Hubungan Ilmu dengan Ideologi. docx

ILMU DENGAN IIDEOLOGI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh :


Eka Novi Listiyani

150322210



Renaldi Herjunanda He

150322212



Shimon Washi Riko

150322233




Laura M Barus

150322237



Theresia Lia A

151122238

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Manusia diciptakan oleh yang Maha Kuasa dengan sempurna. Yakni dilengkapi
dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah manusia mendapat
ilmu. Akal dan pikiran memproses setiap pengetahuan yang di serap oleh indra-indra
yang di miliki manusia. Kemudian dari akal dan pikiran tersebut, ilmu dari seseorang
dapat berkembang.
Ilmu merupakan pengetahuan yang sistematis atau ilmiah. Sedangkan Ideologi sendiri
ialah suatu ide atau gagasan yang muncul. Ideologi juga menjadi pandangan dan dianggap
sebagai visi komprehensif. Ilmu sangat dibutuhkan, dimana idelogi yang kita gunakan
menjadi suatu pengetahuan yang dapat membawa ideologi kearah yang jelas.
Ilmu dengan ideologi akan lebih baik jika hal tersebut menjadi satu kesatuan yang
utuh. Ilmu menjadi suatu pondasi pokok untuk ,menjelaskan bagaimana nanti idelogi
tersebut berjalan. Dengan pemikiran yang berdasarkan atas ideologi, maka ilmu tidak
akan dibutuhkan dan menyebabkan idelogi menjadi pandangan absurd untuk dijalankan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Menjelasan tentang Ilmu
2. Menjelasan tentang Ideologi
3. Menjelasan Hubungan antara Ilmu dengan Ideologi
1.3 TUJUAN

Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan pembuatan
makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui dengan jelas tentang Ilmu
2. Mengetahui dengan jelas tentang Ideologi
3. Memahami human antara Ilmu dengan Ideologi

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 ILMU
1. PENGERTIAN ILMU
Pengertian ilmu secara etimologi ialah kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Jadi ilmu adalah pengetahuan tentang suatu
bidang atau suatu objek yang disusun sistematis menurut metode tertentu yang dapat
digunakan untu menjelaskan gejala tertentu di bidang atau objek tersebut.
2. SYARAT-SYARAT ILMU
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa
penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai
ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu
alam yang telah ada lebih dulu
a. Objektif


Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b. Metodis

Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara
umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk
pada metode ilmiah.
c. Sistematis

Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan

mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat
merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d. Universal.

Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan
ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks
dan tertentu pula.
3. CIRI-CIRI ILMU
a. Ciri-Ciri Ilmu Secara Struktural
1. Berobjek material dan formal


Objek material : bahan yang menjadi sasaran kegiatan penelitian




Objek formal : sudut pandang pendekatan

2. Bermetode :pertanggung jawaban ilmiah terhadap aktivitas kegiatan ilmiah
3. Bersistem empiris dan rasional


Empiris : pengetahuan bisa ditangkap dengan pancaindra



Rasional : pengetahuan ilmiah harus masuk diakal

4. Mengejar objektivitas dan intersubjektivitas


Objektivitas : ilmu itu berusaha mendapatkan pengetahuan secara apa
adanya




Intersubjektivitas : pengetahuan itu merupakan hasil proses dialogal

b. Ciri-Ciri Ilmu Secara Konsepsional
Menurut The Liang Gie, ilmu tidak sekedar produk jadi tapi ilmu merupakan suatu
aktivitas yang bercirikan :
1. Intelektual : bahwa aktivitas ilmiah itu dituntut adanya pertanggungjawaban
rasional

2. Kognitif : aktifitas kegiatan ilmiah berusaha memberikan memberikan nilai
tambah terhadap pengetahuan yang kita miliki
3. Bertujuan :


Memperoleh kebenaran



Menjelaskan kepada orang lain




Mengendalikan kehidupan sosial maupun alat



Membuat prediksi atau ramalan

2.2 IDEOLOGI
1. PENGERTIAN IDEOLOGI
a. Secara etimologi :
Istilah “Ideologi” yang dibentuk oleh kata “ideo” yang artinya pemikiran,
khayalan, keyakinan, dan “logi” yang berarti logika, Jadi ideologi adalah
kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
b. Menurut beberapa para ahli :
 Ali Syariati mendefenisikan ideologi sebagai “keyakinan-keyakinan dan
gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu
bangsa atau satu ras tertentu”.(Ali syariati, 1984: 72).
 Destutt de Tracy (1796) mengartikan ideology sebagai “Science of ideas”,

dimana didalamnya ideologi dijabarkan sebagai jumlah program yang
diharapkan membawa perubahan institusional dalam suatu masyarakat.
 Kirdi Dipoyudo dalam uraianya tentang Negara dan ideologi membatasi
pengertian ideologi sebagai suatu kesatuan gagasan-gagasan dasar yang
sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan kehidupanya baik individual
maupun sosial, termasuk kehidupan Negara. (Analisa, 1978-3: 174).
 Sastra pratedja membatasinya sebagai suatu kompleks gagasan atau pemikiran
yang beerorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang
teratur.
 C.C. Rodee menegaskan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan yang
secara logis berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi
keabsahan bagi institusi politik dan pelakunya. Ideologi dapat di gunakan
untuk membenarkan status quo atau membenarkan usaha untuk mengubahnya
(dengan atau tanpa dengan kekerasan).

