Tipologi Tata Ruang Dalam Rumoh Aceh di

TIPOLOGI TATA RUANG DALAM RUMOH ACEH
DI KAWASAN MUKIM ACEH LHEE SAGOE
Farisa Sabila, Antariksa, Rinawati P. Handajani
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145
Email: farisasabila@ymail.com
ABSTRACT
Aceh Lhee Sagoe belongs to the area of Hindu Buddha Kingdom’s legacy which suceeded to be
surrendered by Bandar Aceh Darussalam Empire which recently becomes the settlement for Aceh
society. The legacy of Aceh Lhee Sagoe in the form of the three concepts toward the architecture
object with the meaning of the relationship between human with God and nature. As for the
uppermost is the existence of implementation concept of three chamber design with the balance
meaning toward Rumoh Aceh that is very interesting to be observed.The problem that faced right
now is the lack of existence of Rumoh Aceh after the incident of tsunami which happened in Aceh,
as conflict and tsunami that will create worry as a matter of culture heritage will dissapear. The
purpose of this study is to find the typology of space building in Rumoh Aceh as information for the
society therefore it can take the benefit from the values of local wisdom, the variety and the
architecture uniqueness of Rumoh Aceh. Using Qualitative Descriptive method that conducts
observation directly toward the typology types of space building that formed. There are two types of
downstairs chamber and upstairs chamber which represent the whole character of space or
chamber in Aceh Lhee Sagoe.

Key words: thypology, building space, Rumoh Aceh, Aceh Lhee Sagoe

ABSTRAK
Aceh Lhee Sagoe merupakan kawasan peninggalan kerajaan Hindu Budha yang berhasil
ditaklukkan oleh Kerajaan Bandar Aceh Darussalam yang saat ini menjadi mukim tempat tinggal
masyarakat Aceh. Adanya peninggalan Aceh Lhee Sagoe berupa konsep tiga segi pada objek
arsitektur dengan makna hubungan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan dan liingkungan.
Adapun yang paling menonjol, yaitu dengan adanya penerapan konsep pola tiga ruang dengan
makna keseimbangan pada Rumoh Aceh sangat menarik untuk dilakukan studi. Permasalahan
yang dihadapi saat ini adalah minimnya keberadaan Rumoh Aceh pasca runtutan peristiwa yang
terjadi di Aceh, seperti konflik dan tsunami yang dikhawatirkan warisan budaya semakin memudar.
Tujuan dari studi ini untuk menemukan tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh sebagai informasi
bagi masyarakat agar dapat mengambil manfaat dari nilai kearifan lokal dan keberagaman serta
keunikan arsitektur Rumoh Aceh. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap tipologi ruang bangunan yang terbentuk. Terdapat dua tipe
ruang bawah dan lima tipe ruang atas yang mewakili keseluruhan karakter ruang di Aceh Lhee
Sagoe.
Kata kunci: Tipologi, tata ruang.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014


1

Pendahuluan
Aceh Lhee Sagoe merupakan mukim bekas kerajaan Hindu-Budha yang berhasil
ditaklukkan oleh kerajaan Bandar Aceh Darussalam yang ditandai dengan adanya tiga
artefak bersejarah membentuk tiga sisi segitiga, yaitu Indrapatra, Indrapurwa, dan
Indrapuri. Saat ini kawasan ini merupakan kawasan Kabupaten Aceh Besar. Aceh Lhee
Sagoe atau disebut juga dengan Aceh Tiga Segi ini memiliki objek peninggalan yang
memiliki konsep segitiga keseimbangan hubungan manusia, Tuhan, dan lingkungan,
salah satu yang paling menonjol adalah objek arsitektur berupa rumah dengan konsep
tiga ruang pada Rumoh Aceh. Ruang bangunan Rumoh Aceh sangat menarik untuk
distudi karena memiliki makna yang dalam mengenai penerapan hubungan manusia
dengan Tuhan (hablumminallah), dan manusia dengan manusia (hablumminannas), serta
dengan lingkungannya. Namun permasalahan yang terjadi saat ini adalah masyarakat
Aceh hanya memahami konsep arsitektural pada Rumoh Aceh, seperti konsep struktur,
fasad bangunan, dan ornamen. Masyarakat hanya memahami konsep Rumoh Aceh
melalui tampilan bangunan saja tanpa mengetahui bahwa sesungguhnya tipologi ruang
bangunan Rumoh Aceh memiliki konsep tiga ruang yang cukup menarik dan mampu
menyelesaikan permasalahan di lingkungan. Bagi masyarakat Aceh pola ruang bangunan

