Tarian yang ada di Lampung Tengah

Tarian yang ada di Lampung Tengah
1.Tarian Gajah
Di wahana sirkus, gajah biasa unjuk berbagai kebolehan. Sesuai arahan pawang. Di berbagai kebun
binatang, para orangtua biasanya sengaja memperkenalkan binatang purba itu kepada anak-anak.
Langsung. Bukan dari foto/video tayangan smartphone. Lokasinya di Kecamatan Way Jepara, Labuan
Meringgai, Sukadana, Purbolinggo, Rumbia dan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah.
pengunjung siap disuguhi beraneka atraksi gajah-gajah (Elephas maximus sumatranus) terlatih.
Mereka diprogram menjadi gajah tunggang, gajah sirkus. Binatang berbobot ratusan kilo berbelalai
panjang itu mampu bermain sepakbola. Atraksi lainnya: mengangkat beban, menari dengan iringan
musik, mengalungkan bunga, berjabat tangan, berenang, main bola, memberi hormat, tarik tambang,
berenang, duduk, melompati jajaran orang. Tentu saja di bawah instruksi sang pawang.
Pusat Pelatihan dan Penangkaran Way Kambas mudah dicapai. Hanya sekitar 2 jam berkendara dari
Bakauheni ke arah Labuhan Ratu. Lanjut ke lokasi 15 menit perjalanan. Tepatnya, 9 km dari pintu
gerbang Plang Ijo. Di atas lahan 1.300 km² itulah gajah-gajah liar ditangkarkan dan dilatih.
Menyaksikan proses pengembangbiakan gajah secara alami tentu makan waktu lama. Ini porsinya
para peniliti dari berbagai negara sangat berkepentingan mengembangkan riset. Selain di sini, sebuah
sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah) lainnya hanya bisa ditemui di Minas, Riau.
Berdiri sejak 1985, “Pusat Konservasi Gajah” ini dikelola pemerintah setempat, di bawah naungan
Kementerian Kehutanan. Pengunjung dapat sepuasnya ‘berkenalan’ dan berinteraksi dengan makhluk
berkuping lebar itu. Pihak pengelola Pusat Pelatihan Gajah membuka keleluasaan untuk itu, dengan
memberlakukan jam operasional mulai pukul 08.00 hingga pukul 6.00 WIB. Jadi, sekali seumur hidup

berkunjung ke sini, khususnya bersama anak, akan jadi kenangan yang indah.
Selain pusat latihan gajah, Taman Nasional Way Kambas (TNWK) memiliki Suaka Rhino Sumatera
(SRS), yang dikelola International Rhino Foundation. Ini satu-satunya tempat pengembangbiakan
satwa liar badak Sumatera di Indonesia. Bahkan satu-satunya lokasi tempat pengembangbiakan badak
Sumatera secara semi alami di Asia, bahkan mungkin di dunia. Dari tempat penangkaran dan
pengembangbiakan inilah gajah-gajah terlatih ini disebarkan ke seluruh Nusantara. Sejak programnya
dimulai, Pusat Konservasi menghasilkan lebih dari 400 gajah pintar.
2.Tarian Ittar Mullei
3Tarian Beladau

Tarian di lampung timur

1. Tari Bedana

Tari Bedana

Tari Bedana merupakan tari tradisional yang bernafaskan ajaran agam Islam dan
mencerminkan tata kehidupan masyarakat Provinsi Lampung yang ramah dan juga
terbuka sebagai simbol persahabatan serta pergaulan anak muda Provinsi Lampung
dengan komitmen beragama.

Menurut sejarahnya, Tari Bedana ini hidup dan berkembang di daerah Provinsi
Lampung seiring dengan masuknya ajaran agama Islam. Awal mulanya tarian ini
ditarikan oleh laki-laki secara berpasangan atau kelompok, dan hanya bisa
disaksikan oleh keluarga saja. Tari Bedana ini ditarikan ketika anggota keluarga
hatam Al-Qur’an. Namun dengan seiring perkembangan zaman, saat ini Tari Bedana
bisa disaksikan oleh masyarakat umum. Selengkapnya tentang Tari Bedana dapat
anda lihat pada artikel berjudul "Tari Bedana, Tarian Tradisional Dari Lampung".

