T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB IV

1.1.1. Profil SMK Negeri 1 Sayung

SMK Negeri 1 Sayung pada awalnya merupakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kecil Sayung, SMK

Kecil merupakan program Kementerian Pendidikan Nasional yaitu pendirian SMK di lingkungan SMP yang memiliki program ketrampilan hidup (life skill) yang ditujukan untuk menampung lulusan SMP tersebut dan meningkatkan ketrampilan yang telah diperoleh di SMP supaya menjadi tenaga operator tingkat menengah, salah satu SMP di Kabupaten Demak yang memiliki program life skill adalah SMP Negeri 2 Sayung yang memiliki program ketrampilan Teknik Las, Pertukangan dan Tata Busana. Pemerintah Kabupaten Demak menyambut baik program pendirian SMK Kecil di SMP maka pada

tanggal 11 Agustus 2004 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Demak Nomor. 421/709/2004, berdirilah SMK Kecil Negeri Sayung di SMP Negeri 2 Sayung yang beralamat di Jalan raya Semarang-

Demak KM 14 Onggorawe Kelurahan loireng Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. SMK Negeri 1 Sayung sesuai dengan keputusan kepala dinas Pendidikan Kabupaten Demak tahun 2004 memiliki 2 program Keahlian yaitu Teknik Las dan Tata Busana, sejalan dengan tuntutan masyarakat maka tahun 2009 membuka tiga program keahlian Demak KM 14 Onggorawe Kelurahan loireng Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. SMK Negeri 1 Sayung sesuai dengan keputusan kepala dinas Pendidikan Kabupaten Demak tahun 2004 memiliki 2 program Keahlian yaitu Teknik Las dan Tata Busana, sejalan dengan tuntutan masyarakat maka tahun 2009 membuka tiga program keahlian

Jumlah pendidik di SMK Negeri 1 Sayung sebanyak 37 Orang terdiri dari 20 Orang PNS dan 17 Guru Tidak Tetap (GTT) sedang dari kualifikasi akademik terdiri dari 2 orang berpendidikan pasca sarjana, 33 orang sarjana, dan 2 orang berpendidikan SMA, SMK Negeri 1 Sayung mengangkat guru pendidikan tidak sesuai kualifikasi tetapi berdasarkan pada kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut yang murni berasal dari praktisi yaitu satu orang guru dari mekanik senior salah satu Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) sepeda motor dan satu orang praktisi pengembang software yang telah berpengalaman, hal ini dilakukan karena minimnya tenaga ahli dibidang tersebut yang ada sehingga SMK Negeri 1 Sayung mengangkat

yang diharapkan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar selain sebagai networking sekolah dengan pelaku usaha. Adapun pendidik/guru yang sudah bersertifikat pendidik sebanyak 6 orang, minimnya guru yang bersertifikat ini dikarenakan usia guru yang ada di SMK Negeri 1 Sayung relatif masih muda yaitu antara 24 tahun s.d 50 tahun.

tenaga

ahli

Perkembangan jumlah siswa mengalami pasang surut sejalan dengan banyaknya Kompetitor dari SMK yang membuka program keahlian yang sama dan lokasi yang berdekatan karena tidak adanya pembatasan pendirian SMK di Kabupaten Demak. Dari lima program keahlian yang ada di SMK Negeri 1

Sayung jumlah siswa yang ada sebanyak 477 terdiri dari 263 siswa laki-laki dan 184 siswa perempuan, jumlah siswa pada masing-masing program keahlian adalah sebagai berikut : Teknik pengelasan sebanyak 105, Teknik Sepeda Motor sebanyak 112, Rekayasa Perangkat Lunak sebanyak 117, Jasa Boga sebanyak

34, dan Tata busana sebanyak 81 terdiri atas lima belas rombongan belajar. Tenaga Kependidikan (Tendik) sebanyak 7 Orang terdiri dari 3 orang PNS dan 4 Orang Pegawai Tidak Tetap (PTT) dengan kualifikasi akademik sebagai berikut; sarjana sebanyak 4 orang, diploma sebanyak 1 orang dan SMP sebanyak 2 orang.

Selama 10 tahun ini SMK Negeri 1 Sayung masih berlokasi di SMP Negeri 2 Sayung tepatnya menempati lahan bagian timur SMP dengan luas ± 2.000 M , sehingga pembanguan gedung sekolah mengalami kendala lahan. Jumlah kelas sebanyak 15 rombongan belajar, tetapi ruang kelas sebanyak 11 ruang, untuk mengatasi hal tersebut maka pembelajaran produktif dibuat jam pelajaran sistem block sehingga anak yang belajar praktek tetap berada laboratorium dan kelas yang ada dimanfaatkan siswa yang

Adapun jumlah ruangan/laboratorium praktek sebanyak 7 ruangan terdiri dari 2 ruang praktek Jasa Boga, 2 ruang praktek Tata Busana, 1 ruang praktek Teknik Sepeda Motor, 1 ruang praktek Rekayasa Perangkat Lunak, dan 1 Ruang Praktek Teknik Pengelasan. Selain itu ada 1 ruang koperasi, 1 ruang OSIS, 1 Ruang Kepala

tidak

praktek.

sekolah, 1 ruang Perpustakaan, 1 Ruang Praktek Komputer, 1 Ruang Laboratorium IPA, 1 Ruang UKS, 1 ruang BP/BK, 1 Ruang BKK dan 1 Ruang Guru. Peralatan praktek di SMK Negeri 1 Sayung telah memenuhi standar sesuai ketentuan dari lembaga sertifikasi profesi setiap tahun SMK Negeri 1 Sayung mengadakan uji kompetensi bekerjasama dengan lembaga sertifikasi profesi dan assosiasi profesi sehingga peralatan yang digunakan untuk praktek harus sesuai standar.

Untuk meningkatkan kompetensi lulusan dan keterserapan lulusan di pasar kerja maka SMK Negeri

1 Sayung menjalin kerja sama dengan berbagai institusi milik pemerintah maupun lembaga swasta yang bergerak diberabagai bidang salah satunya adalah untuk keperluan uji kompetensi dan singkronisasi kurikulum dengan SKKNI SMK Negeri 1 Sayung bekerja sama dengan welding Institute (Inslastek) solo, Ikatan Penata Busana Indonesia (IPBI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Assosiasi Pelaku Telematika Indonesia (APTI) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Otomotif. Selain itu untuk keperluan magang Praktek kerja industri (Prakerin) SMK Negeri 1 Sayung menjalin kerjasama sedikitnya dengan 76 pelaku usaha baik Industri maupun Usaha Kecil Menengah (UKM). Tidak sedikit pelaku usaha tersebut meminta lulusan untuk bekerja ditempat mereka sebagai respon atas kinerja peserta prakerin.

