Teknik Penyambungan Switching pada Sentr

12-Sep-17

Te k nik Pe nya m bunga n (Sw it ching)
pa da Se nt ra l Te le pon (Excha nge )

STT Mandala

Mata Kuliah Sistem Komunikasi

Rahmad Hidayat ,MT

Pokok Materi
y Pesawat Telepon

y Konsep Penyambungan (Switching)
y Sentral Telepon (Exchange)
Copyright Note:
Id utama
Ide
t
b

berasal
l dari
d i referensi
f
i:
•Freeman R. L., Radio System Design for Telecommunications.
•Regis J.Butes, Broadband Telecommunication Handbook,
second edition, Mc.Graw Hill.

Plus beberapa modifikasi dan tambahan sumber lainnya.

Pe sa w at Te le pon

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p


Telepon

p ditemukan oleh Alexander Graham Bell p
pada tahun 1876

12-Sep-17

Sistem Telepon
p
y Cent ral Office ( Sent ral Telepon)
suat u ist ilah unt uk m enggam barkan pusat j aringan t elepon
( dalam suat u kot a) . Tugasnya m enyediakan daya unt uk
t elepon, m e- rout ing panggilan, m erekam t agihan t elepon, dsb.

y Local Loop
Pasangan kabel t elepon yang t erhubung ant ara cent ral office
dan pesawat t elepon rum ah ( kant or) .

y Swit ch
Perangkat yang m e- rout e kom unikasi ke bagian ( t em pat ) yang
l i
lain.

y Pada awalnya, swit ch t erbuat dari banyak swit ch- swit ch m ekanik
y Saat ini, m ayorit as swit ch adalah elekt ronis, bahkan digit al.
y Digit al swit ches lebih reliable,
reliable dan m enawarkan banyak keunt ungan

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p
y Ada dua m acam perangkat t elepon:
y Rot ary dialing at au pulse dialing
y TouchT
h t one di
dialing
li
att au dual
d l t one m ult
lt ii frequency
f
[ DTMF] dialing

y Rot ary :
y when
h
we dial
di l t he
h num ber
b 8 on rot ary phone,
h
as we
release t he dial, t he dial m echanism ret urns at a fixed
rat e of speed, causing t he swit ch t o open and close 8
t im es
y Touch- t one [ DTMF] :
y Set iap baris dan kolom m em punyai nada t ert ent u.
Sebagai cont oh,
oh angka 8 pada DTMF pad,
pad t elepon
m enghasikan duat he phone produces t wo t ones
sim ult aneously, t he row 3 t one[ 852 Hz] and t he colum n
2 t one[ 1336 Hz]

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p
Rotary dial

Dual-tone
Dual
tone multi-frequency
multi frequency
(DTMF)

Payphone

DTMF keypad frequencies (with sound clips)
1209 Hz

1336 Hz

1477 Hz


1633 Hz

697 Hz

1

2

3

A

770 Hz

4

5

6


B

852 Hz

7

8

9

C

941 Hz

*

0

#


D

Event

Low frequency

High frequency

Busy signal

480 Hz

620 Hz

Dial tone

350 Hz

440 Hz


Ringback tone (US)

440 Hz

480 Hz

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p
Dual-tone multi-frequency (DTMF)

Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
[ 1209 Hz] [ 1336 Hz] [ 1477 Hz]

Baris 1 [ 697 Hz]


1

2

3

B i 2[ 770 Hz]
Baris
H ]

4

5

6

Baris 3[ 852 Hz]

7


8

9

Baris 4[ 941 Hz]

*

0

#
12-Sep-17

Pesawat Telepon
p

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p

12-Sep-17

Perubahan suara

sinyal
y elektrik

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p

12-Sep-17

Pesawat Telepon
p

12-Sep-17

12-Sep-17

K
Konse
pP
Pe nya m b
bunga n K
Kom unik
ik a sii
(Sw it ching)

Konsep
p Penyambungan
y
g (Switching)
(
g)

12-Sep-17

Konsep
p Penyambungan
y
g (Switching)
(
g)

12-Sep-17

12-Sep-17

Voice Signalling
Voice 
Signalling
Nama Signal

Kegunaan

Memberitahu CO bahw a
user ingin melakukan
panggilan
Memberitahu user bahw a
Dial tone
CO sudah siap melayani
( ready)
Ringback tone Memberitahu user bahw a
telepon tertuju sedang
berdering
Tegangan tertentu yang
Ringing
diki i untuk
dikirim
t k
voltage
membunyikan bel
Memberitahu user bahw a
Busy signal
telepon tertuju sedang
sibuk
ib k
Memberitahu CO bahw a
On-hook
user akan memutus
sambungan
Kombinasi on-hook
on hook dan
Fl h
Flash
off-hook

