ALOKASI APBD 2 PERSEN TAK CUKUP UNTUK PEMBANGUNAN SANITASI

Juli 2012

Bersama Merumuskan
Visi AMPL
... hal 5

Jambanku
Kebanggaanku

... hal 6

Dinamika Isu
AMPL

... hal 7

Newsletter

AMPL

Pemetaan


Pokja AMPL
P

okja AMPL, dulu dan kini. Kalimat tersebut
tepat menggambarkan dinamika pembangunan Air Minum dan Sanitasi yang diemban Pokja AMPL, sejak dahulu terbentuk pertama
kali di tahun 2004 hingga sekarang. Di tahun 2012
ini sudah terdapat banyak Pokja AMPL daerah, baik
di Kabupaten/Kota maupun di tingkat Provinsi.
Pokja sebagai wadah koordinasi berperan strategis
dalam mengawal proses pembangunan AMPL di
daerah. Terlebih ketika daerah harus memacu peningkatan akses AMPL sesuai target MDGs, RPJMN,
ataupun RPJMD.
Delapan tahun merupakan waktu yang cukup panjang untuk melihat dinamisasi yang telah terbentuk. Untuk tingkat
provinsi, ada beberapa Pokja AMPL yang masih aktif, namun ada juga beberapa yang sudah mulai surut kinerjanya. Oleh
karena itu tahun 2011-2012 Waspola melakukan kegiatan pemetaan mendalam terhadap Pokja AMPL Provinsi.
Terdapat beberapa tujuan utama dari pemetaan ini, diantaranya adalah; untuk melihat peluang dan tantangan daerah dalam upaya pencapaian target RPJMN dan MDGs sektor AMPL, menilai kinerja Pokja AMPL, dan untuk memetakan
kebutuhan penguatan kapasitas anggota Pokja AMPL. Melalui serangkaian audiensi, penyebaran kuesioner dan wawancara dengan para pengurus dan anggota Pokja AMPL, akhirnya dihasilkan serangkaian analisis tematik
...hal 2


CSS XII

ALOKASI APBD 2 PERSEN TAK CUKUP UNTUK PEMBANGUNAN SANITASI

ity Sanitation Summit (CSS) XII dan
Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
IV Aliansi Kabupaten/Kota Peduli
Sanitasi (AKKOPSI), Rabu (4/7) malam
dimulai di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Pertemuan puncak kabupaten/kota sanitasi

C

kali ini mengangkat tema: “Realisasikan
Komitmen Program Pembangunan Sanitasi
Permukiman” dengan sub tema “Percepat
Pembangunan Sanitasi Skala Kawasan”.
Tujuannya adalah dalam rangka meningkatkan investasi sanitasi
...hal 3


Pemetaan...

yang diharapkan menjadi masukan untuk menemukenali
berbagai aspek yang masih harus diperbaiki ataupun diatasi. Contohnya bagaimana mengatasi mutasi jabatan dan
lemahnya penguatan kapasitas Pokja masih menjadi isu
utama yang mendominasi seluruh Pokja AMPL Provinsi.
Ranking Kinerja dan Keberlanjutan Pokja AMPL Provinsi
Dalam penilaian terhadap kinerja Pokja AMPL Provinsi, terdapat lima aspek yang dilihat; kelembagaan, perencanaan, koordinasi dan advokasi, monitoring dan evaluasi,
serta finansial. Kelima aspek ini dinilai mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menunjang keberlanjutan Pokja
AMPL. Hasilnya, Pokja AMPL Provinsi Sumatera Barat
menempati urutan tertinggi untuk aspek kelembagaan,
perencanaan dan monev. Hal ini ditunjukkan oleh profil
status dan keanggotaan Pokja serta keaktifannya dalam
kegiatan penyusunan dan review dokumen perencanaan
di bidang AMPL. Provinsi Sumatera Barat juga memiliki
agenda monitoring dan evaluasi terpadu.

