ekstraksi minyak biji alpukat dengan metode sokletasi

EKSTRAKSI MINYAK BIJI ALPUKAT(Persea americana mill) DENGAN
METODE SOKLETASI MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL,
nHEKSANA DAN PETROLEUM BENZENE
Syamsidar1*, Zaimahwati2, saifuddin3
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
idarsamsidar82@gmail.com

ABSTRAK
Produksi alpukat yang cukup tinggi di indonesia menyebabkan limbah biji alpukat
meningkat. Biji alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup besar sehingga
berpotensi untuk dijadikan salah satu sumber minyak nabati. Penelitian dilakukan
untuk mengolah limbah biji alpukat yang dapat dijadikan sebagai bahan baku
kosmetik dan biodiesel. Pada penelitian ini minyak biji alpukat dihasilkan dengan
metode ekstraksi menggunakan pelarut etanol, n-heksana dan petroleum benzene.
Untuk mengetahui mutu minyak biji alpukat yang dihasilkan dilakukan analisa
%rendemen, % ALB, Densitas dan komposisi minyak biji alpukat menggunakan
GC-MS . hasil penelitian % rendemen mencapai 58,44% , %ALB 0.28%-2,35%,
Densitas 0,83-0.97 %, dan kandungan komponen minyak alpukat yaitu asam
oleat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearad.
Kata Kunci : Ekstraksi, Minyak biji alpukat, Waktu ekstraksi.
ABSTRACT

High enough avocado production in Indonesia causes avocado seed waste to
increase. Avocado seeds have a large enough oil content that has the potential to
be one source of vegetable oil. The research was conducted to treat avocado seed
waste that can be used as raw material of cosmetics and biodiesel. In this study
avocado seed oil is produced by extraction method using ethanol solvent, nhexane and petroleum benzene. To know the quality of avocado seed oil yielded%
yield analysis,% ALB, Density and composition of avocado seed oil using GCMS. result of research% yield reach 58,44%,% ALB 0,28% -2,35%, density 0,830.97%, and content of avocado oil component that is oleic acid, palmitic acid,
linoleic.
Keywords: Extraction, Avocado seed oil, Time of extraction.

1.PENDAHULUAN
Tanaman alpukat(persea americana, mill) berasal dari Amerika Tengah yang
berikli tropis dan telah menyebar hampir keseluruh negara sub-tropis dan tropis
termasuk Indonesia. Banyak masyarakat yang hanya memanfaatkan daging buah
alpukat, sedangkan bijinya dibuang menjadi limbah organik. Padahal biji alpukat
memiliki sangat banyak manfaatnya diantaranya untuk kesehatan dn sumber
pngan fungsional. Biji alpukat mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid,
kuinon, tanin dan monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Marlinda dkk, 2012). Song
dan Barlow (2004) Menyatakan bahwa biji alpukat mengandung lebih dari 90%
kandungan phenolic yang berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa phenolic dalam
biji alpukatlebih besar dibanding pada bagian buah maupun daun. Selain itu, Biji

alpukat juga bisa diolah menjadi minyak biji alpukat. Menurut Bora dkk.(2001),
Minyak biji alpukat memiliki kandungan senyawa fungsional yaitu asam lemak
esensial dalam bentuk asam oleat dan linoleat. Adanya Kandungan asam lemak
esensial yang cukup tinggi maka minyak bijialpukat bisa digunakan pada
pembuatan mayonalise dn salad dressing. Buah Alpukat merupakan salah satu
buah yang telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Dalam buah alpukat
terkandung vitamin A, B, C, dan E serta β-karoten dalam jumlah yang tinggi,
bahkan kandungan potassiumnya lebih tinggi dari pada pisang. Penelitian di
Brazil menyebutkan kandungan lemak daging buah alpukat tergolong cukup besar
yaitu 15,39% dan dengan kandungannya ini dimungkinkan dibentuk sediaan
dalam bentuk minyak buah alpukat (Bora et al., 2001). Produksi alpukat di
Indonesia cukup tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan data produksi buah
alpukat di Indonesia pada tahun 2012 dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu
mencapai 307.326 ton per tahun. Dari data BPS, produksi alpukat di Indonesia
terus meningkat setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya produksi alpukat,
maka limbah biji alpukat yang dihasilkan juga meningkat. Oleh karena itu, perlu
penanganan terhadap limbah biji alpukat dengan dilakukan penelitian mengenai
biji alpukat.
Biji alpukat terdiri dari 65% daging buah (mesokarp), 20% biji (endocarp), dan
15% kulit buah (perikarp). Menurut Prasetyowati 2010, biji alpukat mengandung

