374150932 Metopen Proposal Skripsi Nadyatun Khasanah

PROPOSAL PENELITIAN

Meningkatkan Sikap Analitik Siswa Kelas X MA
Hasyim Asy’ari Bangsri dengan Pemanfaatan Media
Pembelajaran Video Interaktif dan Alat Peraga
terhadap Mata Pelajaran Fisika

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata
Kuliah Metoologi Penelitian
Oleh :
Nadyatun Khasanah 4201415054

Pendidikan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU No 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya
untuk memiliki kekuatan dalam spiritual keagamaan, kecerdasan, akhlak
mulia, kepribaian serta ketrampilan yang diperlikan oleh setiap orang
terkhusus bagi dirinya.
Didalam suatu negara terkhusus di Indonesia, pendidikan merupakan suatu
pengaruh yang besar yang mempengaruhi kualitas generasi penerus bangsa
terutama di era globalisasi sekarang. Pendidikan di negara Indonesia selaku
negara berkembang masih jauh tertinggal dibanding negara-negara maju.
Salah satu masalah terbesar dari permasalahan pendidikan di Indonesia ialah
rendahnya hasil belajar akibat kurangnya pemahaman siswa terhadap konsepkonsep dasar dari mata pelajaran yang disampaikan oleh guru terutama dalam
mata pelajaran fisika.
Rendahnya pemahaman siswa dalam memahami pelajaran fisika
disebabkan adanya miskonsepsi antara apa yang disampaikan guru dengan apa
yang dipahami oleh siswa. Hal ini meunjukkan bahwa daya pikir siswa
Indonesia masih rendah, sehingga perlu adanya tindakan untuk meningkatakan
daya pikir siswa. Salah satu daya pikir yang perlu dikuasai siswa adalah daya
pikir analitik. Daya pikir analitik membantu siswa untuk dapat berfikir logis
sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep dasar
dari pembelajaran yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fisika dengan media video interaktif
dan alat peraga sehingga dapat meningkatkan sikap analitik siswa kelas X
MA Hasyim Asy’ari Bangsri?

2. Bagaimana deskripsi sikap analitik siswa kelas X MA Hasyim Asy’ari
Bangssri setelah dilaksanakan pembelajaran fisika dengan media video
interaktif dan alat peraga?
3. Apakah pemanfaatan media video interaktif dan alat peraga dapat
meningkatkan sikap analitik siswa kelas X MA Hasyim Asy’ari Bangsri
terhadap mata pelajaran fisika ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melaksanakan pembelajaran fisika dengan media video interaktif dan alat
peraga untuk meningkatkan sikap analitik siswa kelas X MA Hasyim
Asy’ari Bangsri
2. Mengetahui keadaan sikap analitik siswa kelas X MA Hasyim Asy’ari
Bangsri setelah dilaksanakan pembelajaran fisika dengan media video
interaktif dan alat peraga

3. Mengetahui manfaat dari media pembelajaran video interaktif dan alat
peraga pada peningkatan sikap analitik siswa kelas X MA Hasyim Asy’ari
Bangsri terhadap mata pelajaran fisika
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah guru dapat
menerapkan penggunaan media video interaktif dan alat peraga dalam
pembelajaran guna memicu sikap analitik siswa di mata pelajaran fisika.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Acuan Teori Area dan Fokus Penelitian
2.1.1 Pengajaran Suatu Sistem
Pendekatan sistem dipandang sebagai salah satu pendekatan yang
analogis dan analitik dalam bidang pendidikan. Sebelum dibahas hal
tersebut lebih lanjut, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai pengertian
mengajar dan belajar yang merupakan inti dari kegiatan pengajaran itu
sendiri.
a. Pengertian mengajar
Mengajar adalah bagian integral dalam proses pengajaran, yang
menentukan pencapaian hasil belajar. Oleh karenanya Gagen dan

Briggs (dalam Galib:1986) memandang bahwa mengajar merupakan
sekumpulan peristiwa yang memungkinkan pengajaran berlangsung,
sehingga siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
b. Pengertian belajar
Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pengajaran, juga terkait
dengan berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan pada siswa.
Faktor siswa, guru serta faktor lingkungan secara menyeluruh
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh. Menurut T. Raka Joni
(1981) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan
oleh matangnya seseorang atau perubahan yang bersifat temporer. Dari
uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang
dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku
sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung ataupun tidak
langsung.
Dari batasan pengertian mengajar dan belajar tersebut di atas oleh
Muhammad Ali (1984) mengemukakan kerangka pendekatan sistem
pengajaran yang tergambar seperti pada bagan berikut :

STANDAR PENCAPAIAN
TUJUAN


MASUKAN

MASUKAN
EVALUASI

MASUKAN

Jika ditelaah secara seksama bagan pendekatan sistem pengajaran di
atas, maka jelas apa yang ingin dicapai (restriction) merupakan dasar
analisis atau sistem. Restriction dirumuskan dalam bentuk tujuan
(objectives), standar prilaku yang diharapkan (Performance standard),
dan hambatan-hambatan dalam pencapaian tujuan (constrain).
Berdasarkan pada tujuan sistem maka dapatlah dirumuskan masukan
(input), yakni apa yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan. Input
tersebut diperoses sedemikian rupa sehingga menghasilkan keluaran
(output) tertentu. Hasil evaluasi terhadap output dapat dijadikan dasar
catu balik (feed back) untuk mengadakan revisi atau perbaikan, baik
terhadap proses atau terhadap input. Bila pendekatan sistem dapat
diaplikasikan dalam kegiatan pengajaran, maka dapat dipastikan bahwa

hasil pengajaran berhasil guna.
2.1.1 Hakikat Fisika
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dari segi materi
dan energinya. Fisika adalah bangun pengetahuan yang menggambarkan
usaha, temuan, wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari umat
manusia (Wartono, 2003:18). Sedangkan menurut Mundilarto (2010: 4),