dari hal 1

Sedangkan bila dilihat dari aspek finansial maka Jawa

Timur menempati urutan tertinggi. Provinsi Jawa Timur
memiliki alokasi anggaran operasional Pokja yang cukup
baik sehingga Pokja AMPL Provinsi untuk kegiatan layanan
Pokja AMPL Provinsi Jawa Timur diantaranya penguatan
kapasitas, advokasi dan koordinasi dengan kabupaten/
kota. Hasil ranking tersebut ditunjukkan dalam tabel di
bawah.
Walaupun studi ini memiliki berbagai limitasi, namun
dari hasil yang didapatkan cukup memberikan gambaran
bahwa keberadaan Pokja AMPL memiliki dampak positif
terhadap peningkatan akses masyarakat terhadap AMPL.
Selain itu, studi ini memberikan masukan bagi upaya peningkatan kapasitas khususnya Pokja AMPL Provinsi agar
dapat meningkatkan kinerja Pokja AMPL dan lebih lanjut
pelayanan AMPL bagi masyarakat.
Louise/Kelly

Tabel Ranking Kinerja dan Keberlanjutan Pokja AMPL Provinsi per Aspek
Rangking per Aspek
No.


2

Rangking
Kinerja

Kelembagaan

Perencanaan

Koordinasi &
Advokasi

Monev

Finansial

1

Sumatera Barat


Sumatera Barat

Sumatera Barat

Nusa Tenggara
Barat

Sumatera Barat

Jawa Timur

2

Kalimantan
Selatan

Nusa Tenggara
Timur

Kalimantan

Selatan

Lampung

Nusa Tenggara
Barat

Kalimantan
Selatan

3

Nusa Tenggara
Barat

Aceh

Jawa Timur

Sumatera Barat


Kalimantan
Selatan

Kalimantan
Timur

4

Jawa Timur

Gorontalo

Banten

Jawa Timur

Sulawesi Tengah

Sumatera Utara


5

Jawa Tengah

Jawa Tengah

Jawa Tengah

Papua

Kalimantan Barat

Maluku Utara

| Newsletter AMPL | Juli 2012

CSS XII...

melalui peningkatan anggaran sektor sanitasi

di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten/Kota dan untuk mengerahkan daya bagi penggalian sumber pendanaan
alternatif guna mendukung upaya perbaikan
sanitasi di daerah serta menciptakan lingkungan
yang mendukung bagi tumbuhnya partisipasi
berbagai kalangan dalam investasi sanitasi.
Acara yang berlangsung di Hotel Le Grandeur ini dibuka oleh Gubernur Kalimantan
Timur, Awang Faroek Ishak. CSS dan Rakernas AKKOPSI
ini diikuti oleh utusan kementerian terkait, 111 Bupati
dan Walikota serta 22 Gubernur se-Indonesia, perwakilan Pokja Sanitasi Provinsi dan Kabupaten/Kota
peserta Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP) dan perwakilan negara donor.
Acara ini merupakan agenda kegiatan rutin yang
diselenggarakan oleh AKKOPSI. Pertemuan ini menjadi
ajang diskusi dan tukar pengalaman dalam pengelolaan
sanitasi di kabupaten/kota peserta PPSP dan Rakernas
AKKOPSI guna membahas program yang akan dilaksanakan oleh AKKOPSI pada tahun berikutnya.
Alokasi dana APBD sebesar 2 persen per tahun
untuk mendukung alokasi APBN dalam pembangunan
sanitasi, dinilai belum cukup. Perlu digalang lagi komitmen bersama untuk menggali dana non APBD antara lain

dari sumber swasta (melalui Kerjasama Pemerintah dan
Swasta-KPS dan Corporate Social Responsibility-CSR) dan
dana masyarakat. Demikian salah satu butir kesimpulan
yang dibacakan pada 6 Juli 2012.
Peserta CSS menyadari, untuk mencapai target
Millenium Development Goals (MDGs) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
dibutuhkan dana yang cukup besar. Alokasi pemerintah
pusat akan tetap difokuskan bagi dukungan pembangunan layanan sistem primer bagi air limbah dan drainase