2. Tari Cangget

Tari Cangget
Tarian ini merupakan tarian para muda-mudi di Provinsi Lampung. Konon katanya,
pada tahun 1942 sebelum kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia, Tari Canget ini
selalu ditampilkan disetiap acara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti
halnya pada panen raya, upacara mendirikan rumah, dan dipakai untuk mengantar
orang yang akan berpergian menunaikan ibadah haji.
Dalam pertunjukannya, Tari Cangget ini akan diiringi oleh alat musik tradisional
seperti canang, lunik 8 sampai 12 buah, gujeh sebuah, bende 1 buah, gong 2 buah,
gendang 1 buah dan pepetuk 2 buah. Tarian cangget yang menjadi ciri khas
masyarakat Provinsi Lampung ini sebenarnya tidak hanya mempunyai satu macam

saja, melainkan juga mempunyai beberapa macam. Selengkapnya tentang Tari

Cangget dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Cangget, Tarian Tradisional
Dari Lampung".

3. Tari Melinting

Tari Melinting
Tari Melinting merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Melinting,
Kecamatan Labuhan Meringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Kesenian tari ini dianggap sebagai salah satu kesenian klasik, dikarenakan tarian ini
telah ada semenjak masuknya Islam di Nusantara.
Sejarah munculnya tari Melinting ini dipercaya berasal dari kata meninting, yang
memiliki arti membawa. Kata meninting juga muncul bersamaan dengan masuknya
ajaran agama Islam di Nusantara, sehingga dapat disimpulkan bahwa Meninting ini
dapat berarti membawa misi Islam. Selain bermakna membawa misi Islam, Tari
Melinting ini juga dipercaya dibuat oleh Ratu Melinting. Ratu Melinting adalah
seorang ratu yang memimpin di sebuah daerah yang diberi nama Melinting.
Selengkapnya tentang Tari Melinting dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari
Melinting, Tarian Tradisional Dari Provinsi Lampung".

4. Tari Sigeh Pengunten

Tari Sigeh Pengunten
Tarian ini merupakan salah satu tari kreasi baru dari Lampung. Tari Sigeh
Pengunten merupakan pengembangan dari Tari Sembah yang merupakan tari
tradisi asli dari masyarakat Lampung. Melalui Peraturan Daerah, tari sigeh
pengunten ini diresmikan sebagai tarian Lampung didalam penyambutan para tamu
penting. Koreografi tarian ini juga mengambil unsur dari berbagai macam tari
tradisional Lampung dalam merepresentasikan kebudayaan Lampung yang
beragam.

Tari sembah telah umum ditampilkan sebagai bagian dari acara ritual penyambutan
para tamu dalam acara-acara resmi seperti prosesi pernikahan. Tarian ini
menggambarkan sebuah ekspresi kegembiraan atas kedatangan para tamu
undangan. Selain itu juga, makna esensial dari tarian ini merupakan bentuk dari
penghormatan kepada para tamu undangan yang hadir. Dalam tarian ini, para penari
mengekspresikan hal tersebut didalam rangkaian gerakan yang luwes, ramah, dan
juga penuh kehangatan. Selengkapnya tentang Tari Sigeh Pengunten dapat anda
lihat pada artikel berjudul "Tari Sigeh Pengunten, Tarian Tradisional Dari
Lampung".

5. Tari Merak

Tari Merak
Tari Merak merupakan tarian tradisional yang banyak dipentaskan di seluruh
Indonesia, bahkan dibeberapa provinsi juga mempunyai Tari Merak ini. Begitu pula
dengan Provinsi Lampung mempunyai tari merak yang memiliki fungsi sebagai
penyambutan gelar. Tari Merak ini melambangkan keluhuran budi dan juga susila
dari masyarakyat Provinsi Lampung.

