PERAN HUKUM TELEKOMUNIKASI TERHADAP IMPLIKASI KONVERGENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PERAN HUKUM TELEKOMUNIKASI TERHADAP IMPLIKASI KONVERGENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Danrivanto Budhijanto
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Abstract
The implication of Information and Communication Technologies (ICT) convergence toward national legislation in the framework of ICT development requires understanding of basic principles in tec- hnology, industrial, and regulation aspects. The importance of establishing legal convergence con- cept is aimed at anticipating the implication of ICT convergence in regard to support Indonesian development in accordance with the role of technology in modern era especially for human life and its implication to their environment. This understanding will encourage the process of establishing legislation which governs all concerns which is closely relevant to regulated sectors or issues in such legislation particularly in telecommunications sector, in which such legislation becomes a regulation in accordance with the function of law. The legislation approach, regulation approach, and self- regulatory approach might be used to anticipate the ICT convergence implications.
Keywords: convergence, regulation, telecommunications
Abstrak
Implikasi dari konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap peraturan perundang- an-undangan nasional dalam kerangka pembangunan TIK memerlukan pemahaman terhadap prinsip- prinsip dasar dari aspek teknologi, industri, dan regulasi. Urgensi pembentukan konsep konvergensi hukum adalah untuk mengantisipasi implikasi dari konvergensi TIK sebagai upaya untuk mendorong pembangunan di Indonesia, terkait dengan peran teknologi dalam kehidupan manusia dan dampaknya bagi lingkungan hidupnya dalam abad modern. Pemahaman dimaksud akan mendukung proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang mengatur keseluruhan kepentingan dan terkait erat dengan sektor-sektor pengaturannya atau permasalahan-permasalahan dalam perundangan- undangan, khususnya sektor telekomunikasi dimana undang-undang dimaksud menjadi suatu regulasi sesuai dengan fungsi dari hukum. Pendekatan perundang-undangan, pendekatan regulasi dan pendekatan swa-regulasi dapat digunakan untuk mengantisipasi dampak dari konvergensi TIK.
Kata kunci: konvergensi, regulasi, telekomunikasi.
Pendahuluan
kasikan secara umum sebagai teknologi teleko- Istilah “konvergensi” (convergence) dipa-
munikasi/komunikasi (communication), kompu- hami sebagai proses dari suatu kondisi yang
terisasi atau komputasi (computing) dan isi atau menghubungkan dengan erat faktor perubahan
muatan (content). 2 Konvergensi teknologi infor- teknologi dan faktor peningkatan lingkup ekono-
masi dan komunikasi meliputi integrasi perang- mi secara langsung, ditemui dua atau lebih pro-
kat keras dan perangkat lunak teknologi infor- duk atau layanan yang sebelumnya diselengga-
masi ke dalam sistem telekomunikasi, digitalisa- rakan oleh beberapa entitas perusahaan yang terpisah dan kemudian diselenggarakan oleh sa-
1 tu entitas perusahaan yang sama. Angeline Lee, “Convergence in Telecom, Broadcasting Lee member- and it: A Comparative Analysis of Regulatory Approaches
kan pemahaman kegiatan konvergensi (conver- in Malaysia, Hong Kong and Singapore”, Singapore Jour- nal of International and Comparative Law, Vol. 5 Issue
gence) dalam teknologi adalah teknologi-tekno- 2, 2001, Singapore: National University of Singapore, logi utama yang saling berkonvergensi dikualifi-
hlm. 675-676; Report of OECD Roundtable on Regulation and Competition Issues in Broadcasting in the Light of
Convergence DAFFE/CLP(99)1, 1999, hlm. 78-81. (salin- Harry Newton, 2002, Newton’s Telecom Dictionary 18 th
an dimaksud dapat diunduh pada laman OECD: http:// Edition, New York: CMP Books, hlm. 185.
www.oecd.org/daf/clp/Roundtables.)
Peran Hukum Telekomunikasi terhadap Implikasi Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi 135
si jaringan, serta peningkatan jaringan internet. Faktor perubahan teknologi yang dikenal Pemahaman konvergensi, bahkan meliputi pula
dengan teknologi digitalisasi (digitalisation/di- hal di luar teknologi, seperti gejala konvergensi
gitalization) merupakan suatu proses transisi antar sistem ekonomi serta pola pengaturan
dari teknologi analog menjadi teknologi digital konstitusional mengenai dinamika perekonomian
dan penyampaian informasi dalam format ana- dalam masyarakat. 3 log menjadi format biner (binary), ternyata te-
Penulisan ini mendasarkan pada hasil pe- lah memungkinkan semua bentuk-bentuk infor- nelitian dengan obyek penelitiannya adalah im-
masi (suara, data dan video) untuk disampaikan plikasi konvergensi dari teknologi informasi dan
melintasi jenis jaringan yang berbeda. 9 Pada komunikasi terhadap sektor industri telekomuni-
masa lalu, jaringan telepon (telephone net- kasi dan peran hukum telekomunikasi, serta re-
works) hanya dirancang untuk transmisi dari dua gulasinya dalam mengantisipasi implikasi dimak-
jurusan yang terbatas pada penyampaian suara sud. Metode penelitian yang digunakan bersifat
dan data dan jaringan siaran (broadcasting net- deskriptis analitis dengan pendekatan yuridis
works) dibatasi pula hanya untuk transmisi sea- dan didukung pula oleh metode-metode sejarah
rah (one-way transmission) untuk tayangan vi- hukum, perbandingan hukum dan hukum yang
deo dengan memanfaatkan spektrum radio. 10 akan datang. 4
Digitalisasi telah dengan cepat mengubah Teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
kondisi jaringan dimaksud di atas. Jaringan tele- atau information and communication technolo-
komunikasi dan penyiaran menjadi menyatu da- gy (ICT) dapat dikategorisasi menjadi teknologi
lam layanannya. 11 Jaringan telekomunikasi dan telekomunikasi, teknologi penyiaran dan aplika-
jaringan siaran saat ini mempunyai kemampuan
untuk membawa transmisi dua arah secara seka- sektoral yaitu telekomunikasi (telecommunica-
si teknologi informasi. 5 Dalam industri-industri
ligus untuk suara, data dan video. 12 Teknologi tions/ communication), komputasi (computing)
kompresi digital telah juga meningkatkan ka- dan penyiaran (broadcasting) diindikasikan bah-
pasitas untuk membawa informasi di dalam ja- wa yang menyebabkan terkonvergensinya ketiga
ringan dan memungkinkan lebih banyak infor- industri dimaksud adalah beberapa faktor-fak-
masi untuk dikirimkan melalui bandwidth atau tor, yaitu: 6 teknologi digitalisasi (digitalizati-
spektrum yang sama. 13 Perubahan teknologi di- on); 7 turunnya harga perangkat komputasi; ter-
maksud telah mendorong penciptaan baru, la- kuranginya biaya yang muncul dari penggunaan frekuensi atau bandwidth; dan kompetisi Indus-
of Law and Technology, Vol. 12 Issue 1, 2010, New Ha- tri telekomunikasi. 8 9 ven: Yale Law School, hlm. 87.