yang terdapat di Rumoh Aceh selama ini hanya sebatas pola ruang bangunan yang
diterapkan pada Rumoh Aceh di museum, yaitu prototype ideal dan bukan merupakan
wujud pola ruang bangunan yang diterapkan di Rumoh Aceh asli sebagai rumah tinggal
masyarakat di gampong tradisional. Terlebih runtutan kejadian di Aceh semakin
mengurangi keberadaan Rumoh Aceh. Oleh karena itu perlunya untuk meningkatkan
informasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai tipe ruang bangunan Rumoh Aceh
yang memiliki kecenderungan keberagaman dengan luasnya kawasan Aceh Lhee Sagoe,
yaitu 2969km², dengan jumlah 206 gampong yang terdiri dari 25 kecamatan. Hal ini
memungkinkan adanya keberagaman tipe ruang yang semakin memperkaya arsitektur
Rumoh Aceh dengan keberadaan Kabupaten Aceh Besar sebagai daerah yang
mengawali arsitektur Rumoh Aceh di Provinsi Aceh (Tammat et al. 1996). Berdasarkan
pemaparan di atas, permasalahan yang akan diselesaikan adalah untuk mengetahui
bagaimanakah tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh di kawasan mukim Aceh Lhee
Sagoe. Adapun tujuan dari studi ini agar masyarakat dapat mengambil manfaat dari
penerapan nilai-nilai kearifan lokal yang diterapkan pada ruang bangunan Rumoh Aceh
untuk kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan adanya
studi lanjutan mengenai pola ruang bangunan yang akan diimplementasikan ke dalam
ruang bangunan rumah tinggal saat ini.
Metode Penelitian
Studi ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat analisis dan deskripsi

mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan dengan cara mencatat, mengumpulkan
informasi terkait dengan pola ruang bangunan Rumoh Acehdengan meninjau faktor non
fisik yang terdapat di lapangan sebagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola
ruang bangunan.
Ruang lingkup studi dibatasi dengan kriteria sebagai berikut:
a. Merupakan bangunan rumah tinggal kuno, berusia 50 tahun atau lebih (UU RI
Tentang Cagar Budaya No.11 pasal 5 tahun 2010).
b. Bangunan masih ditempati sebagai rumah tinggal yang di dalamnya masih
melakukan aktivitas.
c. Rumah berada di kabupaten Aceh Besar.
d. Bangunan masih terlihat asli secara fisik, walaupun adanya perubahan di
beberapa elemen.

2

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

e. Rumah yang distudi masih menerapkan konsep pola ruang bangunan Rumoh
Acehyang asli, walaupun mengalami perubahan ruang.
Pemilihan objek studi dilakukan di beberapa gampong dengan letak titik

persebaran yang berbeda yang diharapkan akan menemukan keberagaman tipe ruang
yang mewakili keseluruhan karakter keseluruhan kawasan. Berdasarkan kesesuaian
dengan kriteria studi, maka ditemukan 40 Rumoh Acehyang tersebar di enam Gampong
di Kabupaten Aceh Besar, yaitu Gampong Lamlhom, Blangtingkeum, Lambada, Lambari
Bakmee, Pasie Lamgarot, dan Indrapuri, yang memenuhi kriteria studi untuk dijadikan
sebagai objek pengamatan.
Hasil dan Pembahasan
Tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh di kawasan mukim Aceh Lhee Sagoe
Ruang dalam pada Rumoh Aceh merupakan ruang yang berdiri di atas tiang
sebagai wadah aktivitas penghuni sehari-hari. Terdapat lima tipe ruang dalam pada
Rumoh Aceh di kawasan Aceh Lhee Sagoe. Secara keseluruhan, adapun tipologi ruang
ruang dalam pada Rumoh Aceh memiliki susunan asli dan fungsi sebagai berikut:
Susunan dan fungsi ruang dalam
Susunan ruang dalam terdiri dari seuramoe keue terletak paling depan, tungai
yang terdiri dari kamar tidur utama yang berada di tengah, dan seuramoe likot berada di
susunan paling belakang (Gambar 1).
Seuramoe keue
Rambat
Kamar tidur
utama

