Problematika Pendidikan Agama Islam di S

Problematika Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum
Muhammad Rif’an Firmansyah Mintarso
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura
E-Mail: rifan_firmansyah@ymail.com

Abstrak
Pendidikan pada era modern ini sering kali terjadi problem atau masalah baik yang bersifat internal
maupun eksternal, problem yang bersifat internal misalnya seperti kurangnya sarana prasarana,
problem tentang siswa maupun guru dan lain sebagainya, adapun juga yang dari factor eksternal
yatu salah satunya tidak adanya hubungan yang baik antara sekolah dengan masyarakat sekitar
ataupun wali murid yang dimana akan terjadi diskomunikasi antara pihak sekolah dengan
masyarakat, dan dalam artikel ini dijelaskan tentang pengertian, solusi, dan hal-hal yang menjadi
problematika pendidikan PAI di sekolah umum, artikel ini menggunakan metode pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian library research.
Kata kunci: Problematika Pendidikan, Pendidikan Agama Islam
Abstrac
Education in the modern era is often a problem both internal and external, internal problems such
as lack of infrastructure, problems about students and teachers and so on, while also from external
factors yatu one of which no relationship either between the school and the surrounding community
or the guardian of the pupil which will occur disconnection between the school and the community,
and in this article explained about the understanding, solution, and things that become problematic

of PAI education in public schools, this article uses qualitative approach method with type of
research library research.
Keyword: Problem Education, Education Religion of Islam
Pendahuluan
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 secara tegas menyatakan bahwa pendidikan
agama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Setiap lembaga
pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi wajib memasukkan pendidikan
agama sebagai muatan kurikulum. Pasal 37 ayat (1) menjelaskan bahwa pendidikan agama

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.1 Pendidikan

agama

Islam

yang

dimasukkan dalam kurikulum pendidikan umum mulai dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi, merupakan bagian dari pendidikan Islam yang sarat dengan nilai-nilai moral dan spiritual.

Pendidikan Islam mempunyai misi esensial untuk membangun karakter muslim yang
memahami ajaran agamanya serta mempunyai kesadaran imani yang diwujudkan ke dalam
sikap dan perilaku sehari-hari sebagai bentuk pengamalan ajaran agama. Menurut Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, hasil yang ingin dicapai dari pendidikan Islam adalah
menciptakan manusia beradab dalam pengertian yang menyeluruh meliputi kehidupan
spiritual dan material.2 Begitu juga menurut al-Abrasyi, mencapai suatu akhlak yang sempurna
(fadhilah) adalah tujuan utama pendidikan Islam. jadi dari semua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencana melalui sebuah
proses pembelajaran secara islami
Sedangkan problematika menurut bahasa inggris yaitu “problematic” yang artinya persoalan
atau masalah. Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa definisi problematika adalah suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat
mengurangi kesenjangan itu, dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa problematika
yaitu berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi baik oindividu ataupun kelompok.
Adapun rumusan masalah yang diusung dalam tulisan ini yaitu
a).pengertian problematika pendidikan agama Islam?
b).problematika PAI di sekolah umum?
c).cara mengatasi problematika PAI di sekolah umum?
Sedangkan tujuan penulisan disini adalah
a). untuk mengetahui pengertian problematika pendidikan agama Islam

b). untuk mengetahui apa saja problematika PAI di sekolah umum
c). untuk mengetahui cara mengatasi problematika PAI di sekolah umum

1

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wan Mohd. Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib alAttas (Bandung: Mizan,1998) hlm. 174.

2

Metode Penelitian
Di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian library
research dengan menelaah beberapa buku yang mendukung terhadap penelitian ini, juga
menganalisis pada jurnal-jurnal yang terdapat di kampus-kampus yang ada di Indonesia. Library
research merupakan penelitian pustaka dengan maksud menelaah, menganalisis, mencari
kelebihan dan kekurangan dari pustaka yang mendukung. Disamping itu, menggunakan jurnal
yang relevan dengan penelitian ini. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan
data library research ini adalah terlebih dahulu mencari referensi yang relevan dengan penelitian,
membaca berbagai referensi yang bersangkutan, menganalisis kelebihan dan kekurangan pustaka
dan mengambil beberapa argumentasi yang cocok terhadap penelitian yang dilakukan. Kemudian,

mengkorelasikannya dengan materi yang di usung
Hasil dan Pembahasan
A. Pengertian Problematika Pendidikan Agama Islam
Problematika menurut bahasa inggris yaitu “problematika” yang artinya persoalan atau
masalah. Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa definisi problematika adalah suatu kesenjangan
antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat mengurangi
kesenjangan itu, dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa problematika yaitu berbagai
persoalan-persoalan sulit yang dihadapi baik individu ataupun kelompok.
Pendidikan dalam arti bahasa adalah sebuah proses pengubahan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.3
Pendidikan Agama merupakan salah satu materi yang bertujuan meningkatkan akhlak
mulia serta nilai-nilai spiritual dalam diri anak. Dalam peraturan pemerintah Nomor 55 Tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, bahwa pendidikan agama adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan
peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.4
Pendidikan agama secara spesifik mengungkapkan bahwa tujuannya adalah membentuk
sikap yang mana harapannya adalah psikomotorik yang terbentuk pada diri peserta didik. Sangat
3


