Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman dan Minat terhadap Persepsi Penderita tentang Penyakit Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, DAN MINAT TERHADAP PERSEPSI PENDERITA TENTANG PENYAKIT

MALARIA DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Oleh

EMMY KHAIRATI LUBIS 087012007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, DAN MINAT TERHADAP PERSEPSI PENDERITA TENTANG PENYAKIT

MALARIA DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EMMY KHAIRATI LUBIS 087012007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN,

PENGALAMAN, DAN MINAT TERHADAP PERSEPSI PENDERITA TENTANG

PENYAKIT MALARIA DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Emmy Khairati Lubis Nomor Induk Mahasiswa : 087012007

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (dr. Heldy BZ, M.P.H Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 28 Juli 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Anggota : 1. dr. Heldy BZ, M.P.H

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. Ir. Evi Naria, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, DAN MINAT TERHADAP PERSEPSI PENDERITA TENTANG PENYAKIT

MALARIA DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2011

EMMY KHAIRATI LUBIS 087012007/IKM


(6)

ABSTRAK

Kecamatan Pantai Labu merupakan kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai kasus penyakit malaria terbanyak pada tahun 2009 yaitu sebanyak 23.012 kasus. Salah satu penyebab tinginya kasus penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu diduga terkait dengan persepsi masyarakat yang kurang baik tentang penyebab dan pencegahan penyakit malaria.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan minat terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori. Populasi merupakan seluruh penderita malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 2.519 orang. Sampel sebanyak 96 orang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi linier berganda pada α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel pengetahuan, pengalaman dan minat berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Variabel pengetahuan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria (β=2,467).

Disarankan kepada Puskesmas Pantai Labu dan Program Pencegahan Penyakit Malaria Dinas Kesehatan untuk: memperbaiki persepsi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan antara lain dengan penyuluhan secara intensif tentang penyebab, gejala dan cara pencegahan penyakit malaria; peningkatan pengalaman perlu dilakukan kegiatan pencegahan penyakit malaria melalui pemberdayaan masyarakat dan kelompok tani dalam mengelola lingkungan; peningkatan minat perlu dilakukan gerakan pemeliharaan kesehatan diri dan menghindari gigitan nyamuk melalui pemeriksaan kesehatan ke pemukiman masyarakat.


(7)

ABSTRACT

Pantai Labu Subdistrict is a subdistrict in Deli Serdang District with the greatest number of malaria cases (23,012 cases) in 2009. One of the causes of the incident of high malaria case in Pantai Labu Subdistrict is assumed to be related to the poor perception of community on the cause and the prevention of malaria.

The purpose of this survey explanatory study was to analyze the influence . of knowledge, experience and interest on the perception of sufferers on malaria in Pantai Labu Subdistrict, Deli Serdang District. The population of this study were all of the 2,519 persons suffering from malaria in Pantai Labu Subdistrict, Deli Serdang District. Through simple random sampling technique, 96 of population were selected to be samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were then analyzed through multiple linear regression tests at α=0.05.

The results of this study showed that statistically the variables of knowledge, experience and interests significantly influenced on the perception of sufferers on malaria in the district of Pantai Labu, Deli Serdang District. Knowledge was the most dominant variable that influenced on the perception of sufferers on malaria (β = 2.467

It is recommended to Pantai Labu Health Center and Malaria Prevention Program in Deli Serdang District Health Office to improve community perception through increase knowledge, among others, with an intensive extension about the causes, symptoms and prevention of malaria; improvement necessary experience in malaria prevention through community empowerment and farmer groups in managing the environment; to increase interest in health maintenance is necessary to move away and avoid mosquito bites through a medical examination to the residential community.

).


(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman dan Minat terhadap Persepsi Penderita tentang Penyakit Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan juga kepada Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan dr. Heldy BZ, M.P.H, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. dan Ir. Evi Naria, M.Kes. selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

Terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan jajarannya yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih juga kepada para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda H. Ishak Lubis (Alm) dan Ibunda Hj. Darmiati Batubara, Bapak Mertua M. Solih Batubara dan Ibu Mertua Harmaini Hasibuan, atas segala jasanya sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik.

Teristimewa buat suami tercinta Drs. Muksin Batubara, M.Pd. serta anak – anakku tercinta : Rahmat Fauzan Batubara, Mhd. Irfan Anshari Batubara, Mhd.


(10)

Farhan Muhaemy Batubara dan Nabila Azkia Batubara. Kakak dan Adik - adik tersayang yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan do’a serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2011 Penulis

087012007/IKM Emmy Khairati Lubis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Emmy Khairati Lubis, lahir pada tanggal 04 Januari 1972 di Padangsisidimpuan, anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda H.Ishak Lubis (Alm), dan Ibunda Hj. Darmiati Batubara.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 142417 Padangsidimpuan, selesai Tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, selesai Tahun 1988, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan, selesai tahun 1991. Akademi Keperawatan Dep.Kes RI Medan, selesai Tahun 1994, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan, selesai tahun 2001.

Mulai bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Haji Mina Medan, tahun 1995 sampai tahun 1997, Pegawai Puskesmas Perbaungan, tahun 1998 sampai tahun 2000, Pegawai Dinas Kesehatan Kabupatan Deli Serdang, tahun 2001 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2008 hingga saat ini.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Hipotesis ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Pengertian Persepsi ... 12

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi ... 17

2.2.1 Pengetahuan ... 17

2.2.2 Pengalaman ... 21

2.2.3 Minat ... 21

2.3 Penyakit Malaria ... 22

2.3.1 Gejala Malaria ... 23

2.3.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Penyebaran Penyakit Malaria ... 24

2.3.3 Pencegahan Malaria ... 37

2.4 Landasan Teori ... 39

2.5 Kerangka Konsep ... 40

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.3 Populasi dan Sampel ... 42

3.3.1 Populasi ... 42

3.3.2 Sampel ... 43

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 45


(13)

3.4.2 Data Sekunder ... 46

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ... 46

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 49

3.5.1 Variabel Independen ... 49

3.5.2 Variabel Dependen ... 50

3.6 Metode Pengukuran ... 52

3.7 Metode Analisis Data ... 52

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 54

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

4.1.1 Letak Geografi dan Demografi Kecamatan Pantai Labu ... 54

4.1.2 Demografi Kecamatan Pantai Labu ... 55

4.1.3 Puskesmas Pantai Labu ... 57

4.2 Karakteristik Responden ... 57

4.3 Pengetahuan ... 59

4.4 Pengalaman ... 63

4.5 Minat ... 65

4.6 Persepsi ... 67

4.7 Analisis Bivariat ... 71

4.7.1 Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Penderita Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 72

4.7.2 Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Penderita Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 72

4.7.3 Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Penderita Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 73

4.8 Analisis Multivariat ... 73

BAB 5 PEMBAHASAN ... 76

5.1 Persepsi ... 76

5.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Persepsi Penderita tentang Penyakit Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 80

5.3 Pengaruh Pengalaman terhadap Persepsi Penderita tentang Penyakit Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 83

5.4 Pengaruh Minat terhadap Persepsi Penderita tentang Penyakit Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang... 86


(14)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

6.1 Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Distribusi Sampel Menurut Desa ... 44

3.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan ... 46

3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengalaman ... 47

3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Minat ... 48

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Persepsi ... 48

3.6. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 52

4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Pantai Labu ... 55

4.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pantai Labu ... 56

4.3. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pantai Labu ... 57

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu di Puskesmas Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 58

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penderita Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 59

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Penderita Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang... 62

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Penderita Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 63

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Penderita Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 65

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Minat Penderita Malaria dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 65


(16)