Lihat David O’Donnell and Lars Bo Henriksen, “Philoso- phical Foundations for Critical Evaluation of the Social
Impact of ICT”, Journal of Information Technology, Vol Yochai Benkler, “Some Economics Of Wireless Communi-
17 Number 2, 2002, England: Palgrave Macmillan, hlm. cations”, Harvard Journal of Law & Technology, Vol. 16
95; Kennedy and Pastor, 1996, “Telecommunication Ser- Number 1, 2002, Cambridge: Harvard Law School, hlm.
vices: What They Are and How They Work” Bab I dari 4 73.
buku An Introduction to International Telecommunica- CFG Sunaryati Hartono, 2006, Penelitian Hukum di Indo-
tions Law, Boston: Artech House Inc.; Collin R. Black- nesia pada Akhir Abad Ke-20, Bandung: Alumni, hlm.
man, “Convergence between Telecommunications and 5 144-146.
Other Media”, Telecommunications Policy, Vol. 22 Num- Danrivanto Budhijanto, 2010, Hukum Telekomunikasi,
10 Penyiaran dan Teknologi Informasi: Regulasi & Konver- ber 3, 1998, Amsterdam: Elsevier Publishing, hlm. 164. Bruno Latour, “Morality and Technology: The End of the gensi Bandung: Refika Aditama, hlm. 260.
Means”, Theory, Culture and Society Journal, Vol. 19 6 Angeline Lee, Loc.Cit; Dan Jerker B. Svantesson, "Bor-
ders On, or Border Around–the Future of the Internet", 11 Number 5/6, 2002, London: SAGE, hlm. 249. Patricia Sanchez Abril, “A (My)Space of One's Own: On
Albany Law Journal Science and Technology, Vol. 16 Privacy and Online Social Networks“, Northwestern Number 343, 2006, Albany: Albany Law School of Union
Journal of Technology and Intellectual Property. Vol. 6 7 University, hlm. 345.
Number 1, 2007, Chicago: Law School of Northwestern Matthew Bloom, “Pervasive New Media: Indecency Regu-
12 lation and the End of Distinction Between Broadcast University, hlm. 73. Dan L. Burk, “Law as a Network Standard”, Yale Journal Technology and Subscription-Based Media”, Yale Journal
of Law and Technology, Vol. 8 Issue 1, 2006, New Ha- of Law and Technology, Vol. 9 Issue 1, 2007, New, Ha-
13 ven: Yale Law School, hlm. 85. 8 ven: Yale Law School, hlm. 111-113.
Daniel B. Levin, “Building Social Norms on the Internet”, John Blevins, "Death of The Revolution: The Legal War
Yale Journal of Law and Technology, Vol. 4 Issue 1, On Competitive Broadband Technologies", Yale Journal
2002, New Haven: Yale Law School, hlm. 116.
136 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 1 Januari 2014
yanan interaktif, layanan multimedia seperti 'vi- suatu peningkatan tingkat kompetisi (level of deo on demand', teleshopping, telebanking dan
competition) secara keseluruhan, ketika sebe- games (permainan) interaktif, serta pengemba-
lumnya hanya berbentuk halangan kompetisi ngan pita lebar (broadband), sistem komunikasi
yang rendah kemudian beralih kondisinya ketika dan informasi interaktif berkecepatan tinggi (in-
perusahaan pendatang baru masuk ke dalam pa- formation superhighways). 14 sar dan menjadi peserta potensial di pasar yang
Interaktivitas (interactivity) adalah ka- telah terkonvergensi dimaksud; 18 ketiga, kon- rakteristik pembeda dari konvergensi teknologi
vergensi memberikan tekanan untuk perubahan dalam suatu layanan jaringan baik telekomuni-
atas rezim regulasi atau pengaturan yang telah
ada; 19 dan keempat, konvergensi secara tipikal- lain dari konvergensi adalah perangkat terminal
kasi maupun penyiaran. 15 Karakter pembeda
nya telah mengarahkan kepada produk dan la- pengguna (handset atau gadget) yang berevolusi
yanan baru yang disediakan. 20 sangat luar biasa dari waktu ke waktu seperti
Kewenangan pengaturan telekomunikasi (TV, komputer, telpon genggam, smart-phone,
dan penyiaran di bawah rezim pengaturan yang
terpisah menganut pemisahan regulator (regula- menyampaikan sekaligus layanan untuk suara,
PDA-Personal Digital Assistants) 16 yang mampu
tory authority) untuk telekomunikasi dan penyi- data dan video bagi penggunanya.
aran. 21 Konvergensi teknologi memberikan teka- Faktor peningkatan lingkup ekonomi yang
nan, agar dilakukan pengubahan pemahaman merupakan dampak dari munculnya konvergensi
kewenangan regulator, hal dimaksud didasarkan telah pula diindentifikasikan oleh Organisation
kepada argumentasi untuk menghindarkan ada- for Economic Co-operation and Development
nya kemungkinan pengaturan/regulasi yang (OECD). OECD sebagaimana dimuat dalam Re-
tumpang-tindih, konflik antara kedua rezim re- port of OECD Roundtable on Regulation and
gulasi dan perbedaan penafsiran atas pemenuh- Competition Issues in Broadcasting in the Light
an hak dan kewajiban dalam perizinan, dan re- of Convergence DAFFE/ CLP(99)1 (1999) mengi-
gulasi kompetisinya. 22 Seiring dengan layanan dentifikasikan empat implikasi konvergensi ter-
yang terkonvergensi, maka definisi tradisional hadap perekonomian, yaitu: pertama, konver-
dari telekomunikasi dan penyiaran dalam gensi terhadap perubahan struktur pasar yang
menyi-arkan dari satu titik untuk telekomunikasi menjadikan perusahaan yang sudah ada (incum-
dan menuju pola multipoint untuk penyiaran bent/existing) mencari upaya untuk memasuki
menja-dikan transmisi untuk sinyal tidak lagi pasar baru yang terkonvergensi dan perusahaan
dapat berkesinambungan ketika diterapkan pendatang baru (new entrants) mencari pula upaya untuk memasuki pasar yang sudah ter-
An Example from Private International Law”, Cardozo konvergensi melalui investasi baru ataupun
Journal of International and Comparative Law, Vol. 13 Issue 2, 2005, New York: Benjamin N. Cardozo School of
penggabungan (merger, akuisisi dan konsolida-
Law, hlm. 545.
si); 17
kedua, konvergensi bisa mendorong kearah 18 Anthony Ciolli, "Technology Policy, Internet Privacy, And The Federal Rules Of Civil Procedure", Yale Journal of
Law and Technology, Vol. 11 Issue 1, 2009, New Haven:
19 Stephen M. McJohn, “A New Tool for Analyzing Intellec- Yale Law School, hlm. 188. Benedict Kingsbury, "The Concept of ‘Law’ in Global Ad- tual Property”, Northwestern Journal of Technology and
ministrative Law", New York University Public Law and Intellectual Property, Vol. 5 Issue 1, 2006, Chicago:
Legal Theory Working Papers, Number 09-29, 2009, New Northwestern University School of Law, hlm. 101.
