HUBUNGAN SIKAP DAN POLA MAKAN DENGAN PENANGANAN DISMENORHEA PADA REMAJA DI SMAN 10 BANJARMASIN DIAN PURNAMA SARI, S.ST AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN ABSTRACT - Tampilan HUBUNGAN SIKAP DAN POLA MAKAN DENGAN PENANGANAN DISMENORHEA PADA REMAJA DI SMAN 1

  

HUBUNGAN SIKAP DAN POLA MAKAN DENGAN PENANGANAN DISMENORHEA

PADA REMAJA DI SMAN 10 BANJARMASIN

DIAN PURNAMA SARI, S.ST

AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN

  

ABSTRACT

  Health problems are generally on the mother in Indonesia, faced with problems including KB, AKB and high maternal mortality (AKI), one of the policy of the Department of health to decrease of AKI antenatal service coverage is increased. Maternal mortality rate in Indonesia currently belong is still high enough IE reached 228 per 100,000 births. The purpose of this research is to know the relation Service Quality Antenatal Care (ANC) and the level of satisfaction of pregnant women in the unit Services maternal and child health (MCH) Clinics in the Pekapuran Raya by 2013. This type of research is observational analytic with cross sectional design study through analyzing the relationship of antenatal care service quality with a satisfaction rate of pregnant women in the health Pekapuran Raya of Banjarmasin and taken 35 samples of pregnant women, sampling techniques using accidental sampling. The research was carried out in January-February 2013. With the variable quality of service free antenatal care and variable levels of satisfaction. Procedure for processing and analysis of data that have been entered into distribution tables are collected and then processed with the editing, coding, skoring and tabulating in the form of analytical or statistical basis are analysed in order to take the conclusion by using a theory related to the research. Of research results obtained 35 people respondents pregnant women obtained shows that the level of age for most pregnant women at the age of 20

  • – 35 years i.e. as many as 25 people (71.4%). than parity on most pregnant mothers on the parity of 2
  • – 5 < as much as 29 men (82.9%). level of education the most is the HIGH SCHOOL that is as many as 18 people (51.4%). The whole pregnant women stated either for the quality of antenatal care services 34 people (97.1%) and that States do not either 1 person (2.9%), as well as pregnant women entirely declared satisfied 34 people (97.1%) and disgruntled 1 person (2.9%). Conclusions in this study was the value of P = 0.029 α values smaller than 0.05, then it can be said the zero hypothesis (Ho) was rejected and accepted Ha. mean in statistics there is a meaningful relationship between the quality of antenatal care services with a level of satisfaction of the mother in the health Pekapuran Kingdom. Keywords: Antenatal Care, the quality of service Satisfaction of pregnant women Libraries: 18 (
  • – 2011)

LATAR BELAKANG

  dalam bidang ini, memandang perlu akan Pada masa remaja terjadilah suatu adanya pengertiaan, bimbingan dan dukungan perubahan organ-organ fisik (organobiologik) dari lingkungan disekitarnya, agar dalam secara cepat, dan perubahan tersebut tidak system perubahan tersebut terjadi seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental pertumbuhan dan perkembagan yang sehat emosional). Terjadilah perubahan besar ini sedemikian rupa kelak remaja tersebut umumnya membingungkan remaja yang menjadi dewasa yang sehat secara jasmani, mealaminya. Dalam hal inlah bagi para ahli rohani dan social (Widyastuti, Yani, Dkk; 2009).

  Strategi pemerintah dalam bidang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu strategi meningkatkan kesiapan remaja dalam membantuk keluarga dan menanggulangi risiko triad KRR. Meningkatkan akses informasi dan konseling kesehatan reproduksi bagi remaja, menjamin kualitas dan sustainabilitas pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) 2010). Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus mengadu. Bahkan orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Tetapi sekarang dokter mengetahui bahwa dismenorhea merupakan kondisi medis yang nyata. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang bertujuan mengatasi nyeri haid (Syamsul, A, 2005).

  Dismenorhea merupakan keluhan

  yang paling sering ditemukan oleh ahli

  ginekologi

  , pemeriksaannya harus dilakukan secara sistematis. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh merupakan cara diagnostik yang berhubungan dengan asal dismenorhea ( A. Friedman, Emanuel, 1998 :48). Diagnostik tidak boleh berhenti pada jenis kelainan adanya penyakit atau kelainan yang menjadi dasar atau penyebabnya harus dicari, didiagnosis kemudian diterapi dengan sesuai 2010).