fisika sebagai ilmu dasar memiliki karakteristik yang mencakup bangun
ilmu yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori
serta metodologi keilmuan. Fisika adalah ilmu yang terbentuk melalui
prosedur baku atau biasa disebut sebagai metode ilmiah.
Lederman dalam Atar dan Gallard (2014), Nature of Science mengacu
pada nilai-nilai dan keyakinan yang melekat pada pengembangan ilmu
pengetahuan. Menurut hakikatnya, fisika yang merupakan sains bukanlah
sekedar kumpulan ilmu pengetahuan semata. Lebih dari itu menurut
Collette dan Chiappetta (1994), sains merupakan a way of thinking
(afektif), a way of investigating (proses), dan a body of knowledge
(kumpulan ilmu pengetahuan).
Aspek dari hakikat fisika yang pertama adalah fisika sebagai sikap (a
way of thinking). Fisika yang merupakan cabang ilmu IPA (sains)

memiliki karakter ilmiah, seperti tanggungjawab, jujur, objektif, terbuka,
rasa ingin tahu, percaya diri, dan lain-lain, yang melekat kuat. Menurut
Collette dan Chiappetta (1994), beberapa karakter tersebut adalah sebagai
beliefs (keyakinan), curiosity (rasa ingin tahu), imagination (imajinasi),
reasoning (penalaran), dan self-examination (pemahaman diri). Menurut
KBBI, keyakinan (beliefs) berarti kepercayaan dan sebagainya yang
sungguhsungguh, dan juga berarti sebagai bagian agama atau religi yang
berwujud

konsep

yang

menjadi

keyakinan

(kepercayaan)

para


penganutnya. Keyakinan merupakan dasar dari tindakan seseorang yang
dipercayainya sebagai sesuatu yang benar dan dapat dicapai (Sugeng,
2015). Keyakinan adalah sebuah hal yang sangat penting dimiliki oleh
seseorang apalagi sebagai makhluk beragama. Sebagai negara Pancasila,
Indonesia menghimpun karakter ini pada Kurikulum 2013, khususnya
Kompetensi Inti (KI) 1. Karakter lainnya, yaitu curiosity (rasa ingin
tahu), imagination (imajinasi), reasoning (penalaran), dan selfexamination (pemahaman diri) tertampung dalam Kompetensi Inti 2

Kurikulum 2013. Karakter-karakter ini secara tidak langsung akan
memperngaruhi bagaimana seorang saintis atau fisikawan berpikir.
Aspek dari hakikat fisika yang kedua adalah fisika sebagai proses (a way
of investigating).
Proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dikerjakan
saintisketika melakukan penelitian ilmiah. Langkah-langkah
tersebut disebut sebagai keterampilan proses sains yang
mencakup

observasi,


mengukur,

inferensi,

memanipulasi

variabel, merumuskan hipotesis, menyusun grafik dan tabel
data, mendefinisikan secara operasional, dan melaksanakan
eksperimen (Mundilarto, 2002: 13).
Menurut Hetherington, dkk. (dalam Collette dan Chiappetta, 1994),
memahami bagaimana proses terbentuknya suatu ilmu pengetahuan itu
lebih penting daripada ilmu pengetahuan itu sendiri. Mundilarto,
membagi keterampilan proses menjadi dua, yaitu keterampilan proses
dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses sains dasar,
meliputi:

mengamati/

observasi,


mengklasifikasi,

berkomunikasi,

mengukur, memprediksi, dan membuat inferensi. Apabila dianalogikan
dalam pembelajaran, kemampuan proses sains dasar dapat tercerminkan
sebagai aspek psikomotor yang dalam kurikulum 2013 dimasukkan
dalam KI 4. Sedangkan keterampilan proses sains terpadu, meliputi:
mengidentifikasi variabel, merumuskan definisi operasional dari variabel,
menyusun hipotesis, merancang penyelidikan. Keterampilan sains
terpadu tercerminkan sebagai proses berpikir tingkat tinggi.
Aspek dari hakikat fisika yang ketiga adalah fisika sebagai produk (a
body of knowledge). IPA (termasuk fisika) sebagai produk dapat diartikan
sebagai kumpulan informasi/fakta yang dihasilkan dari proses-proses
ilmiah yang dilandasi dengan sikap-sikap ilmiah tersebut (Mundilarto,
2002: 2). Menurut Collette dan Chiappetta (1994), fisika sebagai produk

tersusun dari fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori, dan model.
Fisika sebagai produk juga dapat diartikan sebagai informasi-informasi
yang sudah masak yang ada dalam ilmu fisika.

2.1.3 Pembelajaran Fisika
Belajar merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Melalui belajar,
seseorang dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik dan
bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(Sugihartono, dkk. 2012: 74). Adapun menurut Mundilarto (2002: 1),
belajar dapat didefinisikan sebagai proses diperolehnya pengetahuan atau
keterampilan serta perubahan tingkah laku melalui aktivitas diri.
Menurut UU. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut hakikatnya, fisika
memiliki tiga aspek utama yaitu aspek afektif, proses , dan ilmu.
Sehingga

pembelajaran

fisika

hendaknya

dilaksanakan

dengan

mempertimbangkan ketiga aspek tersebut. Mata pelajaran fisika di SMA
bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling
keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi
sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Mundilarto,
2002: 5). Masih menurut Mundilarto (2012), pembelajaran fisika
bukanlah dirancang untuk melahirkan fisikawan atau saintis, akan tetapi
dirancang untuk membantu siswa akan pentingnya berpikir kritis akan
hal-hal baru yang ditemuinya berdasarkan pengetahuan-pengetahuan
yang telah diyakini akan kebenarannya.
Pembelajaran fisika membantu peserta didik untuk mengembangkan diri
menjadi individu yang memiliki sikap ilmiah, mampu memproses