15-20% minyak. Biji alpukat mengandung minyak yang hampir sama dengan
kedelai sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati .
Minyak biji alpukat dapat diperoleh dengan metode ekstraksi maupun metode
pengepresan. Adapun metode pengambilan minyak biji alpukat pada penelitian ini
adalah metode ekstraksi dengan menggunakan Etanol dan n-heksana. Dengan
metode ekstraksi kehilangan minyak dalam proses lebih sedikit, sehingga minyak
yang dihasilkan lebih banyak.

Penelitian tentang ekstraksi minyak alpukat telah banyak dilakukan Beberapa
negara seperti Amerika Serikat dan Negara Eropa telah memproduksi minyak
alpukat untuk dikonsumsi. Namun demikian, Penelitian tentang minyak alpukat
masih perlu dilakukan. (Pramudono, dkk 2008) melakukan penelitian
menggunakan variasi pelarut n-heksana dan iso propil alkohol dengan rasio massa
terhadap pelarut 20/250 gram dan waktu ekstraksi 2 jam menghasilkan yield
minyak biji alpukat 18,69 dan 17,87%.
penelitian ini bertujuan yaitu Bagaimana pengaruh variabel proses terhadap
densitas, %ALB, serta bagaimana Rendemen minyak yang dihasilkan .
2. METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Bahan baku biji alpukat yang digunakan berasal dari Takengon, Aceh Tengah.

Bahan kimia yang digunakan adalah n-Heksana, Etanol 96%, Indikator
phenolphatalein, NaOH 0,1 N. Peralatan yang digunakan adalah ayakan ukuran
60 mesh, Seperangkat alat ekstraksi, timbangan analitik, Seperangkat alat distilasi
dan peralatan untuk analisa.
2.2 Proses Ekstraksi Biji Alpukat
Biji alpukat terlebih dahulu dibersihkan Biji alpukat yang telah dikumpulkan
dikupas kulit arinya. Kemudian dicuci dan dibersihkan dengan air. Lalu dipotongpotong untuk dikeringkan. Selanjutnya, dihaluskan Sehingga diperoleh bubuk biji
alpukat.Biji alpukat yang telah dihaluskan dan ditimbang dimasukkan kedalam
tabung sokletsi kemudian masukkan pelarut yang dipakai kedalam labu leher,
kemudian dilakukan pemanasan dengan variasi waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4
jam. hasil ekstraksi kemudiaan didinginkan .
Hasil ekstraksi minyak alpukat yang didapatkan kemudian didistilasi. distilasi
dilakukan pada titik didih pelarut sampai terpisah anatara minyak alpukat dengan
pelarut.
2.3 Tahap Analisa
Analisis yang dilakukan terdiri atas dua jenis analisis. Pertama, analisis biji
alpukat sebelum proses ekstraksi yang meliputi kadar air.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap minyak biji alpukat hasil ekstraksi yaitu
meliputi analisis rendemen, bilangan asam, densitas dan analisis komposisi asam
lemak minyak biji alpukat menggunakan GC-MS.

Rendemen minyak biji alpukat dihitung dengan membandingkan berat minyak
yang diperoleh dengan berat bahan baku bubuk biji alpukat.

Bilangan asam minyak ditentukan dengan metode titrasi. Sebanyak 10 gr minyak
dalam erlenmeyer 250 ml ditambahkan 25 ml alkohol 95% netral, lalu dipanaskan
sampai mendidih (+- 10menit) dalam penangas air sambil diaduk. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N menggunakan indikator pp samapi terbentuk
warna merah jambu yang persisten selama 10 detik. Kadar asam dihitung dengan
persamaan(1).
Bilangan Asam =

ml KOH xN KOHxM
10G

Keterangan:
M : Berat Molekul asam lemak yang dominan yaitu 282(asam oleat)
G : Berat Sampel
Analisis Komposisi Asam Lemak menggunakan GC-MS dilakukan dengan
prosedur yaitu sampel diesterifikasi dengan modifikasi Metode Preparasi Sampel.
Standar asam lemak dan metil ester dari sampel kemudian diinjeksikan dengan