York: New York University School of Law, hlm. 7-9. 15 Dan Jerker B. Svantesson, “Geo-location Technologies
20 Ken S. Myers, “Wikimmunity: Fitting The Communica- and Other Means of Placing Borders On the 'Borderless'
tions Decency Act To Wikipedia”, Harvard Journal of Internet”, The John Marshall Law Journal of Computer
Law & Technology, Vol. 20 Number 1, 2006, Cambridge: and Information, Vol. 23 Issue 1, 2004, Chicago: The John Marshall Law School, hlm. 102-103.
21 Harvard School of Law, hlm. 166-168.
Timothy D. Casey and Jeff Magenau, “A Hybrid Model of Brett H. McDonnell, “Convergence in Corporate Gover-
Self-Regulation and Governmental Regulation of Electro- nance”, Villanova Law Review, Vol. 47 Issue 2, 2002,
nic Commerce”, Santa Clara Computer & High Techno- Villanova: Villanova University School of Law, hlm. 341-
logy Law Journal, Vol. 19 Issue 1, 2003, Santa Clara: 342; S Alsop, 'A Handful of Convergence', Fortune Ma-
Santa Clara University School of Law, hlm. 3. 17 gazine, 12 Nov 2001.
22 Lihat OECD, Loc Cit. dan White, “Closing the Regulatory Fabio Morosini, “Globalization & Law: Beyond Tra-
Gap”, International Telecoms Review, Vol. 8, 1999, ditional Methodolgy of Comparative Legal Studies and
London: Euromoney Publication, hlm. 21-22.
Peran Hukum Telekomunikasi terhadap Implikasi Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi 137
untuk baru layanan interaktif yang dua jurusan atas proses yang sedang berjalan dari konver-
seperti vi-deo on demand. 23 Pemerintah
gensi. 27
Kerajaan Inggris
Green Paper, meskipun dimuat beberapa Telekomunikasinya
dan
Regulator
potensi yang berdampak negatif dari kebijakan menerbitkan pula beberapa tulisan pemi-kiran
penerapan konvergensi, namun European Com- tentang hal-hal dimaksud seperti: UK DTI-DCMS
mission tetap memiliki keyakinan bahwa pe- Communications White Paper, A New Fu-ture
manfaatan teknologi dan ekspektasi “utopia” for Communications, Dec 2000; UK DTI Green
dari masyarakat informasi dapat diwujudkan da- Paper, Regulating Communications: The Way
lam suatu refleksi atas fenomena konvergensi. 28 Ahead, Results of the Consultation on the
Pada banyak negara-negara maju ditemui fakta, Convergence Green Paper, 1999; UK DTI Green
bahwa konvergensi media telah terjadi dan dila- Paper, Regulating Communications: Approach-
kukan melalui berbagai tingkatan konvergensi ing Convergence in the Information Age, 1998;
yang mencakup: infrastruktur, 29 transportasi, OFTEL's Response to the DTI/DCMS Statement:
manajemen, 30 layanan, 31 dan jenis-jenis data. 32 Regulating Communications: The Way Ahead,
Negara-negara dimaksud terbagi berdasar- Aug 1999 and OFTEL's Response to the UK Green
kan persepsi dan pengkajian mereka untuk per- Paper - Regulating Communications: Approach-
luasan dan peningkatan kecepatan perubahan di ing Convergence in the Information Age, Jan
mana konvergensi media akan berlangsung. 33 1999. 24
Mereka juga memiliki pandangan berbeda terha- Konvergensi menjadi perhatian yang luar
dap dampak konvergensi terhadap aspek ekono- biasa dalam industri media dan badan regulator
mi dan sosial yang akan mereka hadapi. 34 Inggris di negara-negara Eropa Barat terutama dampak
dan Amerika Serikat adalah contoh dari negara
yang menyakini bahwa konvergensi media men- Commission sebagai contoh telah menerbitkan beberapa tulisan tentang kebijakan dan melaku-
yang dimunculkan oleh konvergensi, 25 European
27 Bruce Abramson, “From Investor Fantasy To Regulatory kan konsultasi publik terhadap hal dimaksud. 26 Nightmare: Bad Network Economics And The Internet’s Inevitable Monopolists”, Harvard Journal of Law &
Semenjak munculnya manfaat secara ekonomis Technology, Vol. 17 Number 1, 2003, Cambridge: Har- yang sangat besar, daya saing dan kesempatan
28 vard School of Law, hlm. 187. Joseph Farrell & Philip J. Weiser, “Modularity, Vertical penciptaan profesi baru dari kegiatan konver-
Integration, And Open Access Policies: Towards A Con- gensi, maka European Commission berupaya un-
vergence Of Antitrust And Regulation In The Internet Age”, Harvard Journal of Law & Technology, Vol. 17
tuk melakukan penyesuaian kerangka pengatur- Number 1, 2003, Cambridge: Harvard School of Law, annya (regulasi) untuk memberikan dukungan
29 hlm. 93. Hannibal Travis, "The Future According To Google: Tech- nology Policy From The Standpoint Of America's Fastest-
Growing Technology Company", Yale Journal of Law And Paul Lanois, “Caught in the Clouds: The Web 2.0, Cloud
Technology. Vol. 11 Issue 1, 2009, New Haven: Yale Law Computing, and Privacy?”, Northwestern Journal of
30 Technology and Intellectual Property, Vol. 9 Issue 2, School, hlm. 222. Timothy K. Armstrong, “Digital Rights Management And 2010, Chicago: Northwestern University School of Law,
The Process Of Fair Use”, Harvard Journal of Law & 24 hlm. 29-30.
Technology, Vol. 20 No 1, 2006, Cambridge: Harvard Salinan dari tulisan-tulisan UK DTI dan OFTEL dimaksud
School of Law, hlm. 81.
dapat diunduh melalui laman http://www.dti.gov.uk/ 31 Henry R. Herzfeld and Frans G. von der Dunk, “Bringing 25 converg/ and http://www.oftel.gov.uk
Space Law into the Commercial World: Property Rights Bradley F. Abruzzi, “Copyright, Free Expression, and the
without Sovereignty”, Chicago Journal of International Enforceability of Personal Use-Only and Other Use-Res-
Law. Vol. 6 Number 1, 2005, Chicago:The University of trictive Online Terms of Use”, Santa Clara Computer & High Technology Law Journal, Vol. 26 Number 1, 2009,
32 Chicago Law School, hlm. 81-82. Jonathon W. Penney, “Privacy and the New Virtualism”, Santa Clara: Santa Clara University School of Law, hlm.