Tarian yang ada di Lampung Selatan

1. Tari Sembah
Tari sembah merupakan tarian tradisional dari Provinsi Lampung yang
berasal dari Suku Pepadun. Pada awalnya Tari Sembah ditampilkan pada
acara penyambutan para raja dan tamu-tamu istimewa. Saat ini Tari
Sembah dikenal sebagai tari penyambutan yang tujuannya adalah
menghormati tamu yang datang. Selain ditampilkan pada upacara adat
penyambutan tamu, tari sembah juga ditampilkan pada upacara
pernikahan dengan tujuan yang sama yaitu menyambut para tamu yang
hadir pada acara tersebut.

Busana yang dikenakan oleh para penari adalah busana asli daerah
seperti yang dikenakan pengantin wanita asli suku Lampung lengkap
dengan siger dan tanggainya. Busana yang dipergunakan oleh penari

Sembah ini adalah Sesapur yaitu baju kurung bewarna putih atau baju
yang tidak berangkai pada sisinya namun pada sisi bagian bawah
terdapat hiasan berbentuk koin berwarna perak atau emas yang
digantung secara berangkai (rumbai ringgit). Sedangkan busana yang
digunakan sebagai bawahan adalah kain tapis. Kain tapis adalah kain
tenun tradisional lampung yang terbuat dari bahan katun bersulam emas
dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain tapis bermotif sepeti ini
biasanya disebut dengan nama kain tapis Dewasana (Dewo sanaw).
Selain busana, ada beberapa aksesoris yang dipergunakan oleh para
penari tari sembah. Aksesoris yang dipergunakan antara lain :



Mahkota siger Pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgit
Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.




Bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru
berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan
kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan
berupa bulatan kecil-kecil. ikat pinggang bulu serti dikenakan diatas
pending.



Mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti
tanduk tanpa motif yang digantungkan di leher sebatas dada.



Dinar, yaitu mata uang Arab dari emas yang diberi peniti
dandigantungkan pada sesapur,tepatnya di bagian atas perut.




Buah jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain
yang dirangkai menjadiuntaian bunga dengan benang dan dijadikan
kalung panjang yang dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian
perut sampai ke belakang.



Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung
bersayap yang diatasnya direkatkan bebe yaitu kain halus yang
berlubang-lubang. Gelang burung ini diikatkan pada lengan kiri dan
kanan, tepatnya di bawah bahu.



Gelang kana adalah sebuah gelang yang terbuat dari kuningan
berukir dan gelang Arab, yang dikenakan bersama-sama di lengan
atas dan bawah.




Tanggai adalah hiasan yang berbentuk seperti kuku berwarna
keemasan terbuat dari bahan kuningan yang dikenakan di jari
penari.



Mahkota Siger adalah mahkota berbentuk seperti tanduk yang
ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji
tajam berjumlah sembilan buah. Disetiap puncak lekukan diberi
hiasan bunga cemara dari kuningan. Sedangkan bagian puncak
siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu hiasan berupa mahkota kecil
yang mempunyai lengkungan di bagian bawah dan beruji tajam-

tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga. Mahkota siger ini
secara keseluruhan terbuat dari bahan kuningan.
Untuk iringan musik, tentu saja tari sembah diiringi oleh musik tradisional
Provinsi Lampung.

2. Tari Cangget Agung
Sukubangsa Lampung sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu Lampung

Pepadun dan lampung Sebatin. Lampung Sebatin adalah sebutan bagi
orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai selatan
Lampung. Sedangkan, Lampung Pepadun adalah sebutan bagi orang
Lampung yang berasal dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan
(sebelah barat Lampung Utara) dan menyebar ke utara,timur dan tengah
provinsi ini. Sebagaimana masyarakat lainnya, mereka juga mereka
menumbuh-kembangkan kesenian yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan semata, tetapi jatidirinya. Dan, salah satu kesenian yang
ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Lampung, khususnya Orang
Pepadun, adalah jenis seni tari yang disebut “tari cangget”.
Konon, sebelum tahun 1942 atau sebelum kedatangan bangsa Jepang ke
Indonesia, tari cangget selalu ditampilkan pada setiap upacara yang
berhubungan dengan gawi adat, seperti: upacara mendirikan rumah,
panen raya, dan mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah
haji. Pada saat itu orang-orang akan berkumpul, baik tua, muda, laki-laki
maupun perempuan dengan tujuan selain untuk mengikuti upacara, juga
berkenalan dengan sesamanya. Jadi, pada waktu itu tari cangget
dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada suatu desa atau kampung
dan bukan oleh penari-penari khusus yang memang menggeluti seni tari
tersebut.