Seuramoe likot

Susunan asli

Potongan ruang dalam

Gambar 1. Susunan ruang dalam.
Rumoh. Aceh

Adapun fungsi ruang dalam masing-masing memiliki fungsi sesuai dengan
susunannya masing-masing. Adapun fungsi ruang berdasarkan susunannya adalah
sebagai berikut:
a. Seuramoe keue
Merupakan ruang publik yang difungsikan sebagai ruang serbaguna, yaitu
untuk aktivitas menerima tamu, ritual pernikahan, sholat berjamaah, dan sebagai
tempat tidur anak laki-laki yang belum menikah, sehingga letak ruang berada di
depan karena melibatkan orang lain dalam aktivitasnya (Gambar 2). Seuramoe
keue juga disebut dengan seuramoe agam (serambi laki-laki) (Arif 2006).

Potongan seuramoe keue

Gambar 2. Fungsi seuramoe keue sebagai ruang serba guna.

a. Tungai
Tungai merupakan ruang tengah, disebut juga dengan ruang sakral yang terdiri
dari kamar tidur utama dan rambat sebagai ruang istirahat penghuni. Ruang ini

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

3

bersifat sakral karena ditempati oleh orang yang dituakan, serta sebagai simbol
terjadinya peristiwa pernikahan, kelahiran, dan kematian (Gambar 3).

Potongan tungai

Gambar 3. Fungsi tungai sebagai ruang sakral, ruang istirahat penghuni.

b. Seuramoe likot
Seuramoe likot disebut dengan serambi perempuan, karena perempuan lebih
banyak menghabiskan waktunya di ruang ini untuk memasak. Seuramoe likot

berfungsi sebagai ruang servis, yaitu sebagai dapur dan sebagai ruang untuk
memandikan jenazah, sehingga letak ruang berada di susunan paling belakang
(Gambar 4).

Ruang memandikan
jenazah

Sebagai ruang perempuan

Gambar 4. Fungsi seuramoe likot sebagai ruang perempuan.

Tipologi ruang dalam
Terdapat lima tipologi ruang dalam pada Rumoh Aceh yang tersebar di enam
gampong di kawasan Aceh Lhee Sagoe, yaitu
Tipe 1
Tipe 1 merupakan tipe ruang dalam yang masih asli, yaitu belum
mengalami perubahan susunan ruang. Tipe ini masih banyak dipertahankan di
kawasan ini, khususnya di gampong dengan kondisi geografis yang berada jauh
dari perkembangan kota, yaitu berada di Blangtingkeum, Lambada, dan Indrapuri
(Gambar 5).

Seuramoe keue
Rambat
Kamar tidur
utama
Seuramoe likot

Susunan asli

Potongan ruang dalam

Gambar 5. Susunan ruang dalam Rumoh Aceh.

4

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

Tabel 1. Tipe 1 Ruang Dalam Aceh Lhee Sagoe
No

Rumah


1.

Faktor Pembeda
Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli

Rumah Ibu Barisyah-Gampong Lamlhom

2.

Rumah Ibu Fauziah-Gampong Lamlhom

Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli

3.

4.


5.

6.

7.

Letak tangga utama di Barat
dengan pertimbangan hubungan
kekerabatan, yaitu rumah saudara
berada di Barat, sehingga akses
berada di Barat.

Rumah Ibu Nurnizah- Gampong Blangtingkeum

Rumah Bapak Fakhrurrazi-Gampong Lambada

Rumah Ibu Nur Meutia-Gampong Lambada

Rumah Ibu Zurtawani-Gampong Lambada

Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli

Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli.

Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli

Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli

Rumah Ibu Siti Aminah-Gampong Lambada

Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli

8.

Rumah Ibu Aisyah-Gampong Pasie Lamgarot

Tidak terdapat perbedaan dari
susunan asli

9.