Yale Journal of Law and Technology, Vol. 10 Issue 1, 26 85. The European Commission, the Green Paper on Conver-
33 2008, New Haven: Yale Law School, hlm. 201. Jay P. Kesan and Carol M. Hayes, “Mitigative Counter- gence Desember 1997, ringkasannya dapat diunduh me-
striking: Self-Defense And Deterrence In Cyberspace”, lalui laman <http://www.ispo.cec.be/convergencegp/
Harvard Journal of Law & Technology, Vol. 25 Number gpworkdo.html>; Anthony Ciolli, "Technology Policy,
2, 2012, Cambridge: Harvard School of Law, hlm. 541. Internet Privacy, And The Federal Rules Of Civil Pro-
34 Ryan Roemer, “The Digital Evolution: Freenet and the cedure," Yale Journal of Law and Technology, Vol. 11
Future of Copyright on the Internet”, UCLA Journal of Issue 1, 2009, New Haven: Yale Law School, hlm. 176-
Law and Technology, Vol. 6 Issue 2, 2002, Los Angeles: 177.
UCLA Berkeley Law School, hlm. 2-3.
138 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 1 Januari 2014
janjikan peningkatan perekenomian mereka, ka- dungan konsumen. Konvergensi TIK memiliki ba- renanya mereka begitu aktif memberlakukan
nyak dimensi dan berujung pada perdagangan, kebijakan dan kerangka pengaturan baru agar
serta berlangsung dengan beragam kecepatan lebih kompatibel dengan fenomena konvergen-
pencapaian tujuan. Konvergensi juga selalu dii- si. 35
ringi oleh divergensi dan perkembangan disin- Era konvergensi communication, compu-
tegrasi sebagaimana halnya konvergensi dan in- ter, contents dan community (4C) mendorong
tegrasi; tren teknologi dan tren pasar dapat jadi proses globalisasi layanan telekomunikasi dan
sangat berbeda; dan proses konvergensi masih informasi. Ini akan mempercepat borderless
jauh dari selesai dan karenanya menjadi tunduk
pada perubahan yang tidak terduga. 42 Upaya an- kan mendorong informasi, industri, investasi
world (dunia tanpa batas). 36 Era konvergensi a-
tisipasi terhadap implikasi konvergensi TIK da- dan pelanggan perorangan (information, indus-
pat dilakukan dengan menggunakan instrumen try, investment and individual customers dike-
hukum dan regulasi. 43
nal dengan 4-i) tanpa batas. 37 Kondisi demikian
akan mengakibatkan tarik-menarik dalam 4-i ini
Tujuan Regulasi
antara kepentingan nasional dan kepentingan Penjelasan mengenai tujuan regulasi dan pihak-pihak lain dalam dunia global.
kondisi yang melatarbelakanginya, dapat diam- bil perbandingan dari contoh kasus yang terjadi
Implikasi Konvergensi Teknologi Informasi dan 44 di Amerika Serikat. Insentif pasar, di Amerika
Komunikasi terhadap Hukum dan Regulasi
Serikat, mendorong AT&T menolak berhubungan TIK memunculkan implikasi atau permasa-
dengan jaringan yang lebih kecil (lokal dan ja- lahan baru yang perlu mendapat pengaturan hu-
rak jauh), sementara interkoneksi dikehendaki
secara umum. Ini adalah alasan pertama meng- si (privacy), 39 perlindungan terhadap Hak Keka-
kumnya, termasuk keamanan (security), 38 priva-
apa regulasi di tingkat daerah dan negara bagi- yaan Intelektual (Intellectual Property Rights
an dibebankan untuk melakukan pengalihan in-
protection), 40 perizinan (licensing) 41 dan perlin-
terkoneksi jaringan telekomunikasi. Beberapa pasar penyedia jasa telekomunikasi mengarah
pada tren bahwa hanya ada satu operator saja Lee Tien, “Architectural Regulations and the Evolution
of Social Norms”, Yale Journal of Law and Technology, yang dapat bertahan. Harga-harga monopoli Vol. 7 Issue 1, 2005, New Haven: Yale Law School, hlm.
diprediksikan tinggi, dan koneksi jarak jauh AT 12-13; Legal Advisory Board, 1999, Position paper on
the Green Paper on the convergence of the telecom- &T pada masa ini juga tinggi. Hal ini menye- munication, media and information technology sectors,
babkan pembenaran atas regulasi tersebut, 36 Brussels: European Commission, hlm. 1. Cermati Kenichi Ohmae, 1990, The Borderless World,
karena entri gratis tampaknya meningkatkan se- London: Collins; Paul S. Berman, “From International
jumlah pesaing di pasar-pasar penyedia jasa. Law to Law and Globalization”, Columbia Journal of
Transnational Law, Vol. 43 Number 2, 2005, New York: Alasan kedua dan alasan ketiga (deviasi Columbia Law School, hlm. 511.
dari efisiensi sosial yang dikehendaki dan perbe- Ralf Michaels, “Two Paradigm of Jurisdiction”, Michigan
Journal of International Law, Vol. 27, Number 1, 2006, daan antara nilai telekomunikasi sosial dan u- Michigan: The University of Michigan Law School, hlm.
mum) secara umum disampaikan setelah regula- 38 1057. Micah Schwalb, “Exploit Derivatives and National Securi-
si ditetapkan. Pada tahun 1960-an, para regula- ty”, Yale Journal of Law and Technology, Vol. 9 Issue 1, 2007, New Haven: Yale Law School, hlm. 166-167.
tor tidak mengizinkan adanya kenaikan pada ja- 39 Sonia K. Katyal, “Privacy vs. Piracy”, Yale Journal of Law and Technology, Vol. 7 Issue 1, 2005, New Haven:
42 Anders Henten, Rohan Samarajiva, dan William H. Melo- 40 Yale Law School, hlm. 251.
43 Henry E. Smith, “Intellectual Property as Property: Deli- dy, Ibid. Kieran Tranter, “Nomology, Ontology, and Phenomeno- neating Entitlements in Information”, Yale Law Journal,
logy of Law and Technology”, Minnesota Journal of Vol. 117 Pocket Part 87, 2007, New Haven: Yale Law
Law, Science & Technology, Vol. 8 Issue 2, 2007, Minne- 41 School, hlm. 1819.
sota: University of Minnesota Consortium on Law and Catherine Valcke, “Comparative Law as Comparative Ju-
Values in Health, Environment & the Life Sciences, hlm. risprudence-The Comparability of Legal Systems”, Ame-
467-468.
rican Journal of Comparative Law, Vol. 52 Number 3, 44 Henry E. Smith, “Governing the Tele-Semicommons”, 2004, Baltimore: The American Society of Comparative
Yale Journal on Regulation, Vol. 22 Issue1, 2005, New Law, hlm. 724.
Haven: Yale Law School, hlm. 293.