Waktu itu para orangtua biasanya memperhatikan dan menilai gerak-gerik
mereka dalam membawakan tariannya. Kegiatan seperti itu oleh orang
Lampung disebut dengan nindai. Tujuannya tidak hanya sekedar melihat
gerak-gerik pemuda atau pemudi ketika sedang menarikan tari cangget,
melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan
ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung. Bagi
para pemuda dan atau pemudi itu sendiri kesempatan tersebut dapat
dijadikan sebagai arena pencarian jodoh. Dan, jika ada yang saling tertarik

dan orang
perkawinan

tuanya

setuju,

maka

mereka

meneruskan

ke

jenjang

Macam-macam Tari Cangget
Tarian cangget yang menjadi ciri khas orang Lampung ini sebenarnya
terdiri dari beberapa macam, yaitu:



Cengget Nyambuk Temui, adalah tarian yang dibawakan oleh para
pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang
berkunjung ke daerahnya.



Cangget Bakha, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan
pemudi pada saat bulat purnama atau setelah selesai panen (pada
saat upacara panen raya).



Cangget Penganggik, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda
dan pemudi saat mereka menerima anggota baru. Yang dimaksud
sebagai anggota baru adalah pada pemuda dan atau pemudi yang
telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Perubahan status ini terjadi setelah mereka melalukan upacara
busepei (kikir gigi).



Cangget Pilangan, adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda
dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya
yang akan menikah dan pergi ke luar dari desa, mengikuti isteri atau
suaminya.



Cangget Agung adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda
dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang
menjadi Kepala Adat (Cacak Pepadun). Pada saat upacara
pengangkatan ini, apabila Si Kepala Adat mempunyai seorang anak
gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian
cangget agung dan setelah itu ia pun akan dianugerahi gelar Inten,
ujian, Indoman atau Dalom Batin.

Gerakan Tari Cangget
Walau tarian cangget terdiri dari beberapa macam, namun tarian ini pada
dasarnya mempunyai gerakan-gerakan yang relatif sama, yaitu:
(1) gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat);
(2) gerakan knui melayang (lambang keagungan);
(3) gerak igel (lambang keperkasaan);
(4) gerak ngetir (lambang keteguhan dan kesucian hati;
(5) gerak rebah pohon (lambang kelembutan hati);
(6) gerak jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi mara
bahaya);
(7) gerak knui tabang (lambang rasa percaya diri).
Peralatan Tari Cangget

Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari Canget diantaranya
adalah:
(1) canang lunik 8–12 buah;
(2) bende sebuah;
(3) gujeh sebuah;
(4) gong 2 buah;
(5) gendang sebuah;
(6) pepetuk 2 buah.
Busana Tari Cangget
Busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah:
(1) kain tapis;
(2) kebaya panjang warna putih;
(3) siger; (4) gelang burung;
(5) gelang ruwi; (6) kalung papan jajar;
(7) buah jarum;
(8) bulu seratai;
(9) tanggai;
(10) peneken;
(11) anting-anting;
(12) kaos kaki warna putih.
Sedangkan busana dan perlengkapan pada penari laki-laki adalah:
(1) kain tipis setengah tiang;
(2) bulu seratai;
(3) ikat pandan;
(4) jubah;
(5) baju sebelah.
Perkembangan Tari Cangget
Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian ini juga
menggunakan perlengkapan-perlengkapan pendukung lainnya, yaitu:
(1) jepana (tandu usungan) yang dipakai pada saat mengantar dan
menjemput tamu agung, sesepuh adat atau
pun puteri kepala adat dan kutamara;
(2) tombak dan keris, dipakai pada saat tari igel;
(3) talam emas, dipakai untuk landasan menurunkan serta menaikkan
para sesepuh atau tetua adat dari Jepana memasuki Sesat Agung ataupun
sebaliknya;
(4) Payung adat yang warna putih (lambang kesucian) dan warna kuning
(lambang keagungan).
Lagu-lagu yang dimainkan saat Tari Cangget
Adapun lagu-lagu yang sering dinyanyikan untuk mengiringi tarian
Cangget Agung adalah
(1) tabuh mapak/nyabuk temui;
(2) tabuh tari (tarey);
(3) serliah adak;
(4) mikhul bekekes;