autosampler ke GC-MS.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1Preparasi Bahan Baku
Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan yaitu biji alpukat yang
diperoleh dari perkebunan rakyat di Takengon, Aceh Tengah. Biji alpukat tersebut
dikupas kulit arinya dan dikeringkan terlebih dahulu agar lebih mudah di crusher.
Selanjutnya biji Alpukat tersebut yang telah di crusher di ayak meggunakan
ayakan ukuran 60 mesh agar diperoleh ukuran yang seragam. Pada tabel 4.2 diatas
kadar air pada biji alpukat yaitu 7,68%. Kadar air pada penelitian ini memenuhi
persyaratan SNI 01-4476-1998 dimana kadar air maksimal pada bahan berbentuk
bubuk maksimal adalah 12%.
3.2 Rendemen Minyak Biji Alpukat
Produksi Minyak Biji Alpukat dapat dilakukan dengan cara ekstraksi
menggunakan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut Etanol, n-Heksana
dan Petroleum Benzen. hasil rendemen minyak biji alpukat dengan menggunaka
pelarut etanol, n-Heksana dan Petroleum Benzen menunjukkan bahwa hasil
rendemen minyak terbanyak dihasilkan dengan menggunakan pelarut Etanol.
Pada Penelitian ini dilakukan ekstraksi dengan variasi waktu dan pelarut.

70

Rrendemen (%)

60
50
waktu

40

Etanol

30

n-heksana

20

petroleum
Benzen

10

0
0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Waktu (Jam)


Gambar 4.1 grafik hubungan pengaruh waktu ekstraksi dan pelarut terhadap
rrendemen.
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin lama waktu ekstraksi
maka nilai rendemen( %) yg diperoleh semakin sedikit. pada grafik diatas
menunjukkan bahwa rendemen ketika menggunakan solven etanola lebih besar
dari pada rendemen yang menggunakan solven n-heksana dan Petroleum Benzen.
Hal ini dikarenakan etanol merupakan pelarut polar protik dengan titik didih 790c
sehingga minyak biji alpukat dapat terekstrak dengan baik. rendemen tertinggi
pada ekstraksi minyak biji alpukat menggunakan pelarut etanol di dapatkan pada
waktu ekstraksi 1 jam sebesar 58,44 % pada pelarut n-heksana dan petroleum
benzen pada waktu 1 jam yaitu 39,74% dan 47,45 %.
Dimana dari ketiga pelarut ini yang mampu mengestrak dengan baik yaitu pelarut
n-heksana pada waktu 2 jam yaitu 37,75%.. Dimana minyak biji alpukat dapat
digunakan sebagai alternatif minyak nabati, yaitu bisa digunakan sebagai minyak
goreng, dan juga bisa digunakan dalam industri farmasi, kosmetik dan lain-lain
sebagainya.

3.3 Pengaruh waktu Ekstraksi Terhadap Asam Lemak Bebas


Axsam lemak bebas

4
2.
2

Etanol

6
1.

nheksana
Petroleum
Benzen

2
1.
8
0.
4

0.
0
0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Waktu Ekstraksi (Jam)

Gambar 3.2 Grafik hubungan pengaruh waktu ekstraksi pelarut terhadap Asam
lemak Bebas
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi dan
semakin banyak pelarut yang digunakan maka Asam lemak bebas yang
terkandung sedikit di dalam minyak biji alpukat. Data yang diperoleh untuk %
asam lemak bebas dari minyak alpukat berada pada kisaran 2,35-0,28 %. Dari
grafik diatas menunjukkan bahwa asam lemak paling tinggi yaitu Etanol waktu
ekstraksi 1 jam yaitu 2,35 %, sedangkan untuk pelarut petroleum Benzen dan nheksana yaitu 1,128%dan 1,41 % pada waktu ekstraksi 1 jam. Bilangan asam
lemak bebas yang menggunakan pelarut n-heksana dan petroleum benzen lebih
baik mutu minyaknya dibandingkan dengan yang menggunakan pelarut Etanol,
Karena semakin rendah bilangan asam minyak semakin baik mutu minyak.
Bilangan asam Lemak Bebas diperoleh dengan hasil titrasi NaOH samapai terjadi
perubahan warna.
Pada penelitian Novia Mehra Erfiza dkk. (2016), bilangan asam pada minyak biji
alpukat didapatkan berkisaran antara 9,97-12,83 mg/KOH/g. Sedangkan pada
penelitian ini didapatkan bilangan asam yaitu 0,47-2,25%. dimana nilai bilangan
asam yang didapat dari penelitian terdahulu sangat berbeda, Hal ini dikarenakan
%asam lemak bebas dipengaruhi oleh bahan baku biji alpukat, dimana ditentukan
oleh keadaan geografis tanaman alpukat dari biji alpukat yang berasal dari tempat
yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi hasil %asam lemak bebas untuk
setiap jenis pelarut.