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Minat Penderita Malaria dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan di Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang ... 66 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Penyakit Malaria

di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 67 4.12. Distribusi Responden berdasarkan Kategori Persepsi tentang Penyakit

Malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang... 71 4.13. Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Penderita Malaria di

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 72 4.14. Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Penderita Malaria di

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 72 4.15. Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Penderita Malaria di

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 73 4.16. Hasil Uji Regresi Berganda Pengetahuan, Pengalaman, dan Minat

terhadap Persepsi Penderita tentang Penyakit Malaria di Kecamatan


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Persepsi. ... 15

2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi. ... 20

2.3. Nyamuk Anopheles. ... 29

2.4. Siklus Hidup Genus Plasmodium Malaria. ... 32

2.5. Landasan Teori. ... 40


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 98

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 105

3. Uji Univariat dan Bivariat ... 109

4 Uji Multivariat ... 124

5. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 125

6. Surat Izin Penelitian dari Kepala Puskesmas Pantai Labu Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 126


(19)

ABSTRAK

Kecamatan Pantai Labu merupakan kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai kasus penyakit malaria terbanyak pada tahun 2009 yaitu sebanyak 23.012 kasus. Salah satu penyebab tinginya kasus penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu diduga terkait dengan persepsi masyarakat yang kurang baik tentang penyebab dan pencegahan penyakit malaria.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan minat terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori. Populasi merupakan seluruh penderita malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 2.519 orang. Sampel sebanyak 96 orang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi linier berganda pada α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel pengetahuan, pengalaman dan minat berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Variabel pengetahuan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria (β=2,467).

Disarankan kepada Puskesmas Pantai Labu dan Program Pencegahan Penyakit Malaria Dinas Kesehatan untuk: memperbaiki persepsi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan antara lain dengan penyuluhan secara intensif tentang penyebab, gejala dan cara pencegahan penyakit malaria; peningkatan pengalaman perlu dilakukan kegiatan pencegahan penyakit malaria melalui pemberdayaan masyarakat dan kelompok tani dalam mengelola lingkungan; peningkatan minat perlu dilakukan gerakan pemeliharaan kesehatan diri dan menghindari gigitan nyamuk melalui pemeriksaan kesehatan ke pemukiman masyarakat.


(20)

ABSTRACT

Pantai Labu Subdistrict is a subdistrict in Deli Serdang District with the greatest number of malaria cases (23,012 cases) in 2009. One of the causes of the incident of high malaria case in Pantai Labu Subdistrict is assumed to be related to the poor perception of community on the cause and the prevention of malaria.

The purpose of this survey explanatory study was to analyze the influence . of knowledge, experience and interest on the perception of sufferers on malaria in Pantai Labu Subdistrict, Deli Serdang District. The population of this study were all of the 2,519 persons suffering from malaria in Pantai Labu Subdistrict, Deli Serdang District. Through simple random sampling technique, 96 of population were selected to be samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were then analyzed through multiple linear regression tests at α=0.05.

The results of this study showed that statistically the variables of knowledge, experience and interests significantly influenced on the perception of sufferers on malaria in the district of Pantai Labu, Deli Serdang District. Knowledge was the most dominant variable that influenced on the perception of sufferers on malaria (β = 2.467

It is recommended to Pantai Labu Health Center and Malaria Prevention Program in Deli Serdang District Health Office to improve community perception through increase knowledge, among others, with an intensive extension about the causes, symptoms and prevention of malaria; improvement necessary experience in malaria prevention through community empowerment and farmer groups in managing the environment; to increase interest in health maintenance is necessary to move away and avoid mosquito bites through a medical examination to the residential community.

).


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat karena berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia. Penyakit malaria tidak hanya mengganggu kesehatan masyarakat tetapi dapat menimbulkan keresahan akibat kematian, serta menurunkan produktivitas kerja dan dampak ekonomi lainnya. Diduga 36% penduduk dunia terkena resiko malaria. Di negara-negara berkembang seperti di Indonesia kasus malaria cenderung meningkat karena sangat erat dengan permasalahan kekurangan gizi dan sosial ekonomi (Depkes RI, 2005).

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya pemberantasan malaria, namun demikian penyakit ini masih tetap ada bahkan di beberapa daerah sering terjadi wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB).

Malaria merupakan penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas yakni antara garis bujur 600 di Utara dan 400 di Selatan yang meliputi lebih dari 100 negara yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41 % dari penduduk dunia. Penduduk yang berisiko terkena malaria ber jumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 – 2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub-Sahara. Wilayah di dunia yang kini sudah bebas dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian besar Timur


(22)

Tengah, sebagian besar Karabia, sebagian besar Amerika Selatan, Australia dan Cina (Harijanto, 2000). Peningkatan jumlah kasus malaria disebabkan oleh perpindahan penduduk (migrasi) ke daerah yang baru ditempati, terutama di daerah tropis dan perubahan cuaca.

Penyebaran malaria berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain dan dari satu kabupaten atau wilayah dengan wilayah lain. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 1990, sebanyak 80% kasus dijumpai di Afrika dan merupakan kelompok potensial terjadinya penyebaran malaria indegenous (Harijanto, 2000).

Angka kesakitan penyakit malaria di Indonesia cukup tinggi. Penyakit malaria cukup membahayakan masyarakat terutama mereka yang berada di luar jangkauan pelayanan pusat kesehatan yang memadai (Gemijati, 2000). Berdasarkan data peta pencapaian target MDGs di Indonesia (2010) disebutkan bahwa tingkat kejadian malaria hingga 18,6 juta kasus per tahun.

Di Propinsi Sumatera Utara kasus penyakit malaria menduduki urutan ke-7 dari sepuluh penyakit terbesar pada tahun 2008 dengan rata-rata kasus klinis sebanyak 91.609 kasus dan 74,66% yang mendapatkan pengobatan. Penyebaran malaria hampir merata di kabupaten/kota, paling banyak terdapat di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 19.631 kasus malaria, menyusul di Kabupaten Nias Selatan 18.200 dan Mandailing Natal sebanyak 13.064 kasus (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008).


(23)

Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah tertinggi kasus malaria setelah Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2009 yaitu sebanyak 23.012 kasus yang tersebar di beberapa kecamatan, dengan kasus tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Labu yaitu sebanyak 2.677 kasus dan selanjutnya diikuti wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Hamparan Perak sebanyak 2.057 kasus (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009). Sampai dengan September 2010 tercatat penderita malaria klinis di Kabupaten Deli Serdang sebanyak 2.519 kasus.

Secara geografis wilayah Kecamatan Pantai Labu memiliki luas 83,62 km2

WHO mengindentifikasi malaria sebagai proyek prioritas utama dengan kembalinya penyakit malaria pada tahun 1998. Pada tahun itu juga WHO, UNICEF, UNDP dan Bank Dunia mengembangkan satu respons terpadu untuk mengatasi masalah endemis malaria di negara-negara berkembang. Respon tersebut disebut RBM (Rool Back Malaria). RBM diterjemahkan menjadi ”Gebrak Malaria” yang merupakan upaya kemitraan global (gerakan bersama), terpadu antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga donor dan masyarakat untuk memberantas malaria dimana WHO bertindak sebagai katalisator dalam kemitraan tersebut. Gerakan malaria telah dimulai sejak April (8.362 Ha) yang terdiri dari 10 desa dan 76 dusun dengan ibukota Pantai Labu Pekan. Daerahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-8 meter di atas permukaan laut dan berbatasan dengan Selat Malaka (Profil Kecamatan Pantai Labu, 2007).


(24)

2000 dan bertujuan untuk menangggulangi beban malaria sebanyak 50% pada tahun 2010 melalui pendekatan partnership (Depkes RI, 2009).

Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan pengobatan penderita di berbagai daerah termasuk 4 (empat) propinsi kawasan timur Indonesia yang mendapat bantuan Global Fund, sedang dikembangkan Pos Malaria Desa. Pos ini merupakan suatu wadah komunikasi informasi masyarakat sendiri, dengan difasilitasi Puskesmas setempat bekerja sama dengan lembaga/organisasi yang sudah ada di masing-masing desa.

Kabupaten Deli Serdang telah melakukan berbagai upaya penanggulangan penyakit malaria seperti bimbingan teknis penyakit malaria kabupaten ke Puskesmas, pelatihan mikroskop Puskesmas bantuan UNICEF, pendistribusian rapid test, launching kelambunisasi dan pembagian kelambu bantuan UNICEF (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2008).

Walaupun program penanggulangan malaria telah dilakukan oleh pemerintah, malaria masih tetap menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan karena semakin luasnya daerah yang resisten terhadap obat anti malaria karena penderita malaria tidak patuh meminum obatnya sesuai aturan sehingga parasit yang ada menjadi resisten terhadap daya kerja obat tersebut. Kondisi ini juga makin diperberat dengan makin meningkatnya mobilisasi penduduk antar wilayah sehingga malaria tidak dapat segera diberantas dari suatu wilayah endemik malaria (Gemijati, 2003).


(25)

Guna mengurangi kasus malaria, pemerintah telah membuat rencana pengendalian penyakit malaria pada tahun 2008 yang meliputi kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan anti malaria, peningkatan pemeriksaan laboratorium/mikroskop dengan cara RDT(Rapid DiagnosticTest) menggunakan penemuan pengobatan dan pencegahan penularan malaria. Selain itu, pemerintah juga melakukan upaya peningkatan perlindungan penduduk beresiko dan pencegahan penularan malaria khususnya melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting Insecticidal Net) gratis ke daerah endemis malaria yang masih dibantu oleh Global Fund (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008).

Penelitian Tarigan (2006) menemukan bahwa faktor intrinsik (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, tindakan) dan faktor ekstrinsik (tempat perindukan nyamuk, jarak antara rumah dengan tempat perindukan nyamuk dan penyemprotan di dalam rumah) terbukti secara signifikan berpengaruh dengan kejadian malaria di Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Karo.

Menurut Depkes RI (2003), kelemahan dalam program penanggulangan penyakit malaria diakibatkan karena lemahnya sistem kewaspadaan dini serta perencanaan pemberantasan malaria yang tidak dilakukan secara berkesinambungan. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemberantasan penyakit malaria khususnya petugas lapangan adalah lemahnya pengawasan pelaksanaan kegiatan penanggulangan malaria, padahal sebagian besar program tersebut sangat membutuhkan pengawasan yang baik.


(26)

Hasil penelitian Siahaan (2008) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap masyarakat serta sikap tokoh masyarakat mempunyai hubungan dengan perilaku masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria di Tanjung Balai. Penelitian Budarja (2001) juga mengungkapkan bahwa pendidikan rendah berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam kejadian malaria sebesar 85,2% di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian faktor pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat berperilaku buruk dalam kehidupannya sehingga lebih banyak menderita malaria dibandingkan masyarakat yang berpendidikan tinggi. Penelitian Maulana (2003) juga menyimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat yang rendah terbukti secara statistik berhubungan dengan angka kejadian malaria di Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Propinsi Aceh. Hal ini berarti masyarakat dengan pengetahuan yang rendah tentang penularan, pencegahan, dan pengobatan malaria mempunyai resiko menderita penyakit malaria. Melihat keberadaan pengetahuan dan sikap masyarakat dikaitkan dengan persepsi tentang penyakit malaria, maka masyarakat yang mempunyai persepsi yang baik akan merespon setiap program pemberantasan yang dilakukan.

Selanjutnya penelitian Saifuddin (2004) melaporkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian malaria dengan keadaan saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan di Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh. Hal ini ditandai dengan kondisi penderita malaria yang memiliki rumah dengan saluran pembuangan air limbah yang tidak


(27)

memenuhi syarat kesehatan yaitu sebesar 61,5%. Aspek pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengelolaan lingkungan sangat menentukan keberhasilan penanggulangan penyakit malaria.

Menurut Mohammad (2000), salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sikap/persepsi terhadap kualitas pelayanan. Rendahnya tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap berbagai pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka yang tidak baik terhadap kualitas pelayanan petugas kesehatan. Persepsi tersebut sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperolehnya dari mulut ke mulut, kebutuhan-kebutuhan konsumen itu sendiri, dan pengalaman masa lalu.

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium (Gemijati. 2003). Secara umum penyebaran malaria sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling mendukung, yaitu host, agent, environment sesuai dengan teori The Traditional(Ecological) Model yang dikemukakan oleh Gordon. Ada aspek lingkungan di mana manusia dan nyamuk berada pada suatu ekologi yang memungkinkan terjadinya transmisi malaria setempat (indegeneous). Nyamuk dapat berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkannya (Gunawan, 2000). Selain hal tersebut, faktor lain yang sangat memengaruhi penyebaran malaria adalah faktor masyarakat yang sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain (Gemijati, 2003).

Daerah perairan atau rawa-rawa merupakan suatu habitat bagi nyamuk vektor malaria. Hal ini terbukti dengan banyaknya ditemukan larva nyamuk


(28)

Anopheles spp. berkembang biak di persawahan ataupun rawa-rawa. Daerah persawahan dan rawa-rawa yang airnya tergenang terus-menerus cenderung berpotensi sangat besar menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Anopheles spp. Hal ini dapat menyebabkan populasi nyamuk semakin meningkat. Karena, faktor air sangat menjadi penunjang dalam perkembangbiakannya. Terjadinya kenaikan populasi nyamuk Anopheles spp. akan memicu kenaikan insiden malaria. Apabila sudah terinfeksi malaria maka masyarakat menjadi tidak produktif lagi dalam mengerjakan aktivitas sehingga berpengaruh terhadap produksi yang akan diperoleh. Faktor lain yang dapat menaikkan insiden malaria di daerah penelitian antara lain lingkungan fisik, biologik, sosial budaya dan sosial ekonomi penduduk yang masih rendah (Laihad, 2005).

Marshal dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa memberdayakan masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria dimulai dengan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dengan memperhatikan aspek sosial budaya, yaitu kepercayaan, kebiasaan, nilai tradisi, pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang penyakit dan rasa sakit.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh Penulis, selain faktor geografis, masyarakat di Kecamatan Pantai Labu memiliki kebiasaan beraktivitas di luar rumah pada malam hari dan hal ini memungkinkan masyarakat digigit nyamuk dan berpotensi terinfeksi malaria. Di samping itu perilaku masyarakat juga masih rendah dalam upaya pencegahan malaria. Hal ini tercermin dari masih adanya masyarakat yang tidur malam dengan tidak memakai kelambu,


(29)

padahal penggunaan kelambu adalah salah satu cara pencegahan agar nyamuk tidak bisa menggigit. Selain kebiasaan yang sudah membudaya tersebut, masih adanya persepsi yang dimiliki oleh masyarakat bahwa penyakit malaria bukanlah penyakit yang berbahaya karena hanya berupa demam biasa dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa faktor inilah yang diduga menjadi penyebab tingginya kasus kejadian malaria di Kecamatan Pantai Labu.

Tingginya kasus malaria ini terkait dengan persepsi masyarakat yang berbeda-beda secara individu tentang konsep sehat-sakit sesuai dengan tingkat sosial budayanya. Persepsi masyarakat berbeda dengan petugas kesehatan yang telah mendapat pendidikan formal bidang kesehatan dalam memersepsikan tentang kerentanan, keseriusan dan ancaman terkena malaria.