(5) gupek;
(6) hujan turun.
Catatan: Saat
ini,
seiring
dengan
perkembangan
zaman,
penyelenggaraan tarian ini semakin berkurang. Tarian cangget tidak lagi
ditarikan oleh para pamuda dan pemudi untuk saling berkenalan,
melainkan telah menjadi suatu tarian khusus yang dimainkan oleh penaripenari tertentu (tidak sembarang orang) dan pada saat-saat tertentu saja
(upacara adat saja).

Tari Tupping

Di Provinsi Lampung, ada tradisi seni topeng yang bernama Tupping. Seni topeng ini
berkembang dari daerah Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Tupping sendiri
merupakan topeng kayu dengan berbagai ekspresi wajah serta karakter tokoh yang
berbeda-beda. Karakter yang ditampilkan didalam tupping diantaranya adalah
karakter ksatria yang sakti, tetua yang bijaksana, ksatria berwibawa, kesatria
berwatak kasar, putri yang lemah gemulai, anak-anak yang sedang bersedih, dan
juga tokoh jenaka. Karakter topeng yang ditampilkan disesuaikan dengan kisah yg

dipertunjukan.

Tarian yang ad diLampung Barat

TARI HALIBAMBANG
TARI Tradisional Halibambang merupakan warisan nenek moyang suku Lampung
Sekala Brak. Apabila ada perayaan perkawinan biasanya diadakan pesta muli
mekhanai yang di sebut Nyambai. Keberadaan Tari Halibambang di daerah Liwa
di perkirakan pada abad ke VI pada masa keadatan Lampung Sekala Brak.
Tari Tradisional adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Dalam
kurun waktu yang telah disepakati, aturan baku diwariskan secara turun
menurun melalui generasi ke generasi.
Tari Halibambang dapat diartikan sebagai Hali: Seperti, Bagaikan sedangkan
Bambang: Kupu-kupu. Jadi Tari Halibambang dapat simpulkan sebagai tarian
yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang beterbangan dengan mengibasibas sayapnya di alam yang bebas dan berayun-ayun di bunga
Dahulu Tari Halibambang adalah merupakan tarian keluarga Lampung Sekala
Brak yang beradat Sai Batin dan hanya dapat dipentaskan oleh lingkungan
keluarga Sekala Brak di tempat yang tertutup,tidak boleh ditarikan oleh

sembarangan orang pementasanya pun hanya terbatas pada saat acara
Nyambai adat dalam adat Lampung Sekala Brak saja.Personil penarinya puin
hanya terbatas pada putri keluarga Lampung Sekala Brak yang funsinya sebagai
tari hiburan keluarga.
Namun sekarang fungsi tari halibambang tidak lagi mutlak sebagai tarian
keluarga adat Lampung saja,tetapi sudah diperbolehkan tarian ini dipentaskan di
tempat terbuka serta tarian ini berfungsi sebagai tarian hiburan lepas atau
sebagai tarian penyambut tari Lampung.
Busana tari:
Kumbang Gijekh (Kumbang Goyang) sebgai lambang keanggunan dan
keindahan.
 Sanggul (keindahan).
 Tali Galah(tali leher) yang diberi kumbang tabokh (keindahan).
 Kipas (properti)lambang sayap kupu-kupu.
 Gelang Kana (kemakmuran).
 Gajah Minung atau kalung selembok (kemakmuran)
 Busung /ikat pinggang (kemakmuran).
 Kawai/baju beludru (kesucian).
 Injang bumpek