3.3 Analisa Densitas Minyak Biji Alpukat

Pengujian densitas merupakan salah satu uji karakteristik pada minyak.
Dari penelitian yang dilakukan, nilai densitas sebagian besar meningkat seiring
dengan bertambahnya waktu ekstraksi dan massa biji alpukat yang digunakan.
Nilai densitas terendah yaitu dengan menggunakan pelarut n-heksana dengan
waktu ekstraksi 1 jam yaitu 0,80987 g/cm 3 dan nilai densitas tertinggi yaitu yang
menggunakan pelarut petroleum benzen dengan waktu ekstraksi 4 jam yaitu
0,94854g/cm3. Dari penelitian yang dilakukan, nilai densitas dapat dipengaruhi
oleh variabel-variabel yang digunakan, terutama pada variabel lama waktu
ekstraksi.
Pada penelitian prasetyowati dkk (2010) menunjukkan nilai densitas tertinggi
yaitu 0,79 g/ml dengan menggunakan pelarut n-heksana. Sedangkan pada
penelitian Widioko dkk. (2008) dimana nilai densitas minyak biji alpukat
menggunakan pelarut n-heksana memiliki rata-rata 0,92 g/ml.sedangkan pada
penelitian ini nilai densitas tertinggi yaitu menggunakan pelarut petroleum benzen
yaitu 0,94854g/cm3.
34 Analisa GC-MS
Analisa GC-MS dilakukan untuk mengetahui komponen komponen yang
terdapat dalam minyak biji alpukat dan untuk mengetahui jumlah masing-masing
komponen tersebut. Dimana minyak biji alpukat sebelum dilakukan analisa GCMS di preparasi sampel menjadi metil ester. Sampel yang dianalisa merupakan
sampel dengan hasil terbaik dari keseluruhan sampel, berikut gambar beserta
spesifikasinya
Tabel 3.1 Komponen Metil Ester yang terbentuk dari Minyak Biji Alpukat dengan
pelarut n-heksana
Asam Lemak

Nama Komponen Metil Este

Luas Puncak( %)

Asam palmitat

Metil Palmitat

16.2

Asam oleat

Metil oleat

35.34

Asam stearat

Metil stearat

17.28

Asam linoleat

Metil linoleat

31.63
100.00

Dari Tabel.3.1 Komponen - Komponen yang paling banyak terkandung
dalam minyak biji alpukat yaitu asam oleat yaitu sebesar 35,34%, Asam linoleat
yaitu 31,63%, asam Palmitat 16,2 % dan asam stearat yaitu 17,28%.Total
Keseluruhan luas puncak (%) yang terbentuk dari komponen minyak biji alpukat
yaitu 100.00%. Komposisii asam lemak yang diperoleh sama dengan laporan
peneliti lainnya sebelumnya. Pada penelitian Novia Mehra Erfiza dkk (2016)
komposisi kandungan asam lemak tertinggi dalam minyak biji alpukat adalah
asam lemak oleat yaitu 74,52% dan palmitat 11,11%. Sementara itu rachimoellah
dkk .(2009) bahwa asam lemak tertinggi dalam biji alpukat adalah asam lemak
oleat dan asam lemak palmitat, masing masing sebesar 70,54% dan 11,85%.