fenomena dan pengetahuan yang diperoleh serta mampu memahami
bagaimana fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya bekerja.
2.2 Media Pembelajaran
2.2.1 Deskripsi Media Pembelajaran
2.2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau
pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka
berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Zainal Arifin dan Adhi
Setiyawan (2012: 126) berpendapat media pembelajaran adalah alat yang
membantu siswa dalam terjadinya proses belajar. Menurut Daryanto
(2013: 5), kata media berasal dari bahasa Latin yaitu bentuk jamak dari
medium. Sedangkan menurut Yudhi Munadi (2013: 6), media berasal dari
bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti tengah,
pengantar atau perantara. Dalam bahasa Arab, media disebut wasail yang
artinya juga tengah. Kata tengah itu sendiri artinya berada di dua sisi,
maka disebut juga sebagai perantara (wasilah) atau yang mengantarai
kedua sisi tersebut. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, sedangkan media
merupakan perantara antara sumber informasi dengan peserta didik.
2.2.1.2 Manfaat Media Pembelajaran
Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan (2012: 126) berpendapat bahwa
media dalam pembelajaran sangat penting dan kedudukannya sejajar
dengan metode pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi untuk
membawa pesan dari sumber (pendidik) menuju penerima (peserta
didik). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu peserta didik
dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan
pembelajaran (Daryanto, 2013: 8)

Media pembelajaran dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbalitas, dan mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga serta daya
indra. Selain itu, media dapat menimbulkan gairah belajar, memberikan
rangsangan, pengalaman dan persepsi yang sama dalam pembelajaran.
Media pembelajaran juga memungkinkan siswa untuk belajar secara
mandiri (Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 128).
Menurut

Azhar

Arsyad

(2009:

26-27)

manfaat

media

pembelajaran yaitu:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang dan
waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka,
serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat dan lingkungan.

Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2002: 2) mengemukakan manfaat
media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai
dan mencapai tujuan pembelajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas
lain

seperti

mengamati,

melakukan,

mendemostrasikan,

memerankan dan lain-lain.
Selain sebagai perantara dalam interaksi belajar-mengajar, media
pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu proses belajar mengajar
yang efektif karena siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata
sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah
(Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 126).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulakan bahwa
media

pembelajaran

memiliki

beberapa

manfaat

diantaranya,

penyampaian materi dapat diseragamkan, proses pembelajaran lebih
menarik dan lebih interaktif, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan,
siswa dapat belajar dimana saja, kapan saja dan sesuai dengan
kemampuan dan minat siswa. Selain itu penggunaan media pembelajaran
secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik.

2.2.1.3 Jenis Media Pembelajaran

Jenis media pembelajaran menurut Rudy Brets (dalam Zainal
Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 129) dibagi menjadi tujuh klasifikasi
yaitu: (1) media audio visual gerak, (2) audio visual diam, (3) audio semi
gerak, (4) media visual gerak, (5) media visual diam, (6) media audio dan
(7) media cetak.
Dilihat dari segi perkembangan teknologi, Seel dan Glasgow
(dalam Azhar Arsyad, 2012: 33) membedakan jenis media menjadi 2
yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media mutakhir.
1) Pilihan media tradisional
a) Visual diam yang diproyeksikan, seperti proyeksi opaque (tak
tembus pandang), proyeksi overhead, slide, filmstrips
b) Visual yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, poster, foto,
chart, grafik, diagram, pameran, papan info, dan papan bulu.
c) Audio, seperti rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge.
d) Penyajian multimedia, seperti tape dan multi-image.
e) Visual dinamais yang diproyeksikan, seperti film, televisi dan
video.
f) Cetak, seperti buku teks, modul, teks terprogram, workbook,
majalah ilmiah dan lembar lepas (hand-out).
g) Permainan, seperti teka-teki, simulasi dan permainan papan.
h) Realia, seperti model, specimen (contoh), manipulatif (peta,
boneka).
2) Pilihan media mutakhir
a) Media berbasis telekomunikasi, seperti teleconference dan
kuliah jarak jauh.

b) Media berbasis mikroprosesor, seperti computer-assited
instruction, permainan computer, sistem tutor intelejen,
interaktif, hypermedia, compact (video) disc.
Beberapa pendapat diatas dapat mempermudah guru dalam
memilih media pembelajaran yang tepat pada saat membuat perencanaan
pembelajaran agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
d. Pemilihan Media pembelajaran

Sebelum menggunakan media pembelajaran seorang guru perlu
memperhatikan bagaimana cara memilih media pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Menurut Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan
(2012:

133-134)

dalam

memilih

media

pembelajaran

perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran.
2) Ketepatan untuk mendukung materi pelajaran dan kedalaman
materi yang harus dicapai.
3) Keterlibatan interaksi media sesuai dengan karakteristik siswa
dan guru.
4) Adanya media yang dapat digunakan sebagai perbandingan.

Menurut Rudi Susilana dan Cheppy Riyana (2008: 70) kriteria
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media adalah sebagai berikut:
1) Kesesuaian dengan media