Robbins (2005) menyatakan bahwa pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti minat, pengalaman dan pengharapan. Variabel lain yang ikut menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, dan pekerjaan secara individu.

Pandangan masyarakat terhadap pentingnya pencegahan penyakit malaria sangat penting. Toha (1999) mengemukakan bahwa proses pembentukan persepsi antar satu individu dengan individu lain berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhinya, yaitu faktor internal (pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, dan pendidikan) maupun faktor eksternal (lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya lingkungan fisik dan hayati dimana seseorang itu bertempat tinggal).


(30)

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan kajian tentang pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan minat terhadap persepsi masyarakat tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan minat terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan minat terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan minat terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.


(31)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai bahan masukan dalam menyusun arah kebijakan dan perencanaan program pemberantasan dan penanggulangan malaria serta intervensi yang tepat dan efisien dalam menurunkan angka kesakitan malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

2. Masyarakat Pantai Labu sebagai masukan guna menambah wawasan tentang penyakit malaria dan diharapkan berpartisipasi dalam penanggulangan penyakit malaria.

3. Untuk menambah khasanah ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan, khususnya yang terkait dengan teori persepsi.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persepsi

Pengertian persepsi adalah akal manusia yang sadar meliputi proses fisik, fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai penggambaran lingkungan. Persepsi merupakan perlakuan melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca sehinggga persepsi memengaruhi tingkah laku, percakapan, serta perasaan seseorang (Koentjaraningrat, 1981). Menurut Sarwono (1992), persepsi merupakan makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek yang mendefinisikan pengenalan objek melalui penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam saraf yang lebih tinggi.

Toha (1999) mengemukakan bahwa proses pembentukan persepsi antar satu individu dengan individu lain berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhinya, yaitu faktor internal (pengalaman, keinginan, proses belajar, motivasi, dan pendidikan) maupun faktor eksternal (lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya lingkungan fisik dan hayati dimana seseorang itu bertempat tinggal).

Winardi (2001) mengemukakan persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus yang memungkinkan kita menghadapi lingkungan kita. Proses persepsi menyediakan


(33)

mekanisme melalui stimuli yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.

Pengertian persepsi yang menjelaskan suatu objek dikemukakan oleh Yusuf (1991) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan pemberian makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek. Pendapat ini didukung oleh Sarwono (1992) yang mendefinisikan persepsi sebagai suatu pengenalan objek melalui aktivitas sejumlah penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf yang lebih tinggi.

Robbins (2005) menyatakan bahwa pelaku persepsi dipengaruhi oleh faktor karakteristik pribadi, seperti sikap, motivasi, kepentingan, minat, pengalaman dan pengharapan. Variabel lain yang ikut menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian, dan pengalaman hidup individu.

Feigl dalam Kusumarini (2002) menekankan bahwa ada tiga mekanisme pembentukan persepsi, yaitu (1) Selectivity, (2) Closure, dan (3) Interpretation. Proses selectivity terjadi apabila seseorang menerima pesan maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Penerimaan dan penyeleksian pesan merupakan dua hal tersebut yang saling berhubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan dan menafsirkan pesan. Proses closure akan menyeleksi hasil kesimpulan, kemudian disusun suatu


(34)

kesatuan kumpulan pesan atau stimulus. Sedangkan interpretation terjadi apabila pesan tersebut diinterpretasikan atau penafsiran stimulus secara menyeluruh ke dalam lingkungannya.

Rahmat (1992) menyatakan bahwa pengorganisasian stimuli dengan cara melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang diterima tidak lengkap dapat pula diisi dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsikan. Persepsi dapat terjadi dengan dimulainya proses pengamatan, sedangkan pengamatan dapat dilakukan apabila muncul suatu stimuli. Pada tahapan stimuli, maka proses seleksi dan pengorganisasian akan berinteraksi dengan interpretasi dan closure. Proses interaksi akan menghasilkan respons yang berupa permanent memory atau disebut juga dengan mental representation. Pada saat seseorang/individu melakukan aktivitas interpretasi maka akan dipengaruhi oleh faktor internal maupun external.

Menurut Gibson (1996), persepsi secara psikologis merupakan proses kognitif yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungannya. Proses tersebut berkaitan dengan kemampuan interpretasi individu, sehingga masing-masing memberikan interpretasi yang bersifat subyektif terhadap obyek yang sedang menjadi stimulus (Arwani, 2002). Persepsi tidak hanya sekedar mendengar, melihat dan merasakan sesuatu yang didapatinya tetapi lebih jauh disepakati bahwa persepsi melibatkan rangsangan internal dan


(35)

eksternal (Nurjannah, 2002). Pritchard dalam Djauzi (2004) menyatakan bahwa persepsi adalah gambaran subyektif internal seseorang terhadap dunia luarnya (eksternal).

Persepsi merupakan proses pengenalan suatu obyek melalui aktivitas sejumlah penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat saraf yang lebih tinggi (Engel, 1995). Jadi persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorisnya supaya dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya. Secara skematis proses persepsi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses Persepsi

Menurut Wexley (1992), seseorang memberikan reaksi atau tanggapan sesuai persepsi dirinya terhadap dunianya daripada kondisi-kondisi objektif dimana sebenarnya mereka berada. Sudjana (1995) menyatakan bahwa reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus/rangsangan dapat terjadi dalam bentuk:

1. Penerimaan (receiving/attending) yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala/rangsangan.

Stimulus Lingkungan

Perhatian dan seleksi

Pengorganis asian

Penafsiran stimuli


(36)

2. Jawaban (respons) yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap seseorang stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, dan kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.

3. Penilaian (valuing) yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

4. Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, dan prioritas nilai yang dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

5. Karakteristik nilai/internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang memengaruhi nilai dan karakteristiknya. Terbentuknya persepsi pada setiap orang bersifat subjektif. Persepsi juga dapat terjadi pada diri penderita penyakit malaria, dimana penderita penyakit malaria menginterpretasikan suatu objek atau suatu aktivitas yang mereka rasakan selama mengalami penyakit malaria. Subjektifitas tersebut akan membentuk persepsi penderita menjadi baik atau buruk berdasarkan pengalaman kognitif yang diterimanya. Baik buruknya persepsi tersebut juga merupakan tanggapan yang diberikan penderita sebagai implikasi interaksi pengalaman yang terjadi. Konsepsi persepsi tampaknya masih dalam tataran kognitif sehingga memang apresiasinya masih memerlukan wujud yang nyata.


(37)

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi 2.2.1 Pengetahuan

Definisi pengetahuan menurut pendapat beberapa ahli maupun kutipan yang diacu sebagai sumber teori akan dijelaskan serta digunakan untuk merumuskan pengertian pengetahuan tentang penyakit malaria. Purwodarminto dalam Azwar (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal/objek. Pengetahuan merupakan hasil ”tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sabagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pendapat Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah individu tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam 6 (enam) enam tingkat pengetahuan, yaitu:

1. Tahu (know)

Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(38)

2. Memahami (comprehension)

Pada tingkatan ini orang sudah paham dan dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar juga.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada dengan cara meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

Menurut WHO, pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Selanjutnya menurut Poedjawijatna (1991), orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Dengan demikian pengetahuan atau


(39)

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Marshal dalam Notoatmodjo (2005), pemberdayaan masyarakat dimulai dengan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam penanggulangan penyakit malaria dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang meliputi kebiasaan, kepercayaan (belief), nilai, tradisi, pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang penyakit dan rasa sakit.