Musik pengiring Tari Halibambang menggunakan Talo Balak, nada yang
dihasilkan dari bunyi tabuhan Talo balak ini dapat disimpulkan pada kunci nada =
G ( Sedikit Sumbang ), Gong besar berbunyi nada = 1( do ), Gong Kecil berbunyi
nada = 2/ ( ri ), Talo Balak dan Gendang.
Tari Halimbambang

TARI Tradisional Halibambang merupakan warisan nenek moyang suku
Lampung Sekala Brak. Apabila ada perayaan perkawinan biasanya
diadakan pesta muli mekhanai yang di sebut Nyambai. Keberadaan Tari
Halibambang di daerah Liwa di perkirakan pada abad ke VI pada masa
keadatan Lampung Sekala Brak.
Tari Tradisional adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu.
Dalam kurun waktu yang telah disepakati, aturan baku diwariskan secara
turun menurun melalui generasi ke generasi.
Tari Halibambang dapat diartikan sebagai Hali: Seperti, Bagaikan
sedangkan Bambang: Kupu-kupu. Jadi Tari Halibambang dapat simpulkan
sebagai tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang
beterbangan dengan mengibas-ibas sayapnya di alam yang bebas dan
berayun-ayun di bunga
Dahulu Tari Halibambang adalah merupakan tarian keluarga Lampung
Sekala Brak yang beradat Sai Batin dan hanya dapat dipentaskan oleh
lingkungan keluarga Sekala Brak di tempat yang tertutup,tidak boleh
ditarikan oleh sembarangan orang pementasanya pun hanya terbatas
pada saat acara Nyambai adat dalam adat Lampung Sekala Brak
saja.Personil penarinya puin hanya terbatas pada putri keluarga Lampung
Sekala Brak yang funsinya sebagai tari hiburan keluarga.

Namun sekarang fungsi tari halibambang tidak lagi mutlak sebagai tarian
keluarga adat Lampung saja,tetapi sudah diperbolehkan tarian ini
dipentaskan di tempat terbuka serta tarian ini berfungsi sebagai tarian
hiburan lepas atau sebagai tarian penyambut tari Lampung.
Busana tari:
 Kumbang Gijekh (Kumbang Goyang) sebgai lambang keanggunan
dan keindahan.
 Sanggul (keindahan).
 Tali Galah(tali leher) yang diberi kumbang tabokh (keindahan).
 Kipas (properti)lambang sayap kupu-kupu.
 Gelang Kana (kemakmuran).
 Gajah Minung atau kalung selembok (kemakmuran)
 Busung /ikat pinggang (kemakmuran).
 Kawai/baju beludru (kesucian).
 Injang bumpek
Musik pengiring Tari Halibambang menggunakan Talo Balak, nada yang
dihasilkan dari bunyi tabuhan Talo balak ini dapat disimpulkan pada kunci
nada = G ( Sedikit Sumbang ), Gong besar berbunyi nada = 1( do ), Gong
Kecil berbunyi nada = 2/ ( ri ), Talo Balak dan Gendang.

Tari Nyambai
TARI Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan
masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya
diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai
diambil dari kata Cambai dalam bahasa Lampung berarti sirih. Sirih
menjadi simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.
Oleh karena itu, sirih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara
adat, yang memiliki makna berbeda-beda tergantung penempatanya.
Nyambai adalah acara pertemuan khusus diselenggarakan untuk
Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan,
dengan menunjukan kemampuannya dalam menari. Di lain pihak,
kehadiran tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi

dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, tari
Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat
Saibatin
Tari Nyambai tergolong sebagai tari klasik, penampilan tari Nyambai
diikuti dan dihadiri oleh kalangan bangsawan, yang diselenggarakandi
Lamban Gedung. Lamban Gedung merupakan tempat tinggal Ketua Adat
sekaligus istana yang digunakan untuk musyawarah adat.
Konon tari Nyambai sudah dipertunjukan sebelum Indonesia merdeka
namun tidak diketahui secara pasti awal kemunculannya. Tari Nyambai
adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara
perkawinan yang ditarikan oleh putra dan putri dari para para ketua adat.
Tari ini dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan daerah
kebangsawan adat Saibatin. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwasanya tari Nyambai bagi adat Saibatin menunjukan adanya sebuah
pretise dan legitimasi seorang Ketua Adat.
Gerakan tari Nyambai merupakan perpaduan dari dua bentuk pertunjukan
yaitu tari Dibingi dan tari Kipas. Gerak dalam tari Nyambai terdiri dari tiga
ragam yaitu, kekindai, Ngesesayak, dan Mampang kapas. Tiga ragam
gerak ini dilakukan oleh Muli dan Meghanai secara berulang-ulang. Ragam
gerak memiliki keunikan pada gerak yang dilakukan pada level rendah
(jongkok).

Tari Piring duabelas
SEJARAH
Tari Piring Duabelas merupakan tari tradisional yang berkaitan dengan gawi adat
masyarakat Lampung yang beradat Saibatin. Tari ini berasal dari Sekala Bekhak,
kecamatan Belalau, Lampung Barat. Awalnya orang orang dari Sekala Bekhak ini
hijrah ke wilayah Kota Agung (Teluk Semaka) untuk mencari tempat baru dan
membentuk sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Beniting. Disebut Kerajaan Beniting
karena dulu di Sumatera terdapat banyak harimau, sedangkan raja di Kerajaan
Beniting ini bisa berubah menjadi harimau.
Agar rakyat tidak keliru maka sang raja memiliki sebuah tanda yang ada di bagian
pinggangnya yang biasa disebut babiti, maka raja tersebut disebut raja
beniting.Setelah mendapat pengaruh para pedagang, Kerajaan Beniting berubah
menjadi Kerajaan Semaka.Tari Piring 12 muncul saat Kerajaan Semaka dan
dikembangkan menjadi empat macam tarian.
a.Tari Piring Biasa (Asli), dibawakan oleh bujang gadis (mulei mekhanai)
b.Tari Piring Buha (Buaya), dibawakan oleh mekhanai
c.Tari Piring Maju Ngekkes (Pengantin), dibawakan oleh mulei
d.Tari Piring Duabelas yang ditarikan oleh mulei/mekhanai
Kemudian Kerajaan Semaka bergeser lagi ke daerah pinggir pantai yang bernama
Teluk Benawang.Agar lebih mudah untuk membayar upeti dalam proses

perdagangan. Lalu kerajaan tersebut diberi nama Kerajaan Benawang. Benawang
sendiri memiliki arti uang yang banyak dan bertebaran.Di Kerajaan Benawang inilah
terciptanya 12 bandar.
Tari piring adalah tarian sang ratu yang ditarikan dikala menyambut para ulu balak
dari medan laga atau medan perang. Sang ratu memberikan suguhan kepada ulu
balak berupa tarian sebagai ungakapan rasa gembira. Sang ratu berasal dari
Kerajaan Paksi Marga Benawa.
Tari piring diperkirakan mulai ditarikan sebelum agama islam masuk ke
Indonesia. Adapun disebut piring 12 sebab, paksi marga benawang mempunyai 12
bandar, dari setiap bandar mempunyai ulubalang - ulubalang dan setiap ulubalang
pasti mempunyai pasukan perang.
Adapun nama-nama 12 bandar tersebut adalah :
1). Bandar Rajabasa (gunung subuwujo)
2). Bandar Sani (gunung subuwujo),
3). Bandar Narip (sekarang daerah nuropangko),
4). Bandar Talagening dibagi lagi menjadi 4 bandar lop Bandar Talagening, Bandar
Maja, Bandar Muara, Bandar Kelunggu (Kota Agung),
5). Bandar Baturuga (Terahutimur),
6). Bandar Limau (kecamatan limau),
7). Bandar Putih,
8). Bandar Tulapayah.