.3Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Desa Wonosari kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... .38

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Di Desa Wonosari kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 39

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Skor pada Setiap Pernyataan ... .40

Tabel 4.6 Nilai Anti Image Matrices I ... .44

Tabel 4.7 Nilai Anti Image Matrices II ... 46

Tabel 4.8 Nilai Anti Image Matrices III... .47

Tabel 4.9 Nilai Anti Image Matrices IV ... .48

Tabel 4.10Communalities ... .49

Tabel 4.11 Total Variance Explained ... .51

Tabel 4.12Component Matrix ... 53

Tabel 4.13Rotated Component Matrix ... .54

Tabel 4.14Component Transformation Matrix... .55

Tabel 4.15Component Matrix Awal ... .56

Tabel 4.16Component Matrix Belah I (kasus 1 sampai 20) ... .56


(11)

ABSTRAK

Alat kontrasepsi IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom.

Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi variabel yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD menjadi variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan metode penerapan eksploratori. Besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel total populasi yaitu sebanyak 40 orang.

Hasil penelitian menunjukkan menjadi 7 variabel (keamanan IUD, ketersediaan alat kontrasepsi IUD, tempat pelayanan KB, petugas kesehatan, media informasi, biaya pemasangan dan dukungan suami) yang dapat dilakukan proses analisis faktor. Dari 7 variabel tersebut terbentuk 3 faktor yaitu faktor 1 terdiri dari tempat pelayanan dan dukungan suami dinamakan faktor motivasi. Faktor 2 terdiri dari keamanan IUD, ketersediaan alat kontrasepsi IUD, dan media informasi dinamakan faktor kebutuhan. Faktor 3 terdiri dari petugas kesehatan dan biaya pemasangan dinamakan faktor sosioekonomi.

Saran diharapkan bagi petugas kesehatan dan petugas lapangan KB berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran PUS dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan keikutsertaan PUS dalam penggunaan KB IUD


(12)

ABSTRACT

The contraception device as IUD constituted a contraception method inserted within womb is acknowledged more relative effective than method with pill, injected and condom.

The objective of this study is to reduce the variable influencing acceptor people in choosing the better contraception with IUD become a new variable as its amount still relative few. This research adopted a analitic method using exploratory method approach, and involved some 40 respondents as total sampling method.

The result of research showed that there are at least 7 variables such as one security with IUD, supply of contraception device as IUD, clinic for service, worker of health, information media, cost of inserting, and support of husband, which by it should be done in factor analysis process. In all 7 variables, can be formed another 3 factors they are factor 1 comprising variable clinic for service, support of husband is defined as motivation factor. Still, factor 2 comprising variable of sefety uses of IUD, supply of contraception device as IUD is defined as necessity factor. Factor 3 comprising worker of health and cost of installing is defined as social economy factor.

It is encouraged those health personnel and family plan of field worker in serving public to take part actively in improving their awareness as couple, for it can be done in counseling to public and guide them continuously and support them to use IUD device.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai kontribusi dari hak reproduksi sehingga dapat menghindari kehamilan pada umur atau jumlah persalinan yang membawa bahaya tambahan dengan cara menurunkan kesuburan (BKKBN Sumut, 2002).

Sejak awal tahun 1950, terutama tahun 1960, sederetan Negara memasukkan program Keluarga Berencana ke dalam program pembangunan mereka, antara lain India (1951), Pakistan (1960), Korea Selatan (1961), Indonesia (1968), Filipina (1970), Thailand (1970). Tujuan utama pembangunan ekonomi dan target akseptor secara eksplisit dicantumkan dalam program (Juliantoro, 2000).

Pada awal pelaksanaan program keluarga berencana, angka kesuburan total atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia relatif tinggi, yaitu sebesar 5,61 kelahiran per wanita. Kemudian pada tahun 1991 menurun menjadi 3,01, turun kembali menjadi 2,87 pada tahun 1994, tahun 1997 turun menjadi 2,79, turun kembali menjadi 2,6 pada tahun 2002 (SDKI, 2002). Berbagai hasil survei terbaru tahun 2008, TFR turun menjadi 2,4. Dengan demikian, TFR di Indonesia tahun 2008 termasuk dalam tingkat kesuburan sedang (Depkes RI, 2008).


(14)

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata, sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontrasepsi dapat dikatakan bahwa : IUD 4.32%, MOW 1.12%, MOP 0.20%, kondom 13.75%, implant 10.54%, suntik 43.35% dan pil 26.76% (BkkbN, 2010)

Pada semester I tahun 2011, jumlah peserta KB baru dengan menggunakan alat kontrasepsi IUD yang berhasil dirangkul Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) Propinsi Sumatera Utara mencapai 189.488 peserta atau 50.88% dari target Kontrak Kinerja Propinsi (KKP) yang ditetapkan 372.401 peserta, MOW 13.495 peserta (57%) dari target 23.674 peserta, Implant 4.594 peserta (53,25%) dari target 124.377 peserta, Pil 67.118 peserta (5,65%) dari target 120.600 peserta, dan pencapaian terendah adalah peserta KB baru pada alat kontrasepsi Kondom sebesar 20.266 (33,78%) dari target 60.000 peserta (BkkbN Sumut, 2011)

Dari hasil survei pendahuluan di Puskesmas Tanjung Morawa pada bulan Oktober 2011, diketahui jumlah pasangan usia subur di Kecamatan Tanjung Morawa yaitu sebanyak 1.782 dan menjadi akseptor KB aktif sebanyak 1.206 orang (67,6). Dimana persentasi pengguna kontrasepsi IUD yang ada di Desa Wonosari yaitu hanya sebanyak 40 akseptor (3,3%).


(15)

Dari penelitian terdahulu diketahui banyak faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD diantaranya : umur, pengetahuan, jumlah anak, dukungan suami, biaya pemasangan, keamanan IUD, ketersediaan alat kontrasepsi IUD, tempat pelayanan KB, petugas kesehatan dan media informasi.

Hasil penelitian Syamsiah (2002) dalam Farahwati (2009) diperoleh bahwa sebagian besar responden yang memakai kontrasepsi (65,7%) berumur 20-35 tahun. Hasil analisis hubungan antara umur responden dengan pemakaian kontrasepsi IUD dan Non-IUD diperoleh bahwa responden berumur > 35 tahun (68,6%) memakai IUD lebih besar dibandingkan dengan non-IUD (31,4%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara umur dan pemilihan kontrasepsi, responden yang berumur > 35 tahun berpeluang 3,23 kali dibandingkan dengan responden yang berumur 20-35 tahun dan begitu juga dengan persentase pengguna kontrasepsi yang mempunyai jumlah anak > 2 atau paritas tinggi lebih banyak (52%), dibandingkan dengan paritas rendah (48%). Pada paritas rendah lebih banyak menggunakan non-IUD (63,3%), dikarenakan takut efek samping (88%) dan merasa malu (68%) untuk memakai IUD. Sementara yang mempunyai anak lebih dari 2 (paritas tinggi) lebih banyak memakai IUD (62,3%), karena responden yang mempunyai paritas tinggi umumnya > 35 tahun (47%) dan tidak ingin menambah anak lagi, sehingga ia memilih IUD untuk menghentikan kehamilannya karena IUD merupakan alat kontrasepsi yang tinggi efektivitasnya. Sementara hasil penelitian Nasution (2009), menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi wanita pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan KB IUD adalah faktor pengetahuan ibu (p=0,008), faktor


(16)

sikap ibu (p=0,000), faktor partisipasi suami (p=0,011) dan faktor pelayanan KB (p=0,000), Hasil penelitian Sukmawati (2001), memberikan indikasi bahwa akseptor KB berpeluang untuk memanfaatkan pelayanan kontrasepsi IUD apabila jumlah keluarga sedang (3-4 orang), pendidikannya makin tinggi, akseptor mempunyai pekerjaan, persepsi aman tentang kontrasepsi IUD dan petugas sangat terlatih.