Rumah Ibu Ruhani-Gampong Indrapuri

Terdapat perbedaan pada rumah Ibu Fauziah disebabkan dengan pertimbangan
hubungan kekerabatan penghuni yang cenderung berinteraksi dengan saudaranya yang

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

5

Akses pada
umumnya berada
di Timur

Akses berada
di Selatan

Akses utama

Gambar 8. Letak tangga di tengah dengan ukuran pintu yang rendah sebagai simbol
untuk menghormati penghuni rumah.

Tipe 3
Terdapat penambahan ruang tambahan di salah satu susunan ruang dalam dan
ruang tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh. Tipe ini banyak dijumpai di gampong
yang berada di daerah dengan lokasi di dekat pusat kota, yaitu di Gampong Lambari
Bakmee, Pasie Lamgarot, dan Indrapuri (Gambar 9).

Seuramoe keue
Rambat
Kamar tidur utama
Seuramoe likot
Ruang tambahan

Gambar 9. Penambahan ruang di susunan ruang dalam dan di belakang bawah Rumoh
Aceh.

Penambahan ruang di seuramoe likot dan ruang tambahan di belakang bawah Rumoh
Aceh.
Kecenderungan penambahan ruang berada di susunan seuramoe likot. Hal ini
disebabkan karena seuramoe likot masih merupakan ruang penghuni, privasi ruang
tambahan tetap terjaga. Hal ini juga menyebabkan fungsi seuramoe likot mengalami
perubahan fungsi, sehingga fungsi dapur dipindahkan ke bangunan tambahan yang
berada di belakang bawah Rumoh Aceh (Tabel 2).

Tabel 2. Tipe 3 Ruang Dalam Aceh Lhee Sagoe
No

Rumah

1.

Perubahan Fungsi
Perubahan fungsi seuramoe
likot menjadi kamar tidur
tambahan
dan
dapur
dipindahkan
ke
ruang
belakang Rumoh Aceh.

Faktor Pembeda
Arah penambahan ruang ke
arah belakang (seuramoe likot)
dan bangunan tambahan di
belakang Rumoh Aceh.

Perubahan fungsi seuramoe
likot menjadi kamar tidur
tambahan
dan
dapur
dipindahkan
ke
ruang
belakang Rumoh Aceh.

Arah penambahan ruang ke
arah belakang (seuramoe likot)
dan bangunan tambahan di
belakang Rumoh Aceh.

Rumah Ibu Fauziah-Gampong
Lambari Bakmee

2.

Rumah Ibu Mariani -Gampong Lambari
Bakmee

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

7

8

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

dengan terdapatnya penambahan ruang privasi bagi penghuni. Seuramoe likot juga
menjadi penghubung antara Rumoh Aceh dan bangunan tambahan yang berada di
belakang bawah Rumoh Aceh (Gambar 10).

Dapur dipindahkan ke bangunan tamabahan di
belakang bawah Rumoh Aceh.

Seuramoe likot
menjadi kamar
tidur tambahan

Seuramoe likot sebagai akses
menuju bangunan tambahan di
belakang bawah Rumoh Aceh.

Gambar 10. Perubahan fungsi seuramoe keue menjadi kamar tambahan.

Arah penambahan ruang
Pada umumnya kecenderungan penambahan ruang ke arah seuramoe likot. Hal
ini disebabkan karena seuramoe likot masih merupakan ruang penghuni, sehingga tingkat
privasi tetap terjaga. Masyarakat Aceh sangat terbuka kepada siapa saja, namun dalam
hal privasi, masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi kehormatan serta batasan bagi
yang bukan muhrimnya (Gambar 11).
Pena
mba
han
ke
arah
bela
kang

Pen
amb
aha
n ke
arah
bela
kan
g

Tahun 1940

Tahun 1940
Tahun 2005
Tahun 2005

Gambar 11. Kecenderungan penambahan ruang di susunan seuramoe likot.

Namun teradapat salah satu kasus di Gampong Pasie Lamgarot, dimana
penambahan ruang berada di susunan seuramoe keue, sehingga pergeseran privasi
mulai terjadi karena penghuni mulai menghilangkan batas privasi penghuni dengan
melakukan penambahan ruang di area publik (Gambar 12).