Hammer dalam Koentjaraningrat (1981) menyatakan ada 2 (dua) faktor yang memengaruhi persepsi, yaitu :

1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian dan lain-lain.

2. Field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami dan tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Robbins (2005) menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi, yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.

Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi terdiri atas dua faktor, yaitu faktor eksternal atau dari luar yakni concreteness yaitu gagasan yang abstrak yang


(40)

sulit dibandingkan dengan yang objektif, novelty atau hal baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan daripada hal-hal lama, velocity atau percepatan, misalnya pemikiran atau gerakan yang lebih cepat dalam menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibanding yang lambat, conditioned stimuli yakni stimulus yang dikondisikan. Sedangkan faktor internal adalah motivasi yaitu dorongan untuk merespon sesuatu, interest dimana hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak menarik, need adalah kebutuhan akan hal-hal tertentu dan terakhir asumptions yakni persepsi seseorang dipengaruhi dari pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain. Jika digambarkan polanya, maka terlihat seperti pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Situasi

a. Waktu

b. Keadaan Tempat Kerja

Pelaku Persepsi a. Sikap

b. Motif

c. Kepentingan atau minat d. Pengalaman

e. Pengharapan

PERSEPSI

Target yang Dipersepsikan a. Hal Baru

b. Gerakan c. Bunyi d. Ukuran

e. Latar Belakang f. Kedekatan


(41)

2.2.2 Pengalaman

Pengalaman adalah segala sesuatu yang dirasakan atau dialami seseorang pada masa lalu terhadap suatu hal/objek (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Beberapa penelitian dalam perilaku selama ini menunjukkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman (Assael, 2001). Persepsi terbentuk dari pengalaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Assael (2001), orang yang menerima informasi akan menjadi suatu pengalaman, meskipun bukan diri sendiri yang mengalaminya, melainkan hanya melalui pengalaman orang lain yang disebarkan dari mulut ke mulut. Pengalaman itu akan membentuk persepsi. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa pengalaman memengaruhi persepsi.

Robbins (2005) menyatakan bahwa selain dipengaruhi oleh variabel umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, dan kepribadian, persepsi juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu pengalaman. Menurut Keith dan Newstron (1993), pengalaman dan nilai-nilai pada diri seseorang dalam kerangka yang terorganisasi merupakan salah satu faktor dalam mempersepsikan lingkungannya. Sedangkan masalah, minat dan latar belakang seseorang akan mengendalikan persepsinya terhadap situasi.

2.2.3 Minat

Menurut Robbins (2005), selain variabel umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, dan kepribadian, persepsi juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu minat.


(42)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu yang menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya (Gunarso,1995).

Hurlock (1995) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat seseorang dapat digolongkan menjadi :

1. Rendah, jika seseorang tidak menginginkan objek minat;

2. Sedang, jika seseorang menginginkan objek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera; dan

3. Tinggi, jika seseorang sangat menginginkan objek minat dalam waktu segera.

2.3. Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp. betina (Depkes RI, 2005). Malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk, karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa


(43)

yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo, 2004).

2.3.1 Gejala Malaria

Menurut Depkes RI (2003), gejala malaria secara umum adalah demam, pening, lemas, pucat (karena kurang darah), nyeri otot, chest pain, menggigil, suhu bisa mencapai 400

1. Tahap demam menggigil atau stadium dingin (cold stage)

C terutama pada infeksi Plasmodium falcifarum dan gejala-gejalanya terjadi secara bertahap yaitu :

Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan lemah, bibir dan jari jemari kebiru-biruan pucat (cyanotic), kulit kering, pucat, kadang muntah. Pada anak-anak demam bisa menyebabkan kejang. Demam ini berkisar antara 15 menit sampai 1 jam.

2. Tahap puncak demam (hot stage)

Berlangsung 2-6 jam, wajah memerah, kulit kering, nyeri kepala, denyut nadi, keras, haus yang amat sangat terus-menerus, mual hingga muntah. Pada tahap ini merupakan saat pecahnya eritrosit yang terinfeksi (schizon) matang menjadi merozoit-merozoit yang beramai-ramai memasuki aliran darah untuk menyerbu sel-sel darah merah.

3. Stadium berkeringat

Pada stadium ini penderitanya berkeringat banyak sekali. Hal ini bisa berlangsung 2 sampai 4 jam. Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut


(44)

tidak dapat dijadikan rujukan mutlak, karena dalam kenyataannya gejala sangat bervariasi antar manusia dan antar Plasmodium.

Gejala malaria dalam kaitannya dengan pemberantasan malaria adalah demam, menggigil, berkeringat, dapat disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah. Gejala malaria dengan komplikasi adalah seperti gejala malaria ringan, disertai dengan salah satu gejala seperti, kejang, panas tinggi diikuti gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit), mata kuning dan tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, jumlah kencing kurang (oliguri), warna air kencing (urine) seperti air teh, kelemahan umum dan nafas sesak (Anies, 2006).

2.3.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Penyebaran Penyakit Malaria a. Agent Penyebab Infeksi

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan parasit malaria, yaitu suatu protozoa dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp. betina. Genus Plasmodium yang menginfeksi manusia adalah Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium falciparum (Zein, 2005).

Depkes RI (2003) dan Anies (2006) menyatakan bahwa ada 4 (empat) spesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu:

1. Plasmodium vivax

Menyebabkan malaria tertiana, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah beriklim dingin, subtropik sampai daerah tropik. Demam terjadi


(45)

setiap 48 jam atau setiap hari ketiga pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivax antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali.

2. Plasmodium falciparum

Menyebabkan malaria tropika atau disebut juga demam rimba (jungle fever), merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala seperti nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. Plasmodium falcifarum memberikan gambaran klinis yang sangat bervariasi seperti demam, menggigil, berkeringat, batuk, diare, gangguan pernafasan, sakit kepala, dapat berlanjut dengan ikterik, gangguan koagulasi, syok, gagal hati, ensefalopati akut, oedema paru dan otak, koma dan berakhir dengan kematian.

3. Plasmodium ovale

Menyebabkan malaria ovale dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan. Masa inkubasinya adalah 12 hingga 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri. Dijumpai di Benua Afrika dan daerah Pasifik Barat, sedangkan di Indonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian Jaya.

4. Plasmodium malariae

Merupakan penyebab malaria quartana dengan gejala setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran rendah pada


(46)

daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan.

Dalam kenyataannya, penyakit malaria yang sering terjadi merupakan infeksi campuran. Umumnya terjadi campuran antara Plasmodium falciparum dengan Plasmodium jenis lainnya. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh di dalam sel hati. Beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah, parasit tersebut terus berkembang sehingga menyebabkan timbulnya demam.

Posisi nyamuk anopheles di dalam sistem klasifikasi adalah:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Diptera Superfamily : Culicoidea Family : Culicidae Subfamily : Anophelinae Genus : Anopheles

Siklus hidup nyamuk anopheles menurut Kirniwardoyo dalam Nurmaini (2003), nyamuk Anopheles spp sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam


(47)

siklus hidup nyamuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup di alam bebas :

a.Telur nyamuk

Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadanya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda -beda tergantung dari jenisnya. Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. Stadium telur ini berlangsung dalam waktu 1 -2 hari. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk. b. Jentik nyamuk

Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi bulub-ulunya, stadium jentik mermerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator.

c. Kepompong

Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada staidum ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 -2 hari.

d. Nyamuk dewasa

Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar


(48)

dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin.

Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Siklus hidup nyamuk terdiri dari stadium dewasa, telur, larva (jentik), pupa dan kembali menjadi nyamuk dewasa. Pengembangbiakan nyamuk diawali dengan kegiatan koleksi nyamuk dan larva dari alam. Panjangnya proses metamorfosis ini yang menyebabkan perkembangbiakan nyamuk sulit untuk dikendalikan. Bahkan nyamuk mulai beradaptasi terhadap jenis obat pembasmi nyamuk. Awalnya nyamuk mudah dibasmi dengan obat pemberantas nyamuk namun sekarang beda.

Nyamuk anopheles mempunyai ciri-ciri spesifik yang membedakannya dengan jenis nyamuk lainnya.

a. Ciri-ciri jentik nyamuk anopheles (a).Tidak memiliki siphon

(b).Jentik nyamuk anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor (c).Pada bagian thoraks terdapat stoot spine

b. Ciri-ciri nyamuk anopheles dewasa (a).Bentuk tubuh kecil dan pendek

(b).Antara palpi dan proboscis sama panjang (c).Menyebabkan penyakit malaria

(d).Pada saat hinggap membentu sudut 90º (e).Warna tubunya coklat kehitam


(49)

(f).Bentuk sayap simetris

(g).Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah

Ciri nyamuk dewasa sebagaimana disebutkan di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.3 NyamukAnopheles Sumber: Ismanto, 2006

Penyakit malaria ditransmisikan oleh nyamuk hanya dari genus Anopheles spp. Saat ini telah berhasil diidentifikasi 422 nyamuk Anopheles spp. di seluruh dunia dan ada sekitar 70 spesies diantaranya dikonfirmasi memiliki kemampuan menularkan penyakit malaria (Myrna, 2003). Di Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24 spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai nyamuk penular malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 (satu) atau paling banyak 3 (tiga) spesies Anopheles spp. yang menjadi vektor. Vektor-vektor tersebut memiliki habitat, mulai dari rawa-rawa, pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain (Depkes RI, 2003).

Nyamuk hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, namun bisa juga hidup di daerah yang beriklim sedang. Anopheles spp. jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2000-2500 m. Menurut Myrna (2003), nyamuk


(50)

Anopheles spp. betina membutuhkan minimal 1 (satu) kali memangsa darah agar telurnya dapat berkembang baik. Anopheles spp. mulai menggigit sejak matahari terbenam yaitu jam 18:00 hingga subuh dan puncaknya pukul 19:00-21:00. Menurut Prabowo (2004), jarak terbang Anopheles spp. tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sejak telur sampai menjadi nyamuk dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung spesies, makanan yang tersedia, dan suhu udara.

Menurut Achmadi (2005), secara umum nyamuk yang telah diidentifikasi sebagai penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang bervariasi yaitu:

1. Zoofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah binatang. 2. Anthropofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah manusia.

3. Zooanthropofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia.

4. Endofilik, yaitu nyamuk yang suka tinggal di dalam rumah/bangunan. 5. Eksofilik, yaitu nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.

6. Endofagik, yaitu nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah/bangunan. 7. Eksofagik, yaitu nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.

Tempat tinggal manusia dan ternak, khususnya yang tebuat dari kayu merupakan tempat yang paling disenangi oleh Anopheles spp. Vektor utama di Pulau Jawa dan Sumatera adalah Anopheles sundaicus, Anopheles maculatus,


(51)

Anopheles aconitus dan Anopheles balabacensis. Sedangkan di luar pulau tersebut, khususnya Indonesia wilayah tengah dan timur adalah Anopheles barbirostis, Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus, Anopheles subpictus dan Anopheles balabacensis

Menurut Anies (2006), ciri utama genus Plasmodium memiliki 2 (dua) siklus hidup, yaitu:

1. Fase aseksual dimulai ketika nyamuk Anopheles spp. betina infektif menghisap darah manusia, sprozoit yang ada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang 30 menit. Siklus ini berlangsung selama lebih kurang 2 (dua) minggu.

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai schizon (terdiri dari 8-30 merozoit tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (schizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.

2. Fase seksual. Saat nyamuk Anopheles spp betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung


(52)

nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia, seperti pada Gambar 2.4. di bawah ini.

Gambar 2.4 Siklus Hidup Genus Plasmodium Malaria

Sumber : Warrel & Gilles. 2002 b. Faktor manusia

Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Menurut Anies (2006), manusia menjadi sumber infeksi malaria bila mengandung gametosit dalam jumlah yang besar dalam darahnya, kemudian nyamuk mengisap darah manusia tersebut dan menularkan kepada orang lain. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik


(53)

malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang secara transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah resiko malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak, antara lain dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, abortus, partus prematus dan kematian janin intrauterin.

Faktor-faktor genetik pada manusia dapat memengaruhi terjadinya malaria, dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons immunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Menurut Harijanto (2000), beberapa faktor genetik yang bersifat protektif terhadap malaria ialah:

1. Golongan darah Duffy negatif;

2. Haemoglobin S. yang menyebabkan sickle cell anemia; 3. Thalasemia (alfa dan beta);

4. Hemoglobinopati lainnya (HbF dan HbE);

5. Defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase); dan 6. Ovalositosis (di Papua New Guinea dan mungkin juga di Irian Jaya).

Keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap malaria. Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria serebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk (Harijanto, 2000).


(54)

Menurut Prabowo (2004), penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria sekitar 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara di Benua Afrika.

c. Faktor Lingkungan

Prabowo (2004) menyatakan bahwa malaria ditemukan di dunia tersebar pada wilayah 640 Lintang Utara (Rusia) sampai 320

1. Lingkungan fisik

Lintang Selatan (Argentina). Ketinggian yang memungkinkan parasit malaria hidup adalah 400 m di bawah permukaan laut (Laut Mati) dan 2500 m di atas permukaan laut (Bolivia). Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia yang meliputi lebih dari 100 negara, terutama yang beriklim tropis dan sub tropis. Lingkungan berperan dalam pertumbuhan vektor penular malaria. Menurut Harijanto (2000), ada beberapa faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu:

Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies. Pada suhu 26,70

a. Suhu. Suhu memengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20-30

C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk Plasmodium falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax, 14-15 hari untuk Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.

0


(55)

tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu, makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. b. Kelembaban. Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk,

meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

c. Hujan. Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp.

d. Ketinggian. Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin naik. Hal ini berhubungan dengan menurunnya suhu rata-rata. Mulai ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini dapat mengalami perubahan bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh El-Nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian maksimal yang masih memungkinkan transimisi malaria ialah 2500 m di atas permukaan laut . e. Angin. Kecepatan dan arah angin dapat memengaruhi jarak terbang


(56)

f. Sinar matahari. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh. Anopheles hyrcanus spp. dan Anopheles pinctulatus spp. lebih menyukai tempat terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.

g. Arus Air. Anopheles barbirostis menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir lambat, sedangkan Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras dan Anopheles letifer menyukai air tergenang.

2. Lingkungan biologik

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat memengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan memengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.

3. Lingkungan kimiawi

Kadar garam dari tempat perindukan memengaruhi perkembangbiakan nyamuk, seperti Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18% dan tidak berkembang pada kadar garam 40% ke atas.

4. Lingkungan sosial budaya

Kebiasaan masyarakat berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektor yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan


(57)

memengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan anti nyamuk. Aktivitas mandi berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain, begitu juga dengan waktu pengambilan air bersih, ada pagi buta dan ada pada sore hari. Di beberapa daerah pengunungan, penduduk harus menuruni tebing untuk menuju sumber air, sedangkan penduduk pantai harus menyiapkan perahu pagi buta untuk mencari lobster. Di Sumatera menyadap karet sering dilakukan pada pagi hari, kebiasaan nonton televisi di rumah dan memelihara ternak di rumah. Hal tersebut memberi peluang penularan malaria (Achmadi, 2005).