Karena banyaknya faktor-faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD, maka perlu dilakukan analisis yaitu analisis faktor. Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan pemecahan masalah-masalah yang membutuhkan perkajian secara menyeluruh terhadap sesuatu hal yang dipelajari. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lainnya, sehingga dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2005).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah banyaknya faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD, maka perlu diringkas faktor mana saja yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD dengan menggunakan analisis faktor.


(17)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mereduksi beberapa variabel menjadi beberapa faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk memilih variabel-variabel dominan pada faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD yang dimasukkan dalam analisis faktor.

2. Untuk mengelompokkan variabel yang memengaruhi akseptor KB dalam memiilih alat kontrasepsi IUD menjadi satu faktor atau beberapa faktor.

3. Untuk memperjelas apakah faktor-faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD yang terbentuk secara signifikan berbeda dengan faktor lainnya dengan proses rotasi.

4. Untuk memberi nama pada faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petugas kesehatan KB dan petugas lapangan KB mengenai faktor-faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin melanjutkan penelitian sejenis


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi Keluarga Berencana

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk (BKKBN, 2001) :

1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. 2. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan. 3. Mengatur interval di antara kelahiran.

4. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri. 5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan diberbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa. Jenis alat /obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi /tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten (BKKBN, 2002).


(19)

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana

Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha-usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk berkeluarga berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-PUS) diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana (BKKBN, 2001).

2.1.3 Visi dan Misi Keluarga Berencana

Visi KB berdasarkan paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional adalah untuk mewujudkan ”Keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi “Keluarga berkualitas 2015″ dijabarkan dalam salah satu misinya (BKKBN, 2001).

2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari /mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut


(20)

diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda/mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan /mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu (BKKBN, 2002) :

1. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi. 2. Melumpuhkan sperma.

3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

2.3 Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device)

2.3.1 Pengertian IUD

Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut diatas. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya spermatozoa /sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (BKKBN, 2002).


(21)

2.3.2 Jenis IUD

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah (Bari, 2006) : 1. Copper-T

Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

2. Copper-7

Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

3. Multi load

Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load

yaitu standar, small, dan mini.

4. Lippes loop

Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.

Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang


(22)

putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyum batan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

2.3.3 Cara Kerja IUD

Cara kerja dari IUD antara lain yaitu (Bari, 2006) :

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. 2. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.

3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.

4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2.3.4 Keuntungan dan Kelemahan IUD

1. Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni (Bari, 2006) :

a. Sangat efektif. 0,6-0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).

d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena karena rasa aman terhadap risiko kehamilan

g. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A. h. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI


(23)

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

2. Kelemahan dari penggunaan IUD yaitu (Bari, 2006):

a. Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.

b. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).

c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.

e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.

f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD.

g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari

h. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) yang terlatih.


(24)

i. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan).

j. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

2.3.5 Waktu Penggunaan IUD

Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat (Bari, 2006) : 1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. 2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).

4. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.

5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

2.3.6 Waktu Kontrol IUD

Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah (Bari, 2006) :

1. 1 bulan pasca pemasangan 2. 3 bulan kemudian

3. Setiap 6 bulan berikutnya 4. Bila terlambat haid 1 minggu


(25)

2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Seseorang dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

Faktor keputusan akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku memilih alat kontrasepsi IUD dapat dijelaskan dengan Menurut Notoatmodjo (2003) yang dibedakan dalam tiga jenis yaitu :

1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku

2) Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Merupakan faktor yang memungkinkan individu untuk berperilaku memilih AKDR. Karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan, rujukan dan ketrampilan. Adanya fasilitas kesehatan yang mendukung Program KB akan mempengaruhi perilaku ibu dalam memilih metode kontrasepsi

3) Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan ketrampilan petugas kesehatan atau petugas yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat, (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hal itu, semakin baik ketrampilan seorang petugas kesehatan dalam melakukan penyuluhan dan konseling tentang KB, maka semakin baik pula tingkat pengetahuan wanita tentang jenis-jenis kontrasepsi


(26)

2.4.1 Faktor Predisposisi a. Umur

Berdasarkan penelitian Syamsiah (2002) dalam Farahwati (2009) diperoleh bahwa sebagian besar responden yang memakai kontrasepsi (65,7%) berumur 20-35 tahun. Hasil analisis hubungan antara umur responden dengan pemakaian kontrasepsi IUD dan Non-IUD diperoleh bahwa responden berumur > 35 tahun (68,6%) memakai IUD lebih besar dibandingkan dengan non-IUD (31,4%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara umur dan pemilihan kontrasepsi, responden yang berumur > 35 tahun berpeluang 3,23 kali dibandingkan dengan responden yang berumur 20-35 tahun, hal ini disebabkan responden yang berumur > 35 tahun menggunakan kontrasepsi dengan tujuan mengakhiri kesuburan, karena mereka sudah mempunyai anak sesuai dengan yang diinginkan keluarga, sehingga tidak ingin menambah anak lagi.

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau menolak inovasi. Menurut Roger (1983) dalam Notoatmodjo (2007), prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Roger mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi prilaku baru, dalam diri seseorang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :


(27)

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) .

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, disini sikap subjek mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan tentang KB IUD merupakan salah satu aspek penting ke arah pemahaman tentang alat kontrasepsi tersebut. Seseorang akan memilih KB IUD jika ia banyak mengetahui dan memahami tentang KB IUD (BKKBN, 2002). Menurut penelitian Ekarini (2008), bahwa analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan KB di Kecamatan Selo Kabupaten Bayolali adalah pengetahuan


(28)

berpengaruh terhadap pemilihan KB (OR = 18.712) artinya jika pengetahuan ibu semakin baik maka peluang responden 18,712 kali untuk memilih kontrasepsi jika dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan buruk.

c. Jumlah anak

Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang dimilikinya. Diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan daripada pasangan yang mempunyai anak lebih sedikit. Berdasarkan hasil wawancara, akseptor mengatakan bahwa jumlah anak yang banyak menentukan akseptor untuk memilih alat kontrasepsi IUD.

BKKBN (2002) menerangkan bahwa yang dimaksud keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah anaknya paling banyak dua orang. Sedangkan keluarga besar adalah suatu keluarga dengan lebih dari dua orang anak.

2.4.2 Faktor Pendukung

a. Keamanan alat kontrasepsi IUD

Salah satu keuntungan dari alat kontrasepsi IUD adalah Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan (Bari, 2006)

b. Ketersediaan alat kontrasepsi IUD

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa ketersediaan alat kontrasepsi IUD dari pemerintah seperti adanya KB safari sangat membantu masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD.


(29)

c. Tempat pelayanan KB

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa tempat pelayanan KB terdekat akan menentukan ibu untuk memilih alat kontrasepsi IUD, akseptor menjelaskan bahwa jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan KB akan memudahkan ibu untuk berkonsultasi dan kontrol ulang.