Seuramoe keue
Ruang tambahan

Gambar 12. Perbedaan arah penambahan ruang ke zona publik (seuramoe keue).

Adapun penambahan bangunan pada umumnya berada di belakang Rumoh Aceh.
Hal ini dengan tujuan agar tidak mengganggu akses tetangga dengan letak rumah yang

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

9

Seuramoe keue
Rambat
Kamar tidur utama
Seuramoe likot
Ruang tambahan
Orientasi akses kamar tidur ke seuramoe likot

Gambar 15. Rueng membujur ke Barat dan
Timur menunjukkan strata ekonomi penghuni.

Gambar 16. Perbedaan akses pada tipe 3 pada
ruang dalam Rumoh Aceh.

Pada rumah masyarakat Aceh, jumlah rueng pada rumah tinggal 3-4 rueng,
sementara untuk rumah bangsawan sebanyak 5 rueng ke atas. Namun keberadaan
Rumoh Aceh bangsawan saat ini sangat jarang sekali dijumpai. Adapun yang masih
terdapat di kabupaten Aceh Besar adalah pada Rumoh Aceh Cut Nyak Dhien di
Lampisang.
Perbedaan Akses
Walaupun memiliki susunan dan prinsip perubahan ruang yang sama pada tipe 3,
namun adanya perbedaan akses ruang yang dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas
penghuni, yaitu pada beberapa rumah di Gampong Lambari Bakmee memiliki akses
kamar tidur utama yang umumnya berada di sisi rambat, tetapi berada ke arah seuramoe
keue dan seuramoe likot. Setelah diteliti, bahwa adanya peran aktivitas yang
mempengaruhi orientasi akses yang seharusnya menghadap ke area tungai karena
merupakan ruang privasi (Gambar 17).
K. Tidur

Akses kamar tidur
pada umumnya

Rambat

Perbedaan akses kamar tidur ke arah
seuramoe keue dan likot.

Orientasi akses kamar tidur ke
seuramoe keue.

Gambar 17. Perbedaan akses pada tipe 3 pada ruang dalam Rumoh Aceh.

Adapun terdapatnya ruang pada dalam tipe 3 pada Rumoh Aceh dipengaruhi oleh
faktor non fisik, yaitu
a. Peristiwa pernikahan, pertambahan anggota keluarga;
b. Kebutuhan akan ruang penyimpanan padi mengingkat;
c. Aktivitas sehari-hari penghuni.
d. Usia penghuni mempengaruhi perlakuan ruang; dan
e. Hubungan kekerabatan penghuni dan tetangga.
Tipe 4.
Ruang dalam tidak mengalami perubahan susunan ruang Rumoh Aceh asli,
namun terdapat bangunan tambahan di belakang Rumoh Aceh. Hal ini disebabkan karena
adanya peristiwa tsunami dengan adanya bantuan dari volunteer asing, sehingga
masyarakat memutuskan untuk melakukan penambahan ruang di sisi belakang bawah
Rumoh Aceh, tanpa mengubah susunan ruang dalam asli pada Rumoh Aceh. Adanya

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

11

Rumah Ibu
Aminah

Rumah Ibu Nurhayati

Tahun 1930

Tahun 1940

Tahun 2005

Tahun 2005

Rumah Ibu
Sa’diah

Tahun 1935

Rumah Ibu Zuriah
Tahun 2006

Tahun 1940
Rumah Ibu
Nurhayati

Tahun 1935

Rumah
Ibu Naimah
Tahun 2005

Tahun 1940

Tahun 2000

Tahun 1998

Rumah Ibu Aisyah Tahun 1924
Rumah Ibu Hafsah

12

Tahun 1920

Tahun 1974

Tahun 1994

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

13

Terdapatnya bangunan tambahan tetap memperhatikan hubungan kekerabatan,
yaitu dengan meletakkan bukaan ke arah rumah tetangga (Gambar 21).

Jalan gampong

Bangunan Tambahan
Orientasi bukaan

Gambar 20. Orientasi bukaan bangunan tambahan menghadap ke rumah tetangga.

Terbentuknya ruang dalam tipe 4 juga disebabkan oleh faktor non fisik, yaitu
a. Peristiwa pernikahan, kelahiran;
b. Kebutuhan penunjang ruang usaha;
c. Usia penghuni; dan
d. Bantuan pasca tsunami.