Peran Hukum Telekomunikasi terhadap Implikasi Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi 139
sa dasar lokal dalam usaha mereka memperoleh Pembukaan monopoli telekomunikasi na- “layanan universal”, misalnya memasukkan se-
sional menjadi sebuah persaingan seringkali di- banyak mungkin konsumen dari kalangan rumah
pahami sebagai suatu proses deregulasi. Pembu- tangga ke dalam jaringan telekomunikasi. Pada
kaan dimaksud muncul secara mengejutkan di dasarnya hal ini dikehendaki, meski secara alo-
kebanyakan negara yang menjalankan reformasi kasi tidak efisien. Kemampuan pelanggan mene-
pembukaan pasar. Liberalisasi atas monopoli se- rima panggilan dan membuat panggilan darurat
macam itu telah dikombinasikan dengan penga- pun memiliki sebuah peran dalam tujuan mewu-
dopsian rezim penentu regulasi yang cerdas. 46 judkan layanan universal. Layanan telekomuni-
Alasan atas hal dimaksud adalah bahwa liberali- kasi dasar kini disadari perlu dan harganya yang
sasi menunjukkan penghapusan hak-hak mono- murah, serta penyediaannya yang menyebar di-
poli dan beberapa kontrol regulator yang be- jamin oleh regulasi.
kerja, selain itu, juga diperlukan pengadopsian Alasan keempat, para regulator dapat
permintaan regulator dirancang untuk mence- membantu industri memperoleh kecocokan tek-
gah penyelewengan pada pihak incumbent, di- nis dan menghindari fragmentasi yang dibatasi
karenakan saham pasar yang luas mulanya di- dalam aplikasinya. Dalam sebuah industri
pegang oleh incumbent dan fitur-fitur sektor te- jaring-an, kesesuaian teknis menjadi penting
lekomunikasi yang spesifik (khususnya bagi pe- karena membuat semua pengguna memperoleh
main baru yang harus bergantung pada infra- keun-tungan penuh dari penggabungan jaringan
struktur jaringan yang biasanya dimiliki para in- dari-pada keuntungan dimana mereka hanya
cumbent) terdapat risiko serius bahwa liberali- men-daftar pada suatu jaringan. Kenyataannya,
sasi tidak akan cukup menciptakan pasar yang
bersaing penuh. Terlebih lagi ketika sektor yang transmisi suara dan pada data protokol lebih
stan-dar kesesuaian secara de facto pada
dimonopoli terbuka untuk persaingan, akan ter- tinggi
dapat risiko dimana kewajiban pelayanan publik monopoli AT&T di periode sebelum 1984, juga
men-jadi meluas sebagai
warisan
tidak lagi memuaskan dilakukan oleh operator karena adopsi pro-tokol internet dibuat dengan
yang hanya akan terpusat pada segmen pasar tunjangan peme-rintah asalkan dapat diterima
yang lebih menguntungkan. Kebanyakan pakar umum. Persyarat-an regulasi khusus untuk
menyadari bahwa dua alasan rasional utama interkoneksi dan pada level transmisi suara.
terhadap regulasi yaitu: 47 memaksimalkan efi- Tidak terdapat kebutuhan regulasi penyesuaian
siensi ekonomi dengan mengontrol kekuatan pa- di banyak wilayah, terma-suk perlengkapan
sar (regulasi ekonomi), dan memastikan penye- tanpa kabel (wireless), pesan teks wireless,
diaan kewajiban jasa universal, juga melaksana- data protokol yang lebih tinggi, interface. 45 kan hak-hak perlindungan pelanggan dan lingku-
Kasus Indonesia, sebagaimana perubah-
ngan (regulasi sosial).
an yang dialami teknologi dan populasi, bebera- Mengontrol kekuatan pasar selalu menjadi pa pasar yang telah melakukan monopoli alami
inti sasaran regulasi ekonomi. Prosser dalam bu- di masa lalu, akan lebih baik jika membiarkan
kunya “Law and the Regulators”, menyarankan adanya persaingan pada pasar tersebut dengan
bahwa regulasi ekonomi melibatkan dua tugas menerapkan regulasi yang ada. Hal ini akan nya-
ta terlihat, pertanyaan akan kebutuhan regulasi 46 Robert D. Atkinson and Daniel D. Castro, “A National Technology Agenda for the New Administration”, Yale
dalam beragam pasar telah diajukan berulang Journal of Law and Technology, Vol. 11 Issue 1, 2009, kali, menghasilkan deregulasi yang progresif.
New Haven: Yale Law School, hlm. 191; lihat juga C. Long (ed), 1990, Telecommunication Law and Practice, 47 New York: Sweet & Maxwell
Prinsip Regulasi
T. Prosser, 1994, Law and the Regulators (Oxford: Cla- rendon Press, 1997). Lihat juga, A. Ogus, Regulation–Le-
gal Form and Economic Theory Oxford: Clarendon Press; Mark Burdon, “Contextualizing the Tensions and Weak-
C. Mc Crudden, “Social Policy and Economic Regulators: nesses of Information Privacy and Data Breach Notifica-
the Reform of Utility Regulation’, in Mc Crudden (ed.), tion Laws”, Santa Clara Computer & High Technology
1997, Regulation and Deregulation – Policy and Practice Law Journal, Vol. 27 Issue 1, 2010, Santa Clara: Santa
in the Utilities and Financial Services Industries Oxford: Clara University School of Law, hlm. 63.
Clarendon Press.
140 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 1 Januari 2014
berbeda. 48 Pertama, regulasi monopoli yang me- kan), 51 karena itu, pengadopsian penyediaan la- libatkan “peniruan efek kekuatan pasar dengan
yanan universal akan dibenarkan dengan adanya menerapkan kontrol terhadap harga-harga dan
kebutuhan penyediaan akses pada jasa dasar layanan”. Tugas ini mungkin menyimpan bebe-
publik bagi seluruh kalangan, secara independen rapa kepentingan dalam konteks liberalisasi,
dari tingkat kesejahteraan dan lokasi mereka. meski sering diasosiasikan dengan regulasi “gaya
Sebagai tambahan pada kewajiban layanan uni- lama”, bahkan salah satu karakter spesifik dari
versal, regulasi sosial pun dapat digunakan un- proses liberalisasi Uni Eropa adalah berlangsung
tuk mempromosikan perlindungan lingkungan secara progresif. Beberapa segmen pasar akan
dan perlindungan pengguna. dibuka untuk persaingan, yang lainnya tetap
Telah disarankan bahwa tujuan regulasi berada dalam control monopoli untuk beberapa
ekonomi (misal mengatur kekuatan pasar) da- saat, terlebih lagi selama incumbent menjadi
pat diperoleh melalui aplikasi aturan-aturan dominan, beberapa bentuk klasik intervensi re-
persaingan industri, karenanya tidak dibutuhkan gulasi, seperti kontrol harga, mungkin dikehen-
pengadopsian regulasi sektor ekonomi yang spe- daki. Kedua, yang diidentifikasi Prosser adalah
sifik. Ini menjelaskan mengapa banyak negara regulasi persaingan yang melibatkan “pencipta-
terlibat dalam liberalisasi pasar telekomunikasi an kondisi dimana persaingan dapat muncul dan
dipilih untuk melengkapi proses liberalisasi oleh diawasi demi meyakinkan bahwa kondisi ter-
beberapa regulasi sektor spesifik, akan tetapi e-
volusi pasar yang diliberalkan terhadap struktur dilihat berikut, aspek regulasi ini menunjukkan
sebut berkelanjutan”, 49 sebagaimana yang akan
pasar yang bersaing dan, dalam beberapa kasus, inti aktivitas pada fase awal liberalisasi sektor
tidak adanya hambatan, dapat mengarah pada telekomunikasi, yang telah melibatkan interven-