2.4.3 Faktor Pendorong a. Petugas kesehatan

Hasil penelitian Wiadnyana (1995), menemukan adanya hubungan antara sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD. Wiadnyana menyarankan agar petugas kesehatan perlu lebih interest terhadap upaya pemberian pelayanan kontrasepsi IUD dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat.

b. Media informasi

Media informasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat dari si penerima. Berdasarkan hasil wawancara bahwa dengan media informasi baik dari televisi, majalah, radio maupun dari penyuluhan merangsang ibu untuk memilih alat kontrasepsi IUD.

c. Biaya pemasangan

Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi


(30)

kadang orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin IUD terlihat jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat masa/jangka waktu penggunaannya, tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan IUD akan lebih murah dibandingkan KB suntik ataupun pil. Untuk sekali pasang, IUD bisa aktif selama 3 - 5 tahun, bahkan seumur hidup/sampai menopause. Sedangkan KB Suntik atau Pil hanya mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan IUD, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh-puluh kali lipat (Saifuddin, 2003).

d. Dukungan suami

Keputusan mencari pelayanan kesehatan merupakan hasil jaringan interaksi yang kompleks. Menemukan proses pengambilan keputusan dan pola komunikasi yang relevan bukanlah masalah yang sederhana. Keputusan mencari pelayanan kesehatan dapat dibuat oleh wanita itu sendiri, atau oleh suaminya, tokoh masyarakat desa, dan/atau anggota keluarga atau masyarakat lainnya (Koblinsky, 1997).

Berbagai budaya mendukung kepercayaan bahwa pria mempunyai hak dari fertilitas istri mereka (Cook dan Maine, 1987 dalam Koblinsky, 1997). Di Papua New Guinea, wanita tidak dapat membeli kontrasepsi tanpa persetujuan suami. Di Turki, hukum mensyarakatkan persetujuan pasangan bila ingin melaksanakan kontrasepsi bedah, dan persetujuan suami diperlukan bila istri menginginkan aborsi. Di Nigeria sudah lazim apabila wanita tidak dapat menerima kontrasepsi tanpa ijin suami. Di Ethipia, Asosiasi Bimbingan Keluarga mensyarakatkan suami untuk menandatangani formulir persetujuan agar istri dapat memperoleh kontrasepsi (Koblinsky, 1997).


(31)

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa suami mempunyai pengaruh yang kuat dalam penerimaan kontrasepsi oleh istri dan keterbatasan metode menimbulkan hambatan bagi wanita untuk berkontrasepsi .

Lebih rinci lagi pada hasil penelitian Syamsiah (2002) dalam Farahwati (2009), menunjukkan adanya hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan IUD. Responden yang mendapat dukungan suami, mempunyai peluang memilih IUD 41 kali dibandingkan responden yang tidak mendapat dukungan suami. Dukungan suami merupakan faktor yang paling dominan dalam memilih alat kontrasepsi.

2.5 Analisis Faktor 2.5.1 Definisi

Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variable). (Supranto, 2004).

Analisis faktor merupakan salah satu tehnik analisis statistik multivariat, dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara bersama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau disebut sebagai metode antar ketergantungan (interdependence methods). Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling independen tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih


(32)

sedikit dari jumlah variabel awal sehingga memudahkan analisis statistik selanjutnya (Wibowo, 2006).

Menurut Supranto (2004) Analisis faktor dipergunakan di dalam situasi sebagai berikut :

1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (Underlying dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel. 2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi

(independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analisis multivariat selanjutnya. 3. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set

variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat selanjutnya.

2.5.2 Kegunaan Analisis Faktor

1. Mengekstraks variabel laten dari indikator, atau mereduksi observable variable menjadi variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit.

2. Mempermudah interpretasi hasil analisis, sehingga didapatkan informasi yang realistik dan sangat berguna.

3. Pemetaan dan pengelompokkan obyek berdasarkan karakteristik faktor tertentu.

4. Pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

5. Mendapatkan data variabel konstruks (= skor faktor) sebagai data input analisis lebih lanjut (analisis diskriminan, analisis regresi, cluster analisis, MANOVA, Analisis Path, Model Struktural, MDS, dan lain-lain)


(33)

(Maghni, 2008)

2.5.3 Model Analisis Faktor

Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi liner berganda, yaitu bahwa setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari faktor yang mendasari (Underlying dimensions). Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis disebut

communality. Kovariasi antara variabel yang diuraikan, dinyatakan dalam suatu

common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan faktor yang unik untuk setiap variabel (Wibowo, 2006).

Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri bisa dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel-variabel yang terlihat/terobservasi (the observed variables) hasil penelitian lapangan.

Model analisis faktor terbagi dua yaitu :

1. Analisis Faktor Eksploratori (Exploratory Factor Analysis).

Model eksploratori meliputi regresi linear berganda (multiple regreession analysis) dan principal component analysis (PCA). Di dalam analisis regresi, umumnya kita mempunyai satu variabel tak bebas (dependent variable) Y yang diregresikan dengan satu atau lebih variabel bebas. Kita tidak secara khusus menyebutkan, sebelumnya menganalisis, variabel mana diantara variabel bebas tersebut yang pengaruhnya signifikan. Pokoknya masukkan variabel bebas sebanyak mungkin di dalam persamaan regresi, kemudian berdasarkan data


(34)

empiris (data dari lapangan) dilakukan pengujian hipotesis untuk menentukan variabel mana yang pengaruhnya signifikan untuk dipertahankan, dab dimana yang tidak signifikan untuk dikeluarkan dari persamaan. Secara a priori bahwa di dalam analisis faktor eksploratori tidak ada hipotesis yang berkenaan dengan komposisi atau struktur. Di dalam analisis eksploratori perhatian peneliti terfokus pada signifikansi statistik atau konstribusi variabel bebas terhadap variasi (naik turunnya) variabel tak bebas.

Adapun langkah-langkah/urutan dalam analisis faktor eksploratori yaitu : a. Memilih variabel

b. Mengekstraksi faktor

c. Mempertahankan faktor yang penting d. Merotasi faktor

e. Mengartikan (memberi arti) hasil penemuan (artinya faktor-faktor tersebut mewakili variabel mana saja).

2. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis).

Model konfirmatori seperti analisis jalur, dan turunannya sangat ruwet (sophisticated), pertama-tama peneliti membuat struktur model yang dihipotesiskan (the hypothesized model structure) dan korelasi di dalam data asli/awal (original data). Secara eksplisit, analisis konfirmatori memerlukan formulasi atau perumusan hipotesis yang berkenaan dengan struktur yang mendasari (underlying structure). Struktur yang diusulkan (proposed), kemudian ditolak atau diterima berdasarkan pada the goodness-of-fit statistics : seberapa jauh data konsisten dengan struktur faktor yang dihipotesiskan. Analisis faktor


(35)

konfirmatori menggunakan pendekatan holistik (holistic approach). Ketika mengevaluasi ketepatan model konfirmatori (suitability of confirmatory model), peneliti umumnya berkenaan dengan seberapa bagus model yang dihipotesiskan cocok (tepat) dengan hubungan yang ada didalam data asal/asli. Apakah model yang dibuat bisa mencerminkan keadaan yang sebenarnya (to reflect the reality). Adapun langkah-langkah/urutan dalam analisis faktor konfirmatori yaitu :

a. Memilih variabel

b. Hubungkan/kaitkan variabel dengan kontrak (contruct) c. Uji ketepatan struktur faktor yang dihipotesiskan dengan data

d. Terima atau tolak struktur faktor yang dihipotesiskan dengan menggunakan kriteria tertentu.