dari hal 1

serta penyediaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) untuk
persampahan. Sementara alokasi APBD dialokasikan
untuk layanan langsung ke rumah tangga penerima manfaat seperti pipa pengumpul dan sambungan air limbah,
jaringan sekunder dan tertier drainase serta penyediaan
sarana pengumpul dan pengolahan sampah, termasuk
untuk pembiayaan kegiatan operasional dan pemeliharan yang saat ini masih menjadi kendala utama yang
perlu menjadi perhatian. Oleh sebab itu, perlu alternatif
pendanaan di luar APBN dan APBD untuk memenuhi gap
pendanaan yang ada.
Sinergi Penggalian Sumber Dana
Menghadapi kendala pendanaan yang ada, perlu
upaya sinergitas untuk menggali sumber dana alternatif pembangunan di bidang Cipta Karya yang mencakup
pembangunan air minum dan sanitasi. Untuk sub-sektor
sanitasi difokuskan untuk meningkatkan akses pelayanan
sanitasi menjadi 62,41 persen pada tahun 2015.
Pemerintah pusat mengajak kalangan dunia usaha/
swasta ikut andil dalam membantu pendanaan pembangunan sanitasi di Indonesia. Hal itu dikemukakan oleh
Dirjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Budi
Yuwono saat memberikan sambutannya. “Oleh karena
itu, dalam mewujudkan sasaran dalam RPIJM Bidang
PU Cipta Karya, yang tentunya membutuhkan investasi

Juli 2012 | Newsletter AMPL |

3

Penandatanganan Nota Kesepahaman
foto-foto: Sekt. Pokja AMPL

yang cukup besar, pemerintah pusat
mendorong optimalisasi alternatif
sumber-sumber pendanaan lain, diantaranya dengan melibatkan dunia
usaha atau pihak swasta dan BUMN
untuk turut serta membantu pembangunan di daerah-daerah yang
menjadi wilayah kerjanya, melalui
program CSR” katanya.
Sejauh ini, peluang dan potensi
untuk KPS dan CSR di bidang pembangunan melalui CSR air minum
dan sanitasi cukup tinggi mengingat
semakin banyak perusahaan kompeten yang siap membantu. Oleh karena
itu, Ditjen Cipta Karya dan Corporate
Forum for Community Development
(CFCD) siap membantu kebutuhan
masyararakat dengan turut memfasilitasi pola kerja sama CSR yang diperlukan dengan memanfaatkan kemampuan kelembagaan yang ada melalui
penyediaan informasi tentang Rencana Program dan Investasi Jangka

4

| Newsletter AMPL | Juli 2012

Menengah (RPIJM) dan skema kerja
sama, koordinasi lintas sektoral dan
konsultasi teknis, penyiapan pedoman
teknis dan pensinergian program.
CFCD sendiri merupakan wadah
jejaring perusahaan yang sadar pada
pembangunan lingkungan. CFCD juga
merupakan wadah pengembangan
kapasitas bagi para pelaku pemberdayaan masyarakat yang menggali
alternatif pembiayaan pembangunan
non pemerintah; mendorong perusahaan untuk melaksanakan kegiatan
community development yang terintegrasi dan mendukung pemerintah
untuk menciptakan suasana kondusif
dalam penyelenggaraan community
development perusahaan.
Sementara itu, AKKOPSI akan
mengembangkan pencarian peluang
CSR dengan mendayagunakan kelembagaan yang ada melalui bidang
kemitraan AKKOPSI dengan memanfaatkan pembentukan forum CSR

yang telah terbentuk di tingkat kota
dan kabupaten.
Pemerintah Ajak Dunia Usaha Danai
Pembangunan Sanitasi
CFCD dan AKKOPSI bersamasama akan mendukung pelaksanaan
roadshow Ditjen Cipta Karya di tujuh
wilayah guna menjaring keterlibatan
CSR dalam pelaksanaan program
PPSP.
Sebagai langkah awal, saat ini
telah dilakukan kerja sama melalui
penandatanganan Nota Kesepahaman antara Dirjen Cipta Karya,
Kemen-terian PU dan CFCD. Nota kesepahaman tersebut ditujukan dalam
rangka mendorong perusahaanperusahaan anggota CFCD untuk
melakukan Kerjasama Kemitraan
Multipihak dengan cara mengalokasikan dana CSR-nya untuk pembangunan prasarana dan sarana Bidang
Cipta Karya.
Mujiyanto