Off-hook

12-Sep-17

12-Sep-17

Se nt ra l Te le pon (Excha nge )

Sebagai Pusat Sistem Penyambungan
( i hi
(Switching Center)
)
12-Sep-17

History 
History Sentral
y Sentral Telepon
p
y Sentral manual
Sentral manual

y Sentral Otomatis

y Step‐by‐step Exchange (Strowger Exchange)
y Crossbar Exchange

y Stored Program Controlled (SPC) Exchange
y Digital Exchange
Di i l E h

y Sentral Komunikasi Mobile (Mobile Switching Center)

12-Sep-17

Sentral Manual
y Pembentukan 

hubungan antara 
hubungan
antara
pemanggil dengan yang 
dipanggil dilakukan 
p gg
melalui operator
y Salah satu kelemahan:
y Privacy tidak terjaga

12-Sep-17

Sentral Manual

The switchboard

12-Sep-17

Strowger Exchange
g
g
y The first automatic 
y
y

y
y

exchange
A mechanical exchange
Ditemukan oleh Almon 
Brown Strowger (1839 –
May 26, 1902)
Disebut juga dengan nama
Disebut juga dengan nama 
Step­by­step exchange
Tidak perlu ada operator
p
p
y Perlu perangkat pendial

27

He was an undertaker

Prinsip kerja sentral Strowger

Line hunter/line finder bertugas menemukan
saluran pelanggan yang off-hook
Saluran pelanggan dihubungkan dengan the
first selector (jumlah selector
tergantung pada jumlah digit yang
digunakan) kemudian diberi dial tone
Pelanggan mendial nomor telepon tujuan
Pada contoh di kanan, pelanggan mendial
nomor 530
Ketika 5 di-dial, selector akan bergerak naik
5 step, lalu bergerak horizontal untuk
mencari selector (atau connector) berikutnya
yang tidak busy
Pada contoh di kanan hanya digunakan 3
digit nomor, maka dua digit terakhir (yaitu 3
dan 0) diarahkan ke suatu connector
ketika digit 3 dan 0 di-dial, connector
bergerak naik 3 step lalu bergerak horizontal
sebanyak sepuluh step (karena yang ditekan
adalah nol)
Note: pengendalian proses ini disebut direct
progressive
control (setiap memutar nomor,
28
ada bagian sentral yang digerakkan)

An example
p of a Strowger-type
g
yp selector assembly
y

29

30

Some limitations in mechanical switch lead 
Some
limitations in mechanical switch lead
to the introduction of crossbar switching 
system

Crossbar Switch
y Electro‐mechanical 

switch
it h
y Menggunakan kontak‐
kontak rele
kontak rele

Berkembang ke SPC

Common
Control
(Marker)

32

33

Crossbar switch
Crossbar switch has a characteristic matrix of
switches between the inputs and the outputs. If
the switch has M inputs and N outputs, then a
crossbar
b h
has a matrix
t i with
ith M x N cross-points
i t or
places where the "bars" cross. A given crossbar
is a single layer, non-blocking switch.
Collections of crossbars can be used to
implement multiple layer and/or blocking
switches.

crossbar switch

"Banjo" wiring of a 100
point
i t six
i wire
i T
Type B B
Bellll
System switch
Telecommunication System

y Berbeda dengan direct progressive control, pada 
g
p g
,p

35

common control nomor yang di‐dial disimpan dulu 
di register
y Nomor tersebut di atas kemudian dianalisa untuk 
ditindaklanjuti oleh marker yang merupakan 
sebuah hard­wired processor
b hh d i d
y Setelah call setup selesai, register dan marker 
bebas kembali untuk menangani call setup
bebas kembali untuk menangani call setup 
berikutnya
y Marker khusus dirancang untuk sentral crossbar
Marker khusus dirancang untuk sentral crossbar
y Marker dikembangkan kemudian menjadi Stored 
program control (SPC)
program control

Stored program control (SPC)
p g

y Sistem sentral berbasis SPC memiliki empat elemen dasar fungsional 

sebagai berikut:

y Switching matrix
Switching matrix

y Call store (memory)

y Program store (memory)
36

y Central processor (computer)
Central processor (computer)

There Goes the History.....
And now is digital
g
exchange
g era...
Sentral Digital: Sentral yang mengolah sinyal di dalam
bentuk digital

37

y Proses penyambungan saluran telepon pada sentral 
P
b
l
t l
d
t l

telepon analog disebut space switching (sehingga 
sentral telepon disebut juga space­division switch)

y Pada space switching, penyambungan saluran telepon 

dilakukan pada spatial domain

y Pada sentral telepon digital, selain space switching 
Pada sentral telepon digital selain space switching

dilakukan juga time switching

y Pada time switching dapat terjadi pertukaran time slot

38

Hirarki Sentral
Hirarki Sentral
y Jaringan telepon membutuhkan interkoneksi antar 

sentral untuk merutekan trafik secara ekonomis 
t l t k
t k t fik
k
i
dan efektif
y Sentral‐sentral saling dihubungkan menggunakan 
g
g
gg
sekelompok saluran trunk yang biasa disebut trunk 
group
y Jaringan berhirarki mampu menangani trafik yang 
Jaringan berhirarki mampu menangani trafik yang
besar serta menggunakan sejumlah kecil trunk 
groups

39

Struktur hirarki sentral menurut (ITU T)
Struktur hirarki sentral menurut (ITU‐T)

...