Statistik yang relevan dengan analisis faktor adalah Bartlett’s Test of Sphericity yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam populasi. (Supranto, 2004).

2.5.4 Melakukan Analisis Faktor

Langkah-langkah yang diperlukan di dalam analisis faktor adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah meliputi beberapa hal : (Supranto, 2004). a. Tujuan analisis faktor harus diidentifikasi.

b. Variabel yang akan dipergunakan di dalam analisis faktor harus dispesifikasikan berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan dari peneliti.


(36)

c. Pengukuran variabel berdasarkan skala interval

d. Banyaknya elemen sampel (n) harus cukup/memadai, sebagai petunjuk kasar, kalau k banyaknya jenis variabel maka n = 4 atau 5 kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya responden minimal 20 atau 25 orang sebagai sampel acak

2. Bentuk Matriks Korelasi

Proses analisis didasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar analisis faktor bisa tepat dipergunakan, variabel-variabel yang akan dianalisis harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar variabel terlalu kecil, hubungannya lemah, analisis faktor menjadi tidak tepat.

Prinsip utama Analisis Faktor adalah korelasi maka asumsi-asumsi terkait dengan korelasi yaitu :

1. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat, misalnya di atas 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikannya adalah kurang dari 0,05.

2. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap variabel lain adalah tetap (konstan) harus kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image Correlation.

Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu Bartlett’s Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik, berarti hipotesis


(37)

nol harus ditolak (berarti adanya korelasi yang signifikan diantara beberapa variabel). Kalau hipotesis nol diterima, ketepatan analisis faktor harus dipertanyakan.

Statistik lainnya yang berguna adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) mengukur kecukupan sampling (sampling adequacy). Indeks ini membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Nilai KMO

yang kecil menunjukkan korelasi antar pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor mungkin tidak tepat (Supranto, 2004).

Measure of Sampling Adequacy (MSA) ukuran dihitung untuk seluruh matriks korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada analisis faktor. (Wibowo, 2006). Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya (Wibisono, 2003).

Menurut Wibowo (2006), Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut.

MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. − MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. − MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut

3. Menentukan Metode Analisis Faktor

Ada dua cara atau metode yang bisa dipergunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal components analysis dan common factor analysis.

Di dalam principal components analysis, jumlah varian dalam data dipertimbangkan. Principal components analysis direkomendasikan kalau hal yang


(38)

pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor harus minimum dengan memperhitungkan varian maksimum dalam data untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat lebih lanjut. Faktor-faktor tersebut dinamakan principal components.

Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi hanya didasarkan pada

common variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi. Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring (Supranto, 2004).

Communalities ialah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factors, atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar Communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan faktor yang dibentuknya.

Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.

Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian yang dianalisis. Susunan eigenvalues selalu diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil dengan kriteria bahwa angka eigenvalue di bawah 1 tidak digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. (Eigenvalue yang ditentukan di atas 1 adalah alasan peneliti) (Wibowo, 2006).


(39)

4. Rotasi Faktor-Faktor

Suatu hasil atau output yang penting dari analisis faktor ialah apa yang disebut matriks faktor pola (factor pattern matrix). Matriks faktor berisi koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefisien ini yang disebut muatan faktor atau the faktor loading, mewakili korelasi antar-faktor dan variabel. Suatu koefisien dengan nilai absolut/mutlak yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel berkorelasi sangat kuat. Koefisien dari matriks faktor bisa dipergunakan untuk menginterpretasikan faktor.

Meskipun matriks faktor awal yang belum dirotasi menunjukkan hubungan antar-faktor masing-masing variabel, jarang menghasilkan faktor yang bisa diinterpretasikan (diambil kesimpulannya), oleh karena faktor-faktor tersebut berkorelasi atau terkait dengan banyak variabel (lebih dari satu).

Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signifikan untuk beberapa variabel saja. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa faktor saja, kalau mungkin hanya dengan satu faktor saja. Kalau terjadi bahwa beberapa faktor mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang faktor tersebut. Akan tetapi, persentase varian sebagai sumbangan setiap faktor terhadap seluruh varian (dari seluruh variabel asli) mengalami perubahan (Supranto, 2004 ).


(40)

5. Interpretasi Faktor

Interpretasi dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi padanya. Manfaat lainnya di dalam membantu untuk membuat interpretasi ialah menge-plot variabel, dengan menggunakan factor loading sebagai sumbu koordinat (sumbu F1 dan F2).

Variabel pada ujung atau akhir suatu sumbu ialah variabel yang mempunyai

high loading hanya pada faktor tertentu (faktor F1 atau F2) oleh karena itu bisa menyimpulkan bahwa faktor tersebut terdiri dari variabel-variabel tersebut. Sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal (perpotongan sumbu F1 dan F2) mempunyai muatan rendah (low loading) pada kedua faktor.

Variabel yang tidak dekat dengan sumbu salah satu faktor berarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut. Kalau suatu faktor tidak bisa dengan jelas didefinisikan dinyatakan dalam variabel aslinya, seharusnya diberi label sebagai faktor tidak terdefinisikan atau faktor umum. Variabel-variabel yang berkorelasi kuat (nilai factor loading yang besar) dengan faktor tertentu akan memberikan inspirasi nama faktor yang bersangkutan (Supranto, 2004).

6. Menghitung Skor atau Nilai Faktor

Sebenarnya analisis faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nilai faktor, sebab tanpa menghitung pun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya.


(41)

Namun kalau tujuan analisis faktor untuk mencari variabel baru yang bebas satu sama lain, yang disebut faktor untuk dipergunakan dalam analisis multivariat lainnya seperti analisis regresi linier berganda, maka perlu dihitung skor/nilai faktor bagi setiap responden (Supranto, 2004)

7. Memilih Surrogate Variables

Surrogate Variables adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya. Pemilihan Surrogate Variables meliputi sebagian dari beberapa variabel asli untuk dipergunakan di dalam analisis selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan menginterpretasikan hasilnya dinyatakan dalam variabel asli bukan dalam skor faktor. Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan (Wibowo, 2006).

Variabel tersebut kemudian bisa dipergunakan sebagai variabel pengganti atau

surrogate variables untuk faktor yang bersangkutan. Proses untuk mencari variabel pengganti akan berjalan lancar kalau muatan faktor (factor loading) untuk suatu variabel jelas-jelas lebih tinggi daripada muatan faktor lainnya. Akan tetapi pilihan menjadi susah, kalau ada dua variabel atau lebih mempunyai muatan yang sama tingginya. Di dalam hal seperti itu, pemilihan antara variabel-variabel ini harus didasarkan pada pertimbangan teori dan pengukuran sebagai contoh, mungkin teori menyarankan bahwa suatu variabel dengan muatan sedikit lebih kecil mungkin lebih penting daripada dengan sedikit lebih tinggi (Wibowo, 2006).


(42)

Demikian juga halnya, kalau suatu variabel mempunyai muatan sedikit lebih rendah akan tetapi telah diukur lebih teliti/akurat, seharusnya dipilih sebagai

surrogate variable.