MPL

ja A

k
t. Po
: Sek

to

-fo
foto

“Bersama Merumuskan Visi AMPL”

M

emasuki pertengahan tahun 2012 yang bertepatan dengan pertengahan tahun pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) periode 2010-2014, pemerintah masih
menyisakan banyak pekerjaan terkait pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL). Sehubungan dengan hal tersebut, Kelompok Kerja Air Minum
dan Penyehatan (Pokja AMPL) Nasional melalui dukungan
dari Waspola Facility mengadakan Lokakarya Penyusunan
Visi dan Strategi Pengelolaan Pembangunan AMPL. Maraita Listyasari selaku Kepala Harian Sekretariat Pokja AMPL
Nasional menyampaikan bahwa kita perlu menilai sejauh
mana upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs).
“Bila kecepatan investasi kita tidak mengalami peningkatan, maka diperkirakan kita hanya bisa mencapai target
60% saja hingga akhir tahun 2014” ujar Meike Kencanawulan dari Direktorat Pengembangan Air Minum–Ditjen Cipta
Karya. Sebagai salah satu upaya untuk mempercepat pencapaian target MDGs diusulkan agar pemerintah dan mitranya memiliki rencana ‘percepatan’ pencapaian target
RPJMN dan MDGs. Selain itu, perlu juga penyeimbangan
fokus antara pencapaian target sanitasi dan air minum. Hal
ini sesuai dengan arahan Menteri Pekerjaan Umum pada
Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) 2011
bahwa air minum dan sanitasi adalah satu tarikan nafas.
Penyeimbangan pencapaian target diusulkan untuk
dilakukan melalui berbagai kegiatan advokasi air minum di-

antaranya dengan kembali mengingatkan akan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Rencana percepatan tersebut –salah satunya- dapat dilakukan
dengan melaksanakan kewajiban daerah untuk menyusun
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM).
Fasilitasi yang dilakukan secara massive oleh pemerintah
pusat kepada daerah juga menjadi rencana yang perlu
untuk direalisasikan. Hal ini tidak lain agar mandat pembangunan air minum dapat sejalan dengan nafas upaya
percepatan pencapaian target sanitasi dalam Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Pada pencapaian target sanitasi, saat ini dinilai bahwa
Pemerintah telah melakukan upaya yang maksimal. Namun perlu diperhatikan untuk menjamin agar investasi
yang dilakukan tersebut dapat berkontribusi terhadap
peningkatan akses, yaitu masyarakat mau menggunakan
sarana sanitasi dan adanya dukungan penuh dari pemerintah daerah untuk menyediakan sambungan rumah (SR) air
limbah. Dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat
akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), implementasi
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) harus dilakukan
secara massif dan terintegrasi dengan PPSP sebagai payung
progam sanitasi.
Adhitya Wirayasa

Juli 2012 | Newsletter AMPL |

5

foto: IUWASH

JAMBANKU...

KEBANGGAANKU...
Syamsudin Sitaba dari Jeneponto, Sulawesi Selatan memutuskan
untuk membangun jambannya sendiri dan berhenti melakukan
buang air besar di tempat terbuka setelah upaya advokasi Stop
Buang Air Besar Sembarangan (SBS) yang dilakukan IUWASH.