relaksasi progresif kerangka pengaturan sektor si yang cukup luas, seperti perbaikan kondisi in-
spesifik dan kepercayaan pada aturan-aturan terkoneksi dalam konteks persaingan, namun
persaingan serta prinsip-prinsipnya. 52 masih menjadi jaringan interdependen dan juga
Regulasi sektor spesifik, di kebanyakan menekankan pemisahan akunting dan prinsip-
negara, diperkuat oleh regulator sektor spesifik. prinsip alokasi dana (contoh untuk mencegah
Tugas utama dari regulator adalah liberalisasi subsidi silang). 50 Sebaliknya untuk regulasi eko-
mereka dari operator pasar dan kewenangan po- nomi, sasaran regulasi sosial tidak mempromosi-
litis, dibandingkan dengan Amerika Serikat di- kan efisiensi ekonomi tetapi didasarkan “pada
mana regulator independen telah ada sejak pe- keinginan menghindari distribusi yang tidak di-
riode New Deal. 53 Negara Anggota Uni Eropa kehendaki atas kesejahteraan dan kesempat-
sampai sekarang memiliki sedikit pengalaman an”. Tentu saja ketika perkenalan akan persa-
dalam pengadaan industri oleh agen indepen- ingan memiliki kontribusi terhadap alokasi sum-
den. Perbedaan pendekatan antara Amerika Se- ber yang lebih baik bagi para pengguna (karena
rikat dan Eropa secara mendasar menghasilkan subsidi silang akan secara progresif diakhiri dan
pilihan strategis yang dibuat pada periode ter- bea akan mendekati biaya sesungguhnya), tidak
dahulu dan setelah Perang Dunia II. Pada kedua ada kekuatan yang memastikan bahwa alokasi i- ni akan lebih adil dari sudut pandang distributif
51 Orna Rabinovich-Einy, “Balancing the Scales: The Ford- (bea dapat naik bagi yang mampu membayar ja-
Firestone Case, The Internet and the Future Dispute Re- solution Landscape”, Yale Journal of Law and Technolo-
sa tersebut pada kasus-kasus tertentu, jasa yang gy, Vol.6 Issue 1, 2004, New Haven: Yale Law School, tidak menghasilkan keuntungan akan dihenti-
52 hlm. 15. Paul S. Berman, “From International Law to Law and Globalization”, Columbia Journal of Transnational Law,
Vol. 43 Number 2, 2005, New York: Columbia Law 49 T. Prosser, Op Cit, hlm. 5.
53 Lihat Prosser, 1997, Law and the Regulators, Oxford: School, hlm. 489. Miro Cerar, “The Relationship Between Law and Poli- 50 Clarendon Press.
tics”, Annual Survey of International Comparative Law, Peter Eckersley, “Virtual Markets For Virtual Goods: The
Vol. 15 Issue 1, 2009, San Fransisco: Golden Gate Uni- Mirror Image Of Digital Copyright?”, Harvard Journal of
versity School of Law, hlm. 21-22; S. Breyer, 1982, Re- Law & Technology, Vol. 18 Number 1, 2004, Cambridge:
gulation and Its Reform, Cambridge: Harvard University Harvard School of Law, hlm. 150.
Press.
Peran Hukum Telekomunikasi terhadap Implikasi Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi 141
benua, keperluan pada saat itu ada pada mono- rujuk pada pemisahan yang telah dibuat di ba- poli. Isu sentral adalah meyakinkan bahwa mo-
wah ini, institusi ini harus beralih dari “regula- nopoli semacam itu tidak menyalahi kekuasaan
tor monopoli” menjadi “regulator persaingan”. mereka akan kerugian pengguna, tetapi sebalik-
Sebaliknya pembukaan proses persaingan nya, dilakukan demi kepentingan rakyat. 54 yang dimulai di Inggris pada awal 1980-an dan Strategi ini dipilih di Amerika Serikat agar
diperluas ke seluruh Uni Eropa oleh Uni Europe- aktivitas monopoli dapat dikeluarkan oleh peng-
an Commision (dengan bentuk yang lebih prog- ambilalihan swasta dan menciptakan institusi
resif) beberapa tahun kemudian membutuhkan federal untuk mengawasi aktivitasnya. Pada a-
perubahan instruksional yang drastis. Badan-ba- rea telekomunikasi, Federal Communication
dan regulator independen harus terlibat untuk Commision (FCC) dibentuk pada pertengahan
menerapkan kerangka regulasi yang benar dia- tahun 1930-an dengan tujuan untuk melindungi
dopsi oleh institusi-institusi Uni Eropa. para pengguna dari AT&T yang pada saat itu melakukan monopoli baik pada pasar telekomu-
Paradigma Konsep Konvergensi dalam Tatanan
nikasi lokal maupun sambungan jarak jauh. Ins-
Hukum
titusi FCC dirancang sedemikian rupa agar dapat Perbedaan secara teori dan persepsi ter- memasuki wilayah kewenangan politis dan da-
hadap fenomena konvergensi menjadikan impli- pat independen dari perusahaan-perusahaan
kasi yang berbeda untuk institusi regulator keti- yang diaturnya. 55 Beberapa ahli menyarankan,
ka akan melakukan perancangan model dan sra- bahwa independensi regulator lebih kentara di-
tegi regulasi yang diinginkan. Model dan strategi banding keadaan sebenarnya sebagaimana di-
regulasi, secara umum dipahami dapat digolong- muat dalam teori Regulatory Capture. 56 kan menjadi tiga pendekatan utama. 57 Pende- Kebanyakan negara Eropa membuat pilih-
katan Pertama, pendekatan tidak melakukan a- an kebijakan yang berbeda. Mereka memutus-
pa-apa (do nothing approach) adalah pilihan kan bahwa cara yang paling sesuai untuk me-
yang diambil oleh mereka dengan kepercayaan mastikan bahwa monopoli dilakukan demi keba-
bahwa pengembangan masa depan dari konver- ikan adalah untuk menasionalisasikan perusaha-
gensi adalah tidak-pasti atau fenomena konver- an-perusahaan tersebut. Sejak monopoli dikon-
gensi adalah suatu pengembangan sejarah yang trol pemerintah (seringkali menjadi bagian dari
alami, sehingga tidak diperlukan untuk meru- kementrian), monopoli secara umum dianggap
muskan suatu model atau strategi regulasi baru tidak perlu mengembangkan mekanisme regulasi
di bawah pendekatan ini. Sebagian besar negara independen.
berkembang di dunia mengadopsi pendekatan i- Proses pembukaan pasar yang diawali di
ni, seperti Korea Utara, Vietnam dan Philipina Amerika Serikat pada akhir 1970-an tidak mem-
telah gagal untuk kategori ini, bahkan sesung- butuhkan modifikasi besar dalam kerangka ke-
guhnya fenomena konvergensi, bahkan tidak lembagaannya yang telah ada. Institusi federal
nampak dalam agenda reformasi regulasi tele- pada dasarnya mengadaptasi tujuan-tujuan me-
komunikasi dari negara-negara dimaksud. reka pada lingkungan persaingan yang baru. Me-
Pendekatan kedua, pendekatan gradual (gradualist approach) adalah pendekatan yang 54 Ralf Michaels, "Global Legal Pluralism", Michigan Journal
menitikberatkan kepada pengembangan model of International Law, Vol. 27 Number 1, 2006, Michigan:
pengaturan baru untuk layanan media dan in- 55 The University of Michigan Law School, hlm. 1065. Paul S. Berman, “From International Law to Law and Globalization”, Columbia Journal of Transnational Law,
57 Jennifer G. Hill, “The Persistent Debate about Conver- Vol. 43 Number 2, 2005, New York: Columbia Law
gence in Comparative Corporate Governance”, Sydney 56 School, hlm. 520.