2.6 Kerangka Konsep

Faktor yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD:

1. Umur 2. Pengetahuan 3. Jumlah anak 4. Keamanan IUD

5. Ketersediaan alat kontrasepsi IUD 6. Tempat pelayanan KB

7. Petugas kesehatan 8. Media informasi 9. Biaya pemasangan 10. Dukungan suami

Analisis faktor

Hasil : Faktor 1 Faktor 2 Faktor …. Faktor n


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan metode penerapan analisis faktor eksploratori yang memengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena dari laporan Puskesmas Tanjung Morawa, diketahui jumlah PUS di Kecamatan Tanjung Morawa yaitu sebanyak 1.782, dan menjadi akseptor KB aktif sebanyak 1.206 orang (67,6%). Dimana persentase pengguna kontrasepsi IUD yang ada di Desa Wonosari pada bulan Oktober 2011 yaitu sebanyak 40 orang (3,3%). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juli tahun 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi IUD di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada Oktober 2011 yaitu sebanyak 40 orang.

Pada analisis faktor, banyaknya/besar sampel (n) harus cukup memadai, sebagai petunjuk kasar, kalau k banyaknya jenis variabel maka n = 4 kali k (Supranto, 2004). Dengan rumus tersebut maka besar sampel 4x10 = 40 sebagai sampel, artinya karena variabelnya 10 maka besar sampelnya 40 orang.


(44)

3.4 Pengumpulan Data

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder meliputi gambaran demografi dan letak geografis yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli serdang.

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan 10 akseptor KB di Desa Dalu X Kecamatan Tanjung Morawa. Alasan peneliti melakukan Uji validitas dan reliabilitas pada 10 akseptor KB di Desa Dalu X A karena keterbatasan responden dan tenaga peneliti. Uji validitas dilakukan untuk membuktikan bahwa alat yang dibuat untuk mengukur adalah benar-benar mengukur apa yang ingin di ukur. Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen (Riduwan, 2008).

Dasar keputusan uji validitas dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan p-value kurang dari alpha 0,05 maka item pernyataan dikatakan valid. Dasar pengambilan keputusan uji validitas juga dilakukan dengan membandingkan koefisien korelasi dengan angka kritis (r-tabel=0,632). Jika koefisien korelasi lebih besar dari r-tabel maka item pernyataan valid, sebaliknya jika koefiesien korelasi kurang dari r-tabel maka item pernyataan tidak valid.

Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Alpha Cronbrach untuk mengetahui konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Dengan kata lain, uji reliabilitas akan mengindikasikan apakah instrumen-instrumen yang dipergunakan


(45)

dalam penelitian ini layak dan berkaitan atau tidak. Dalam metode Alpha Cronbrach

telah ditentukan bahwa jika nilai Alpha Cronbrach mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah sangat baik (reliable) atau jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada responden tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada di atas 0,8 adalah baik, tetapi bila berada dibawah nilai 0,6 tidak baik atau tidak reliable

(Riduwan, 2008).

Pada penelitian ini untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner sebagai alat ukur maka terlebih dahulu diuji pada 10 akseptor KB yang memilih alat kontrasepsi IUD dan setelah diuji, maka hasilnya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengetahui pernyataan valid atau tidaknya, dilihat dari nilai korelasi (lihat pada Item-Total Correlation) dibandingkan dengan tabel korelasi Products momen (r). Untuk sampel 10 orang maka nilai (r) tabelnya df = n-2 dan pada taraf signifikan 5% adalah 0,632. Jadi dari hasil output diatas, semua nilai korelasi pada

Item-Total Correlation > 0,632 maka dapat disimpulkan bahwa semua valid.

Variabel Corrected Item-

Total Correlation

Keterangan

Umur 0,910 Valid

Pengetahuan 0,868 Valid

Jumlah Anak Keamanan IUD

Ketersediaan Alat Kontrasepsi IUD Tempat Pelayanan KB

Petugas Kesehatan Media Informasi Biaya Pemasangan 0,778 0,876 0,939 0,868 0,920 0,939 0,910 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dukungan Suami 0,876 Valid


(46)

Sedangkan untuk mengetahui pernyataan tersebut reliabel atau tidak, dapat dilihat pada Cronbach Alpha = 0,976. Ternyata alpha lebih besar dari r tabel artinya pernyatan tersebut reliabel.

3.6. Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya hidup responden pada saat responden memakai alat kontrasepsi IUD sampai pengumpulan data dilakukan dalam satuan tahun

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui akseptor KB tentang kontrasepsi IUD yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.

3. Jumlah anak adalah banyak anak yang masih hidup dalam satu keluarga 4. Keamanan IUD adalah rasa aman terhadap risiko kehamilan

5. Ketersediaan alat kontrasepsi IUD adalah alat kontrasepsi IUD yang tersedia apabila akseptor KB ingin mempergunakan IUD di Desa Wonosari

6. Tempat pelayanan KB adalah tempat yang digunakan untuk melayani peserta KB 7. Petugas kesehatan adalah orang yang bertugas melayani akseptor KB

8. Media informasi adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan informasi

9. Biaya pemasangan adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam pemasangan IUD 10. Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami untuk istri untuk

mempergunakan alat kontrasepsi IUD.

11. Analisis faktor adalah analisis yang digunakan untuk mereduksi atau meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit


(47)

3.7 Aspek Pengukuran

Pada penelitian yang menggunakan analisis faktor, skala pengukuran dari masing-masing variabel haruslah berupa skala interval atau rasio. Untuk itu, setiap variabel (atribut) yang ditanya diberi nilai 1 (sangat tidak setuju) sampai 10 (Sangat setuju) agar variabelnya dapat diukur dan diuji. Skala yang digunakan adalah skala penelitian grafik (graphic rating scale).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Variabel dan skala pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.2 Variabel dan Skala Pengukuran

No. Variabel Skala Pengukuran

1. Umur Interval

2. Pengetahuan Interval

3. Jumlah anak Interval

4. Keamanan IUD Interval

5. Ketersediaan alat kontrasepsi IUD Interval

6. Tempat pelayanan KB Interval

7. Petugas kesehatan Interval

8. Media informasi Interval

9. Biaya pemasangan Interval

10. Dukungan suami Interval

3.8 Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Adapun langkah-langkah dalam analisis faktor, yaitu :

1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah


(48)

variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Barlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.

2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode pencarian faktor yang digunakan adalah principal component analysis.

3. Faktor yang terbentuk dapat menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Desa Wonosari

Desa Wonosari termasuk dalam Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Wonosari adalah 716 Ha. Desa Wonosari terbagi atas 16 dusun. Desa Wonosari memiliki 2.400 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 9.950 jiwa, dimana jumlah laki-laki sebanyak 5.070 jiwa, dan perempuan sebanyak 4.880 jiwa.

Desa Wonosari mempunyai batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penara Kebun b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Baru c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Perdamean

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Dalu X A dan Desa Dalu X B

4.1.2 Gambaran Responden 1. Umur

Gambaran responden berdasarkan karakteristik umur responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No. Umur Frekuensi Persentase (%)

1 < 20 tahun 1 2,5

2 20 – 30 tahun 5 12,5

3 > 30 tahun 34 85,0


(50)

Dari Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa umur responden terbanyak adalah > 30 tahun yaitu 34 orang (85,0 %), diikuti umur 20-30 tahun yaitu 5 orang (12,5 %), dan paling sedikit umur > 30 tahun.