1.1.2. Perencanaan Program di SMK Negeri 1 Sayung

Perencanaan Program merupakan tindakan lanjut setelah penentuan visi, misi dan tujuan sekolah. Perencanaan sangat penting agar visi, misi dan tujuan sekolah dapat dicapai secara terencana dan sistematis. sebagaimana penjelasan Bapak Gigis mohamad Afnan, S.Pd. M.Pd., selaku kepala sekolah sebagai berikut:

Proses yang disusun secara sistematis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu biasanya 1-5 tahun yang akan datang berdasarkan pemahaman lingkungan internal dan eksternal SMK Negeri 1 Sayung. (Wawancara 22 januari 2015)

Perencanaan Program dibuat pada kurun waktu satu kepemimpinan Kepala Sekolah, karena harus menjawab capaian yang diharapkan saat Kepala Sekolah melaksanakan tugas memimpin di sekolah. Karena tujuan perencanaan program itu adalah memberikan arah dan pedoman apa yang akan dicapai oleh sekolah kedepan hal ini sesuai pernyataan dari kepala sekolah

Rencana strategis member arah yang jelas dan terperinci untuk mewujudkan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan sebagai pedoman bagi organisasi dan semua pemangku kepentingan. (Wawancara 22 januari 2015)

Namun seringkali perencanaan program dibuat hanya dengan cara melakukan plagiasi atau replikasi program-program yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi jika mengesampingkan kegiatan analisa terhadap sumber-sumber daya sekolah, maka plagiasi dan replikasi program akan membuat sekolah tidak Namun seringkali perencanaan program dibuat hanya dengan cara melakukan plagiasi atau replikasi program-program yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi jika mengesampingkan kegiatan analisa terhadap sumber-sumber daya sekolah, maka plagiasi dan replikasi program akan membuat sekolah tidak

Renstra smk Negeri 1 sayung sebenarnya disusun secara periodik namun masih berdasarkan pada program tahun sebelumnya.(Wawancara 23 Januari 2015)

Perumusan perencanaan program sharusnya membentuk tim. Tim perumus mungkin dapat terdiri atas kepala sekolah selaku penanggung jawab, guru selaku sekretaris dan anggota. tim melakukan perumusan

program yang selanjutnya kan di sosialisasikan dan dilakukan pembahasan pada rapat kerja namun yang ada di SMK Negeri 1 Sayung perencanaan program ini tidak dibentuk tim sebagaimana pernyataan dari Saiful Arifin, S.Pd wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan;

awal

perencanaan

Penyusunan program kerja hanya melibatkan sebagian kecil guru yaitu bendahara dan kepala sekolah, karena program kerja yang ada kami hanya melanjutkan program yang ada pada tahun lalu sebagai rutinitas. (Wawancara 23 Januari 2015)

Pentingnya keterlibatan semua warga sekolah dalam hal perencanaan Program dengan tujuan mempersiapkan dan menyamakan persepsi tentang Program yang akan dilaksanakan di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan program yang akan datang lebih Pentingnya keterlibatan semua warga sekolah dalam hal perencanaan Program dengan tujuan mempersiapkan dan menyamakan persepsi tentang Program yang akan dilaksanakan di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan program yang akan datang lebih

mengindentifikasi hambatan/kendala dan kesenjangan pada waktu yang lalu sebagai masukan dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang akan datang.

masyarakat,

serta

Beberapa hal yang menjadi kendala dalam perencanaan Program, diantaranya disampaikan oleh Kepala sekolah dan guru sebagai berikut:

Gigis mohamad afnan mengatakan ; Dalam penyusunan rencana strategis SMK Negeri 1 Sayung masih didominasi oleh kebijakan top manajemen, meskipun pendekatan partisipatif terbuka bagi seluruh kompenen terkait, sehingga dalam implementasinya menimbulkan kepentingan antara hasil dan tujuan yang diharapkan. Proses

dibarengi dengan penganggaran karena kurang jelasnya informasi besaran anggaran karena ketika penyusunan seringkali

guruy mengajukan

sebanyak-banyaknya (Wawancara 22 Januari 2015).

program Tata Busana menyampaikan; yang menjadi masalah dalam penyusunan program adalah persepsi dan kebutuhan yang mana mempunyai karakteristik yang beragam antar proram keahlian (wawancara 23 Januari 2015)

S.Pd

ketau

Terkait dengan pemecahan masalah ketika penyusunan program berlangsung disampaikan oleh kepala sekolah dan ketua program Tata busana sebagai berikut.

Cara mengatasi kendala tersebut (penyusunan program) adalah mengkomunikasikan kepada semua kepentingan untuk emenntukan skala prioritas yang terpenting untuk digunakan dan disesuaikan dengan mekanisme penganggaran (wawancara dengan kepala sekolah 22 Januari 2015).

Sri sumaryani ketua program tata busana mengatakan untuk mengatasi Kendala tersebut seharusnya seluruh komponen sekolah bersinergi untuk mewujudkan tujuan dan fungsi sekolah. (wawancara 23 Januari 2015)

Berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan bagi stakeholder dan warga sekolah SMK Negeri 1 Sayung telah menyusun program sebagaimana pernyataan kepala sekolah

Program yang telah disusun dalam renstra smk negeri 1 Sayung untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dasarnya semua program sebagaimana dalam standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan oleh kementrian pendidikan nasional yang meliputi 8 standar (wawancara 22 Januari 2015)

Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan hasil pelaksanaan Program yang sudah diagendakan berdasarkan kesepakatan bersama. Evaluasi diharapkan dapat mengetahui perkembangan dan hasil tindak lanjut di lapangan, sudah berjalan dengan baik dan lancar atau belum. Sehingga perlu adanya

berkelanjutan dan berkesinambungan. Namun evaluasi program ini tidak dilaksanakan dengan baik Bapak Drs. Saroni selaku Wakil manajemen mutu, memberikan pendapatnya terkait dengan kegiatan evaluasi:

monitoring

secara

Menurut saya setiap kegiatan harus ada evaluasi, agar mengetahui perkembangan dan hasil dari pelaksanaan program. Tidak terkecuali evaluasi pada Program sekolah. Apabila terdapat permasalahan yang berpengaruh pada perkembangan dan hasil, sehingga kurang sesuai dengan yang diharapkan, dapat mencari solusi sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Namun pada kenyataan program berjalan sesuai keinginan pelaksana tanpa dilakukan evaluasi pada akhirnya. (wawancara 23 Januari 2015)

Melihat berbagai data yang ada maka pelaksanaan perencanaan program di SMK Negeri 1 Sayung belum memenuhi harapan berbagai pihak mulai dari pembuatan program yang hanya Melihat berbagai data yang ada maka pelaksanaan perencanaan program di SMK Negeri 1 Sayung belum memenuhi harapan berbagai pihak mulai dari pembuatan program yang hanya

1.1.3. Hasil Tahapan Analisis Perencanaan Strategis

Proses penyusunan perencanaan strategis ini melalui tiga tahap analisis, tahap analisis yang pertama adalah tahap pengumpulan data, data yang diperoleh diklasifikasikan sebagai bahan untuk FGD. pada tahap pertama ini dilakukan dengan 2 matrik yaitu matrik IFAS (Internal Factors Analisys Summary) dan matrik EFAS (External Factors Analisys Summary). Kemudian tahap kedua dengan tahap analisis menggunakan matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), matrik IE (Internal Eksternal), matrik SPACE (Strategic Position and Action Evaluation), matrik Grand Strategy dan tahap ketiga, tahap pengambilan keputusan dengan matrik Perencanaan

(Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM). Dari hasil analisis matrik QSPM ini kemudian ditentukan strategi yang

Strategis Kuantitatif Strategis Kuantitatif

Adapun tahapan perencanaan strategis ini dapat diuraikan sebagai berikut ;

1. Matrik IFAS (Internal Factors Analisys Summary). Hasil dari analisis faktor-faktor dominan kekuatan dan kelemahan dalam pelayanan pendidikan sesuai dengan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) sesuai dengan pembobotan dan penskoran yang diperoleh pada tabel 4.1. faktor kekuatan internal yang paling berpengaruh adalah kerjsama antar personil yang cukup baik mendapatkan nilai 0,44. Sarana praktik yang mencukupi untuk setiap kompetensi keahlian dengan nilai 0,42. Kerjasama terjalin baik dengan beberapa institusi/DU-DI, Tersediannya SDM yang kreatif dan inovatif, sebagian besar guru telah mengikuti diklat masing-masing mendapatkan nilai 0,36.

Kelemahan internal paling dominan adalah Kurangnya ruang belajar, ini dikarenakan lahan tempat berdirinya SMK Negeri 1 Sayung masih milik SMP Negeri 2 Sayung, faktor tersebut sangat dominan dengan nilai 0,60. selanjutnya adalah jumlah alat dan ruang praktek belum sesuai standard an tingkat kinerja kelembagaan yang masih rendah masing- masing mendapatkan nilai 0,36.

Tabel 4.1

Matrik Evaluasi faktor Internal (IFAS)

No Faktor-faktor Internal Dominan Bobot Skor Bobot x Skor

Kekuatan

1 Manajemen terbuka dan partisipatif 0,09 3 0,27 2 Adanya dukungan dari pemerintah kabupaten Demak, Dinas

0,14 2 0,28 Pendidikan, stakeholder, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan 3 Adanya struktur organisasi dan tata kelola yang baik guna

0,09 3 0,27 mendukung system kerja yang professional 4 Kerjasama antar personil cukup baik

0,11 4 0,44 5 Tersedianya

0,09 4 0,36 mengembangkan pembelajaran. 6 Sarana praktik yang mencukupi untuk setiap Kompetensi

0,14 3 0,42 Keahlian 7 Sebagian

0,09 4 0,36 kompetensinya. 8 Jaringan internet telah berfungsi sehingga mudah mengakses

diklat sesuai

0,05 4 0,20 berbagai informasi. 9 Lokasi strategis, di jalan lintas pantura bisa terjangkau untuk

0,07 3 0,21 siswa dari kecamatan di wilayah Demak barat dan Kota Semarang bagian utara. 10 Komite Sekolah sangat peduli dengan peningkatan mutu

0,05 3 0,15 sekolah. 11 Kerjasama telah terjalin baik dengan beberapa Institusi/DU-

0,09 4 0,36 DI.

Total Kekuatan

Kelemahan

1 Kurangnya ruang belajar karena hanya memiliki 10 ruang 0,15 4 0,60 belajar, sedangkan robongan belajar mencapai 15 kelas 2 Tingkat kinerja kelembagaan yang masih lemah, terutama

0,12 3 0,36 dalam keadministrasian. 3 Relevansi kompetensi input dengan output pendidikan yang

0,08 3 0,24 masih belum optimal 4 Terbatasnya dana operasional dari pemerintah dan belum

0,08 4 0,32 tergalinya sumber-sumber dana secara optimal yang berasal dari masyarakat/dunia usaha bagi kegiatan pendidikan 5 Pelaksanaan MBS belum optimal.

0,04 3 0,12 6 Komite

0,04 3 0,12 sebagaimana empat Peran Komite Sekolah dalam membangun MBS. 7 Belum semua guru memahami kurikulum yang kurikum 2013

0,08 3 0,24 8 Disiplin waktu masih perlu ditingkatkan.

0,10 3 0,30 9 Sebagian besar guru program produktif belum mengikuti

0,08 2 0,16 magang di DU/DI. 10 Jumlah tenaga TU belum sesuai beban kerja

0,06 2 0,12 11 Jumlah alat dan ruang praktik belum sesuai standar

0,12 3 0,36 12 Unit produksi yang belum berjalan dengan baik dan dikelola

0,04 3 0,12 secara profesional. 13 Pelaksanaan evaluasi program belum maksimal

Total Kelemahan

0,14 Sumber : Hasil FGD 2015

Total IFAS

2. Matrik EFAS (External Factors Analisys Summary)

Hasil analisis faktor eksternal dapat dilihat pada tabel 4.2. dalam tabel tersebut faktor pluang eksternal yang paling dominan adalah nilai kepercayaan masyarakat umum dan DU/DI terhadap SMK relative meningkat dengan nilai 0,76 dan faktor selanjutnya adalah hubungan dan dukungan instansi vertikal ditingkat kabupaten cukup baik dengan nilai 0,64. Kondisi social politi, dan keamanan yang stabil, adanya peluang untuk mengajukan bantuan serta pemerintah mengangkat PNS cukup dominan dengan nilai 0,52.

Faktor ancaman yang harus diperhatikan adalah perubahan kurikulum SMK yang relatif sangat cepat mendapatkan nilai 0,76 dan berkurangnya anggaran operasional dari pemerintah daerah mendapatkan nilai 0,57.

Dari hasil analisis faktor eksternal diperoleh jumlah dari faktor-faktor yang dominan dari peluang sebesar 3,77, sedangkan ancaman yang ada sebesar 3,38 dan selisih keduanya 0,39. Dari hasil ini diketahui bahwa SMK Negeri 1 Sayung mempunyai peluang yang bisa dimanfaatkan guna mengatasi ancaman yang ada.