  Masih banyak perempuan yang menganggap nyeri haid sebagai hal yang biasa, mereka beranggapan 1-2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid hebat bisa menjadi tanda gejala suatu penyakit misalnya Endometriosis yang bisa mengakibatkan sulitnya punya keturunan. Menurut dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K) upaya preventif perlu dilakukan untuk mengurangi kelanjutan dari penyakit. Begitu mengalami nyeri haid yang perlu diatasi dengan minum obat, sebaiknya segera memeriksakan diri, memang bisa merupakan nyeri haid primer atau normal, tetapi tidak ada salahnya periksa bahkan jika masih gadis atau belum menikah (Andon, 2007).

  Wanita dengan dismenore primer banyak yang dibantu dengan mengkonsumsi obat anti peradangan bukan steroid (NSAID) yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin. Obat itu termasuk aspirin, formula ibuprofen yang dijual bebas, dan naproksen. Untuk kram yang berat, pemberian NSAID seperti naproksen atau piroksikan dapat membantu. Tidak ada satu pun NSAID yang superior tiap orang menanggapi setiap obat dengan berbeda sehingga perlu dicoba beberapa jenis obat sampai menemukan satu obat yang dapat bekerja dengan baik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN

  10 Banjarmasin didapatkan 10 siswi yang diberikan kuesioner, dari hasil kuesioner 5 dari 10 siswi yang belum mengetahui bagaimana cara penanganan disminorhea. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin memberikan pengetahuan atau cara mengatasi dismenorhea pada remaja sebagaimana peneliti awal atau survei pendahuluan banyak siswi yang tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi nyeri pada haid. Dan peneliti ingin mengetahui hubungan besar sikap dan pola makan remaja putri tentang Dismenorhea.

  METODE

  Pada penelitian ini adalah survei analitik, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, dengan lakukan sekaligus pada saat yang bersamaan menggunakan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan sekaligus pada saat yang bersamaan (point time approach). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable independen (hubungan pola makan dan sikap) dengan variable dependen (penanganan remaja pada dismenorhea) di SMAN 10 Banjarmasin tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi-siswi kelas X dan XII pada SMAN 10 Banjarmasin pada bulan Mei 2013, berjumlah 98 orang. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu siswi-siswi kelas X dan XI pada SMAN 10 Banjarmasin pada bulan Mei 2013, berjumlah 98 orang. Kriteria Inklusi, yang termasuk kriteria inklusi pada penelitian ini adalah 1) Mau terlibat dalam pelaksanaan penelitian, 2) Yang hadir pada saat penelitian berlangsung, 3) Yang pernah mengalami dismenorhea. Yang termasuk kritria eksklusi pada penelitiaan ini adalah 1) Tidak mau terlibat dalam pelaksanaan penelitian, 2) Tidak berhadir pada saat penelitian berlangsung, 3) Yang tidak pernah mengalami dismenorhea. Cara yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini yaitu dengan tekhnik Purposive Sampling. Variabel Peneliitian : 1) Variabel bebas (independen) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hubungan sikap dan pola makan, 2) Variabel terikat (dependen) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penanganan remaja pada dismenorhea.

  HASIL

  2. Negatif Positif

  Berdasarkan tabel diatas diperoleh yang menagani dismenorhea sebanyak 52 siswi (53,1%), dan yang tidak menangani dismenorhea sebanyak 46 siswi (46,9%).

  2. Analisis Bivariat

  Tabel 4 Distribusi Hubungan Sikap terhadap Penanganan Dismenorhea pada Remaja di SMA Negeri

  10 Banjarmasin Tahun 2013.

  Penanganan Dismenorhea No .

  Sikap Tidak Menangani Menangani Jumlah N % n % N %

  1.

  14

  46 53,1 46,9 Jumlah

  32 46,7 47,1

  16

  36 53,3 52,9

  30

  68 100 100 Jumlah

  46 46,9 52 53,1 98 100 Sumber: Data Primer 2013

  Berdasarkan tabel diatas, di dapatkan siswi yang sikapnya negatif dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 14 orang (46,7%) dan siswi yang bersikap negatif dengan menangani berjumlah 16 orang (53,3%). Tabel 5 Distribusi Hubungan Pola Makan terhadap Penanganan Dismenorhea

  98 100 Sumber: Data Primer 2013

  52

  Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu mengenai Hubungan Sikap dan Pola Makan dengan Penanganan Dismenorhea pada Remaja di SMAN 10 Banjarmasin Tahun 2013. Maka data yang diperoleh diolah kemudian dianalisa secara univariat dan bivariat dalam bentuk tabel.