Ummi Chulsum dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 195.
Kelembagaan.ristekdikti.go.id/2016/08 PP_55_2007-Pendidikan Agama Keagamaan.pdf Diakses pada 29
Maret 2018. Jam 21.29

4

jelas secara definitif bahwa pendidikan agama fungsinya adalah membentuk sikap yang dapat
teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Peraturan Pemerintah fungsi dari Pendidikan
Agama adalah membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan hubungan antar umat
beragama. Adapun tujuan dari pendidikan agama adalah untuk berkembangnya kemampuan
peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Pendidikan semestinya dijadikan sebagai upaya untuk menjadikan manusia lebih
bermartabat dan dijadikan sarana untuk menyadarkan manusia akan arti penting nilai-nilai
kemanusiaan. Oleh sebab itu, menurut Sudarwan Danim.5 agenda utama pendidikan adalah
proses memanusiakan manusia menjadi manusia. Proses pemanusiaan tersebut dapat diupayakan
melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat mendorong tumbuh kembangnya
kesadaran nilai-nilai kemanusiaan, di antaranya melalui pendidikan agama. Dalam UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 dijelaskan bahwa

sebagai agenda proses kemanusiaan dan pemanusiaan, pendidikan dapat dipandang dari 2 sisi,
yaitu: pertama, sebagai proses pendewasaan peserta didik untuk hidup pada alam demokrasi dan,
kedua, sebagai proses penyiapan peserta didik memasuki sektor ekonomi

produktif.

Memposisikan pendidikan sebagai sarana untuk menyiapkan peserta didik memasuki wilayah
ekonomi produktif merupakan hal semu, karena proses pembelajaran di sekolah tidak mendorong
terbentuknya semangat dan kesadaran peserta didik tentang arti penting kemandirian dan
keterampilan dalam menghadapi kehidupan nyata. Sementara itu dunia industri menuntut profil
lulusan pendidikan yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Sebagai akibatnya banyak dunia pendidikan di Indonesia yang berpikir secara
pragmatis dengan mengikuti logika “kapitalisme” dan mengabaikan pentingnya membangun
kesadaran yang humanis.
Jadi dari sekian definisi di atas dapat disimpulkan bahwa PAI adalah suatu upaya sadar
dan terencana dalam memberikan bantuan guna menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati hingga mengimani dan bertakwa dan berakhlakul karimah dalam
menjalankan ajaran Agama Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan serta penggunaan pengalaman.


5

Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003),
hlm.4.

B. Problematika Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum
Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, banyak sekali muncul
problematika-problematika. Berbagai problematika yang muncul bias berkenaan dengan masalah
yang bersifat internal, maupun eksternal. Yang berkaitan dengan internal sekolah, misalnya guru
yang belum berkompeten, maupun sarana prasarana yang tidak mendukung. Sedangkan
permasalahan dari eksternal, bias dating dari kurangnya dukungan masyarakat (orang tua murid),
ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Berikut beberapa problematika-problematika yang ada didalam kelas atau mapel:
1. Al – Qur’an Hadits
a. Kurangnya kemampuan siswa dalam membaca dan menulis
b. Waktu yang tersedia tidak mencukupi apabila pembelajaran al-Qur’an di tambah
c. Kurangnya materi hadits yang ada di dalam kurikulum
d. Bersifat hafalan
2. Aqidah akhlak
a. Lebih bersifat pendoktrinan

b. Lebih menekankan pada bidang kognitif
c. Contoh-contoh yang diberikan lebih bersifat ideal lama
3. Fiqih
a. Penilaian sering kali menekankan pada kemampuan kognitif
b. Kurangnya sarana prasarana
4. SKI
a. Seringkali hanya bersifat narasi dan hafalan
b. Kurangnya minat siswa dalam mempelajari sejarah agama islam
Menurut perspektif Islam problematika PAI ada tiga yaitu:
1. Problematika Ontologi Pendidikan Islam
2. Problematika Epistemologi Pendidikan Islam
3. Problematika Aksiologi Pendidikan Islam6

Moh. Wardi, “Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya.” Tadrîs, 1 (Juni, 2013)
hlm., 56-60.