Tabel 4.2 Matrik Evaluasi faktor Eksternal (EFAS)

No Faktor-faktor Eksternal Dominan Bobot Skor Bobot x

Skor

Peluang

1 Pemerintah mengangkat tenaga guru dan TU PNS. 0,13 4 0,52 2 Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut ke

0,09 2 0,18 jenjang yang lebih tinggi. 3 Adanya kebijakan Pemerintah dalam peningkatan

0,13 3 0,39 alokasi dana sektor pendidikan yang lebih tinggi melalui block grant. 4 Adanya peluang untuk mengajukan bantuan

0,13 4 0,52 kegiatan dengan alokasi dana yang cukup memadai. 5 Hubungan dan dukungan instansi vertikal di

0,16 4 0,64 tingkat kabupaten cukup baik. 6 Nilai kepercayaan masyarakat umum dan DU/DI

0,19 4 0,76 (user) terhadap SMK relatif meningkat. 7 Kondisi sosial, politik dan keamanan relatif stabil

0,13 4 0,52 8 Adanya perkembangan teknologi informasi yang

0,06 4 0,24 dapat diakses dengan mudah dan relatif murah. Total Peluang

Hambatan

1 Perubahan kurikulum khususnya dilingkungan 0,19 4 0,76 pendidikan SMK relatif terlalu cepat kurang dibarengi dengan sosialisasi yang komprehensif 2 Alokasi anggaran untuk operasional sekolah dari

0,19 3 0,57 pemerintah daerah ada kecenderungan semakin menurun (lebih rendah dari pada sebelum otonomi daerah). 3 Egosektoral

0,13 3 0,39 pada lini vertikal sering tidak menguntungkan pada perkembangan dunia pendidikan (khususnya kurang memihak pada sekolah kejuruan) 4 Daya serap pasar tenaga kerja untuk menerima

pemegang

kebijakan/kewenangan

0,13 4 0,52 lulusan relatif masih rendah (Keterbukaan DU/DI dalam

rendah/kurang). 5 Adanya kompetitor bursa kerja dari perusahaan-

0,06 3 0,18 perusahaan swasta. 6 Belum ada asosiasi profesi dan lembaga sertifikasi

0,06 3 0,18 profesi di tingkat kabupaten/kota 7 Terbatasnya jumlah DU/DI yang relevan dan

0,13 3 0,39 pembimbing yang memenuhi kualifikasi.

8 Perkembangan IPTEK yang berpengaruh terhadap 0,13 3 0,39 tuntutan kemampuan dan ketrampilan (tenaga yang profesional)

Total Hambatan 1,00 3,38 Total IFAS

0,39 Sumber : hasil FGD 2015

3. Diagram Analisis Strategi SWOT

Berdasarkan atas hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan hasil analisis lingkungan eksternal (EFAS) SMK Negeri 1 Sayung diperoleh hasil skor akhir IFAS (Kekuatan dan Kelemahan) adalah 3,32 – 3,18 = 0,14 dan EFAS (Peluang dan Ancaman) adalah 3,77- 3,38=0,39. Hasil analisis ini dapat dilihat pada gambar

4.1 dimana menunjukkan bahwa strategi berada pada no 1 yaitu mendukung strategi aggressive (SO) menggunakan kekuatan-kekuatan internal guna menangkap peluang-peluang eksternal dalam rangka meningkatlkan kualitas pelayanan. Hasil analisis ini dapat dilihat dalam gambar 4.1.

Gambar 4.1 Diagram analisa strategi SWOT

Peluang (O)

Mendukung strategy Mendukung strategy Turn Around

Kelemahan(W) Kekuatan(S)

Mendukung strategy Mendukung strategy Defensive

Diversifikasi

Ancaman(T)

4. Matriks Internal External (IE)

menggunakan parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi, yang tujuannya untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat korporat yang lebih detail, pada matrik ini terdiri dari 9 sel. Adapun hasil yang diperoleh jumlah IFAS dan EFAS sebagai berikut :

Tabel 4.3 Skor Akhir IFAS dan EFAS

IFAS EFAS Kategori

Total Skor Kekuatan (S)

Total Skor

Kategori

3,77 Kelemahan (W)

Peluang (O)

3,38 Total (S+W)

Ancaman (T)

7,15 (S+W) : 2

Total (O+T)

(O+T) : 2

Tabel 4.4

Matriks Internal Eksternal (IE)

F I Pertumbuhan

II Pertumbuhan

III Pertumbuhan

I V Stabilitas

E F A V Pertumbuhan

VI Penciutan

Stabilitas

A VII Pertumbuhan

VIII Pertumbuhan

IX Likuiditas

TOTAL SKOR FAKTOR INTERNAL (IFAS)

Hasil analisis matrik IE ini diperoleh posisi SMK Negeri 1 Sayung pada sel 1 Strategi pertumbuhan (Growth strategy) pada sel 1 ini pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertical yaitu dengan backward integration dan forward integration.

5. Matrik SPACE

Untuk mempertajam dari posisi dalam matrik Internal

maka peneliti menggunakan matrik SPACE pada tabel 4.5 agar dapat melihat posisi sekolah dan arah perkembangan sekolah tersebut.

Matrik Strategi dan Evaluasi Tindakan (SPACE)

Posisi Strategis internal Skor Posisi strategis eksternal Skor Financial Strenght (FS)

Environmental Stability (ES) 1. Dana operasional

4 1. Tingkat persaingan -2 dari pemerintah

sekolah semakin tinggi

2. Unit produksi 2 2. Perkembangan -2 teknologi 3. Keadaan ekonomi

2 3. Motivasi belajar -2 orangtua

siswa

4. Adanya block grant 4 4. Kebijakan -1 pemerintah daerah Total FS

12 Total ES -7 Competitive Advantage (CA)

Industry Strenght (IS) 1. Kompetensi lulusan

1. Standar sarana 3

prasarana

2. Fasilitas Sekolah

2. Standar pedidik dan 4

Tendik

3.Program–program

3. Standar pembiayaan 4 sekolah 4. Standar pengelolaan

2 Total CA

TOtAL IS 13 Sumber:hasil FGD 2015

FS + ES = 3,00 + (−1,75) = 1,25 CA + IS = (−2,00) + 3,66 = 1,66

Gambar 4.2 Diagram SPACE

Defensive Competitive

ES

Berdasarkan gambar 4.2 diatas terlihat garis vector bersifat positif yang berarti tindakan yang dilakukan harus lebih agresif memaksimalkan kekuatan finasial untuk memperdayakan kekuatan sekolah.

6. Matrik Strategi Besar (Grand Strategy Matrix)

Perhitungan matrik strategi besar terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi posisi persaingan dan dimensi pertumbuhan pasar.

Tabel 4.6

Competitive Position Grand Strategy Matrix

No Atribut

Skor Bobot x Skor 1 Kompetensi lulusan

Bobot

3 1,00 2 Fasilitas Sekolah

2 0,50 3 Program–program

Total 1 2,33 Sumber: FGD 2015

Tabel 4.7

Market Growth Grand Strategy Matrix

No Atribut

Skor Bobot x Skor 1 Dana operasional

3 0,45 kependidikan 3 Pengelolaan sekolah

3 0,60 5 Standar proses

2,70 Sumber: FGD 2015

Hasil dua dimensi tersebut ditampilkan dalam diagram grand strategy matrix seperti gambar 4.3. dari tabel tersebut terlihat bahwa posisi Grand strategy Matrix SMK Negeri 1 Sayung berada pada Kuadran I yaitu posisi strategi sempurna. Pada kuadran ini sekolah berpeluang untuk menjadi sekolah maju dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada.