2) Kesesuaian dengan meteri pembelajaran
3) Kesesuaian dengan karakteristik siswa.
4) Kesesuaian dengan teori.
5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.
6) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas, pendukung
dan waktu yang tersedia.
Sedangkan menurut Azhar Arsyad (2009: 75-76) kriteria yang
perlu diperhatikan dalam memilih media yang akan digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi.
3) Praktis, luwes, dan bertahan.
4) Guru terampil menggunakannya.
5) Pengelompokan sasaran.
6) Mutu teknik.
Berdasarkan

pendapat

diatas,

maka

kriteria

yang

harus

diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran yaitu sesuai dengan
tujuan pengajaran dan tingkat perkembangan siswa, dukungan terhadap
isi dan bahan pelajaran, tersedianya waktu untuk menggunakannya,
kemudahan

dalam

memperolehnya,

ketrampilan

guru

dalam

menggunakan media, pengelompokan sasaran dan mutu teknis.
Pemilihan media mana yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
harus disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan sehingga
penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Media pembelajaran tidak dilihat dari kecanggihannya melainkan
fungsi

dan

peranannya

dalam

membantu

mempertinggi

proses

pembelajaran.
2.2.2 Deskripsi Media Video Interaktif
2.2.2.1 Pengertian Media Video Interaktif
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 126) video adalah bagian
yang memancarkan gambar pada pesawat televisi, rekaman gambar hidup
atau program televisi untuk ditayangkan. Sedangkan menurut Azhar
Arsyad (2006: 29) media audio visual adalah cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Menurut
Iqro’ Al-Firdaus (2010: 13-14) video adalah rangkaian frame gambar
yang diputar secara cepat. Masing-masing frame merupakan rekaman
dari tahap-tahap dalam suatu gerakan. Menurut Cheppy Riyana (2007:
36) media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan
visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep,
prinsip,

prosedur,

teori

aplikasi

pengetahuan

untuk

membantu

pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan
pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar
kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat
disajikan serentak.
Video interaktif dirancang secara khusus sebagai media belajar
yang efektif. Berisi tuntunan praktis secara tepat sasaran, disajikan lewat
presentasi audio visual (gambar dan suara) yang dilengkapi dengan suara
penuntun berbahasa indonesia yang jelas dan mudah dipahami dan
dikemas dalam program autorun (Niswa Auliyah, 2012: 3). Video
interaktif dalam hal ini video untuk memancing siswa pada saat
pembelajaran. Siswa akan merespon dari apa yang mereka lihat dan

dengar, sehingga pesan dari isi materi yang terdapat dalam video akan
dikonstruksi oleh otak siswa dan menimbulkan timbal balik yang berupa
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi pembelajaran yang akan
menciptakan interaksi antara siswa dan media pembelajaran. Konsep
interaktif dalam pembelajaran dengan media komputer, pada umumnya
mengikuti tiga unsur, yaitu: (1) urut-urutan instruksional yang dapat
disesuaikan, (2) jawaban atau respon pekerjaan siswa, (3) umpan balik
yang dapat disesuaikan (Azhar Arsyad, 2011:100). Media pembelajaran
interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna
dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya (Daryanto,
2013:51).
2.2.2.2 Karakteristik Media Video Interaktif
Krakteristik media video pembelajaran menurut Menurut Cheppy
Riyana (2007: 8-11) untuk menghasilkan video pembelajaran yang
mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunanya maka
pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik
dan kriterianya. Karakteristik video pembelajaran yaitu:
1) Clarity of Massage (kejalasan pesan)
Dengan

media

video

siswa

dapat

memahami

pesan

pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat
diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi
akan tersimpan dalam memori jangka panjang dan bersifat
retensi.
2) Stand Alone (berdiri sendiri).

Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar
lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan
ajar lain.
3) User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya).
Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah
dimengerti, dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan
informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat
dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam
merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.
4) Representasi Isi
Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi
simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik
sosial maupun sain dapat dibuat menjadi media video.
5) Visualisasi dengan media
Materi dikemas secara multimedia terdapat di dalamnya teks,
animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materimateri yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit
terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki
tingkat keakurasian tinngi.
6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi
Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi
rekayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk
setiap speech sistem komputer.
7) Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara
individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga di
rumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan jumlah
siswa maksimal 50 orang, dapat dipandu oleh guru atau cukup
mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia
dalam program.
Azhar Arsyad (2006: 6) menguraikan ciri-ciri umum yang
terkandung dalam media yaitu:
1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini
dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda
yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal
sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan
yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang
ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki pangertian alat bantu pada proses
belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6) Media pendidikan dapat digunakan secara masal (misalnya
radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya:
film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul,
komputer, radio tape/kaset, video recorder).
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
2.2.2.3 Tujuan dan Fungsi Media Video

Menurut Cheppy Riyana (2007: 6) media video pembelajaran
sebagai bahan ajar bertujuan untuk :
1) Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar
tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta
didik maupun instruktur.
3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi
Dalam menggunakan media video ini selain mempunyai tujuan
juga mempunyai fungsi sehingga proses dalam pembelajaran akan sesuai
dengan yang diharapkan.
Fungsi-fungsi dari media video adalah sebagai berikut:
1) Dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi siswa kepada isi pelajaran.
2) Dapat terlihat dari tingkat keterlibatan emosi dan sikap siswa
pada saat menyimak tayangan materi pelajaran yang disertai
dengan visualisasi.
3) Membantu pemahaman dan ingatan isi materi bagi siswa yang
lemah dalam membaca.
2.2.2.4 Kriteria Media Pembelajaran
Menurut Cheppy Riyana (2007: 11-13) dalam mengembangkan
video pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa kriteria berikut:
1) Tipe materi
Tidak semua materi cocok mengunakan video. Media video
cocok untuk demonstrasi sebuah konsep atau mendeskripsikan

sesuatu. Misalnya teknik pembuatan roti, teknik memotong
daging dan lain sebagainya.
2) Durasi waktu
Durasi waktu video yang ideal yaitu sekitar 20-40 menit
karena dikaitkan dengan kemampuan daya ingat dan
konsentrasi manusia terbatas antara 15-20 menit. Setelah menit
tersebut konsentrasi manusia cenderung terganggu karena
lelah.
3) Format sajian video
Format sajian video yang cocok digunakan untuk pembelajaran
diantaranya yaitu:
a) Naratif: dalam format ini pembelajaran disampaikan oleh
narator atau suara tanpa menampilkan penyajinya.
b) Wawancara: dalam format ini pesan-pesan pembelajaran
muncul pada dialog yang terjadi antara reporter dengan
narasumber.
c) Presenter: dalam format ini mirip dengan format naratif
namun narator tampak di layar monitor sebeagai presenter.
d) Format gabungan: dalam format ini dapat pula format
diatas digabungkan artinya materi disajikan oleh presenter
disertai dengan wawancara dengan tokoh/narasumber.
Dalam pengembangan media pembelajaran video room service
pada penelitian ini, peneliti menggunakan format gabungan.
Hal ini dianggap cocok dengan konsep video yang akan
dikembangkan

dimana

proses

kegiatan

room

service

ditampilkan beserta narasi dan presenter.
2.2.2.5 Kelemahan dan kelebihan media pembelajaran video interaktif
Nana Sudjana (2003: 137-138) dan Wasis D. Dwiyogo (2013:215216)

mengemukaan

kelebihan

menggunakan

komputer

dalam

pengajaran.