Tipe 5
Terdapat penyeederhanaan susunan ruang tipe 5 menjadi dua susunan saja, yaitu
fungsi tungai digantikan pada seuramoe keue atupun seuramoe likot. Hal ini dengan
pertimbangan ekonomi dan menghemat biaya pembangunan. Faktor ekonomi merupakan
salah satu faktor non fisik yang juga menjadi landasan yang melatarbelakangi
terbentuknya ruang (Ulfa 2011) (Gambar 22).

Susunan asli
Penyederhanaan susunan

Gambar 22. Penyederhanaan susunan ruang pada tipe 5.

14

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

Posisi kamar tidur di
seuramoe keue

Gambar 25. Letak kamar tidur di seuramoe keue.

Menurut Wilson (1974) bidang dinding/pembatas (the vertical space devider)
merupakan unsur perancangan yang dapat menciptakan ruang. Kondisi susunan ruang
dalam pada tipe 5 yang terdiri dari seuramoe keue sebagai ruang publik dan seuramoe
likot sebagai ruang penghuni yang bersifat lebih privat menjadikan ruang memiliki fungsi
dan kedudukan yang berbeda. Terdapat elemen arsitektural berupa dinding yang
membatasi kedudukan ruang tersebut, sehingga privasi penghuni di ruang seuramoe likot
lebih terjaga (Gambar 26).

Gambar 26. Terdapat pembatas ruang yang mempertegas perbedaan kedudukan
ruang.

Perbedaan akses
Pada kamar tidur utama, terdapat perbedaan akses ruang yang disesuaikan
dengan kecenderungan perilaku penghuni beraktivitas. Adapun pengaruh aktivitas
penghuni juga sangat mempengaruhi pola ruang pada Rumoh Aceh. Terdapat hubungan
manusia dengan ruang. Salah satu perasaan yang penting mengenai ruang adalah
perasaan teritorial. Perasaan ini memenuhi kebutuhan dasar akan identitas diri,
kenyamanan dan rasa aman pada pribadi manusia (Wilson 1974) (Gambar 27).

16

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

Akses ke seuramoe keue

Akses ke seuramoe likot

Gambar 20. Akses kamar tidur ke arah seuramoe keue ataupun ke seuramoe likot.

Bentuk seuramoe likot
Bentuk seuramoe likot terdiri dari dua tipe, yaitu tipe seuramoe likot dengan
anjongan, yaitu dengan adanya ruang yang menjorok ke Timur sebesar 2 meter dan
sebagai tempat diletakkannya dapur (Hadjat 1987) (Gambar 28).

Gambar 28. Dapur dengan anjongan.

Terdapat pula dapur tanpa anjongan dengan luas ruang sama seperti seuramoe
keue (Gambar 29).

Gambar 29. Dapur tanpa anjongan.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

17

Ruang dalam tipe 5 tidak mengalami perubahan susunan sama sekali, hanya saja
terdapat penyederhanaan susunan pada ruang dalam. Terbentuknya pola ruang dalam
pada tipe 5, yaitu
a. Kesadaran masyarakat untuk tetap mempertahankan pola ruang asli tanpa adanya
penambahan dan pengurangan ruang.
b. Kondisi geografis daerah yang berada jauh dari pusat kota, sehingga belum
mengalami degradasi budaya dan perubahan bangunan yang disebabkan oleh
tuntutan zaman.
c. Kondisi perekonomian masyarakat yang menyebabkan tidak terjadinya
penambahan ruang karena minimnya biaya.
Tipologi perkembangan susunan ruang dalam
Tipe 3 merupakan tipe paling akhir pada urutan perkembangan tipologi ruang
dalam Rumoh Aceh, sebab pada tipe 3 telah terjadi penambahan ruang di susunan ruang
dalam dan terdapatnya bangunan tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh. Terdapat
dua proses perkembangan tipologi hingga mencapai tipe ke 3, yaitu:
Proses 1
Seuramoe keue
Tungai
Seuramoe likot

Susunan asli

Penambahan ruang ke
bawah setelah
memanfaatkan ruang
atas
Melakukan penambahan pada ruang atas
terlebih dahulu, selanjutnya barulah mendirikan
bangunan tambahan di belakang bawah Rumoh
Aceh. Hal ini dengan pertimbangan untuk menekan
biaya pembangunan. Hal ini terlihat dengan adanya
Tahun 1940
penerapan ruang atas tipe 2 menjadi tipe 3

Ruang tambahan
di atas dan
belakang bawah
Rumoh Aceh.