Gambar 4.3 Diagram Grand Strategy Matrix

Pertumbuhan cepat

Kuadran II

Kuadran I

Persaingan Persaingan lemah

Kuat

Kuadran III Kuadran IV

Pertumbuhan lambat

7. Matrik Perencanaan Strategis kuantitatif (Quantitative Strategic Planning-QSPM)

Matrik ini merupakan tahap ketiga dimana tahapan ini merupakan tahapan pengambilan keputusan. Keputusan strategi yang diperoleh dari matrik SWOT adalah strategi SO, matrik SPACE diperoleh strategi Agresif, dan dari matrik Grand Strategi diperoleh strategi integrasi yaitu backward, forward, dan horizontal integration. Selanjutnya berbagai strategi tersebut akan dianalisis untuk menentukan strategi terbaik berdasarkan pada analisa keputusan matrik perencanaan strategi kuantitatif dibawah ini.

Tabel 4.8

Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)

No Faktor-faktor Dominan

Bobot

Strategi SO

Strategi Strategi Agressive

Integrasi

AS TAS AS TAS Kekuatan 1 Manajemen

AS

TAS

3 0,27 3 0,27 partisipatif 2 Adanya

2 0,28 3 0,42 pemerintah kabupaten Demak, Dinas Pendidikan, stakeholder, dan

meningkatkan kualitas pendidikan 3 Adanya struktur organisasi dan

kelola yang

baik

guna

mendukung system kerja yang professional 4 Kerjasama antar personil cukup

4 0,44 4 0,44 baik 5 Tersedianya SDM yang kreatif dan

3 0,27 4 0,36 inovatif dalam mengembangkan pembelajaran. 6 Sarana praktik yang mencukupi

2 0,28 3 0,42 untuk setiap Kompetensi Keahlian 7 Sebagian

kompetensinya. 8 Jaringan internet telah berfungsi

berbagai informasi. 9 Lokasi strategis, di jalan lintas

3 0,21 3 0,21 pantura bisa terjangkau untuk siswa dari kecamatan di wilayah Demak barat dan Kota Semarang bagian utara. 10 Komite Sekolah sangat peduli

sekolah. 11 Kerjasama telah

3 0,27 4 0,36 dengan beberapa Institusi/DU-DI. Total Kekuatan

2,86 3,46 Kelemahan 1 Kurangnya ruang belajar karena

4 0,60 4 0,60 hanya memiliki 10 ruang belajar, sedangkan

mencapai 15 kelas 2 Tingkat kinerja kelembagaan yang

3 0,36 3 0,36 masih lemah, terutama dalam keadministrasian. 3 Relevansi

2 0,16 3 0,24 dengan output pendidikan yang masih belum optimal 4 Terbatasnya dana operasional dari

3 0,24 4 0,32 pemerintah dan belum tergalinya sumber-sumber

optimal yang

berasal

dari dari

bagi

kegiatan pendidikan 5 Pelaksanaan MBS belum optimal.

3 0,12 3 0,12 6 Komite sekolah belum berfungsi

2 0,08 3 0,12 secara proporsional sebagaimana empat

Peran Komite

Sekolah

dalam membangun MBS. 7 Belum semua guru memahami

3 0,24 4 0,32 kurikulum yang kurikum 2013 8 Disiplin

3 0,30 4 0,40 ditingkatkan. 9 Sebagian besar guru program

waktu masih

belum mengikuti magang di DU/DI. 10 Jumlah tenaga TU belum sesuai

3 0,18 3 0,18 beban kerja 11 Jumlah alat dan ruang praktik

2 0,24 3 0,36 belum sesuai standar 12 Unit produksi yang belum berjalan

3 0,12 3 0,12 dengan baik dan dikelola secara profesional. 13 Pelaksanaan

3 0,12 3 0,12 belum maksimal Total Kelemahan

3,00 3,50 1 Pemerintah mengangkat tenaga

4 0,52 4 0,52 guru dan TU PNS. 2 Adanya beasiswa bagi guru untuk

2 0,18 2 0,18 studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi. 3 Adanya

4 0,52 4 0,52 dalam peningkatan alokasi dana sektor

kebijakan Pemerintah

pendidikan yang

lebih

tinggi melalui block grant. 4 Adanya

dengan alokasi dana yang cukup memadai. 5 Hubungan dan dukungan instansi

di tingkat kabupaten cukup baik. 6 Nilai

3 0,57 4 0,76 umum dan DU/DI (user) terhadap SMK relatif meningkat. 7 Kondisi

kepercayaan masyarakat

4 0,52 4 0,52 keamanan relatif stabil 8 Adanya perkembangan teknologi

sosial, politik

3 0,18 4 0,24 informasi yang dapat diakses dengan mudah dan relatif murah.

3,65 3,90 Hambatan 1 Perubahan kurikulum khususnya

Total Peluang

relatif terlalu cepat

kurang

dibarengi dengan sosialisasi yang komprehensif 2 Alokasi

3 0,57 3 0,57 operasional

anggaran

untuk

sekolah

dari dari

ada

kecenderungan semakin menurun (lebih rendah dari pada sebelum otonomi daerah). 3 Egosektoral

3 0,39 3 0,39 kebijakan/kewenangan pada lini vertikal

perkembangan dunia pendidikan (khususnya kurang memihak pada sekolah kejuruan) 4 Daya serap pasar tenaga kerja

3 0,39 4 0,52 untuk menerima lulusan relatif masih

DU/DI dalam rekruitmen tenaga kerja relatif rendah/kurang). 5 Adanya kompetitor bursa kerja

perusahaan-perusahaan swasta. 6 Belum ada asosiasi profesi dan

tingkat kabupaten/kota 7 Terbatasnya jumlah DU/DI yang

3 0,39 3 0,39 relevan dan pembimbing yang memenuhi kualifikasi.

3 0,39 3 0,39 berpengaruh terhadap tuntutan kemampuan

(tenaga yang profesional) Total Hambatan

3,19 3,38 Total QSPM

12,70 14,24 Sumber : hasil FGD 2015 Catatan :

AS : Skor daya tarik TAS : Total Skor (perkalian Bobot dengan Skor daya tarik)

Dari hasil strategi alternative matrik QSPM, dihasilkan nilai TAS tertinggi yaitu 14,24 adalah pada strategi integrasi, sehingga strategi yang sesuai dengan kondisi SMK Negeri 1 Sayung adalah strategi integrasi atau strategi integrasi vertikal yang terdiri dari tiga strategi utama yaitu strategi integrasi kedepan, strrategi integrasi kebelakang, dan strategi integrasi horizontal.