4.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
1. Pelarut yang baik dalam penelitian ini untuk mengekstrak biji alpukat
yaitu n-heksana dibandingkan dengan pelarut etanol dan petroleum
benzen.
2. Semakin lama waktu ekstraksi yang dilakukan semakin sedikit rendemen
minyak yang dihasilkan.
3. Rendemen minyak terbaik terdapat pada pelarut n-heksana dengan waktu
ekstraksi 2 jam dengan rendemen minyak yaitu 15, 83 gram
4. Dari hasil analisa minyak biji Alpukat, Indikator terbaik yaitu :


Densitas minyak biji alpukat dengan menggunakan pelarut nheksana dengan waktu ekstraksi 1 jam yaitu 0,80987



%asam lemak bebas minyak alpukat dengan menggunakan pelarut
n-heksana dan petroleum Benzen yaitu 0,28 %

5. Hasil analisa komposisi asam lemak minyak alpukat dengan Gc-MS
menunjukkan bahwa minyak didominasikan oleh asam oleat 35,34%,
asam linoleat 31,63%, asam stearat 21,73% dan Asam Palmitat 16,2%.

Daftar Pustaka
Alsuhendra, Zulhipri, Ridawati, dan E. Lisanti.2007.Ekstraksi dan Karakteristik
Senyawa
Fenolik
dari
Biji Alpukat
(Persea Americana
Mill).
Proseding Seminar Nasional PATPI. Bandung
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis 12th edition. Washington DC:
Association of Official Analytical Chemist.

Badan Pusat Statistik. 2012. Pertanian dan Pertambangan : Produksi Buah-Buah
DiIndonesia 2012. Dilihat 4 Desember 2017.http://www.bps.go.id.
Bora, Pushkar, S., Narendra, N., Rosalynd, V.M.R., Marcal, Q.P. (2001)
Charac-terization of the oils from the pulp and seeds of avocado(cultivar: Fuerte)
fruits, Grasas y Aceites, 52, 171 – 174.
Ketaren, S., (1986), “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, UI
Press, Jakarta.
Kusumosudjono, E.S. 1980. Kemungkinan Pemanfaatan Minyak Apokat.
Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian, UGM.
Novia Mehra Erfiza dkk. “Pengaruh Rasio Biji Terhadap Pelarut dan Waktu
Ekstraksi terhadap Yield dan Kualitas Minyak Biji Alpukat,” Jurnal Rekayasa
Kimia dan Lingkungan .Vol.11, No.1, Hlm. 32-38, Juni 2016
Plantamor. 2012. Informasi Spesies Alpukat. Diambil dari http://plantamor.com,
diakses pada 15 desember 2017.
Prasetyowati, Retno Pratiwi, Fera Tris O, “Pengambilan Minyak Biji Alpukat
(Persea Americana Mill) dengan Metode Ekstraksi,” Jurnal Teknik Kimia, No. 2,
Vol. 17, April 2010.
Pratiwi, Dewi dan Delfi Fatina S.. 2009. Pemanfaatan Minyak Hasil Ekstrak Biji
Kelor (Moringa oliefera) untuk Pembuatan Bahan Bakar Nabati. Universitas
Sriwijaya: Inderalaya.
Rachimoellah, M., Kartika, Y., Prawitasari, R. 2009. Production of biodiesel
through transesterification of avocado (persea gratissima) seed oil using base
catalyst, Jurnal Teknik Mesin, 11,85-90
Quane,
david.
2009. Varietas Alpukat
di
(http://www.ristek.go.id, diakses 24 Oktober 2017).

Indonesia.

(Online).

Shriner, Fuson, Curtin and Morrilli. 1980. The Systematic Identification of
Organic Compounds. 6th Edition. John Wiley and Sons Inc. Singapore.
Standar Nasional Indonesia (1998) SNI 01-4476-1998, Tepung Bumbu
Rempah,Badan Standardisasi Nasional, Jakarta
Treyball, E. Robert. 1979. Mass Transfer Operations Third Edition. Mc Grow-Hill
Book Company: England.

Widioko, Septian ardi dan Wawan Rustyawan. 2009. Proses Ekstraksi Kontinyu
Lawan Arah dengan Simulasi Batch Tiga Tahap Pengambilan Minyak Biji
Alpukat Menggunakan Pelarut N-Heksana dan Iso Propil Alkohol. Universitas
Diponegoro:Semarang.
Winarno F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004.
Yeni, Kartika dan Riska P.. 2009. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Alpukat
(Persea gratissima) dengan Proses Transesterifikasi.
(Online). (http://www.google.com/SNTKI, diakses 15 desember 2017).