...
40

Tandem
exchange

y Salah satu contoh penerapan hirarki sentral

41

12-Sep-17

Sist e m Pe nom ora n (N um be ring)

Penomoran
y Tujuan
y Memberikan identitas yang unik bagi setiap 
pelanggan di dalam suatu wilayah penomoran (lokal), 
atau di dalam suatu negara (nasional), atau di seluruh 
dunia (internasional)
y Membantu proses perutean panggilan
y Rincian mengenai penomoran dapat dibaca 
Rincian mengenai penomoran dapat dibaca

pada dokumen Fundamental Technical Plan 
(FTP)

y Aspek dan teknik penomoran yang dibahas pada 

kuliah ini hanya sebagian

43

y Penomoran di Indonesia 
Penomoran di Indonesia
y Mengikuti Rekomendasi ITU‐T E.164 untuk 
jaringan dan pelayanan telekomunikasi
jaringan dan pelayanan telekomunikasi 
umum 
y Mengikuti Rekomendasi ITU‐T X.121 untuk 
Mengikuti Rekomendasi ITU T X 121 untuk
jaringan data umum (Public Data Network 
=PDN)

44

Rekomendasi ITU T E 164
Rekomendasi ITU‐T E.164
y Nomor internasional untuk pelanggan terdiri 

atas Kode Negara dan Nomor (Signifikan) 
K d N
d N
(Si ifik )
Nasional
y Panjang nomor internasional maximum : 15 
Panjang nomor internasional maximum : 15
digit
y Indonesia diberi alokasi kode negara 2 digit 
g
g
yaitu 62

y Tersisa 13 digit untuk Nomor (Signifikan) Nasional
Kode Negara
Kode Tujuan Nasional
Nomor Pelanggan
(Country Code:CC)

1-3 digit

(National Destination Code:NDC)

(Subscriber Number:SN)

Nomor (Signifikan) Nasional

Nomor Internasional (maximum 15 digit)
45

y Kode tujuan ada dua macam:

y Yang mengandung informasi geografis → Kode Wilayah

y Yang tidak mengandung informasi geografis → Kode Akses Jaringan/Kode 

Akses Pelayanan 

y Implementasinya di dalam penomoroan:
y Untuk jaringan tetap

y Tingkat lokal : Nomor Pelanggan

y Tingkat Nasional : NDC (Kode Wilayah) + Nomor Pelanggan
k
l
C( d
l h)
l

y Tingkat Internasional : Kode Negara + NDC (Kode Wilayah) + Nomor Pelanggan

y Untuk jaringan bergerak (seluler)

y Tingkat nasional : NDC (Kode Akses Jaringan) + Nomor Pelanggan
Tingkat nasional : NDC (Kode Akses Jaringan) + Nomor Pelanggan

y Tingkat internasional: Kode Negara + NDC (Kode Akses Jaringan) + Nomor 

Pelanggan

y Untuk penyelanggara jasa dengan liputan nasional

y Tingkat nasional : NDC (Kode Akses Pelayanan) + Nomor Pelanggan

y Tingkat Internasional: Kode Negara + NDC (Kode Akses Pelayanan) + Nomor 

Pelanggan

46

Alokasi Kode Wilayah
Alokasi Kode Wilayah

Sumber: FTP Nasional 2000

47

48

Sumber: FTP Nasional 2000

Prosedur pemanggilan
Prosedur pemanggilan
y Untuk membedakan jenis panggilan yang satu 

dengan yang lainnya digunakan pemilihan 
dengan prefiks atau tanpa prefiks
y Jenis prefiks yang digunakan di dalam proses 
pemanggilan:

y Prefiks Internasional untuk panggilan internasional
Prefiks Internasional untuk panggilan internasional

y Prefiks Nasional untuk panggilan jarak jauh nasional 

dan juga untuk mengakses jaringan/pelayanan lain
j g
g
j
g /p y

49

y Prosedur pemanggilan antar pelanggan PSTN
Prosedur pemanggilan antar pelanggan PSTN
y Panggilan lokal