2. Pendidikan

Gambaran responden berdasarkan karakteristik pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. SD 2 5,0

2. SLTP 10 25,0

3. SLTA 21 52,5

4. Perguruan Tinggi 7 17,5

Total 40 100,0

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa pendidikan responden terbanyak adalah SLTA yaitu 21 orang (52,5%), diikuti SLTP yaitu 10 orang (25.0%), pendidikan perguruan tinggi ada 7 orang (17,5%) dan yang SD ada 2 orang (5%)

3. Pekerjaan

Gambaran responden berdasarkan karakteristik pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1. Pegawai Negeri Sipil 3 7,5

2. Pegawai Swasta 4 10,0

3. Wiraswasta/Berdagang 8 20,0

4. Petani/Buruh tani 15 37,5

5. Ibu Rumah Tangga 10 25,0


(51)

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa secara umum jenis pekerjaan responden adalah sebagai petani/buruh tani yaitu sebanyak 15 orang (37,5%). Sementara jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah Pegawai Negeri Sipil yaitu sebanyak 3 orang (7,5%). Responden dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga ada 10 orang (25%), jenis pekerjaan wiraswasta/berdagang ada 8 orang (20,0%) dan yang jenis pekerjaan pegawai swasta ada 4 orang (10%).

4. Jumlah Anak

Gambaran responden berdasarkan karakteristik jumlah anak responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

1. 1 – 2 orang 4 10,0

2. 3 – 4 orang 17 43,5

3. 5 – 6 orang 14 35,0

4. 7 – 8 orang 5 12,5

Jumlah 40 100,0

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa secara umum sebagian besar responden memiliki jumlah anak 3-4 orang sebanyak 17 orang (43,5%) dan paling sedikit memiliki jumlah anak 1-2 orang sebanyak 4 orang (10%). Responden yang memiliki jumlah anak 5-6 orang sebanyak 14 orang (35%) dan jumlah anak 7-8 orang sebanyak 5 orang (12,5%).

4.1.3 Distribusi Jawaban responden

Distribusi responden berdasarkan skor jawaban untuk setiap pernyataan pada tiap variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(52)

Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Skor pada Setiap Pernyataan

Pernyataan Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Umur 0 1 2 5 2 8 11 9 2 0

Pengetahuan 0 0 1 2 3 6 19 8 1 0

Jumlah Anak 0 0 1 12 10 8 7 2 0 0

Keamanan IUD 0 0 0 0 0 0 5 14 13 8

Ketersediaan alat

kontrasepsi IUD 0 0 0 1 1 7 15 12 3 1

Tempat pelayanan KB 0 1 2 10 4 2 15 4 2 0

Petugas kesehatan 0 0 0 8 8 5 9 7 3 0

Media informasi 1 0 6 8 10 6 5 4 0 0

Biaya Pemasangan 0 0 1 2 0 7 9 10 3 8

Dukungan Suami 0 0 0 2 10 2 15 4 2 5

Berdasarkan Tabel 4.5. dapat diketahui bahwa :

1. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel umur adalah skor 7 sebanyak 11 orang, skor 3, 5,dan 9 masing-masing sebanyak 2 orang, skor 4 sebanyak 5 orang, skor 6 dan 8 masing-masing sebanyak 8 orang, dan yang paling sedikit ada responden yang memilih skor 2 yaitu sebanyak 1 orang.

2. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel pengetahuan adalah skor 7 yaitu sebanyak 19 orang, skor 8 sebanyak 8 orang, skor 6 sebanyak 6 orang, skor 5 sebanyak 3 orang, skor 4 sebanyak 2 orang, dan yang paling sedikit adalah responden yang memilih skor 3 dan 9 yaitu masing-masing sebanyak 1 orang.

3. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel jumlah anak adalah skor 4 yaitu sebanyak 12 orang, skor 5 sebanyak 10 orang,


(53)

skor 6 sebanyak 8 orang, skor 7 sebanyak 7 orang, skor 8 sebanyak 2 orang, dan yang paling sedikit adalah responden yang memiliki skor 3 yaitu 1 orang.

4. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel keamanan IUD adalah skor 8 yaitu sebanyak 14 orang, skor 9 sebanyak 13 orang, skor 10 sebanyak 8 orang, dan yang paling sedikit adalah responden yang memilih skor 7 yaitu sebanyak 5 orang

5. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel ketersediaan alat kontrasepsi IUD adalah skor 7 yaitu sebanyak 15 orang, skor 8 sebanyak 12 orang, skor 6 sebanyak 7 orang, skor 9 sebanyak 3 orang, dan yang paling sedikit adalah responden yang memilih skor 4, 5 dan 10 yaitu masing-masing 1 orang.

6. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel tempat pelayanan KB adalah skor 7 yaitu sebanyak 15 orang, skor 4 sebanyak 10 orang, skor 5 dan skor 8 masing sebanyak 4 orang, skor 3, 6, dan 9 masing-masing sebanyak 2 orang, dan yang paling sedikit adalah yang memilih skor 2 yaitu sebanyak 1 orang.

7. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel petugas kesehatan adalah adalah skor 7 yaitu sebanyak 9 orang, skor 4,dan skor 5 masing-masing 8 orang, skor 8 sebanyak 7 orang,skor 6 sebanyak 5 orang, dan paling sedikit adalah responden yang memilih skor 9 yaitu sebanyak 3 orang. 8. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel media

informasi adalah skor 5 yaitu sebanyak 10 orang, skor 4 sebanyak 8 orang, skor 3 dan skor 6 masing-masing sebanyak 6 orang, skor 7 sebanyak 5 orang, skor 8


(54)

sebanyak 4 orang dan yang paling sedikit adalah responden yang memilih skor 1 yaitu sebanyak 1 orang.

9. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel biaya pemasangan adalah skor 8 yaitu sebanyak 10 orang, skor 7 sebanyak 9 orang, skor 10 sebanyak 8 orang, skor 6 sebanyak 7 orang, skor 9 sebanyak 3 orang, skor 4 sebanyak 2 orang, dan yang paling sedikit adalah responden yang memiliki skor 3 yaitu sebanyak 1 orang.

10. Skor yang paling banyak dipilih responden untuk pernyataan pada variabel dukungan suami adalah skor 7 yaitu sebanyak 15 orang, skor 5 sebanyak 10 orang, skor 10 sebanyak 5 orang, skor 8 sebanyak 4 orang dan yang paling sedikit adalah responden yang memilih skor 4, skor 6 dan skor 9 yaitu sebanyak 2 orang.

4.2 Proses Analisis Faktor I

Dalam penelitian ini, pemilihan alat kontrasepsi IUD oleh akseptor KB di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dipengaruhi oleh 12 faktor yaitu faktor umur, pengetahuan, jumlah anak, dukungan suami, biaya pemasangan, agama, keamanan IUD, kepuasan seksual, ketersedian alat kontrasepsi IUD, tempat pelayanan KB, petugas kesehatan, dan media informasi. Untuk itu perlu dilakukan proses awal analisis faktor.

Proses awal analisis faktor adalah menilai variabel yang layak untuk dianalisis. Apabila antar variabel tersebut saling berkolerasi maka analisis faktor adalah tepat untuk digunakan. Untuk itu perlu dilakukan uji kelayakan faktor dengan


(55)

melihat Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy dan Barlett’s Test of Sphericity.

(KMO) measure of sampling adequacy adalah mengukur kecukupan sampling dan membandingkan besarnya koefisien korelasi antar pasangan variabel. Apabila koefisien KMO antara 0,5-1,0 berari analisis faktor tepat untuk digunakan, jika KMO kurang dari 0,5 berarti analisis faktor kurang tepat untuk digunakan. Sedangkan

barlett’s Test of Sphericity, digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak berkolerasi di dalam popoulasi (Supranto, 2004). Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan) yaitu p<0,05.