Kelebihan

yang

didapat

dari

penggunaan

media

pembelajaran video interaktif antara lain:
1) Cara kerja baru dengan komputer akan membangkitkan
motivasi kepada siswa dalam belajar.
2) Mampu menggabungkan teks, gambar, musik, suara, gambar
bergerak (animasi dan video) dala satu kesatuan yang saling
mendukung.
3) Dapat menvisualisasikan materi yang sulit untuk diterangkan
dengan penjelasan atau alat peraga konvensional.
4) Kemampuan memori memungkinkan penampilan siswa yang
telah lampau direkam dan dipakai dalam merencanakan
langkah-langkah selanjutnya di kemudian hari.
5) Melatih siswa untuk belajar mandiri.
6) Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan.
Wasis D Dwiyogo (2013:215-216) mengemukakan bahwa media
pembelajaran video memiki kelemahan, diantaranya:
1) Meskipun kelebihan video adalah untuk konsep-konsep materi
yang bergerak, hal itu mungkin tidak cocok untuk topik di
mana detail pembelajarannya adalah konsep materi yang tidak
bergerak, misalnya peta, diagram, chart, dan sebagainya.
2) Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya untuk
menampilkan gambar dari sebuah video di butuhkan alat
pendukung lainnya
3) Memerlukan tenaga listrik
2.2.3 Deskripsi Alat Peraga
2.2.3.1 Alat Peraga sebagai Media
Alat peraga menjadi salah satu media yang penting dalam
keberlangsungan kegiatan beajar mengajar khususnya dalam mata
pelajaran fisika, karena terdapat bab tertentu yang akan lebih mudah
dipahami siswa. Alat peraga ialah suatu media alat batu pembelajaran,
dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi
pembelajaran. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting

sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
efektif
2.2.3.2 Tujuan Penggunaan Alat Peraga
Adapun beberapa tujuan penggunanan alat peraga dalam proses
pembelajaran antara lain :
a. Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran
b. Memberi penekaknan pada bagian-bagian yang dianggap
penting
c. Memberi variasi belajar dalam proses pembelajaran
d. Meningkatkan semangat peserta didik
Semua alat peraga ini memiliki kegunan yang berbeda-beda
berdasarkan model dann jenis dari alat itu sendiri. Penggunaan alat
peraga isika jelas sangat membantu. Selain mempermudah proses
pembelajaran alat peraga ini sangat mendukung kegiatan pemahaman
pembeljaran.
2.2.3.3 Kriteria Alat Peraga yang Baik
Kriteria aat peraga yang baik adalah sebagai berikut :
a. Keterkaitan dengan bahan ajar, konsep yang diajarkan ada
dalam

kurikulum

atau

hanya

pengembangan,

keperluan, penampila objek dan fenomena
b. Niali pendidikan, kesesuaian dengan

tingkat

perkembangan

intelektual peserta didik.
c. Ketahanan alat terhadap cuaca ( suhu, udara, air, cahaya
matahari),

memiliki

alat

pelindung

dari

kerusakan,

kemudahan perawatan
d. Keakuratan alat
e. Efisiensi penggunaan alat, kemudahan dirangkai kemudahan
digunakan
f. Keamanan bagi peserta didik
g. Estestika, warna dan bentuk
2.3 Kemampuan Berpikir Analitik

Salah satu aspek kognitif dalam taksonomi Bloom yang menempati
urutan keempat setelah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan
aplikasi (C3) adalah aspek analisis (C4). Kemampuan berpikir analitis
merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa.
Kemampuan berpikir analitis ini tidak mungkin dicapai siswa apabila
siswa tersebut tidak menguasi aspek-aspek kognitif sebelumnya.
Menurut Sudjana, analisis merupakan tipe hasil yang kompleks karena
memanfaatkan unsur pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Richards J. Heuer Jr (2008 : 45) "Berpikir analitis adalah
keterampilan seperti pertukangan atau mengendarai mobil, bisa diajar,
bisa dipelajari, dan bisa diperbaiki dengan latihan. Tapi seperti banyak
keterampilan lainnya, seperti Seperti mengendarai sepeda, tidak
dipelajari dengan duduk di kelas dan diberitahu bagaimana
melakukannya. Analis belajar dengan melakukan."
Ronni Sofrani, Joy Kartika dan Asrini Suhita dalam bukunya (2009:
20) mengungkapkan pola pikir merupakan sesuatu yang bisa di bentuk
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. analitis adalah dasar dari
sebuah pemikiran urut dan sistematis. Lewat berpikir analitis kita
dapat menguraikan masalah ibarat menguraikan benang kusut.
Beberapa ciri- ciri analitis adalah (1) berpikir sistematis, (2) disiplin
tinggi, (3) menghargai fakta yang disampaikan secara logis, (4)
menyukai hal-hal yang terorganisir, (5) teliti dan fokus pada detail
masalah, (5) cendrung kaku, (6) lama dalam mengambil keputusan.
Menurut Nicholl (2002: 254) berpikir analitis adalah mengatasi satu
situasi, masalah subjek atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat
dan langkah demi langkah yang logis. Menguji pernyataan atau bukti
atau proposal di depan standar-standar objektif. Menukik ke bawah
permukaan hingga kepada akar permasalahan. Menimbang dan
memutuskan atas dasar logika dan menjejaki bias yang mungkin