Law Review, Vol. 27 Number 4, 2005, Sydney: Sydney Georges Stigler, “The Theory of Economic Regulation”,
University Law School, hlm. 751. Lihat European Com- Bell Journal of Economic Regulation, Vol. 2, Number 1,
mission, 1997, Green Paper on the Convergence of the 1971, Virginia: The RAND Corporation, hlm. 3-4; Sam
Media and Information Peltzman, “Toward a More General Theory of Regula-
Telecommunications,
Technology Sectors, and the Implications for Regulation tion”, Journal of Law and Economics, Vol. 19 Number 2,
towards an Information Society Approach, Brussels: 1976, Chicago: The Chicago University Press, hlm. 215.
European Commission.
142 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 1 Januari 2014
dustri yang terus meningkat sebagai dampak da- Pendekatan ketiga, pendekatan radikal ri fenomena konvergensi, misalnya layanan in-
(radical approach) adalah perubahan dari rezim ternet. Pendekatan ini adalah suatu pilihan logis
yang sudah ada dan mengadopsi suatu model se- yang dapat dikenali oleh mereka sebagai hasil
penuhnya baru untuk mengatur industri media, dari fenomena konvergensi, khususnya regulasi
serta layanannya. Pendekatan ini adalah didu- media secara tradisional tidak bisa secara lang-
kung oleh keyakinan bahwa konvergensi akan sung mengatur kemunculan dari layanan baru
membawa perubahan fundamental pada industri media dan industrinya. Pendekatan gradual di-
media. Berdasarkan pendekatan ini, model dan yakini bahwa fenomena konvergensi tidak akan
strategi tradisional regulasi adalah tidak sesuai, membawa suatu perubahan fundamental pada
serta tidak relevan serta model serta strategi industri media secara menyeluruh, karenanya
regulasi yang baru harus dirumuskan untuk me- regulasi media secara tradisional adalah hanya
ngembangkan industri media. untuk mempertahankan dan melanjutkan terca-
Pendekatan radikal ini dilakukan oleh painya tujuan objektif melalui pendekatan ini.
Amerika Serikat sebagaimana yang direfleksikan Contohnya adalah tetap dipergunakannya ben-
dalam regulasi medianya. Telecommunications tuk regulasi terdahulu (old forms) terhadap ke-
Act 1996 menghilangkan semua penghalang re- giatan telekomunikasi dan penyiaran dimaksud-
gulasi yang merintangi konvergensi telekomuni- kan untuk mempertahankan kewenangan-kewe-
kasi dan televisi, layanan telepon mobile dan nangan yang ada. Sementara bentuk regulasi
tetap, dan layanan telepon lokal serta sambung- yang baru (new forms) terhadap regulasi media
an telepon jarak jauh. Berdasarkan Telecommu- adalah untuk mengakomodasi layanan baru dari
nications Act 1996 sebagian besar pembatasan media seperti layanan video-on-demand. Pende-
bisnis telah dihilangkan dan operator telekomu- katan ini menggabungkan regulasi ‘tua’ dan ‘ba-
nikasi serta perusahaan TV kabel telah diizinkan ru’ dalam membentuk kerangka kewenangan re-
untuk memasuki pasar satu sama lainnya. gulasi media yang terkonvergensi. Pendekatan
Uni Eropa yang sebelumnya lebih konser- kewenangan dimaksud adalah seperti yang dila-
vatif dibandingkan Amerika Serikat, pada saat i- kukan oleh Hong Kong.
ni juga mendukung suatu pendekatan radikal. Pendekatan tidak melakukan apa-apa dan
European Commission, pada tahun-tahun tera- pendekatan gradual memiliki pendukungnya ma-
khir ini, telah semakin meyakinkan bahwa ke- sing-masing dalam lingkaran akademisi. Sesung-
rangka regulasi yang sudah ada dengan berbasis guhnya, banyak para ahli percaya bahwa peme-
pada karakteristik teknis dari media dan kanal rintah dan hukum tidak perlu untuk memainkan
frekuensinya tidak lagi cukup memadai. suatu peran yang proaktif dalam meregulasi me-
European Commission telah mendorong dia. Van Dijk berpendapat bahwa hukum dan re-
suatu kerangka regulasi tunggal untuk suatu pa- gulasi selalu tertinggal oleh teknologi sebagai-
sar komunikasi tunggal. Pada tahun 1998, Com- mana yang dicatat dalam periodisasi sejarah,
missioner European Commission yaitu Martin hal dimaksud dikarenakan suatu teknologi baru
Bangemann telah mengusulkan pengembangan harus sebelumnya digunakan dan dikembangkan
International Charter for Global Communica- dalam masyarakat (community/society) sebe-
tions, karena dia mempercayai bahwa tidak lum pada akhirnya dituangkan dalam perun-
mungkin lagi dilakukan pembedaan antara tele- dang-undangan yang dapat diterapkan untuk
komunikasi, penyiaran dan media teknologi in- itu. 58 Legislation-in-advance, menurut Van Dijk
formasi terkait lainnya. 59 European Commission adalah perencanaan oleh pemerintah dan tidak menghubungkan dengan prinsip inisiatif bebas
59 Lihat pidato dari Martin Bangemann, European Com- dalam pengembangan teknologi dalam masyara-
missioner, yang disampaikan pada ITU Conference Tele- kat kapitalis.
com Inter@active 1997, ‘A New World Order for Global Communications: the Need for an International Char-
ter’, 8 September 1997, Geneva, Switzerland. Pidato di- Lihat Jan van Dijk, 1999, The Network Society: Social
maksud dapat diunduh di <http://www.ispo.cec.be/ Aspects of New Media, London: Sage.
infosec/promo/speech/geneva.html> dan Communica-
Peran Hukum Telekomunikasi terhadap Implikasi Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi 143
menyajikan suatu proposal Communication pada produk dan la-yanan baru serta menghambat bulan Februari 1998 untuk memintakan suatu
demikian dapat diskusi internasional terhadap pembentukan su-
investasi,
dengan
menghancurkan prospek untuk implementasi atu kerangka untuk koordinasi kebijakan inter-
‘Information Society’. Penegasan-nya adalah nasional dalam memperluas bidang dari komuni-
negara-negara Eropa akan menderita sekaligus kasi.