6

C. Cara Mengatasi Problematika PAI di Sekolah Umum
Untuk mengatasi problematika pelaksanaan pendidikanagama islam di sekolah dapat

diupayakan beberapa solusi yang diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
sebagaimana yang akan diuraikan ini:
1. Upaya mengatasi problematika peserta didik dalam PAI
Untuk mengatasi berbagai problem peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan agama di
sekolah, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Solusi terhadap problem yang terdapat pada peserta didik sangat dipengaruhi oleh
kesiapan individu sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar baik siap dalam
kondisi fisik atau psikis (jasmani atau mental) individu yang memungkinkan dapat
melakukan belajar.
b. Adanya motivasi terhadap peserta didik baik motivasi intrinsik yaitu motivasi yang
datang dari peserta didik atau motivasi ekstrintik yaitu motivasi yang datang dari
lingkungan di luar diri peserta didik. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan
dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajarnya. Para pendidik diharapkan mampu menumbuhkan dan
mengembangkan minat peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar.
Dengan demikian peserta didik akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang
baik. (Muhammad Surya, 2003) Untuk dapat menjamin belajar dengan baik peserta
didik harus memiliki perhatian terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya. Sebaliknya
jika bahan pelajaran tidak menarik, maka akan membosankan. Hal itu akan
mengakibatkan prestasi belajar peserta didik di sekolah akan jadi turun. Karena itu

pendidik harus mengusahakan agar bahan pelajaran yang diberikan dapat menarik
perhatian siswanya. Jika perlu diberi selingan dengan humor, agar peserta didik tidak
merasa jenuh menerima mata pelajaran
c. Mengingat adanya hambatan terhadap peserta didik tersebut maka sebaiknya
pendidik mengadakan test untuk mengetahui kemampuan peserta didik. Apabila
mayoritas peserta didik memiliki kemampuan intelegensi tinggi, maka bagi peserta
didik yang intelegensi rendah perlu diusahakan memberikan pelajaran tambahan atau
peserta didik yang intelegensi rendah perlu diusahakan dengan cara jalan lain yaitu
dengan menempatkan peserta didik pada kelas yang memiliki kemampuan rata rata
yang sama.

2. Upaya Mengatasi Problem Pendidik dalam PAI.
a. Penghasilan pendidik dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena rendahnya gaji
pendidik

akan

mengakibatkan

terhambatnya


usaha

dalam

meningkatkan

profesionalitas kualitas pendidik.
b. Seorang pendidik memahami tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik.
c. Seorang pendidik harus mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan baik,
sesuai dengan karakter materi pelajaran dan situasi belajar mengajar.
3. Upaya Mengatasi Problem Manajemen dalam PAI.
Dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, seharusya terjalin hubungan antara
sekolah dengan orang tua peserta didik dimaksudkan agar orang tua mengetahui berbagai
kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah untuk kepentingan peserta didik
dan juga orang tua peserta didik mau memberi perhatian yang besar dalam menunjang
program program sekolah.
Terjalinnya sekolah dengan masyarakat bertujuan memelihara kelangsungan hidup
sekolah dan memproleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka
mengembangkan pelaksanan program program sekolah.
4. Upaya Mengatasi Problem Sarana dan Prasarana dalam PAI.
Sarana pendidikan sangat menunjang dalam proses belajar mengajar, hal ini akan
menunjang

tercapainya

tujuan

pembelajaran

Pendidikan

Agama

Islam

di

madrasah.diantaranya adalah Gedung sekolah yang memadai sehingga membuat peserta
didik senang dan bergairah belajar di dalam sekolah. Sekolah harus memiliki perpustakaan
dan dimanfaatkan secara optimal baik oleh pendidik atau peserta didik. Adanya alat alat
peraga yang lengkap akan sangat membantu pencapaian tujuan pendidikan. Adanya alat
sarana untuk ibadah.
Jadi dari sekian banyak problema maka disitu pasti ada solusi yang dimana akan dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada, tinggal kemauan dari hati mau tidak
untuk berubah dan mengatasi masalah yang ada dalam lingkup pendidikan di sekolah.

Kesimpulan
Problematika menurut bahasa inggris yaitu “problematika” yang artinya persoalan atau
masalah. Sedangkan pendidikan agama islam adalah suatu upaya sadar dan terencana dalam
memberikan bantuan guna menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani dan bertakwa dan berakhlakul karimah dalam menjalankan ajaran Agama Islam
dari sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits yang melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan latihan serta penggunaan pengalaman
Problem atau masalah ada dua yaitu: yang bersifat internal maupun eksternal, problem
yang bersifat internal misalnya seperti kurangnya sarana prasarana, problem tentang siswa
maupun guru dan lain sebagainya, adapun juga yang dari factor eksternal yatu salah satunya tidak
adanya hubungan yang baik antara sekolah dengan masyarakat sekitar ataupun wali murid yang
dimana akan terjadi diskomunikasi antara pihak sekolah dengan masyarakat,
Daftar pustaka
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wan Mohd. Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed Muhammad
Naquib al-Attas. Bandung: Mizan,1998.
Ummi Chulsum dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Moh. Wardi, “Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya.” Tadrîs, 1.
Juni, 2013.
Kelembagaan.ristekdikti.go.id/2016/08 PP_55_2007-Pendidikan Agama Keagamaan.pdf.
Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003.