4.2. Pembahasan

4.2.1.Tahapan Analisis Perencanaan strategis

Tahap analisis perencanaan strategi melalui tiga tahap analisis, tahap pertama dengan IFAS dan EFAS dalam tahap ini berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap lingkungan internal diperoleh jumlah kekuatan 3,32 dan kelemahan sebesar 3,18 dan hasil skor akhir (kekuatan-kelemahan) sebesar 0,14. Angka ini menunjukkan bahwa factor-faktor kekuatan lebih dominan dibandingkan dengan faktor-faktor kelemahan sehingga sekolah dapat memanfaatkan faktor kekuatan untuk meminimalkan kelemahan yang dihadapi sekolah

kualitas pelayanan sekolah. Dari hasil analisis factor eksternal (EFAS), factor- faktor yang dominan dari peluang sebesar 3,77 dan ancaman sebesar 3,38 dengan skor akhir (peluang- ancaman) sebesar 0,39. Peluang yang dominan dapat dimanfaatkan dalam mengantisipasi ancaman yang ada.

dalam rangka meningkatkan

Pembahasan tahap kedua, berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan hasil analisis lingkungan eksternal (EFAS) dari hasil pada diagram analisis SWOT berada pada titik (0,14 : 0,39) adalah strategi

SO (Strenght-Opportunities), hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan 0,14 lebih kecil dari peluang 0,39 yang ada di SMK Negeri 1 Sayung. Dengan strategi SO ini kekuatan-kekuatan internal sekolah digunakan untuk meraih peluang yang ada diluar sekolah. Oleh karena itu sekolah berusaha SO (Strenght-Opportunities), hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan 0,14 lebih kecil dari peluang 0,39 yang ada di SMK Negeri 1 Sayung. Dengan strategi SO ini kekuatan-kekuatan internal sekolah digunakan untuk meraih peluang yang ada diluar sekolah. Oleh karena itu sekolah berusaha

Kekuatan internal dan pengaruh eksternal digunakan sebagai parameter untuk memperoleh strategi yang lebih detail. Hasil analisis matrik IE, (3,25:3,57) yang menunjukkan pertumbuhan kekuatan internal 3,25 dan pengaruh eksternal 3,57 diperoleh posisi SMK Negeri 1 Sayung sebagai Grow dan apada sel 1 yaitu strategi pertumbuhan (Growth Strategy). Pertumbuhan ini dapat dicapai melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration atau forward integration.

Untuk mempertajam dari posisi dalam matrik internal eksternal tersebut maka selanjutnya dengan menggunakan matrik SPACE, berdasarkan diagram SPACE terlihat garis vector bersifat positif (1,66 : 1,33) menunjukkan strategi aggressive sehingga SMK Negeri harus mengoptimalkan keuntungan kompetitif dengan cara melaksanakan tindakan yang lebih agresif.

Berdasrkan hasil perhitungan grand strategy matrix posisi SMK Negeri 1 Sayung pada posisi (2,33 : 2,70) menunjukkan pada kuadran I yaitu posisi strategi sempurna, sekolah yang memiliki sumberdaya lebih, dan berhadapan dengan tingginya kompetitif, maka strategi integrasi menjadi pilihan utama yaitu strategi Backward, forward, atau horizontal integration. Pada kuadran I sekolah berpeluang untuk sukses dengan memaksimalkan peluang yang ada.

Pada analisis tahap ketiga, dari hasil kerja pada tahap kedua diperoleh startegi SO, strategi agresif dan strategi integrasi dalam matrik QSPM dihasilkan nilai TAS tertinggi 14,24 adalah pada strategi integrasi. Strategi integrasi adalah strategi utama atau grand strategy, yang sesuai dengan kondisi SMK Negeri 1 Sayung. Strategi integrasi vertical terdiri dari tiga strategi dimana ketiga strategi ini menghendaki agar sekolah melakukan pengawasan yang lebih terhadap kinerja

kualitas pelayanan. Sekolah khususnya SMK yang memiliki strategi integrasi kedepan adalah sekolah potensial berusaha untuk memenuhi delapan standar nasional pendidikan, dengan berbagai kekuatan internal yang dimiliki sebagai jaminan dalam pengelolaan sekolah. Strategi integrasi kebelakang, dengan strategi ini bagaimana sekolahan mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki dengan menggunakan potensi yang ada untuk menangkap peluang – peluang yang ada.

sekolah dalam meningkatkan

merupakan strategi pertumbuhan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengembangkan strategi meraih 8 standar nasional pendidikan dengan melakukan pengawasan terhadap kinerja sekolah.

Strategi

horizontal

4.2.2. Rencana Strategis.

4.2.2.1. Isu-isu Strategis

Isu-isu strategis digunakan sebagai perimbangan atas analisis diagnosis kondisi internal dan eksternal, adapun isu-isu strategis dilingkungan SMK Negeri 1 Sayung sebagai berikut:

1. Pemberlakuan kurikulum 2013 secara mandiri; Ketersediaan kurikulum, rencana pembelajaran, dan pelaksanaan PBM yang berbasis kompetensi

dan mengacu pada pelaksanaan 4 pilar Pembelajaran (learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together), kreativitas dan inovasi dan sistem penilaian yang akuntabel.

2. Restruksturisasi organisasi dan manajemen. Ketersediaan struktur organisasi dan manajemen yang efektif dan efisien dan birokrasi yang praktis, serta didukung oleh sistem informasi manajemen yang mengacu pada perkembangan teknologi informasi.

3. Peningkatan Sarana dan Prasarana. Ketersediaan sarana dan prasarana (fasilitas) yang sesuai dengan kebutuhan Sekolah dan operasional manajemen dan pengembangan unit produksi.

4. Ketenagaan. Ketersediaan sumberdaya manusia (tenaga administratif maupun guru) yang profesional dengan komitmen yang tinggi terhadap tugas (dedikasi, loyalitas, etos kerja).

5. Pembiayaan. Ketersedianya dukungan dana yang sesuai dengan keperluan program sekolah.

6. Peserta Didik/Siswa. Menghasilkan peserta didik atau

pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang sesuai dengan kebutuhan DU/DI.

7. Peran serta Masyarakat. Adanya masyarakat (terutama DU/DI) yang selalu berperan serta dalam pengembangan dan peningkatan kualitas tamatan SMK.

8. Lingkungan/Budaya Sekolah. Adanya lingkungan sekolah

memperhatikan keharmonisan komponen lingkungan (Abiotik, Biotik dan Kultural), yang didukung dengan realisasi implementasi 7K yang sangat menunjang pelaksanaan program sekolah.

4.2.2.2. Analisis SWOT

Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan SMK Negeri 1 Sayung, kajian internal pada hakekatnya adalah analisis dan evaluasi atas kondisi di dalam SMK Negeri

1 Sayung.

1. Strenght (kekuatan)

a. Adanya dukungan dari Pemerintah Kabupaten Demak, Dinas Pendidikan, para stake holder, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Adanya struktur organisasi dan tata kelola yang baik guna mendukung sistem kerja yang professional; b. Adanya struktur organisasi dan tata kelola yang baik guna mendukung sistem kerja yang professional;

d. Manajemen terbuka dan partisipatif

e. Kerjasama antar warga sekolah terjalin baik.

f. Sarana praktik yang mencukupi untuk setiap Kompetensi Keahlian.

g. Sebagian besar guru sudah mengikuti pendidikan dan latihan sesuai kompetensi.

h. Jaringan internet telah berfungsi sehingga mudah mengakses berbagai informasi.

i. Lokasi strategis, di jalan lintas pantura bisa terjangkau untuk siswa dari kecamatan di wilayah Demak barat dan Kota Semarang bagian utara.