Pada penelitian ini, uji kelayakan faktor dilakukan sebanyak 4 (empat) kali karena pada uji kelayakan yang ke-4 sudah tidak ada lagi nilai KMO di bawah 0,5 dan probabilitasnya sudah signifikan.

1. Uji kelayakan I, variabel umur memiliki nilai KMO terkecil di bawah 0.5 yaitu 0,259. Maka variabel umur dikeluarkan dari 10 variabel, sehingga variabel berkurang 1 (satu) menjadi 9 variabel.

2. Uji kelayakan II, variabel jumlah anak memiliki nilai KMO terkecil di bawah 0.5 yaitu 0,493. Maka variabel petugas kesehatan dikeluarkan dari 9 variabel, sehingga variabel berkurang 1 (satu) menjadi 8 variabel.

3. Uji kelayakan III, variabel pengetahuan memiliki nilai KMO terkecil di bawah 0.5 yaitu 0,349. Maka variabel pengetahuan dikeluarkan dari 8 variabel, sehingga variabel berkurang 1 (satu) menjadi 7 variabel.


(56)

4. Uji kelayakan IV, ternyata tidak ada lagi variabel yang memiliki nilai KMO di bawah 0,5. Maka ke-7 variabel yang tersisa dapat dilakukan proses analisis faktor lebih lanjut yaitu factoring, ekstraksi dan rotasi.

4.2.1 Uji Kelayakan I

Pada uji kelayakan I terlihat nilai indeks KMO measure of sampling adequacy

sebesar 0,462. Angka tersebut masih di bawah 0.5, sehingga harus dilakukan uji kelayakan selanjutnya supaya kumpulan variabel yang ada bisa dianalisis lebih lanjut. Selain itu angka signifikansi pada Barlett’s Test adalah 0,000 jauh di bawah 0,05, menunjukkan bahwa kumpulan variabel memang signifikan untuk diproses.

Setelah pemeriksaan terhadap nilai indeks KMO dan Barlett’s Test, maka dilakukan juga pemeriksaan terhadap nilai anti image matrice (suatu uji yang dilakukan dengan mempertimbangkan nilai MSA) yang ditunjukkan oleh nilai diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Bila nilai MSA ( Measure of Sampling Adequacy) < 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan dari sitem analisis

Tabel 4.6 Nilai Anti Image Matrices I Variabel Umur Pengetah

uan Jumlah Anak Keama nan IUD Keterse diaan IUD Tempat pelaya nan KB Petuga s Keseha tan Media inform asi Biaya pemasa ngan Dukun gan suami Umur 0,256

Pengetahuan 0,576 Jumlah

Anak

0,420

Keamanan IUD 0,567

Ketersediaan IUD 0,497

Tempat pelayanan KB 0,452 Petugas kesehatan 0,433

Media informasi 0,658

Biaya pemasangan

0.376


(57)

Pada Tabel 4.6 menyatakan sejumlah angka yang berbentuk diagonal (dari kiri atas ke kanan bawah) yang menandakan besaran nilai MSA sebuah variabel. Ada 7 (tujuh) variabel yang mempunyai MSA di bawah 0,5 maka variabel yang memiliki nilai MSA terkecil akan dikeluarkan dari pemilihan variabel. Variabel yang mempunyai nilai MSA terkecil adalah umur (0,256), maka variabel umur dikeluarkan sehingga variabel berkurang menjadi 9 variabel.

4.2.2 Uji Kelayakan II

Pada uji kelayakan II terlihat nilai indeks KMO measure of sampling adequacy

sebesar 0,539. Maka variabel dianggap dapat dianalisis lebih lanjut karena memiliki nilai KMO di atas 0,5. Selain itu angka signifikansi pada Barlett’s Test adalah 0,000 jauh di bawah 0,05, menunjukkan bahwa kumpulan variabel memang signifikan untuk diproses.

Setelah pemeriksaan terhadap nilai indeks KMO dan Barlett’s Test, maka dilakukan juga pemeriksaan terhadap nilai anti image matrice (suatu uji yang dilakukan dengan mempertimbangkan nilai MSA) yang ditunjukkan oleh nilai diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Bila nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) < 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan dari sistem analisis.


(58)

Tabel 4.7 Nilai Anti Image Matrices II Variabel Pengetah

uan Jumlah Anak Keama nan IUD Keterse diaan IUD Tempat pelaya nan KB Petuga s Keseha tan Media informasi Biaya pemasan gan Dukunga n suami

Pengetahuan 0,540 Jumlah

Anak

0,493

Keamanan IUD 0,561

Ketersediaan IUD 0,697 Tempat pelayanan KB 0,494 Petugas kesehatan 0,739

Media informasi 0,612

Biaya pemasangan

0.585

Dukungan suami 0,498

Pada Tabel 4.7 menyatakan sejumlah angka yang berbentuk diagonal (dari kiri atas ke kanan bawah) yang menandakan besaran MSA sebuah variabel. Ada 3 (tiga) variabel yang mempunyai MSA di bawah 0,5, maka variabel yang memiliki nilai MSA

terkecil akan dikeluarkan dari pemilihan variabel. Variabel yang mempunyai nilai

MSA terkecil adalah jumlah anak (0,493), maka variabel jumlah anak dikeluarkan sehingga variabel berkurang menjadi 8 variabel.

4.2.3 Uji Kelayakan III

Pada uji kelayakan III terlihat nilai indeks KMO measure of sampling adequacy sebesar 0,539. Maka variabel dianggap dapat dianalisis lebih lanjut karena memiliki nilai KMO MSA di atas 0,5. Selain itu angka signifikansi pada Barlett’s Test adalah 0,000 jauh di bawah 0,05, menunjukkan bahwa kumpulan variabel memang signifikan untuk diproses.

Setelah pemeriksaan terhadap nilai indeks KMO dan Barlett’s Test, maka dilakukan juga pemeriksaan terhadap nilai anti image matrice (suatu uji yang


(59)

dilakukan dengan mempertimbangkan nilai MSA) yang ditunjukkan oleh nilai diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Bila nilai MSA < 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan dari sistem analisis.

Tabel 4.8 Nilai Anti Image Matrices III Variabel Pengetahua

n Keamana n IUD Ketersedi aan IUD Tempat pelayana n KB Petugas Kesehata n Media informasi Biaya pemasan gan Dukunga n suami Pengetahuan 0,349

Keamanan IUD 0,572

Ketersediaan IUD 0,681 Tempat pelayanan KB 0,501 Petugas kesehatan 0,612

Media informasi 0,676

Biaya pemasangan

0.722

Dukungan suami 0,504

Pada Tabel 4.8 menyatakan sejumlah angka yang berbentuk diagonal (dari kiri atas ke kanan bawah) yang menandakan besaran MSA sebuah variabel. Ada 1 (satu) variabel yang mempunyai MSA di bawah 0,5, maka variabel yang memiliki nilai MSA

terkecil akan dikeluarkan dari pemilihan variabel. Variabel yang mempunyai nilai

MSA terkecil adalah pengetahuan (0,349), maka variabel pengetahuan dikeluarkan sehingga variabel berkurang menjadi 8 variabel.