Penambahan ruang
di area belakang
(seuramoe likot)

Tahun 2005

Proses 2

Penambahan ruang ke bawah
terlebih dahulu karena tetap
ingin mempertahankan pola
ruang asli.

Membangun bangunan tambahan di sisi belakang
bawah Rumoh Aceh terlebih dahulu, baru melakukan
penabahan di susunan atas, yang ditandai dengan
adanya tipe 4 yang dapat berubah menjadi tipe 3 jika
dibutuhkan. Namun ini merupakan salah satu upaya
untuk tetap mempertahankan susunan asli Rumoh
Aceh. tanpa mengubah susunan ruang atas pada
Rumoh Aceh.

Penambahan ruang ke atas
setelah membangun
bangunan tambahan di
bawah belakang Rumoh
Aceh.

Tahun
2012
Seuramoe keue
Tungai
Seuramoe likot
Ruang tambahan
di atas dan
belakang bawah
Rumoh Aceh.

Tahun 1945

Tahun 1985
Tahun 2005

Gambar 30. Tipologi perkembangan susunan ruang dalam.

18

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

Kesimpulan
Kesimpulan studi ini adalah:
a. Pola ruang bangunan pada Rumoh Aceh di kawasan mukim Aceh Lhee Sagoe
terdiri dari lima tipe.
b. Terdapatnya perubahan ruang pada Rumoh Aceh sangat dipengaruhi oleh faktor
non fisik, yaitu faktor filosofi ruang pada Rumoh Aceh, kondisi adat berupa adanya
peristiwa pernikahan, pertambahan jumlah anggota keluarga, faktor sosial,
ekonomi, serta aktivitas penghuni, yaitu sangat dipengaruhi oleh dengan adanya
peristiwa kelahiran dengan adanya pertambahan anggota keluarga dan peristiwa
pernikahan, serta erat hubungannya kebutuhan ruang yang memiliki keterkaitan
sebagai penunjang pekerjaan, seperti ruang tambahan yang berfungsi untuk
menyimpan padi hasil panen, dan sebagainya.
c. Pola ruang atas Rumoh Aceh didominasi oleh tipe 3, yaitu dengan adanya ruang
tambahan pada susunan asli ruang atas pada Rumoh Aceh dan adanya
pnambahan bangunan tambahan yang berada di belakang bawah Rumoh Aceh.
d. Adapun perubahan pola ruang pada Rumoh Aceh memiliki kecenderungan
penambahan dengan dua pola, yaitu Melakukan penambahan pada ruang atas
terlebih dahulu, selanjutnya barulah mendirikan bangunan tambahan di belakang
bawah Rumoh Aceh. Hal ini dengan pertimbangan untuk menekan biaya
pembangunan. Namun ada pula yang membangun bangunan tambahan di sisi
belakang bawah Rumoh Aceh terlebih dahulu, baru melakukan penabahan di
susunan atas, yang ditandai dengan adanya tipe 4 yang dapat berubah menjadi
tipe 3 jika dibutuhkan. Namun ini merupakan salah satu upaya untuk tetap
mempertahankan susunan asli Rumoh Aceh tanpa mengubah susunan ruang atas
pada Rumoh Aceh.
Daftar Pustaka
Hadjat, A., Ali, Z., Ardy, M., Kasim, M., S. & Usman, R. 1984. Arsitektur Tradisional
Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Banda Aceh: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ulfa, S. M. 2011. Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kuno Desa Bakung Kecamatan
Udanawu Blitar. Jurnal TESA Arsitektur, IX (2): 62-122 (diakses tanggal 12 Maret
2014)
Wilson, F. 1971. Structure the Essence of Architecture. New York : Van Nostrand
Reinhold Company.

Antariksa © 2014

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014

19