  2. Menangani Tidak Menangani

  No. Penaganan Dismenorhea n (%) 1.

  SMAN 10 Banjarmasin Tahun 2013.

  Dari data yang diperoleh dari pola makan responden dapat diketahui sebagian besar siswi memiliki kategori yaitu Tidak Baik 67 siswi (68,4%). Paling sedikit adalah pola makan responden yang Baik yaitu 31 siswi (31,6%). Tabel 3 Distribusi berdasarkan penangnan terhadap dismenorhea siswi di

  98 100 Sumber: Data Primer 2013

  67 31,6 68,4 Jumlah

  31

  2. Baik Tidak Baik

  No. Pola makan n % 1.

1. Analisis Univariat

  Tabel 2 Distribusi berdasarkan pola makan tentang penanganan pada Remaja di SMA Negeri 10 Banjarmasin n Tahun 2013.

  Pada tabel 1 menunjukkan bahwa dari 98 siswi sebagian besar adalah yang mempunyai kategori sikap positif yaitu sebanyak 68 siswi (69,4%) dan sikap responden yang paling sedikit yaitu mempunyai sikap negatif sebanyak 30 Siswi (30,6%).

  Sumber: Data Primer 2013

  30 69,4 30,6 Jumlah 98 100

  68

  2. Positif Negatif

  No. Sikap Responden n (%) 1.

  Tabel 1 Distribusi kategori sikap tentang Penanganan dismenorhea siswa di SMAN 10 Banjarmasin Tahun 2013.

  dismenorhea siswa di SMAN 10 Banjarmasin Tahun 2013.

   Penanganan Dismenorhea No. Pola Makan

  Berdasarkan hasil penelitian terhadap 98 siswi, didapatkan sebagian besar mempunyai kategori sikap positif tentang penanganan dismenorhea yaitu sebanyak 68 siswi (69,4%) dan sikap responden yang paling sedikit yaitu mempunyai sikap negatif tentang penanganan dismenorhea sebanyak 30 Siswi (30,6%). Siswi dengan sikap negatif karena menganggap remeh dengan adanya dismenorhea yang ada pada dirinya sendiri.

  Hasil penelitian di SMA Negeri 10 Banjarmasin didapat siswi yang sikap negatif dengan tidak menangani dismenorhea dikarenakan kurangnya pengetahuan dan bimbingan dari keluarga atau lingkungan.

  10 Banjarmasin. Berdasarkan penelitian dari 98 siswi didapat data siswi yang sikapnya negatif dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 14 orang (46,7%) dan siswi yang bersikap negatif dengan menangani berjumlah 16 orang (53,3%). Siswi yang sikapnya positif dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 32 orang (47,1%) dan siswi yang bersikap positif dengan menangani berjumlah 36 orag (52,9%).

  4. Hubungan sikap dengan penanganan dismenorhea pada remaja Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis statistik Uji Chi Square memperlihatkan besarnya korelasi antara sikap dengan penanganan dismenorhea pada remaja dengan nilai signifikan 0,09 berada lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis Ho terima dan Ha ditolak, tidak adanya hubungan yang signifikan antara sikap siswi dengan penanganan dismenorhea di SMA Negri

  Penanganan dismenorhea pada Remaja Berdasarkan hasil penelitian terhadap 98 sisiwi, didapatkan sebagian besar diperoleh kategori yang menagani dismenorhea sebanyak 52 siswi (53,1%), dan yang tidak menangani dismenorhea sebanyak 46 siswi (46,9%). Siswi yang menangani dismenorhea dikarenakan berpengaruhnya lingkungan yang sangat mendukung untuk siswi melakukan dan melaksanakan penanganannya, misalnya siswi menanganinya dengan memperbaiki pola makan dengan teraturnya mengkonsumsi makanan yang berprotein tinggi dan berkalsium dan mengkonsumsi suplemen atau obat-obatan selama haid.

  dismenorhea pada remaja, 3.

  Jadi pola makan besar atau kecil sanagatlah berpengaruh pada penanganan

  mengkonsumsi makanan yang tinggi kalsium dan protein.

  dismenorhea tidak baik dan tidak

  Dari data diatas dapat dilihat bahwa frekuensi pola makan siswi pada saat

  Berdasarkan hasil penelitian terhadap 98 sisiwi, didapatkan sebagian besar mempunyai kategori pola makan yang Tidak Baik 68 siswi (70%). Sedangkan yang paling sedikit adalah pola makan siswi dengan kategori Baik yaitu 30 siswi (30%). Adapun pola makan siswi yang tidak baik dikarenakan siswi tidak menangani dismenorhea sehingga mengganggu pola makan siswi tersebut.

  dismenorhea

  dismenorhea

  Tidak Menangani Menangani Jumlah N % n % n %

  Sikap remaja terhadap penanganan

  PEMBAHASAN 1.