muncul. Penggunaan pemikiran analitis adalah dalam mengambil
keputusan, memecahkan masalah, menganalisis serta menilai situasi.
Dalam buku Herdian (2010 : 7), Bloom membagi aspek analisis ke
dalam tiga kategori , yaitu:
1) analis bagian (unsur) seperti melakukan pemisalan fakta, unsur yang
didefinisikan, argumen, aksioma (asumsi), dalil, hipotesis, dan
kesimpulan;
2) analisis hubungan (relasi) seperti menghubungkan antara unsur-unsur
dari suatu sistem (struktur) matematika;
3) analisis system seperti mampu mengenal unsur-unsur dan
hubungannya dengan struktur yang terorganisirkan. Penjabaran dari
ketiga kategori tersebut menurut Suharsimi meliputi berbagai
keterampilan, yaitu: memperinci, mengasah diagram, membedakan,
mengidentifikasi, mengilustrasi, menyimpulkan, menunjukkan dan
membagi. Kemampuan analisis yang dapat diukur adalah kemampuan
mengidentifikasi masalah, kemampuan menggunakan konsep yang
sudah diketahui dalam suatu permasalahan dan mampu menyelesaikan
suatu persoalan dengan cepat.
Menurut Colin Rose Malcom J. Nicholl (2002: 254) kemampuan
berpikir analitis dapat ditinjau dari berpikir analitis dalam pemecahan
masalah yaitu, mendefinisikan secara pasti apa masalah yang
sebenarnya, memiliki banyak gagasan, menyingkirkan alternatif yang
paling kurang efisien dan membuang pilihan-pilihan yang tidak
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
pilihan (opsi) ideal dengan melihat solusi terbaik yang memenuhi
kriteria yang ditetapkan, mengetahui akibat dan dampak dalam
menyelesaikan masalah.
Pemikiran analitis dapat dipecah menjadi tiga langkah utama:

a. Mengumpulkan informasi
Di sini Anda harus mengumpulkan semua informasi penting
yangdiperlukan untuk membantu Anda memecahkan masalah Anda.
Anda juga perlu mengenali apakah Anda perlu memperoleh informasi
berkualitas lebih atau lebih tinggi untuk mengumpulkan semua data
yang relevan yang Anda perlukan untuk mencapai solusi yang tepat.
Mengumpulkan informasi mengharuskan Anda mengajukan pertanyaan
yang sesuai tentang diri Anda dan orang lain untuk mendapatkan
wawasan yang diperlukan yang memungkinkan Anda membuat
keputusan yang lebih efektif mengenai masalah yang Anda hadapi.
Namun, Anda juga perlu mempertimbangkan relevansi sumber dan cara
Anda mengumpulkan informasi ini.
b. Identifikasi Masalah dan Masalah
Ketika sampai pada pemikiran analitis, penting untuk mengembangkan
kemampuan Anda mengenali masalah atau masalah mendasar
berdasarkan tren, asosiasi, dan hubungan sebab-akibat antar dataset.
c. Atur Informasi
Setelah semua informasi yang relevan berhasil dikumpulkan, sekarang
Anda harus mengatur dan mengintegrasikan semua bagian dengan cara
yang akan memberi Anda wawasan dan gagasan yang dapat digunakan
untuk menarik kesimpulan yang sesuai. Hal ini pada gilirannya akan
meletakkan fondasi untuk solusi potensial terhadap masalah atau
masalah yang Anda hadapi.
d. Pemikiran Analitik dan Pemikiran Visual
Pemikiran analitis sangat terintegrasi ke dalam kerangka berpikir visual,
dan terutama ke dalam The Path. Ini adalah bagian dari proses
pemecahan masalah yang akan Anda manfaatkan saat Anda bekerja

secara visual untuk mendapatkan wawasan yang diperlukan yang akan
membantu Anda mencapai tujuan dan sasaran Anda.
(Rollin, 2008: 154)
Dapat diketahui kemampuan analitis adalah kemampuan siswa untuk
menguraikan atau memisahkan suatu hal ke dalam bagian-bagiannya
dan

dapat

mencari

keterkaitan

antara

bagian-bagian

tersebut.

Menganalisis adalah kemampuan memisahkan materi (informasi) ke
dalam bagian-bagiannya yang perlu mencari hubungan antara bagianbagiannya, mampu melihat (mengenal) komponen-komponennya,
bagaimana komponen-komponen itu berhubungan dan terorganisasikan,
membedakan fakta dari hayalan. Kemampuan analisis ini juga termasuk
kemampuan menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, menemukan
hubungan, membuktikan dan mengomentari bukti, dan merumuskan
serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi, tetapi baru dalam tahap
analisis belum dapat menyusun.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu penelitian koloboratif yang dilakukan oleh
guru yang sekaligus sebagai peneliti. Mulai dari perencanaan sampai dengan
penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar
mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Wibawa,
2004 : 9).
Desain penelitian yang akan digunakan adalah model Kemmis dan Mc
Taggart (Depdiknas, 2005 : 3) yang terdiri dari 4 tahap yaitu : perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Diagram alur desain penelitian
ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS 1
Refleksi
Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS 2