y Panggilan yang ditujukan kepada pelanggan lain yang berada di dalam wilayah 

penomoran yang sama
y Pelanggan langsung men‐dial Nomor Pelanggan tujuan saja

y Panggilan SLJJ

y Panggilan yang ditujukan kepada pelanggan lain yang berada di dalam wilayah 

penomoran yang berbeda
penomoran
yang berbeda
y FTP Nasional 2000 memunculkan option pemilihan operator SLJJ yang dapat 
dipilih oleh pelanggan
y Di sini kita bahas prosedur pemanggilan tanpa option pemilihan operator SLJJ 
(operator SLJJ‐nya sama dengan operator jaringan lokal)
y Pelanggan harus memutar nomor berikut: Prefiks Nasional + Kode Wilayah + 
Nomor Pelanggan

y Panggilan SLI (Sambungan Langsung Internasional)
Panggilan SLI (Sambungan Langsung Internasional)

y Prefiks SLI + Kode Negara Tujuan + Nomor (Signifikan) Nasional (di negara tujuan)

50

• Prosedur pemanggilan untuk Jaringan
Bergerak Seluler
– Panggilan ke terminal sel
seluler
ler
• Prefiks Nasional + Kode Akses Jaringan + Nomor
Pelanggan

– Panggilan dari terminal seluler ke PSTN
y + Nomor
• Prefiks Nasional + Kode Wilayah
Pelanggan

– Panggilan SLI
• Sama dengan yang sebelumnya

51

Format dan Pengalokasian Prefiks
Format dan Pengalokasian Prefiks
y Prefiks internasional
y Adalah digit ’00’
y Hanya berfungsi bila digunakan sebagai bagian dari 
prefiks SLI
prefiks SLI
y Prefiks SLI
y Format : 
Format : ’00X’
00X
y X = 1,...,8

y Identifikasi penyelenggara jaringan sambungan internasional

52

y Prefiks Nasional
y Adalah digit ‘0’ (sesuai Rekomendasi ITU‐T E.164

y Penomoran terminal PSTN
y Nomor (Signifikan) Nasional

y Panjang : 10 digit
y Terdiri dari 2 atau 3 digit Kode Wilayah bersama dengan 8 atau 7 digit nomor 
pelanggan

y Kode Sentral

y 4 digit (atau 3 digit) pertama dari nomor pelanggan merupakan kode 

sentral
y Digunakan terutama untuk proses routing dan pembebanan (charging)
Digunakan terutama untuk proses routing dan pembebanan (charging)
y Satu sentral dapat memiliki lebih dari satu kode sentral

y Nomor‐nomor khusus
y
y
y
y
y
y

53

Polisi : 110
Panggilan darurat : 112 (khusus untuk seluler)
Pemadam kebakaran : 113
SAR : 115
Ambulance : 118
Ambulance : 118
Nomor‐nomor ini harus dapat diakses langsung dari seluler

• Penomoran pada seluler
– Mobile Subscriber International ISDN Number
(
(MSISDN)
)
• Merupakan nomor internasional untuk terminal/pelanggan
jaringan seluler
– Terdiri Kode Negara
g
((62 untuk Indonesia)) diikuti oleh N(S)N( )
Mobil
– N(S)N-Mobil teridiri dari Kode Tujuan Nasional (NDC) dan
Nomor Pelanggan

• Kode Tujuan Nasional
– Setiap operator seluler diberi alokasi NDC sendiri-sendiri
» Terdiri atas 3 digit atau 4 digit
» Digit terakhir berfungsi sebagai identitas operator yang
bersangkutan
– NDC 3 digit untuk operator seluler dengan cakupan nasional
sedangkan
d
k NDC 4 di
digit
it untuk
t k operator
t seluler
l l b
berlingkup
li k
regional
54

Su be FTP Nasional
Sumber:
as o a 2000
000
STBS : Stasiun Bergerak Seluler

55

Contoh perutean panggilan telepon
International call dari Finlandia ke Stockholm‐Swedia dan
panggilan jarak jauh ke nomor telepon 09 13115 di Helsinki

56

Trunk network
Trunk network

57

International Network
International Network

58

CONTOH  KASUS :

12-Sep-17

12-Sep-17

Referensi :
y
y
y
y
y
y
y

Tutun Juhana, Sentral
Juhana Sentral Telepon, KK Teknik
Telepon KK Teknik Telekomunikasi ,STEI ITB
Telekomunikasi STEI ITB
Freeman R. L., Radio System Design for Telecommunications.

Regis J.Butes, Broadband Telecommunication Handbook, second edition, Mc.Graw
Hill.
Rahmad Hidayat, Diktat  Komunikasi Data, STTM Bandung
http://sttmandalabdg.academia.edu/rahmadhidayat
Wikipedia
p

Berbagai sumber lain

STT Mandala

Rahmad Hidayat ,MT

12-Sep-17

TERIMA KASIH
[email protected]

STT Mandala

Rahmad Hidayat, ST, MT

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22