  Berdasarkan tabel 4 diatas, di dapatkan siswi yang pola makannya tidak baik dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 29 orang (43,3%) dan siswi yang pola makannya tidak baik dengan menangani berjumlah 38 orang (56,7%).

  46 46,9 52 53,1 98 100 Sumber: Data Primer 2013

  31

100

100

Jumlah

  67

  14 56,7 45,2

  38

  17 43,3 54,8

  29

  2. Tidak Baik Baik

  1.

2. Pola Makan remaja terhadap penanganan

  5. Hubungan pola makan dengan penanganan dismenorhea pada remaja.

  Sedangkan berdasarkan tebel 4.7 untuk nilai pola makan 0,02 berada kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara pola makan siswi dengan penanganan dismenorhea di SMA Negri 10 Banjarmasin.

  Berdasarkan hasil kuesioner siswi yang pola makannya tidak baik dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 29 orang (43,3%) dan siswi yang pola makannya tidak baik dengan menangani berjumlah 38 orang (56,7%). Siswi yang pola makannya baik dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 17 orang (54,8%) dan siswi yang pola makannya baik dengan menangani berjumlah 14 orang (45,2%).

  Pola makan sangatlah berpengaruh dalam penanganan dismenorhea, pola makan yang teratur dan seimbang mampu untuk menangani permasalahan dismenorhea pada remaja.

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan siswi pola makan yang tidak baik tetapi menangani dismenorhea merupakan suatu kemajuan yang sangat bagus, berdasarkan perkembangan dunia sekarang siswi dapat mampu menagatasinya.

  Berdasarkan tabel 4.6 dan 4.7 hasil analisis statistik Uji Chi Square memperlihatkan besarnya korelasi antara sikap dengan penanganan dismenorhea pada remaja dengan nilai signifikan 0,09 berada lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis Ho terima dan Ha ditolak, tidak adanya hubungan yang signifikan antara sikap siswi dengan penanganan dismenorhea, sedangkan untuk nilai pola makan 0,02 berada kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara pola makan siswi dengan penanganan dismenorhea di SMA Negri

  10 Banjarmasin Berdasarkan penelitian dari 98 siswi didapat data siswi yang sikapnya negatif dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 14 orang (46,7%) dan siswi yang bersikap negatif dengan menangani berjumlah 16 orang (53,3%). Siswi yang sikapnya positif dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 32 orang (47,1%) dan siswi yang bersikap positif dengan menangani berjumlah 36 orag (52,9%).

  Hasil kuesioner siswi yang pola makannya tidak baik dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 29 orang (43,3%) dan siswi yang pola makannya tidak baik dengan menangani berjumlah 38 orang (56,7%). Siswi yang pola makannya baik dengan tidak menangani tentang penanganan dismenorhea berjumlah 17 orang (54,8%) dan siswi yang pola makannya baik dengan menangani berjumlah 14 orang (45,2%).

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian terhadap 98 responden dapat disimpulkan :

  1. Sikap siswi di SMA Negeri 10 Banjarmasin terhadap penanganan dismenorhea termasuk dalam kategori positif yaitu sebanyak 68 siswi (69,4%) 2. Pola makan siswi di SMA Negeri 10

6. Hubungan sikap dan pola makan dengan penanganan dismenorheea pada remaja.

  Banjarmasin terhadap penanganan dismenorhea termasuk dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak 67 siswi (68,4%).

  3. Penanganan dismenorhrea pada siswi di SMA Negeri 10 Banjarmasin termasuk dalam kategori menangani yaitu sebanyak 52 siswi (53,1%).

  4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap penanganan dismenorhea pada remaja di SMA Negri 10 Banjarmasin Tahun 2013.

  5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pola makan terhadap penanganan dismenorhea pada remaja di SMA Negri Center for Young Women’s Health. 2009.

  10 Banjarmasin Tahun 2013. Healthy Eating: A Guide for Teens.

  6.

  Penanganan dismenorhea berdasarkan sikap tidak ada hubungan yang signifikan iakses 28 Mei sedangkan berdasarkan pola makan ada 2013. hubungan yang signifikan pada remaja di SMA Negri 10 Banjarmasin Tahun 2013. Kingston, Beryl. 1991. Mengatasi Nyeri Haid.