Refleksi

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksankan selama kurun waktu 3 (tiga) bulan atau
dalam kurun waktu satu mid semester dimulai dari ____________ 2018
sampai ___________ 2018, bertempat di MA Hasyim Asy’ari Bangsri kelas X
IA.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IA MA Hasyim Asy’ari yang
berjumlah ___ anak. Pelaksanaan penelitian di MA Hasyim Asy’ari di pilih
karena rata-rata kemampuan analitik siswa MA Hasyim Asy’ari yang masih
rendah di mata pelajaran fisika. Hal ini di karenakan rata-rata siswa yang
berasal dari pelosok desa sehingga siswa lebih cenderung cepat bosan saat
pembelajaran berlangsung. Untuk itu, penggunaan video dan alat peraga yang
menarik dirasa mampu untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar
sehingga mampu memicu sikap analitik yang pada dasarnya sudah dimiliki
oleh setiap anak.
3.4 Prosedur Penelitian
Tahap pertama yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah
melakukakan interaksi dengan guru yang mengampu mata pelajaran fisika di
kelas X IA MA Hasyim Asy’ari karena Penelitian Tindakan Kelas sendiri
harus melibatkan guru yang bersangkutan sebagai syarat unntuk mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa dalaam mata pelajaran fisika di sekolah.
Selanjutnya di lakukan tahap-tahap penelitian tindakan kelas seperti yang
di sampaikan oleh Wardani (2004) yaitu : 1). Perencanaan (Planning)
merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan, 2). Tindakan (Action)
merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat, 3). Observasi
(Observation) bertujuan untuk mengetahui kualitas tindakan yang dilakukan,
4). Refleksi (Reflection) bertujuan untuk melihat/merenungkan kembali apa
yang telah dilakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa.
Rincian dari siklus tersebut sebagai berikut :
3.4.1 Siklus I
3.4.1.1 Perencanaan
Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan
didalam kegiatan perencanaan siklus I ini, diantaranya :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

b. Menyiapkan instrumen pembelajaran berupa video dan
alat peraga yang akan digunakan
c. Mebuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk
mengamati tingkat keberhasilan pembelajaran
3.4.1.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
dengan mengikuti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang

telah

dibuat

sebelumnya.

Langkah-

langkah

pembelajarannya adalah sebagai berikut :
(Lampiran 3.1)
3.4.1.3 Pengamatan
Pada siklus ini dilaksanakan observasi terhadap kegiatan
belajar mengajar yang berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat. Setelah dilakukan observasi,
pengamat melaksanakan tes untuk mengukur hasil belajar siswa.
3.4.1.4 Refleksi
Pada tahp ini digunakan analisis tentang hasil observasi
dan hasil tes sehingga dapat diketahui hal apa saja yang telah
tercapai secara maksimal.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
a. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa.

Lembar observasi guru meliputi 8 aspek

pengamatan yang digunakan untuk mengamati guru dalam kegiatan belajar
mengajar dengan mennggunakan media video interaktif maupun alat
peraga melalui rasa ingin tahu dan pemecahan masalah, sedangkan lembar
observasi siswa terdiri dari 6 aspek pengamatan yang bertujuan untuk
melihat akivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar fisika
dengan menggunakan media video interaktif dan atau alat peraga.
Adapun 8 aspek pengamatan untuk guru yakni :
1) Guru memberikan apersepsi dan motivasi
2) Guru menjelaskan tujuan dan indikator yang harus dicapai siswa

3) Guru menggunakan media berupa video dan alat peraga untuk kegiatan
pembelajaran
4) Guru mengarahkan dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatan
5) Guru membimbing siswa dalam menyajikan hasil diskusi dan
pemecahan masaah
6) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
7) Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan
8) Guru memberikan evaluasi
Semetara 6 aspek untuk mengamati sikap analitik siswa adalah
sebagai berikut :
1) Siswa menanggapi apersepsi dan motivasi yang diberikan guru
2) Siswa dapat menganalisis apa maksud yang tertera pada video
3)
4)
5)
6)

interaktif dan alat peraga yang igunakan
Siswa mencatat hasil diskusi dan pemecahan masalah
Siswa berpartisipasi dalam diskusi dan pemecahan masalah
Siswa menarik kesimpulan
Siswa mengerjakan soal tes yang diberikan

b. Lembar Tes
Tes dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tes ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan sikap analitik siswa
terhadap materi pelajaran yang sudah dipelajari berdasarkan indikator yang
telah dibuat sebelumnya.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Sumber Data
a. Hasil penelitian terhadap siswa dan guru yang dioeroleh dari

3.6.2

observer, yaitu rekan kerja
b. Hasil tes siswa kelas X MA Hasyim Asy’ari Bangsri
Metode Pengambilan Data
a. Tes akhir pembelajaran
b. Observasi proses pembbelajaran
c. Lembar pengamatan terhadap masing-masing siklus. Lembar
pengamatan terhadap guru dan teman sejawat dari tiap siklus.

3.7 Teknik Analisa Data
Data tes dianalisa dengan rata-rata nilai berdasarkan kriteria ketuntasan
belajar berdasarkan patokan penilaian. Menurut Depdikbud (1996) secara
klasikal proses pembelajaran mengajar dikatakan berhasil bila siswa dikelas
mempunyai nilai 70 keatas sebanyak 85 %.

Untuk menegetahui hasil belajar tersebut maka di gunakan rumus sebagi
berikut
Data tes di analisis dengan rumus dibawah ini :
∑X
a. Rata ratanilai=
N
Keterangan :
∑X = Jumlah nilai yang ada
N = Jumlah Siswa
Ns x 100
Persentase ketuntasan belajar=
N
Keterangan : Ns = Jumlah siswa yang dapat nilai 70
N = Jumlah seluruh siswa
b. Data observasi Penentuan nilai tiap kriteria menggunakan persamaan
yaitu rata-rata skor, skor tertinggi, selisih skor, dan kisaran nilai untuk
tiap kriteria. Lembar observasi diolah dengan menggunakan
persamaan berikut ini :
a.