4.2.4 Uji Kelayakan IV

Pada uji kelayakan IV terlihat nilai indeks KMO measure of sampling adequacy sebesar 0,563. Maka variabel dianggap dapat dianalisis lebih lanjut karena memiliki nilai KMO di atas 0,5. Selain itu angka signifikansi pada Barlett’s Test

adalah 0,000 jauh di bawah 0,05, menunjukkan bahwa kumpulan variabel memang signifikan untuk diproses.


(1)

Uji Kelayakan 4

KMO a nd Bartlett's Te st

,563 123,202 21 ,000 Kaiser-Mey er-Olkin Measure of Sampling

Adequacy.

Approx . Chi-Square df

Sig. Bartlet t's Test of

Sphericity

Anti-image Matrices

,792 -,179 -,020 -,012 ,230 -,065 ,019 -,179 ,833 ,009 -,039 ,145 -,051 -,016

-,020 ,009 ,053 -,011 ,005 ,024 -,051

-,012 -,039 -,011 ,924 -,196 ,065 ,011

,230 ,145 ,005 -,196 ,742 ,105 -,001

-,065 -,051 ,024 ,065 ,105 ,930 -,024

,019 -,016 -,051 ,011 -,001 -,024 ,053 ,656a -,221 -,096 -,014 ,300 -,076 ,091 -,221 ,752a ,042 -,045 ,185 -,058 -,076 -,096 ,042 ,513a -,051 ,026 ,106 -,972 -,014 -,045 -,051 ,569a -,236 ,071 ,048 ,300 ,185 ,026 -,236 ,673a ,127 -,004 -,076 -,058 ,106 ,071 ,127 ,668a -,106 ,091 -,076 -,972 ,048 -,004 -,106 ,513a Keamanan IUD

Ketersediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas kesehatan Media informasi Biaya pemasangan dukungan suami Keamanan IUD Ketersediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas kesehatan Media informasi Biaya pemasangan dukungan suami Anti-image Covariance

Anti-image Correlation

Keamanan IUD

Ketersediaan IUD

Tempat pelayanan KB

Petugas kesehatan

Media informasi

Biaya pemasangan

dukungan suami

Measures of Sampling Adequacy(MSA) a.


(2)

Proses Analisis Faktor II (Ekstraksi)

KMO a nd Bartlett's Te st

,563 123,202 21 ,000 Kaiser-Mey er-Olkin Measure of Sampling

Adequacy.

Approx . Chi-Square df

Sig. Bartlet t's Test of

Sphericity

Communalities

1,000 ,614

1,000 ,578

1,000 ,983

1,000 ,801

1,000 ,603

1,000 ,295

1,000 ,984

Keamanan IUD Keters ediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas kesehatan Media informas i Biaya pemasangan dukungan s uami

Initial Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Ex pla ined

2,294 32,767 32,767 2,294 32,767 32,767

1,563 22,329 55,096 1,563 22,329 55,096

1,002 14,308 69,403 1,002 14,308 69,403

,872 12,455 81,859

,682 9,738 91,597

,561 8,020 99,617

,027 ,383 100,000

Component 1

2 3 4 5 6 7

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Initial Eigenvalues Ex trac tion Sums of Squared Loadings


(3)

Compone nt Matri xa

,487 -,498 ,359

,533 -,318 ,439

,815 ,559 -,081

-,214 ,378 ,783

-,560 ,535 ,062

,281 -,410 -,218

,818 ,553 -,098

Keamanan IUD Keters ediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas k esehatan Media informas i Biaya pemasangan dukungan suami

1 2 3

Component

Ex trac tion Met hod: Principal Component A naly sis. 3 c omponents extracted.

a.

.

Component Number

7 6

5 4

3 2

1

E

igenval

ue

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0


(4)

Proses Analisis Faktor III (Rotasi)

Compone nt Transformation Matrix

,765 ,576 -,288

,631 -,579 ,516

-,131 ,577 ,807

Component 1

2 3

1 2 3

Ex trac tion Met hod: Principal Component A naly sis. Rotation Method: V arimax with Kaiser Normalization

Validasi

Hasil Pembelahan I (Kasus 1-20)

Communalities

1,000 ,560

1,000 ,653

1,000 ,975

1,000 ,860

1,000 ,870

1,000 ,431

1,000 ,967

Keamanan IUD Keters ediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas kesehatan Media informas i Biaya pemasangan dukungan s uami

Initial Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotated Component Matrixa

,012 ,776 -,108 ,150 ,745 ,037 ,987 ,099 -,012 -,028 ,109 ,888 -,099 -,597 ,487 -,015 ,274 -,568 ,987 ,095 -,029 Keamanan IUD

Ketersediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas kesehatan Media informasi Biaya pemasangan dukungan suami

1 2 3

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Rotation converged in 4 iterations. a.


(5)

Total Variance Explained

2,293 32,751 32,751 2,293 32,751 32,751 2,078 29,684 29,684 1,750 24,994 57,745 1,750 24,994 57,745 1,798 25,690 55,374 1,273 18,186 75,932 1,273 18,186 75,932 1,439 20,557 75,932

,938 13,393 89,325 ,450 6,426 95,750 ,283 4,046 99,796 ,014 ,204 100,000 Component

1 2 3 4 5 6 7

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Hasil Pembelahan 2 (kasus 21-40)

Communalities

1,000 ,414

1,000 ,585

1,000 ,951

1,000 ,677

1,000 ,786

1,000 ,900

1,000 ,966

Keamanan IUD Keters ediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas kesehatan Media informas i Biaya pemasangan dukungan s uami

Initial Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

,593 ,425 -,167 ,566 ,451 ,358 ,815 -,532 ,164 -035 ,555 ,742 -,435 -,410 ,717 ,345 ,551 -,091 ,805 -,549 ,131 Keamanan IUD

Ketersediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas kesehatan Media informasi Biaya pemasangan dukungan suami

1 2 3

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. 3 components extracted.


(6)

Total Variance Explained

2,627 37,522 37,522 2,627 37,522 37,522 2,277 32,533 32,533 1,567 22,387 59,908 1,567 22,387 59,908 1,793 25,611 58,144 1,086 15,515 75,423 1,086 15,515 75,423 1,210 17,279 75,423

,824 11,765 87,189 ,526 7,510 94,698 ,337 4,811 99,509 ,034 ,491 100,000 Component

1 2 3 4 5 6 7

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Compone nt Matri xa

,301 -,517 -,236

,578 -,425 -,265

,827 ,492 ,157

-,372 ,719 -,146

-,770 ,042 ,438

,267 -,375 ,830

,846 ,467 ,184

Keamanan IUD Keters ediaan IUD Tempat pelayanan KB Petugas k esehatan Media informas i Biaya pemasangan dukungan suami

1 2 3

Component

Ex trac tion Met hod: Principal Component A naly sis. 3 c omponents extracted.


Dokumen yang terkait

Analisis faktor yang memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra Uteri Device) oleh ibu pasangan usia subur di Desa Sabungan Kecamatan Sungai kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014

16 123 126

Analisis Faktor yang Memengaruhi Suami dalam Memilih Kontrasepsi Vasektomi di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

2 46 119

Pengaruh Budaya Akseptor Kb Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Iud Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

10 67 153

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perkonomian Wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB

4 70 129

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB tidak Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi

3 40 63

Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

4 39 171

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DAN NON IUD PADA AKSEPTOR KB Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Dan Non IUD Pada Akseptor KB.

0 3 12

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DAN NON IUD PADA AKSEPTOR KB Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Dan Non IUD Pada Akseptor KB.

0 2 13

Pengaruh Budaya Akseptor KB terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang

0 1 9