  Jakarta. Arcan

  SARAN

  Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metologi mengemukakan beberapa saran yang Penalitian Kesehatan. Cet ke-2. diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Jakarta. Rineka Cipta. semua pihak : Memberikan informasi dengan cara penyuluhan agar bisa memberikan Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prisip-Prinsip tindakan lanjutan yang berdasarkan hasil Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. penelitian, Meningkatkan pengetahuan siswi Cet ke-2. Jakarta. Rineka Cipta. dengan cara penyuluhan tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, dan penanganan Proverawati, Atikah.2009. Menarche. dismenorhea. Agar siswi di SMA Negeri 10 Yogyakarta. Muha Medika Banjarmasin dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, dan Taylor. 1986. Healt Psichology. penanganan dismenorhea. Untuk sebagai iakses 28 Mei tambahan informasi kesehatan masyarakat 2013. khususnya masyarakat yang mengalami dismenorhea pada saat menstruasi dengan Tabloid Senior. 2002. Rubrik Testimony. cara penyuluhan. Hasil penelitian ini Edisi no169/4-10 Oktober. digunakan sebagai bahan masukan bagi iakses 28 Mei mahasiswa lain yang ingin melakukan 2011. penelitian lanjut dan menambah daftar kepustakaan. Tabloid Nirmala. 2000. Edisi no

  09/II.Septembe Diakses

DAFTAR PUSTAKA

  28 Mei 2013 Arifin, Syamsul. 2002. Nyeri Haid. Winaris, Imam W. 2010. 100 Tanya Jawab http:/iakses 28 Kesehatan Untuk Remaja.

  Mei 2013.

  Yogyakarta. Tunas Publishing. Azwar, S. 2005. Metode Penelitian. Jakarta. Wawan, A dkk. 2010. Teori & Pengukuran

  Pustaka Pelajar. Pengetahuan, Sikap, Perilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika. Azwar, S. 2008. Sikap Manusia. Jakarta.

  Pustaka Pelajar. iakses 28 Mei 2013 Baradero, Mary dkk. 2005. Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. iakses 28 Mei 2013

  Jakarta. Buku Kedokteran EGC www. Kompas.co.id. diakses 28 Mei 2013 Braam, Wiebe. 1978. 100 Pertanyaan iakses 28 Mei

  Mengenai Haid , Jakarta. Sinar Harapan

  2013

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENDESKRIPSIKAN RANGKIANG DISAMPING RUMAH GADANG DALAM MATA PELAJARAN BAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TIME TOKEN PADA SISWA KELAS VIII.1 SMPN 4 PASAMAN

0 0 12

PELAKSANAAN TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL SEBAGAI IMPLEMENTASI KERJA GURU DI SDN 12 LUNANG Halijah SDN 12 Lunang Email: 311263gmail.com

0 0 10

UPAYA PENINGKATAN PRSETASI BELAJAR DENGAN MENINGKATAKAN KEMAMPUAN KINERJA GURU MELALUI BIMBINGAN DAN SUPERVISI DI SDN 39 KAMPUNG PANSUR

0 1 8

UPAYA PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN GURU MATA PELAJARAN MELALUI SUPERVISI KEPENDIDIKAN MODEL BERFIKIR, MENULIS DAN BERDISKUSI DI SDN 14 SIGUNTUR MUDA DELISA ROZA SDN 14 Siguntur Muda Email: delisasigunturgmail.com

0 0 10

1 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN PADA SISWI SMPN 13 BANJARMASIN SIXTIA KUSUMAWATI, S.SiT AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN PADA SISWI SMPN 13 BANJARMASIN

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS MANDASTANA DETI AGUSTIN NUGRAHENI, S.ST AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

0 5 11

HUBUNGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN DIAN PURNAMA SARI, S.ST AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN ABSTRACT - Tampilan HUBUNGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ABORTUS DI VERLOS KAMER BERSALIN RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN DEWI RAKASIWI, S.SiT AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ABORTUS DI VER

0 0 10

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN ANTENATAL CARE DENGAN TINGKAT KEPUASAAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA BANJARMASIN ERI WAHYU WIJARNATI, S.SiT AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN The relationship of Antenatal Care With Service Quality satisfaction rate of pr

0 0 6

ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK TERHADAP PENDOKUMENTASIAN PARTOGRAF OLEH MAHASISWA SEMESTER IV DI AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN AULIA RAHMI, S.ST AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK

0 7 8