Rata – rata skor=

Jumlah skor
Jumlah observer

b.
Skor tertinggi= jumlah butir observeasi × skor tertinggitiap butir
c. Skor terendah = jumlah butir observasi X skor terendah tiap butir
d. Selisih skor = skor tertinggi – skor terendah
Sekisih skor
e. Kisaran nilai utnuk tiap kriteria =
Jumlah kriteria penilIaian
Pengolahan Hasil obesrvasi terhadap guru
1. Skor indikator keberhasilan
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan

di

skor

berdasarkan

pertimbangan kualitas proses dan hasil yang diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Skor tiap aspek : merupakan penjumlahan skor dari
komponen
b.
Jumlah skor komponen yang diperoleh
Jumlah skor Maksimum setiap komponen
Skor total : merupakan jumlah skor semua komponen (jumlah

Kinerja komponen=
c.
2.

skor total = 24)
Interval kategori Penilaian Aktivitas Guru
Skor tiap butir

Interval kategori

Kriteria penilaian

observasi
1
2
3

penilaian
8-12
13-18
19-24

Kurang
Cukup
Baik

Pengolahan Hasil Pengamatan terhadap Siswa
1. Skor indikator keberhasilan
Keberhasilan pelaksanaan

kegiatan

di

skor

berdasarkan

pertimbangan kualitas proses dan hasil yang diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Skor tiap aspek : merupakan penjumlahan skor dari
komponen
b.
Jumlah skor komponen yang diperoleh
Jumlah skor Maksimum setiap komponen
Skor total : merupakan jumlah skor semua komponen (jumlah

Kinerja komponen=
c.

skor total = 24)
2.

Interval kategori Penilaian
Skor tiap butir

Interval kategori

observasi
1
2
3

penilaian
8-12
13-18
19-24

Kriteria penilaian
Kurang
Cukup
Baik

3. Perhitungan nilai Klasifikasi nilai kerja diberikan pada komponen
dan grand Summary (umum) dengan kreteria sebagai berikut :
a. Baik
: 67 % - 100 %
b. Cukup
: 56 % - 66 %
c. Kurang
: 0 % - 55%
3.8 Indikator Keberhasilan
Sebagai indikator dalam penelitian ini adalah jika siswa yang
mendapat nilai > 7,0 lebih besar atau sama dengan 85% pada tes yang
diberikan maka belajar dinyatakan tuntas artinya menggunakan media gambar
dapat meningkatkan keaktifan siswa , guru dan prestasi belajar siswa MA

Hasyim Asy’ari Bangsri tahun pelajaran 2018/2019. Dan jika siswa yang
mendapat nilai > 7,0 lebih kecil dari 85% pada tes yang diujikan sampai pada
tahapan tahapan siklus maka hipotesis tidak diterima, artinya penerapan video
interaktif dan atau alat peraga tidak dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas X MA Hasyim Asy’ari Bangsri tahun pelajaran 2018/2019.

Lampiran 3.1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Mata Pelajaran
Materi Pokok
Alokasi Waktu

:
:
:
:
:

MA Hasyim Asy’ari Bangsri
X/ 1 (Satu)
Fisika
Gelombang Cahaya
8JP x 45 menit (4 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan menngamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dan berinterakksi
secaa efekti denngan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual prosedural, berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, senibudaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk mememcahkan masalah
KI4 : Mengolah, menelar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrakterkait dengan pengembangan apa yang dipelajarinya
disekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya
1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur dan menciptakan alam jagad
raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur,
teliti, cermat, tekun, hati-hati, tanggungjawab, terbuka, kritis, kreatif,
inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari dalam wujud

implementasi sikap dalam melakukan percobaan, melporkan dan
berdiskusi.
3.10 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam
teknologi
4.10 Melakukan percobaan tentang gelombang bunyi dan cahaya, berikut
presentasi hasil dan makna fisisnya
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
KD1:
1. Mengagumi kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad
raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya
KD2:
1. Menunjukkan perilaku dan sikap jujur, teliti, objektif, kreatif, ingin tahu,
kritis, kerjasama, disiplin, tekun, santun, dan tanggung jawab dalam
kegiatan pembelajaran
KD3:
1. Menganalisis karakteristik gelombang cahaya yang terlihat
2. Menyebutkan sifat-sifat gelombang cahaya terlihat
3. Menganalisis pemanfaatan gelombanng cahaya yang terlihat dalam
kehidupan sehari-hari
4. Menganalisis peristiwa difraksi dan interferensi cahaya serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
5. Menjelaskan peristiwa fisika yang dapat menyebabkan cahaya dapat
terpolarisasi
6. Menjelaskan prinsip kerja layar LCD dan teknologi layar LED
7. Menganalisis pemanfaatan prinsip dan konsep gelombang cahaya dalam
teknologi
KD4:
1. Merangkai alat percobaan tentang interferensi
2. Terampil menggunakan dan membaca alat ukur dengan tepat pada
percobaan interferensi
3. Menganalis hasil percobaan tentang interferensi
4. Menyimpulkan dan mengomunikasikan hasil percobaan tentang interferensi
D. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 x 45 menit)

1. Melalui diskusi siswa dapat menganaisis karakteristik gelombang cahaya
terlihat dengan teliti
2. Melalui diskusi, siswa dapat menyebutkan sifat-siat gelombang cahaya
terliht dengan kerja sama
3. Melalui menalar, menanya dan mengansumsikan, siswa dapat
menganallisis pemanfaatan gelombang cahaya terlihat dalam kehidupan
sehari-hari agar lebih mensyukuri kebesaran Tuhan
Pertemuan ke-2 (2 x 45 menit)
1. Melalui percobaan secara cermat dan teliti siswa dapat mengidentifikasi
peristiwa interferensi cahaya pada celah ganda
2. Melalui demonstrasi siswa dapat menjelaskan peristiwa interferensi cahaya
pada lapisan tipis
3. Melalui diskusi kelas siswa dapat menjelaskan peristiwa interferensi cahaya
pada cincin Newton
4. Melalui demonstrasi, siswa dapat menentukan panjang geombang cahaya
dengan difraksi cahaya oleh celah tunggal dan kis