Masyarakat di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang memiliki kebiasaan berkumpul di luar rumah pada malam hari tanpa menggunakan pelindung dari gigitan nyamuk dan mayoritas masyarakatnya adalah nelayan yang mempunyai kebiasaan berangkat melaut pada malam hari.

2.3.3 Pencegahan Malaria

Usaha pembasmian penyakit malaria di Indonesia belum mancapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan menurut Prabowo (2004) adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan malaria yaitu:


(58)

1. Mencegah gigitan nyamuk malaria

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis, dianjurkan untuk memakai baju dengan lengan dan celana panjang saat keluar rumah pada malam hari, memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur, dan menggunakan minyak anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur atau keluar rumah di malam hari. Resiko penularan malaria pada rumah yang tidak dipasang kawat kasa menurut hasil penelitian Dasril (2005) adalah 5,2 kali dibandingkan dengan rumah yang dipasang kawat kasa, tetapi penggunaan obat anti nyamuk tidak berpengaruh terhadap kejadian malaria. Sedangkan masyarakat dengan kebiasaan tidak menggunakan repellent malam hari kemungkinan resiko 3,2 kali dibandingkan masyarakat dengan kebiasaan menggunakan repellent malam hari.

2. Pengendalian jentik dan nyamuk malaria dewasa

Untuk mengendalikan jentik dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan dengan beberapa upaya, yaitu:

a. Penyemprotan rumah; untuk daerah endemis malaria, penyemprotan rumah-rumah sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval waktu 6 (enam) bulan.

b. Larvaciding; merupakan kegiatan pemberantasan larva nyamuk melalui penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.


(59)

c. Biological control; merupakan kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-panchax) dan ikan guppy/wader cetul (Lebistus reticulatus) pada genangan-genangan air yang mengalir dan daerah persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria

Tempat perindukan nyamuk malaria tergantung spesies nyamuk, yaitu kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan atau hidup di air bersih pegunungan. Masyarakat di daerah endemis harus menjaga kebersihan lingkungan, seperti membersihkan tambak ikan yang kurang terpelihara, menutup parit-parit bekas galian yang berisi air payau di sepanjang pantai, mengupayakan aliran air irigasi persawahan berjalan lancar, dan lain-lain.

4. Pemberian obat anti malaria

Obat anti malaria adalah untuk mencegah (profilaksis) terjadinya infeksi dan timbulnya gejala-gejala penyakit malaria.

2.4. Landasan Teori

Kerangka teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari beberapa teori yang memberi kontribusi atas persepsi seseorang. Menurut Robbins (2005), pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu minat dan pengalaman individu. Marshal dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi adalah pengetahuan. Persepsi sebagai interpretasi, perhatian dan seleksi melalui indera penerima stimulus mengacu pada


(60)

teori Robbins (2005). Perpaduan dari Marshal dalam Notoatmodjo (2005) dan Robbins (2005) digunakan sebagai landasan teori seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.5 Landasan Teori, Marshal dalam Notoatmodjo (2005) dan Robbins (2005)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk menganalisis pengaruh variabel pengetahuan, pengalaman serta minat terhadap persepsi tentang penyakit malaria seperti pada Gambar 2.5.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian Persepsi Interpretasi

Perhatian dan Seleksi Indra Penerima Stimulus Pengetahuan

Pengetahuan Pengalaman

Persepsi tentang Penyakit Malaria

a. Penyebab b. Gejala c. Pencegahan d. Pengobatan Minat

Pelaku Persepsi a. Sikap

b. Motif

c. Kepentingan atau Minat


(61)

2.5.1 Definisi Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dijelaskan bahwa definisi konsepnya adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal/objek (Azwar, 2005).

2. Pengalaman adalah segala sesuatu yang dirasakan atau dialami seseorang pada masa lalu terhadap suatu hal/objek (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

3. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatannya sendiri melalui tindakan diagnosa dini, pengobatan segera, peningkatan daya tahan tubuh dan tindakan untuk mencegah penularan (KBBI, 2005).

4. Persepsi merupakan makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek yang mendefinisikan pengenalan akan suatu hal/objek melalui penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam saraf yang lebih tinggi (Sarwono, 1992).


(62)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan survei eksplanotori (eksplanatory research) yang dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, pengalaman dan minat terhadap persepsi penderita tentang penyakit malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan daerah endemis malaria dengan kasus penderita malaria tertinggi pada tahun 2009 terjadi di kecamatan ini

bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Penelitian dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan yaitu Januari sampai dengan Juli 2011.

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita malaria yang dilaporkan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang sampai dengan September tahun 2010 yang berjumlah 2.519. Sehubungan dengan penelitian ini mengkaji persepsi tentang penyakit malaria maka populasi dibatasi pada penderita malaria yang berusia > 21 tahun sebanyak 2.091 orang.


(63)

3.3.2 Sampel

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2003), sebagai berikut:

N n =

1 + N ( d2 ) Dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Tingkat kepercayaan (0,1)

2.091 n =

1 + 2.091 ( 0,1 2 ) 2.091

n = 21,91

n = 95,43

~

96 orang

Berdasarkan rumus perhitungan besar sampel di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 95,43 orang dan digenapkan menjadi 96 orang. Menentukan jumlah sampel di setiap desa di Kecamatan Pantai Labu dilakukan dengan metode alokasi sebanding (Dahlan, 2008) dengan rincian seperti pada Tabel 3.1.


(64)

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Menurut Desa No Desa Jumlah Penderita Malaria

per Desa Proporsi

Jumlah Sampel

1 Durian 326 (326/2091) x 96 15

2 Pantai Labu Pekan 255 (255/2091) x 96 12

3 Paluh.Sibaji 237 (237/2091) x 96 11

4 Ramunia Kebun 168 (168/2091) x 96 8

5 Pematang Biara 221 (221/2091) x 96 10

6 Rantau Panjang 182 (182/2091) x 96 8

7 Ramunia II 148 (148/2091) x 96 7

8 Kelambir 154 (154/2091) x 96 7

9 Denai Lama 206 (206/2091) x 96 9

10 Rugemuk 194 (194/2091) x 96 9

Jumlah 2.091 96

Sumber: Puskesmas Pantai Labu September, 2010

Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing desa, maka selanjutnya dilakukan penentuan/pemilihan sampel di masing-masing desa yang dilakukan dengan cara simple random sampling sebanyak jumlah yang telah ditentukan pada setiap desa.

Penderita malaria di Kecamatan Pantai Labu sebagian besar adalah kelompok umur dewasa (>21 tahun) yaitu sebanyak 2.091 orang (83%), sedangkan anak-anak dan remaja sebanyak 428 orang (17%). Dilihat dari jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 1.637 orang (65%) sedangkan perempuan sebanyak 882 orang (35%).

Berdasarkan data penderita malaria, maka ditentukan syarat inklusi dan eksklusi untuk sampel penelitian sebagai berikut:


(1)

B. PENGETAHUAN

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda

contreng (√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan atau perasaan Bapak/Ibu secara jujur (apa adanya). Jawaban terdiri dari 2 (dua) pilihan, yaitu:

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Ya; yang berarti Bpk/ibu/sdr berpendapat bahwa apa yang terkandung dalam pertanyaan yang diajukan sesuai dengan yang Bapak/Ibu ketahui tentang penyakit malaria.