peduli dengan peningkatan mutu sekolah k. Kerjasama telah terjalin baik dengan beberapa Institusi/DU-DI.

j. Komite Sekolah

sangat

2. Weakness (Kelemahan)

a. Kurangnya ruang belajar karena hanya memiliki

10 ruang belajar, sedangkan rombongan belajar mencapai 15 kelas.

b. Tingkat kinerja kelembagaan yang masih lemah, terutama dalam keadministrasian.

c. Relevansi kompetensi input dengan output pendidikan yang masih belum optimal

d. Terbatasnya dana operasional dari pemerintah dan belum tergalinya sumber-sumber dana secara

optimal

yang

berasal dari berasal dari

bagi kegiatan pendidikan

usaha

e. Pelaksanaan MBS belum optimal.

f. Komite sekolah belum berfungsi secara proporsional sebagaimana empat Peran Komite Sekolah dalam membangun MBS.

g. Belum semua guru memahami kurikulum yang berbasis kompetensi/kurikulum 2013.

h. Disiplin waktu masih perlu ditingkatkan.

i. Sebagian besar guru program produktif belum mengikuti magang di DU/DI. j. Jumlah tenaga TU belum sesuai dengan beban kerja. k. Jumlah alat dan ruang praktik belum sesuai standar l. Unit produksi yang belum berjalan dengan baik dan dikelola secara profesional. m. Pelaksanaan evaluasi belum maksimal Analisis lingkungan eksternal dalam hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor- faktor yang menjadi peluang dan ancaman bagi pendidikan SMK Negeri 1 Sayung, kajian eksternal pada hakekatnya adalah analisis dan evaluasi atas kondisi di luar lingkungan SMK Negeri 1 Sayung.

1. Opportunity (Peluang)

a. Pemerintah mengangkat tenaga guru dan TU PNS.

b. Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Adanya kebijakan Pemerintah dalam peningkatan alokasi dana sektor pendidikan yang lebih tinggi melalui block grant.

d. Adanya peluang untuk mengajukan bantuan kegiatan dengan alokasi dana yang cukup memadai.

e. Hubungan dan dukungan instansi vertikal di tingkat kabupaten cukup baik.

f. Nilai kepercayaan masyarakat umum dan DU/DI (user) terhadap SMK relatif meningkat.

g. Kondisi sosial, politik dan keamanan relatif stabil

h. Adanya perkembangan teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah dan relatif murah.

2. Threats (Ancaman) Ada beberapa hal yang berasal dari luar yang menjadi tantangan dalam pengembangan sekolah, yaitu:

a. Perubahan

khususnya dilingkungan pendidikan SMK relatif terlalu cepat kurang dibarengi dengan sosialisasi yang komprehensif

kurikulum

b. Alokasi anggaran untuk operasional sekolah dari pemerintah daerah ada kecenderungan semakin menurun (lebih rendah dari pada sebelum otonomi daerah).

c. Egosektoral pemegang kebijakan/kewenangan pada lini vertikal sering tidak menguntungkan c. Egosektoral pemegang kebijakan/kewenangan pada lini vertikal sering tidak menguntungkan

dunia pendidikan (khususnya kurang memihak pada sekolah kejuruan)

perkembangan

d. Daya serap pasar tenaga kerja untuk menerima lulusan relatif masih rendah (Keterbukaan DU/DI dalam rekruitmen tenaga kerja relatif rendah/kurang).

e. Adanya

bursa kerja dari perusahaan-perusahaan swasta.

kompetitor

f. Belum ada asosiasi profesi dan lembaga sertifikasi profesi di tingkat kabupaten/kota

g. Terbatasnya jumlah DU/DI yang relevan dan pembimbing yang memenuhi kualifikasi.

h. Perkembangan IPTEK yang berpengaruh terhadap

tuntutan

kemampuan dan

ketrampilan (tenaga yang profesional)

4.2.2.3. Strategi Pengembangan Sekolah

diarahkan untuk menyikapi seluruh Program dan kegiatan yang dirumuskan, strategi pengembangan sekolah ini diarahkan untuk mencapai standar kualitas pelayanan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan, adapun srategi pengembangan sekolah sebagai berikut:

Secara Umum

Strategi

1. Mengoptimalkan implementasi Kurikulum 2013 melalui Pemerataan informasi dan pemahaman dalam penerapan pembelajaran Kurikulum 2013 yang berbasis Discovery learning, Problem based learning

based learning. Mengembangkan perangkat pembelajaran secara

dan

project project

2. Melaksanakan diversifikasi kurikulum.

3. Meningkatkan komitmen seluruh warga sekolah.

4. Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan strategi: Mengadakan Need Assesmen Test bagi

para guru dan Peningkatan kemampuan profesionalisme

melalui pelatihan, penataran, workshop dan efektifitas wadah MGMP.

guru,

5. Mengembangkan kurikulum muatan lokal dalam rangka mewujudkan hasil pendidikan yang religius dan berbudi pekerti luhur

6. Pengembangan bench marking, dengan strategi Pengembangan dan Penguasaan Keterampilan Bahasa Inggris, ketrampilan di bidang kejuruan, Pengembangan Ekstrakurikuler, Pengembangan Budi Pekerti yang Akhlakul Karimah.

7. Mengembangkan kualitas dan kuantitas fasilitas pembelajaran dengan strategi: Merenovasi dan menambah ruang belajar; Pengadaan sarana pembelajaran seperti sarana perpustakaan dan labotarium IPA, laboratorium bahasa, Menata lingkungan agar lebih tertata, rapai, nyaman, menyenangkan.

8. Meningkatkan kualitas lulusan dengan strategi; Melaksanakan matrikulasi kelas X dalam mata pelajaran tertentu,

Melaksanakan remedial Melaksanakan remedial

9. Meningkatkan pelaksanaan program Ekstrakurikuler

program pembinaan kesiswaan melalui penyaluran bakat dan prestasi dalam bidang sains, olah raga, dan seni.

dan

10. Meningkatkan

ketentraman dan ketenangan belajar dalam mewujudkan ketahanan sekolah, dengan strategi; Meningkatkan mutu pengelolaan sekolah melalui pengembangan Manajemen

suasana

Berbasis Sekolah (MBS), Menciptakan

kesamaan persepsi tentang pengembangan sekolah, Meningkatkan kerjasama dengan DU/DI, Lembaga Motivator dan organisasi masyarakat serta pondok pesantren dalam meningkatkan kesadaran tanggungjawab dan keimanan siswa.