2. UNSUR DALAM IDEOLOGI
Koento Wibisono ialah dosen (1958-sekarang) dan guru besar (1985-sekarang) di
UGM menemukan tiga unsur esenial yang termuat didalam ideologi, yaitu:
1. Keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya gagasan
vital yang sudah diyakini kebenaranya untuk dijadikan dasar dan arah stategi bagi

tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
2. Mitos, dalam bahwa setiap konsep ideology selalu memitoskan suatu ajaran yang
secara optimik dan deterministik pasti akan menjamin tercapainya tujuan melalui
cara-cara yang telah ditentukan pula.
3. Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut keterlibatan optimal
atas dasar loyalitas dari para subyek penduduknya.
3. FUNGSI IDEOLOGI
Soerjanto Poespowardojo ialah guru besar di Universitas Indonesia (1990)
menemukan ada enam fungsi ideologi, yaitu:
1. Memberikan struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat
merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadiankejadian dalam alam sekitarnya.
2. Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna
serta menunjukan tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Memberikan norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang
untuk melangka dan bertindak.
4. Memberikan bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
5. Memberikan kekuasaan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang
untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Memberikan pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta mempolakan tingka lakunya sesuai dengan orientasi dan normanorma yang terkandung didalamnya.

4. SIFAT IDEOLOGI
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu :
1. Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga

mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah
milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam
dirinya.
2. Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila
bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi
realitas.
3. Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan
memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis,
demokrastis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara,
memperkuat relevansinya dari masa ke masa.
5. PERAN IDEOLOGI
1. Sebagai tanggapan dan jawaban atas kebutuhan kedudukan suatu kelompok dan
citra sosialnya
2. Untuk meneguhkan dan menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuangan suatu
kelompok
6. CIRI-CIRI IDEOLOGI
1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan
2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandanagn dunia, pandangan
hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara diamalkan dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan
berkorban.
2.3 HUBUNGAN ILMU DAN IDEOLOGI
Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang atau suatu objek yang disusun
sistematis, sedangkan ideologi ialah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Jadi dalam
ideologi terdapat ilmu yang tersusun secara sistematis yang berisi tentang ajaran, aliran,
haluan atau paham. Ilmu pengetahuan tidak lahir dari ruang hampa, Manusialah yang
menangkap gagasan dan realita serta melakukan rasionalisasi atas hal tersebut, Oleh
karenanya seorang ilmuwan tidak mungkin melepaskan diri dari kaitan nilai ideologis
yang mengikat dirinya.

Sejatinya ideologi adalah sekularisasi ilmu pengetahuan. Kemudian ideologi dalam
hubungannya dengan ilmu pengetahuan bisa dimengerti berkembang sebagai bentuk
pertentangan ilmu pengetahuan itu sendiri dan secara lanjut bisa disamakan dengan pradugaan atau elemen-elemen irasional yang mengganggu. Oleh karenanya bila metode
ilmiah diterapkan dengan betul maka diduga ideologi akan menjauh dan hilang. Ideologi
lebih menekankan sifat kesamaan dari ilmu pengetahuan daripada perbedaanperbedaannya, dengan demikian ideologi dan ilmu pengetahuan akan mempunyai basis
bersama dalam sudut pandang mengenai golongan yang menciptakannya maka dalam hal
ini ideologi tidak dapat diatasi oleh pengetahuan dan ilmu pengetahuan sendiri dapat
menjadi ideologis. Ideologi terkait dengan kuasa dan ilmu pengetahuan pun menyediakan
kuasa. Hubungan yang kuat akan terbangun di antara kuasa dan ilmu pengetahuan. Kuasa
dan ilmu pengetahuan merupakan dua sisi yang menyangkut proses yang sama.
Tidak mungkin pengetahuan itu netral dan murni. Ilmu Pengetahuan selalu bersifat
politis, tetapi bukan karena mempunyai konsekuensi-konsekuensi politis atau dapat
dipergunakan dalam percaturan politik, melainkan karena ilmu pengetahuan
dimungkinkan oleh relasi kekuasaan yang dibangun atas sebuah ideologi tertentu. Oleh
karenanya tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat menciptakan dasar kemungkinannya
sendiri, sebuah ilmu pengetahuan dimungkinkan oleh akibat transformasi diantara relasi
kekuasaan.
Sehingga menjadi tugas dari semua ilmuwan untuk melakukan demistifikasi ilmu dan
sekaligus menjauhkan ilmu dari melayani kepentingan ego. Laksana cacat bawaan,
ideologi selalu menyertai ilmu pengetahuan.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-cita yang mereka inginkan. Ideologi
merupakan sesuatu yang dihayati dan diresapi menjadi suatu keyakinan. Ideologi
merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk
mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin
tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
http://marskrip.blogspot.co.id/2009/12/ideologi-dan-ruang-lingkupnya.html
http://suryanusa.blogspot.co.id/p/ideologi.html
http://kmplnmakalah.blogspot.co.id/2012/10/makalah-ideologi.html
http://buku.kompas.com/Produk/Buku/Technical/Filsafat-Ilmu-Pengetahuan.aspx
http://addank47.blogspot.co.id/2013/11/ciri-ciri-ilmu.html
http://www.dosenpendidikan.com/10-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli/
http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-ilmu-pengetahuan-fungsi.html#