2. Tidak; yang berarti Bapak/Ibu berpendapat bahwa apa yang terkandung dalam pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan yang Bapak/Ibu ketahui tentang penyakit malaria.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Penyakit malaria ditularkan nyamuk Anopheles

2 Ciri nyamuk Anopheles adalah hidup dan berkembang pada kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan

3 Cara penularan penyakit malaria terjadi dari nyamuk ke manusia

4 Gejala klinis penyakit malaria adalah demam mencapai 400C

5 Gejala klinis penyakit malaria adalah menggigil 6 Gejala klinis penyakit malaria adalah pening 7 Gejala klinis penyakit malaria adalah lemas 8 Gejala klinis penyakit malaria pucat

9 Gejala klinis penyakit malaria adalah nyeri otot

10 Penyakit malaria dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati

11 Nyamuk malaria berkembang biak di tempat yang ada genangan airnya (sawah, mata air, saluran irigasi, kolam, genangan air, tambak, payau dan lainnya)

No Pertanyaan Ya Tidak

12 Jenis ikan yang memangsa jentik nyamuk malaria seperti ikan kepala timah dan ikan lele


(2)

13 Mengelola lingkungan yang banyak terdapat genangan air (rawa, sawah, dan tambak) hendaknya dengan cara memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk malaria 14 Nyamuk malaria biasanya suka menggigit pada malam

hari

15 Pakaian yang tergantung merupakan salah satu tempat perkembangbiakan nyamuk penyebab penyakit malaria 16 Upaya mencegah gigitan nyamuk malaria adalah dengan

memakai pakaian bila keluar rumah pada malam hari. 17 Upaya mencegah gigitan nyamuk malaria adalah

menggunakan kelambu bila tidur

18 Upaya mencegah gigitan nyamuk malaria adalah memakai kawat kasa pada ventilasi rumah

19 Cara menentukan (diagnosa) penyakit malaria adalah pemeriksaan laboratorium

20 Pengobatan penyakit malaria harus berdasarkan pemeriksaan laboratorium, sehingga pengobatannya tepat dan tidak menimbulkan resistensi obat

21 Penyakit malaria dapat terjadi pada semua kelompok umur (bayi sampai dewasa)

C. PENGALAMAN

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda

contreng (√) pada kolom jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu alami selama ini sehubungan dengan penyakit malaria. Petunjuk Pengisian Kuesioner

No Pertanyaan

1 Berapa Kali Bapak/Ibu mengalami serangan malaria dalam 1 (satu) tahun terakhir ini?

 1. 1-2 kali

 2. 3-4 kali


(3)

2 Seberapa sakit yang Bapak/Ibu rasakan ketika mengalami serangan malaria?

 1. Sangat sakit sampai tidak bisa bekerja

 2. Sakit namun masih bisa bekerja

 3. Tidak Sakit

3 Apakah serangan malaria yang Bapak/Ibu alami mengakibatkan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari terganggu?

 1. Ya, sangat sering

 2. Ya, kadang-kadang

 3. Tidak

4 Tindakan apa yang Bapak/Ibu lakukan pertama kali setelah mendapat serangan gejala malaria?

 1. Tidak melakukan tindakan apapun

 2. Membeli obat di warung terdekat (pengobatan sendiri)

 3. Mencari pengobatan medis ke sarana kesehatan

5 Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang penyakit malaria?

 1. Pernah, sering

 2. Pernah, kadang-kadang

 3. Tidak Pernah

D. MINAT

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda

contreng (√) pada kolom jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu inginkan sehubungan dengan penyakit malaria. Jawaban terdiri dari 2 (dua) pilihan, yaitu:

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Ya, yang berarti Bapak/Ibu berpendapat bahwa apa yang terkandung dalam pertanyaan yang diajukan sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu sehubungan dengan penyakit malaria.

2. Tidak, yang berarti Bapak/Ibu berpendapat bahwa apa yang terkandung dalam pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu sehubungan dengan penyakit malaria.


(4)

No Pertanyaan

1 Setelah Bapak/Ibu mengalami gejala penyakit malaria, apakah Bapak/Ibu mempunyai minat untuk memeriksakan lebih lanjut melalui pemeriksaan darah di laboratorium?

 1. Ya,

kemana?...

 2. Tidak,

mengapa?...

2 Setelah Bapak/Ibu mengalami gejala penyakit malaria, apakah Bapak/Ibu mempunyai minat untuk segera mencari pengobatan medis?

 1. Ya, kemana?

...

 2. Tidak,

mengapa?...

3 Setelah Bapak/Ibu mengalami gejala penyakit malaria, apakah Bapak/Ibu mempunyai minat untuk meningkatkan pemeliharaan kesehatan diri?

 1. Ya, dengan cara

...

 2. Tidak,

mengapa?...

4 Setelah Bapak/Ibu mengalami gejala penyakit malaria, apakah Bapak/Ibu mempunyai minat untuk menghindari gigitan nyamuk?

 1. Ya, dengan

cara...

 2. Tidak,

mengapa?...

E. PERSEPSI TENTANG PENYAKIT MALARIA

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda

contreng (√) pada kolom jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan tanggapan Bapak/Ibu sehubungan dengan penyakit malaria. Jawaban terdiri dari 3 (tiga) pilihan, yaitu:

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Setuju, yang berarti Bapak/Ibu berpendapat bahwa apa yang terkandung dalam pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tanggapan Bapak/Ibu sehubungan dengan penyakit malaria.


(5)

2. Kurang setuju, yang berarti Bapak/Ibu berpendapat bahwa apa yang terkandung dalam pertanyaan yang diajukan lebih banyak ketidaksesuaiannya daripada sesuainya dengan tanggapan Bapak/Ibu sehubungan dengan penyakit malaria.

3. Tidak Setuju, yang berarti Bapak/Ibu berpendapat bahwa apa yang terkandung dalam pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan tanggapan Bapak/Ibu.

No Pertanyaan Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju Penyebab

1 Menurut Bapak/Ibu penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk

Anopheles

2 Menurut persepsi Bapak/Ibu bahwa penyakit malaria dapat menular kepada keluarga

Gejala

3 Menurut Bapak/Ibu bahwa gejala penyakit malaria adalah demam.

4 Menurut Bapak/Ibu bahwa gejala penyakit malaria adalah menggigil.

5 Menurut Bapak/Ibu bahwa gejala penyakit malaria adalah berkeringat

6 Menurut Bapak/Ibu bahwa gejala penyakit malaria adalah sakit kepala/pening.

7 Menurut Bapak/Ibu bahwa gejala penyakit malaria adalah mual.

No Pertanyaan Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju

8 Menurut Bapak/Ibu bahwa gejala penyakit malaria adalah muntah.

9 Menurut Bapak/Ibu bahwa gejala lain dari penyakit malaria adalah mulut berbuih.

Pencegahan

10 Menurut Bapak/Ibu bahwa pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk Anopheles.


(6)

11 Menurut Bapak/Ibu bahwa pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan memasang kawat kasa.

12 Menurut Bapak/Ibu bahwa pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu saat tidur.

13 Menurut Bapak/Ibu bahwa pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan menggunakan obat anti nyamuk.

14 Menurut Bapak/Ibu bahwa pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan memberantas jentik.

15 Menurut Bapak/Ibu bahwa pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk. 16 Menurut Bapak/Ibu bahwa penyakit

malaria merupakan penyakit yang berbahaya apabila tidak diobati dengan segera.

Pengobatan

17 Menurut Bapak/Ibu bahwa penyakit malaria dapat diobati dengan meminum obat malaria dari petugas medis/kesehatan.

18 Menurut Bapak/Ibu bahwa penyakit malaria dapat diobati dengan meminum obat yang dibeli dari warung.

19 Menurut Bapak/Ibu bahwa penyakit malaria setelah sembuh diobati dapat terkena lagi bila digigit nyamuk