11. Mengefektifkan peran dan fungsi Komite Sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat sebagai mitra kerja sekolah

12. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan

pendidikan dengan strategi; Mengembangkan peran dan fungsi Alumni, Meningkatkan peran serta masyarakat dalam membantu biaya pendidikan, Membentuk dan

mengembangkan 4 peran Komite Sekolah, Meningkatkan peran serta Kepedulian sosial (CSR) dunia usaha, Menjalineratkan peran dan fungsi himpunan penyelenggara pendidikan luar sekolah mengembangkan 4 peran Komite Sekolah, Meningkatkan peran serta Kepedulian sosial (CSR) dunia usaha, Menjalineratkan peran dan fungsi himpunan penyelenggara pendidikan luar sekolah

4.2.2.4. Program-program Strategis

Program strategis peningkatan kualitas pelayanan di SMK Negeri 1 Sayung di bagi dalam 8 sasaran program antara lain sebagai berikut: Sasaran 1: Mempunyai Kurikulum 2013, Silabus,

Perangkat Kelengkapaannya dan Teradministrasikan dengan Menggunakan Software dan Hardware yang Memadai.

1.1. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013

1.1.1. Penggandaan kurikulum

1.1.2. In House Training (IHT) Kurikulum 2013 dengan mengundang pakar Kurikulum

1.1.3. Sosialisasi dan peningkatan integritas terhadap penerapan Kurikulum 2013

1.1.4. Pemetaan konsep dan pengorganisasian Kurikulum 2013

1.1.5. Membuat

pembelajaran Kurikulum 2013

standar

1.1.6. Membuat standar layanan penerapan Kurikulum 2013

1.1.7. Perumusan

output

dan outcome

pembelajaran Kurikulum 2013

1.1.8. Perumusan standar alat, media, dan sumber belajar Kurikulum 2013

1.1.9. Membuat instrumen evaluasi

pengembangan Kurikulum 2013

1.2. Pengembangan

pelaksanaan pembelajaran

rencana

1.2.1. Rapat pembagian tugas mengajar dan BK

1.2.2. Membuat Kalender Pendidikan

1.2.3. Rapat kerja pembuatan program tahunan dan semester

1.2.4. Membuat

terpadu tentang penugasan, ulangan harian, praktek, ekstrakurikuler, OSIS, dll

jadwal

1.3. Pengembangan sistem penilaian

1.3.1. Pelatihan tentang Authentic Assessment

1.3.2. Penerapan Authentic Assessment

1.3.3. Pengembangan strategi penilaian

1.3.4. Pengembangan model-model penilaian

1.3.5. Membuat sistem pengelohan nilai

1.3.6. Pelaporan hasil penilaian kepada siswa, orang tua, Kepala sekolah, Dinas Kab, dan Propinsi.

1.3.7. Perumusan dan membuat SKBM

1.3.8. Membuat instrumen evaluasi pengembangan sistem penilaian

1.4. Pengembangan Diversifikasi kurikulum dan Implementasinya.

1.4.1. Analisa kebutuhan dana, media dan sarana

1.4.2. Membuat Kurikulum Diversifikasi

1.4.3. Membuat Program Diversifikasi kurikulum

1.4.4. Membuat standar pembelajaran dan kualifikasi guru

1.4.5. Membuat standar layanan

1.4.6. Membuat standar evaluasi

1.4.7. Membuat format-format administrasi

1.4.8. Membuat instrumen evaluasi pelaksanaan

Sasaran 2 : Seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru,

tata laksana) melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, kompeten, terukur, dan teruji agar dapat menunjukkan kinerja yang

dan

tenaga

guna memenuhi pelayanan

profesional

kepada seluruh stakeholder. PENINGKATAN

prima

PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DAN

2.1. Pengembangan Profesionalitas Guru

2.1.1. Merevitalisasi fungsi, peran dan tugas guru

2.1.2. Mengadakan

pernality setiap personal

basic

2.1.3. Merumuskan kembali administrasi guru dan BK

2.1.4. Membuat tata tertib guru

2.1.5. Mengadakan

pembelajaran dengan kerja sama LPTK / LPMP

pelatihan

2.1.6. Membuat standar reward dan punishment

2.1.7. Membuat standar jenjang karir guru

2.1.8. Mengikutsertakan pelatihan dan penataran keguruan yang diselenggarakan lembaga lain

2.1.9. Membuat instrumen kinerja profesionalisme guru

2.2. Peningkatan Kompetensi Guru

2.2.1. Mengadakan In House Training (IHT) metode pembelajaran

2.2.2. Mengadakan pelatihan strategi pembelajaran

2.2.3. Mengadakan IHT PTK

2.2.4. IHT strategi penilaian

2.2.5. Membuat

penilaian, pengadministrasian, dan pelaporan

standar

2.2.6. Menambah buku refensi pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran

2.2.7. Mengadakan IHT pembuatan alat dan media pembelajaran

2.2.8. Mengadakan IHT E-Learning

2.2.9. Mengikutsertakan pelatihan PTBK setiap mata pelajaran

2.2.10. Mengadakan Uji kompetensi internal

2.3. Peningkatan Kompetensi Tenaga TU

2.3.1. Merevitalisasi fungsi, peran dan tugas TU

2.3.2. Mengadakan

pernality setiap personal

basic

2.3.3. Merumuskan kembali administrasi TU

2.3.4. Membuat tata tertib TU

2.3.5. Mengadakan pelatihan administrasi dan akuntansi berbasis computer

2.3.6. Membuat standar reward dan punishment

2.3.7. Membuat standar jenjang karir TU

2.3.8. Mengikutsertakan pelatihan dan

penataran administrasi sekolah

2.3.9. Membuat instrumen kinerja profesionalisme TU

2.4. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi oleh Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru dan Tenaga TU

2.4.1. Instrumen evaluasi dan monitoring kinerja guru dan TU

2.4.2. Membuat format evaluasi dan monitoring tugas guru dan TU

2.4.3. Membuat standar penilaian kinerja guru dan TU

2.4.4. Pelaksanaan Supervisi klinis kinerja guru dan TU

2.4.5. Pengadministrasian kinerja dan prestasi guru dan TU

2.4.6. Membuat standar reward dan funishment kinerja guru dan TU

2.5. Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan

2.5.1. Pemberdayaan MGMP

2.5.2. Briefing Mingguan, Bulanan

2.5.3. Rapat Dinas

2.5.4. Upacara Senin pagi dan Sabtu sore

2.5.5. Sosialisasi Program Sekolah dan APBS

2.5.6. Pemberian tugas tertentu (kepanitiaan, tim)

Sasaran 3 : Guru Menguasai dan Melaksanakan Berbagai

Strategi, Model, Pembelajaran, dan Strategi Penilaian sehingga Siswa dapat Belajar dalam Situasi

Metode,

Menyenangkan, Konstruktif, Inspiratif, dan Motivatif PENINGKATAN STANDAR PROSES:

3.1. Pengembangan metode pengajaran untuk semua mata pelajaran

3.1.1. Kolaborasi learning satu mata pelajaran

3.1.2. Kolaborasi learning antar mata pelajaran

3.1.3. Pelaksanaan Integrated Learning

3.1.4. Pengembangan pembelajaran portofolio

implementasi Discovery Learning (DL), Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learning (PBL).

3.1.5. Pengembangan

dan

3.1.6. Pengembangan dan implementasi Tim teaching

3.1.7. Pengembangan bench marking mata pelajaran

implementasi Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

3.1.8. Pengembangan

dan