S

yamsudin Sitaba dan keluarganya tinggal di desa Empoang
Utara, Kabupaten Jeneponto,
sekitar 90 kilometer dari Makassar,
ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.
Seperti umumnya di Sulawesi Selatan
dan wilayah lain, buang air besar
sembarangan masih banyak dilakukan di Jeneponto, dan diperkirakan
hanya 51 persen rumah tangga yang
memiliki jamban pribadi. Menurut
Dinas Kesehatan setempat, hal ini
mengakibatkan tingginya angka diare
dan merupakan ancaman bagi kesehatan yang cukup serius.
Pemerintah daerah, dengan
dipimpin Bupati, Dinas Kesehatan
dan lembaga-lembaga lainnya telah
berkomitmen untuk menciptakan
masyarakat yang bebas dari praktik Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) sebagai target utama yang
hendak dicapai di tahun mendatang.
Atas komitmen kuat dan arahan dari
Kementerian Kesehatan (khususnya
terkait program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat-STBM), Indonesia
Urban Water and Sanitation Hygiene
(IUWASH) mendukung para sanitarian setempat untuk menggelar se-

6

| Newsletter AMPL | Juli 2012

rangkaian kegiatan “pemicuan”
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman warga
tentang bahaya BABS. Lebih
penting lagi untuk mengambil
“Saya bangga dengan jamban baru saya, terutama karena
tahu sekarang saya tidak lagi mencemari sungai yang
tindakan dalam menghentikan
digunakan banyak orang.“ kata Syamsudin Sitaba,
praktik BABS. Para kader saniwarga desa Empoang Utara, Kabupaten Jeneponto.
tarian ini kemudian melakukan
pertemuan kelompok dan kunjungan di rumah termasuk mendapatdari pintu ke pintu. Mereka juga
kan bantuan dari pengusaha dan
menyarankan kepada masyarakat
dermawan setempat serta menbagaimana cara membangun jamban cari tukang untuk membantu detail
yang layak dengan tangki septik.
teknis pembangunan jamban yang
Sitaba adalah salah satu warga
layak dengan tangki septik. Bersama
yang terlibat dalam progam pemicu102 kepala keluarga lainnya di Eman. Dari pemicuan yang dilakukan,
poang Utara, Sitaba mengeluarkan
ia menyadari bahwa praktik BABS
biaya rata-rata Rp.300.000 hingga
tak hanya merugikan diri sendiri dan Rp.700.000 untuk membeli bahan
tetangga, tapi juga mencemari air
bangunan untuk pembangunan jamsungai yang menjadi sumber air bagi ban mereka.
masyarakat yang tinggal di wilayah
Meskipun prosesnya tidak muhilir (termasuk Kota Jeneponto). Ia
dah, Sitaba dan keluarganya kini bisa
pun mulai menyadari bahwa medikatakan telah bebas dari BABS dan
miliki jamban keluarga juga akan
tinggal di lingkungan dengan taraf
meningkatkan martabat keluarga.
kesehatan dan martabat yang lebih
Sitaba dan warga lainnya segera baik. Mereka juga telah berkontribekerjasama untuk menyudahi prak- busi dalam satu gerakan besar untuk
tik BABS. Mereka kemudian mengmeningkatkan kondisi kesehatan linghimpun sumber daya sendiri untuk
kungan bagi diri mereka sendiri, anakmempercepat pembangunan jamban anak dan masyarakat.
IUWASH

DINAMIKA ISU AMPL DI BULAN JULI 2012

D

alam rangka mengamati dinamika isu air minum
dan sanitasi yang muncul di media massa, Sekretariat Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional melakukan
monitoring media dengan fokus kepada pemberitaan air
minum, persampahan, air limbah, dan drainase lingkungan. Keempat tema ini kemudian dipantau melalui
pemberitaan dari tujuh media online yaitu Antara.com,
Vivanews.com, Kompas.com, mediaindonesia.com,
inilah.com. detik.com, dan okezone.com.
Persentase Berita AMPL di Media
Total pemberitaan isu AMPL
selama bulan Juli di
media online sebanyak 322 berita.
Sejumlah 122 berita
atau 38% mengangkat masalah “Drainase Lingkungan”.
Berita yang paling banyak diulas adalah mengenai banjir.
Meski masih pertengahan tahun dan belum memasuki
musim hujan, ternyata beberapa wilayah Indonesia telah
dilanda banjir. Tercatat banjir melanda sebagian kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan karena meluapnya
Sungai Asam-Asam. Di Padang juga mengalami banjir
bandang yang menggenangi lima dari 11 Kecamatan di
kota tersebut.