secara bersamaan baik secara ekono-mis Perspektif ekonomi yang ditinjau oleh Eu-
maupun secara sosial jika fenomena konver- ropean Commission secara keseluruhan memiliki
gensi tidak diantisipasi dengan memadai. Argu- alasan pembenaran. Sebagaimana dimuat dalam
mentasi dari European Commission dimaksud di- Policy Papers on Convergence bahwa European
dukung oleh beberapa akademisi, seperti Ber- Commission menekankan adanya kegagalan pe-
nard Clements yang berpendapat negara-negara merintah untuk menghadapi implikasi regulasi
Eropa dapat saja menggunakan ‘pendekatan ti- dari fenomena konvergensi pada tahap awal, se-
dak melakukan apa-apa’ dan kemudian terben- hingga akan “memelihara” penghalang regulasi
tur pada permasalahan karena pemilihan waktu sudah ada, memperkenalkan penyimpangan pa-
adalah hal yang krusial untuk menciptakan re- sar dan menghalangi pertumbuhan dari pasar
gulasi yang efektif bagi konvergensi. 61 baru media. Kegagalan ini pada gilirannya akan mengancam negara-negara Eropa yang berdaya
Antisipasi dengan Pendekatan Legislasi (Legis-
saing untuk memasuki suatu pasar yang semakin
lative Approach), Pendekatan Regulasi (Regu-
mengglobal dan mendorong ke arah kerugian
latory Approach) dan Pendekatan Swa-Regu-
peluang untuk pertumbuhan ekonomi serta pen-
lasi (Self-Regulation Approach) 62
ciptaan lapangan pekerjaan. Data perkiraan me-
Pendekatan Legislasi
nunjukan pendapatan dalam beberapa industri Pendekatan Legislasi (legislative appro- media di Eropa bisa jatuh sebesar 40% pada
ach) adalah upaya untuk membentuk peraturan tahun 2005, jika negara-negara Eropa tidak
perundang-undangan sebagai dampak dari tren mengantisipasi secara optimal fenomena kon-
konvergensi dan sekaligus sebagai antisipasi ter- vergensi dimaksud. 60 hadap fenomena konvergensi. Solusi legislatif
European Commission mempercayai bah- dalam mendefinisikan rezim hukum baru atau wa suatu kerangka regulasi yang memadai akan
membentuk kerangka pengaturan atau regulasi memberikan fasilitas pertumbuhan bagi industri
yang baru sebagai upaya antisipasi implikasi media, memastikan suatu pasar kompetitif dan
konvergensi dan arah kebijakan masa depan. 63 menyediakan perlindungan yang diperlukan bagi
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengem- publik. European Commission menyediakan buk-
bangkan dan menerapkan suatu reformasi kese- ti dari kebijakan mereka untuk mendemonstra-
luruhan terhadap kerangka hukum teknologi in- sikan kemunculan dari layanan baru multi-media
formasi atau melakukan amandemen terhadap dan meningkatkan kemampuan dari jaringan-ja- ringan modern.
61 Bernard Clements, “The Impact of Convergence on Re- berargumenta-si bahwa ketidakpastian regulasi
gulatory Policy”, Telecommunications Policy, Vol. 22 akan mengha-langi/ merintangi pengembangan
Number 33, 1998, Amsterdam: Elsevier Publishing, hlm. 197; lihat pula Dan L. Burk, “Law as a Network Stan- dard”, Yale Journal of Law and Technology, Vol. 8 Issue
tion from the European Commission to the European Parliament, the Council, the Economic and Social Com-
62 International Telecommunication Union-Information for 1, 2006, New Haven: Yale Law School, hlm. 65-66. mittee and the Committee of the Regions, ‘The need for
Development Program, ICT Regulation Tool Kit, 2008. strengthened international coordination.’, tulisan
Dokumen ini dapat diunduh di http:www.ictregula- dimaksud dapat diunduh melalui laman Available at
tiontoolkit.org dan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 60 <http://www.ispo.cec.be/eif/policy/com9850en.html>.
III Dalam Jaringan (on-line dictionary), dapat diunduh di KPMG, 1997, Public Policy Issues Arising from Telecom-
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. munication and Audiovisual Convergence, Summary Re-
63 Chris Jay Hoofnagle, “Identity Theft: Making The Known port-(KPMG Report), Brussels: European Commission,
Unknowns Known”, Harvard Journal of Law & Technolo- dapat diunduh melalui laman http://www.ispo.cec.be/
gy, Vol. 21 Number 2, 2008, Cambridge: Harvard School infosoc/promo/pubs/exesum.html.
of Law, hlm. 104.
144 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 1 Januari 2014
undang-undang yang sudah ada (existing law) di vergensi yang mendesak dan menginginkan pro- sektor telekomunikasi. 64 ses yang tidak memakan-waktu untuk keseluruh-
Salah satu kemanfaatan dari Pendekatan an reformasi kerangka hukum/undang-undang. 69 Legislatif adalah memungkinkannya untuk diper-
Proses amandemen akan memberikan manfaat kenalkan terlebih dahulu suatu kerangka hukum
untuk kesiapan industri dan konsumen dalam baru yang berhubungan dengan konvergensi, se-
mengantisipasi adanya perubahan regulasi. Con- hingga dapat diantisipasi batasan yang dapat
toh di Hong Kong (SAR), Pemerintah SAR mem- dikenakan oleh regulasi sektor lain atau hukum
perkenalkan banyak reformasi hukum dengan telekomunikasi yang sudah ada namun belum
cara melalukan amandemen atas perundang-un- mengakomodasi layanan dengan kategorisasi
dangan yang sudah ada seperti Telecommuni- konvergensi. 65 Perlu disusun pula suatu produk
cations Ordinance dan diperkenalkan pula un- peraturan perundang-undangan yang baru atau
dang-undang baru termasuk diantaranya adalah amandemen undang-undang yang mengarah ke-
Electronic Transactions.
pada konvergensi dengan pendekatan teknologi- netral (neutral technology), sehingga didapat
Pendekatan Regulasi
hanya satu kategori layanan, nantinya diharap- Pendekatan Regulasi (regulatory appro- kan akan mampu mengeliminasi kontradiksi dan
ach) adalah upaya untuk mengantisipasi dampak ketidakselarasan dalam klasifikasi regulasi. 66 dari fenomena konvergensi dengan tidak meran-
Pada akhirnya hal dimaksud akan membuat re- cang atau menyusun perundang-undangan ba- gulator dapat berfungsi lebih efisien dan efek-
ru. 70 Sebagai jalan keluarnya adalah dilakukan tif.
modifikasi regulasi yang sudah ada atau me- Pendekatan Legislasi, walaupun pada u-
nyusun regulasi baru untuk mengantisipasi tek- mumnya mencakup suatu modifikasi keseluruh-
nologi atau layanan baru yang dimunculkan oleh an dari kerangka hukum, namun dimungkinkan
konvergensi. 71 Contoh di Amerika Serikat, Fede- untuk melakukan proses amandemen undang-
ral Communications Commission (FCC) melaku-
kan modifikasi regulasi untuk memungkinkan di- suatu proses amandemen, maka para pembuat
undang yang sudah ada (existing law). 67 Melalui
terapkannya teknologi baru, seperti komunikasi kebijakan (policy makers) dapat memperoleh
melalui jaringan kaber listrik atau power line umpan balik dari industri, konsumen dan pe-