Uniknya, sebagian berita bicara mengenai banjir
Jakarta. Bukan karena banjir sedang terjadi di Jakarta,
namun karena isu ini selalu disinggung dalam setiap
kampanye para kandidat calon gubernur DKI Jakarta.
Dalam pernyataannya, Fauzi Bowo, Alex Nurdin dan Hendardji Supandji berbicara mengenai bagaimana rencana
mereka untuk mengatasi banjir di ibukota.
Sementara pemberitaan untuk tiga tema lainnya,
“air minum”, “persampahan” dan “air limbah” masingmasing berkisar 31 %, 26% dan 5 %. Untuk air minum,
mayoritas pembahasan mengenai krisi air bersih. Persampahan, banyak diangkat mengenai upaya-upaya penanganan sampah di beberapa daerah seperti pembangunan bank sampah, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA),
dan peraturan olah sampah menjadi energi. Sedangkan
untuk kategori air limbah, banyak membicarakan seputar
penanganan limbah rumah tangga.
Skema Sebaran Pemberitaan “Drainase Lingkungan”

Rozi / Kelly

Kesimpulan:
Banjir merupakan tema berita yang paling banyak diangkat oleh media online. Sebagian memang merupakan
reportase kejadian bencana banjir. Namun sebagian lagi adalah pembahasan banjir dalam pemberitaan pemilihan
Gubernur DKI Jakarta. Isu penanganan banjir selalu digunakan para kandidat calon Gubernur DKI dalam setiap
kampanye politik mereka. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa ketika isu AMPL dihubungkan dengan salah
satu isu lain yang tengah aktual, otomatis akan menarik perhatian media juga.

Juli 2012 | Newsletter AMPL |

7

Publikasi

Sumur Resapan
Perkotaan
Untuk Pemukiman
dan Pedesaan
nior
Majalah Percik Yu
2
01
/2
22
Edisi

Agenda AMPL

AMPL
Newsletter Cetak
12
20
ni
Edisi Ju

Agustus 2012
- Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor Pokja
AMPL
(Pokja AMPL Nasional - Kemendagri)
- Konsultasi Publik Kajian Evaluasi Pencapaian PPSP
dan Investasi Sanitasi dalam Pencapaian MDGs
dan RPJMN (Bappenas)
- Pertemuan Advokasi dan Sosialisasi STBM Bagi
Pokja Provinsi dan Kabupaten
(STBM - Kemenkes)

Telah Terbit
Majalah
Percik Yunior
Edisi Terbaru
22 / 2012
Untuk informasi lebih lengkap dapat langsung dilihat di http://www.ampl.or.id atau http://digilib-ampl.net
Anda juga dapat bergabung dalam milis AMPL [milis_ampl@yahoogroups.com]
Kami juga menerima tulisan berita yang terkait AMPL, kirimkan tulisan Anda ke pokja@ampl.or.id atau redaksi@digilib-ampl.net
Tulisan yang terpilih akan di muat dalam newsletter cetak tiap bulannya.

Diterbitkan oleh: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional sebagai media informasi
pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia | Pengarah: Nugroho Tri Utomo | Pimpinan Redaksi: Maraita Listyasari | Staf
Redaksi: Aldy Mardikanto, Nur Aisyah Nasution, Hendra Murtidjaja, Nissa Cita A, Kelly A. Ramadhanti | Desain: Meddy CH |
Alamat redaksi: Sekretariat Pokja AMPL, Jl. RP Soeroso No.50, Gondangdia Lama, Menteng - Jakarta 10350 | Telp/Fax: (6221)
31904113, 31903909 | Email: pokja@ampl.or.id | Website: http://www.ampl.or.id

Didukung oleh: