Faktor faktor yang mempengaruhi pemiliha

.

Tugas Besar Mata Kuliah

ANALISIS LOKASI
DAN
KERUANGAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
RS Haji dengan Metode Analisis Faktor
Oleh:

Muhammad Fakhriansyah
Erlina Komaruljannah
Anugrah Emier R
Dwiky Satrio Septawicaksono

3615100062
3615100086
3615100103
3615100106


DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSITIUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya sehingga makalah tugas mata kuliah Analisis Lokasi
dan Keruangan yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
lokasi RS Haji dengan Metode Analisis Faktor” dapat terselesaikan tepat
waktu.
Selama proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari pihak-pihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
optimal sehingga pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada .
Demikian makalah Perancangan Kota ini yang kiranya masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat memberikan masukan informasi serta wacana yang

bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Surabaya, 27Mei 2017

Tim Penulis

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
2.1 Central Place Theory ........................................................................... 4

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit .................................................................... 12
2.3 Hirarki Tingkat Pelayanan Kesehatan .............................................. 13
2.4 Pertimbangan Distribusi Fasilitas Kesehatan ................................... 13
2.5 Explanatory Factor Analysis ............................................................... 14
BAB III.............................................................................................................. 16
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 16
3.1 Sumber Data ....................................................................................... 16
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................. 16
3.3 Langkah Analisis ................................................................................ 16
3.4 Diagram Alir....................................................................................... 17
BAB IV ............................................................................................................. 18
GAMBARAN UMUM ...................................................................................... 18
BAB V............................................................................................................... 20
ANALISA DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 20
5.1 Pengolahan Data................................................................................. 20
5.2 Explanatory Factor Analysis ............................................................... 25
BAB VI ............................................................................................................. 30
PENUTUP ......................................................................................................... 30
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 30
6.2 Lesson Learned .................................................................................. 31

LAMPIRAN ..................................................................................................... 21

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam teori Central Palace yang dikemukakan oleh Chirstaller konsumen

(penduduk pengguna fasilitas) akan berusaha mencari pusat pelayanan yang
terdekat. Hal ini berarti bahwa pusat pelayanan tersebut harus ditempatkan pada
daerah kosentrasi pemukiman penduduk. Setiap pusat pelayanan akan saling
terhubung oleh suatu jaringan heksagonal.
Dalam konteks dunia modern saat ini, pendapat Christaller ini dapat
diartikan bahwa lokasi pusat pelayanan harus sedekat mungkin dengan daerah
kosentrasi permukiman penduduk. Sementara itu, jaringan heksagonal dapat
diartikan sebagai jaringan pergerakan yang menghubungkan antara bagian

wilayah yang satu dengan yang lainnya. Jadi, pusat pelayanan harus berlokasi di
simpul-simpul pertemuan jaringan pergerakan yang satu dengan yang lainnya.
Sehingga pusat pelayanan tersebut dapat dengan mudah dicapai penduduk.
Dalam hal ini, Jarak menciptakan gangguan ketika manusia berhubungan
atau berpegian dari suatu tempat ke tempat lainnya. Salah satu hal yang banyak
dibahas dalam teori central palace adalah kerterjangkauan pusat pelayanan
terhadap intensitas orang berpergian dari suatu lokasi ke lokasi lainnya.
asumsinya masyarakat akan terus menuju pusat pelayanan yang paling dekat
dengan tempat tinggalnya.
Teori ini dapat digunakan sebagai pendekatan untuk beberapa alternatif
lokasi fasilitas, perdagangan dan jasa, dll. Dalam hal ini, kelompok kami
mengambil studi kasus fasilitas umum dan lebih di spesifikan untuk fasilitas
kesehatan.
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan


Republik

Indonesia

No.340/MENKES/PER/III/2010, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dari pengertian diatas,
rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi,

1

pencegahan, dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau
pelatihan medik dan para medik sebagai tempat penelitian dan pengembangan
ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan
kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan
kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya merupakan salah satu rumah sakit di
Kota Surabaya, yang juga merupakan rumah sakit negeri milik pemerintah Kota

Surabaya dan sejak Oktober 2008 ditetapkan sebagai rumah sakit tipe B
pendidikan. Rumah sakit ini terletak di Manyar Kertoadi, Kecamatan Sukolilo,
Kota Surabaya. Aktivitas pelayanan medis yang dilakukan rumah sakit ini dapat
dikatakan sibuk. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya pasien setiap tahunnya di
rumah sakit ini yaitu berjumlah 230.482 pasien. Dalam makalah kali ini,
kelompok kami ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis
pemilihan lokasi fasilitas umum yaitu pada RSU Haji Surabaya. Dalam hal ini,
kelompok kami ingin mengetahui apakah pemilihan lokasi RSU Haji Surabaya ini
sudah ideal, sesuai dengan jarak dan kebutuhan masyarakat sekitar, dengan
menggunakan analisis explanatory factor , wawancara maupun kuisioner yang
kami gunakan.

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Analisis LokasiKeterjangkauan pelayanan RS

Haji dengan Metode Analisis Buffer dan Analisis Faktoradalah.
1.


Bagaimana keterjangkauan pelayanan RS Haji dengan lingkungan sekitar
dengan Analisa Explanatory Factor Analisis?

2.

1.3

Apa faktor-faktor pemilihan lokasi RS Haji?

Tujuan
Tujuan penelitian dalam penelitian Analisis Lokasi Keterjangkauan

pelayanan RS Haji dengan Metode Analisis Buffer dan Analisis Faktoradalah
1.

Mengetahui keterjangkauan pelayanan RS Haji

2.

Mengetahui Faktor-faktor pemilihan lokasi RS Haji


2

3.

Mengaplikasikan metode analisis yang berkaitan dengan faktor penentuan
lokasi fasilitas umum khususnya rumah sakit

1.4

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisikan latar belakang, tujuan, serta
sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, merupakan pedoman literature untuk
menentukan faktor-faktor pemilihan lokasi rumah sakit menurut undangundang dan para ahli serta alat analisis lokasi pemilihan rumah sakit
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI, merupakan bab yang
membahas mengenai gambaran umum wilayah studi RSU Haji Surabaya
BAB IV PEMBAHASAN, merupakan bab inti dari makalah ini yang
membahas mengenai hasil analisis pemilihan lokasi Rumah Sakit Umum Haji

Surabaya yang didapatkan dari kegiatan tinjauan pustaka dan wawancara,
kuisioner dan kemudian diolah dengan menggunakan teknik analisis
pembobotan dan buffer
BAB V PENUTUP, merupakan bab akhir dari makalah ini yang berisi
mengenai kesimpulan dari keseluruhan isi makalah ini dan juga rekomendasi.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Central Place Theory
Salah satu teori yang dapat menjelaskan hubungan sosial-ekonomi dan

fisik yang berkait erat dan saling mempengaruhi adalah Teori Central Place
(Central Place Theory). Teori ini menjelaskan bahwa, sebuah kota atau pusat

merupakan inti dari berbagai kegiatan pelayanan, sedangkan wilayah di luar kota

atau pusat tersebut adalah daerah yang harus dilayaninya, atau daerah
belakangnya (hinterland). Sebuah pusat yang kecil akan memberikan penawaran
pelayanan yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan pusat yang lebih besar.
Jarak wilayah yang dilayaninyapun relatif lebih dekat dengan luasan yang kecil
(Knox, 1994). Pada intinya Central Place Theory menjelaskan peran sebuah kota
sebagai pusat pelayanan, baik pelayanan barang maupun jasa bagi wilayah
sekitarnya (tributary area). Teori ini diteliti oleh ahli geografi, Walter Christaller
dan ahli ekonomi August Losch.
2.1.1 Teori Christaller
Seorang ahli geografi, Walter Christaller, melakukan sebuah penelitian
pada tahun 1933 yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan keterbatasan
hubungan ekonomi dan fisik suatu kota atau pusat dengan wilayah sekelilingnya,
Penelitian ini dilakukan di Jerman bagian selatan, di daerah perdesaan (Hartshorn,
1980). Penelitian Christaller menghasilkan sebuah teori yang kemudian dikenal
sebagai Central Place Theory
Christaller berpendapat bahwa tujuan utama sebuah pusat permukiman
atau pasar adalah menyediakan barang dan jasa untuk populasi di lingkungan
sekitarnya. Teori Central place menggunakan konsep dasar threshold dan range.
Lokasi atas suatu tempat ditentukan oleh threshold -nya, atau kebutuhan area pasar
minimum atas suatu barang maupun jasa untuk dapat ditawarkan secara
ekonomis, contohnya membawa sebuah perusahaan dapat mengadakan barang
dan jasa dan menjaganya menjadi sebuah bisnis. Christaller menyarankan bahwa
setiap lokasi mengembangkan pasarnya sampai

range nya

atau ukuran

maksimum/jarak maksimum dimana konsumen mampu melakukan perjalanan

4

untuk menjangkau suatu komoditi atau jasa. Dalam kondisi ideal pusat pasar
dengan ukuran dan fungsi yang sama akan memiliki jarak yang sama satu sama
lain.
Teori Christaller mengasumsikan kondisi ideal dimana sebuah dataran
homogen yang sama dengan kepadatan populasi dan daya beli yang sama. Dalam
hal ini, teori Central Place mirip dengan teori lokasi Weber dan Von Thunen,
dimana lokasi diasumsikan euclidean, dataran isotropic dengan kemampuan daya
beli konsumen yang sama besar ke segala arah. Menurut Christaller, tidak semua
kota dapat menjadi pusat pelayanan. Sebuah pusat pelayanan harus mampu
menyediakan barang dan jasa bagi penduduk di daerah sekitarnya. Christaller
menyatakan bahwa dua buah pusat permukiman yang mempunyai jumlah
penduduk yang sama persis tidak selalu menjadi pusat pelayanan yang sama
pentingnya. Istilah kepusatan(centrality) digunakan untuk menggambarkan bahwa
besarnya jumlah penduduk dan pentingnya peran sebagai tempat terpusat ( central
place).

A.

Asumsi
Penelitian Christaller diawali dengan menetapkan beberapa asumsi, yakni:

1.

Asumsi dari sisi lingkungan fisik
Bahwa daerah yang akan menjadi wilayah penelitian merupakan wilayah

yang homogen, datar, dan penduduk dapat mencapai semua arah tanpa hambatan.
Daerah tersebut mempunyai karakteristik yang sama di semua bagiannya, tidak
ada penghalang untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Tidak ada sungai sebagai penghalang, tidak ada bukit yang harus didaki dan akses
ke semua tempat sama mudahnya. Biasanya penduduk menyebar secara merata di
area dengan karakteristik perdesaan seperti ini.
2.

Asumsi dari sisi perilaku pelanggan
Yang pertama adalah bahwa pelanggan hanya akan membeli barang dari

pusat yang terdekat dari tempat tinggalnya. Asumsi yang ke dua, bahwa pusat
pelayanan selalu dapat memenuhi kebutuhan barang sesuai dengan kebutuhan
pelanggannya. Apabila permintaan menurun hingga di bawah ambang batas, maka
barang tersebut tidak lagi tersedia.
B.

Urutan Perkembangan Pusat Pelayanan

5

Hasil penelitian Christaller menunjukan jika kebutuhan penduduk
membentuk hierarki playanan dengan sebuah pusat utama / tempat sentral yang
didukung oleh beberapa pusat pelayanan dengan skala yang lebih rendah.
Pembentukan hierarki pusat pelayanan tersebut terdiri dari tiga tahapan.
1.

Pemenuhan Kebutuhan Sendiri (Self-Suffienciency)
Pada tahap awal penduduk yang menempati area terpencil mulai

memenuhi kebutuhannya sendiri dengan membuat atau memproduksi barang yang
dibutuhkan. Selanjutnya mereka memiliki naluri berdagang akan memproduksi
barang melebihi kebutuhan keluarganya. Dengan mengembangkan naluri
wiraswastanya, kelebihan barang tersebut kemudian dijual pada tetangga.
Biasanya diawali dengan pembuatan makan, seperti nasi dan berbagai lauk pauk
lain. Jangkauan pasar si penjual memiliki anlogi dengan ideal outer dan inner
range. Area pelayanan ini digambarkan melingkar karena disesuaikan dnegan

asumsi dari Christaller sendiri. Biasanya tahap awal ini hanya menyediakan
barang dan jasa low-order goods, seperti beras, telur, sayuran, dabun, dan
berbagai kebutuhan sehari-hari. Berikut adalah ilustrasi tahap 1.

Gambar 1. Ilustrasi Tahap Pemenuhan Kebutuhan Sendiri
2.

Berkembangnya Pasar Bebas dan Adanya Area yang Tidak Terlayani
Dengan dimulainya kegiatan jual beli yang diawali oleh petani, maka

petani lain akan melakukan hal yang sama. Petani yang mengikuti petani awal ini
akan memproduksi barang yang sama untuk memenuhi permintaan penduduk di
lokasi yang belum dapat dijangkau oleh penjual pertama.
Dengan terciptanya pasar bebas, maka akan muncul lebih banyak penjual
hingga akhirnya seluruh area terlayani. Namun tidak semua area dapat dilayani

6

pusat pelayanan yang telah berkembang. Karena bentuk area pelayanan
merupakan lingkaran, maka ada area yang tidak terlayani oleh satu pusatpun. Area
tersebut dikenal sebagai interstitial areas. Penduduk di Interstitial area harus
memproduksi barang yang dibutuhkan sendiri karena tidak ada pusat yang dapat
melayaninya. Atau, hidup tanpa barang tersebut.Namun dalam perkembangannya,
area yang tidak terlayani ini mengundang penjual baru untuk melayani
penduduknya.
Penjual baru yang muncul adalah yang memanfaatkan ideal outer range of
the goods, dan menjadikannya real outer range bila memperluas jangkauan

pelayanan, atau inner range bila muncul dari bagian tengah interstitial areas.
Bentuk tahap perkembangan pasar bebas ini dapat dilihat melalui ilustrasi berikut.

Gambar 2. Ilustrasi Tahap Perkembangan Pasar Bebas dan Area yang Tak
Terlayani
3.

Kompetisi Spatial dan Penciutan Area Pasar
Wiraswastawan baru dapat muncul di tengah area. Tindakan ini berakibat

pada penciutan area pasar yang telah tercipta sebelumnya. Sepanjang penciutan
pasar ini tidak mengganggu ambang batas yang harus dicapai, maka setiap saat
dapat memunculkan wiraswastawan baru. area pasar dapat semakin menciut
dengan kegiatan munculnya penjual baru. dengan asusmsi bahwa pembeli hanya
akan datang ke pusat pelayanan yang terdekat, maka tidak ada area pasar yang
saling tumpang tindih. Namun ada area yang bisa direbutkan oleh dua pusat
pelayanan, yakni area yang memiliki jarak yang sama terhadap dua pusat. Dengan
tumpang tindihnya area pasar, maka area pelayanan yang semula berupa

7

lingkaran, kemudian mengalami penyesuaian sehingga berbentuk polygon.
Bentuk ini memiliki batas outer range of the good.

Gambar 3. Ilustrasi Tahap Kompetisi Spasial dan Penciutan Area
Real outer range of the goodakan menciptakan bentuk heksagon dari

tahapan-tahapan diatas. Bentuk segi enam ini tidak menyisakan area yang tak
terlayani dan tidak tidak membentuk area pelayanan yang saling tumpang tindih.
Bentuk seglenam ini juga menciptakan jarak yang sama dari setiap bangunan
untuk menuju pusat pelayanan. Bentuk heksagon ini merupakan daerah belakang
dan satu pusat pelayanan.

Gambar 4 Ilustrasi Tahap-Tahap Pembentukan Heksagonal
Christaller merumuskan tiga hierarki sentralsesuai dengan luas kawasan
pengaruhnya. Berikut adalah tiga hierarki yang dirumuskan oleh Christaller dan
juga penjelasannnya.
1.

Sistem Jangkauan Layanan K=3 (Jangkauan Layanan Pasar)

8

Gambar 5. Model Jangkauan Layanan Pasar
Sistem jangkauan ini merupakan pusat pelayanan yang berupa pasar yang
senantiasa menyediakan barang-barang konsumsi bagi kawasan yang ada di
sekitarnya. Disebut sebagai kasus pasar optimal yang memiliki pengaruh 1/3
bagian wilayah sekitarnya. untuk membangun lokasi pasar ataupun fasilitas umum
lainnya, sekurang-kurangnya harus di kawasan yang diperkirakan dapat
berpengaruh terhadap 1/3 penduduk dari keenam kawasan yang ada di sekitarnya.
Sebagai penunjangnya, maka dalam pembangunan lokasi tersebut perlu
diperhatikan:




Jalan beserta sarana angkutannya



Tempat parkir

2.

Sistem Jangkauan Layanan K=4 (Jangkauan Layanan Transportasi)

Barang yang diperjualbelikan

Christaller menunjukan bahwa prinsip pasar (Jangkauan Layanan K=3)
merupakan konsep yang canggung dalam hal menghubungkan hierarki dengan
level yang berbeda. Pada akhirnya Chirstaller memberikan alternatif dan
menyarankan bahwa tempat sentral dapat diatur menurut apa yang disebut sebagai
prinsip transportasi.

Gambar 6. Model Jangkauan Layanan Transportasi

9

Jangkauan Layanan ini memberikan kemungkinan rute lalu lintas paling
efisien yang diperoleh dari penjumlahan kawasan tempat sentral (1) dengan
setengah bagian kawasan yang ada di sekitarnya yang berjumlah 6. Prinsip dari
lalu lintas ini menyatakan bahwa distribusi tempat sentral yang paling
menguntungkan ketika banyak tempat-tempat penting terletak pada satu rute lalu
lintas diantara dua pusat kota, rute ini ditetapkan sebagai yang paling rute yang
lurus dan semurah mungkin. Sedangkan tempat yang tidak terlalu penting dapat
dikesampingkan. Menurut prinsip transportasi tempat pusat akan berbaris lurus
pada rute lalu lintas yang menyebar dari titik pusat
Ketika pusat sentral disusun menurut prinsip transportasi, pusat dengan
urutan paling rendah terletak pada titik tengah dari setiap sisi haxagonal daripada
di pusatnya. Hal tersebut menyatakan prinsip transportasi menghasilkan hirarki
terorganisir pada kawasan K=4 dimana tempat pengaturan sentral bersaing
menurut aturan keempat.
3.

Sistem

Jangkauan

Layanan

K=7

(Jangkauan

Layanan

Administratif)

Gambar 7. Model Jangkauan Layanan Administratif
Saran prinsip lain pengorganisasian dari christaller didasarkan pada
kesadaran bahwa dari sudut pandang politik atau administratif pusat, sebuah
sentral kota secara realistis tidak dapat dibagi. Sistem ini dinamakan sebagai
situasi administrative yang optimal dengan pengaruh bagi seluruh bagian wilayahwilayah tetangganya selain mempengaruhi wilayahnya sendiri. contohnya adalah
tempat sentral berhierarki tujuh antara lain kota yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan.
2.1.2 Teori Losch
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh August Losch tahun 1954, ia
merupakan pakar ekonomi di zamannya. Teori ini didasarkan analisis pemilihan

10

lokasi optimal pada luas pasar yang dapat dikuasai dan kompetisi antar tempat.
berdasarkan pandangan ini, sebuah perusahaan akan memilih suatu tempat sebagai
lokasi yang optimal berdasarkan kekuatan persaingan antar tempat dan luas pasar
yang dapat dikuasainya. Dengan demikian terlihat bahwa permintaan dan
penawaran antar tempat merupakan unsur penting dalam menentukan lokasi
optimal dari suatu kegiatan perusahaan. Teori ini adalah penyempurna dari teori
yang sudah dikemukakan oleh Walter Christaller dengan fokusan pada faktor
ekonomi.
Asumsi dari ini adalah: (1) Lokasi penyedia layanan berpengaruh dengan
jumlah konsumen (2) Produsen memilih lokasi yang menghasilkan penjualan
terbesar (3) Produsen cenderung menempatkan diri di pasar utama (4) Potensi
permintaan menjadi faktor penting dalam penentuan lokasi industri
Menurut Losch, suatu metrópolis memiliki fungsi yang beragam dan
fungsi tersebut memiliki area pasar yang dibatasi oleh range dan thresholdnya
masing-masing. Jadi tidak perlu ditentukan sebuah hirarki pasar karena akan
muncul dengan sendirinya.

Gambar 8. Model Market Losch
Dalam gambar diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kebiasaan
produsen yang mencari keuntungan maka akan terbentuk sebuah hirarki tanpa
adanya rencana sebelumnya. Setiap daerah akan terlayani oleh produsen yang
membuka usaha disetiap sektor yang ada. Barang yang disediakan memiliki ordo
masing-masing. Setiap ordo mewakili seberapa butuh konsumen terhadap barang
tersebut, sebagai contoh bahan pangan, bahan pangan digambarkan menjadi ordo
yang sangat dibutuhkan masyarakat maka akan tersedia di tiap-tiap daerah,
sedangkan untuk barang sekunder dan tersier hanya tersedia di beberapa tempat
sehingga membentuk sebuah hirarki pasar sesuai dengan kebutuhan barang

11

tersebut. Barang-barang mewah hanya tersedia di pusat kegiatan atau pusat kota
karena pusat kota memiliki range yang sangat luas dan mencakup seluruh kota.
begitu seterusnya hingga mucul pusat-pusat kegiatan baru.

2.2

Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan sistem pengelolaannya, rumah sakit dibagi atas:
- Rumah Sakit Pemerintah yaitu rumah sakit yang sistem organisasi dan
operasionalnya diselenggarakan oleh pemerintah.
- Rumah Sakit Swasta yaitu rumah sakit yang sistem organisasi dan
operasionalnya diselenggarakan oleh swasta yang berbadan hukum yang
bertujuan membantu pemerintah di bidang penyediaan fasilitas medis.
Berdasarkan jenis pelayanan dan medis dan tujuan pengadaannya, rumah

sakit dibagi menjadi:
- Rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberi pelayanan medis
terhadap segala macam penyakit, termasuk pelayanan bersalin.
- Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang dihubungkan dengan
pendidikan yang lengkap spesialisasinya dan digunakan secara
menyeluruh Oleh satu fakultas kedokteran bagi pendidikan dan riset di
bidang kedokteran tanpa mengganggu kepentingan penderita.
- Rumah sakit khusus, yaitu tempat pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialisasi tertentu, pelayanan penunjang medik,
pelayanan perawatan secara rawat jalan, dan rawat inap.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/ Menkes/ PER/ II/
1988 mengenai klasifikasi rumah sakit umum pemerintah, dapat digolongkan
sebagai berikut:
- Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan sub spesialistik luas
- Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan sub spesialistik terbatas
- Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik sekurang kurangnya 11 jenis spesialistik

12

- Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik sekurang kurangnya 4 jenis spesialistik
- Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang
kurangnya pelayanan medik dasar

2.3

Hirarki Tingkat Pelayanan Kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah suatu bagian dari fasilitas umum yang

merupakan aktivitas atau materi yang berfungsi melayani kebutuhan masyarakat
(perorangan atau kelompok) dalam bidang kesehatan. Menurut jenis pelayanan,
dibagi menjadi swasta dan pemerintah, sedangkan berdasarkan hirarki pelayanan
dibagi menjadi tingkat rumah tangga, tingkat masyarakat, fasilitas pelayanan
kesehatan pertama, rujukan pertama, dan rujukan yang lebih tinggi. Fasilitas
kesehatan juga mempunyai hirarki pelayanan. Menurut Pedoman Kerja
Puskesmas Jilid I. 1990/1991, mengelompokkan jenjang/ hirarki pelayanan
kesehatan meliputi jenjang tingkat rumah tangga, tingkat masyarakat, fasilitas
pelayanan kesehatan pertama, rujukan pertama dan rujukan yang lebih tinggi.
Table 2.1 Tingkat Hirarki Pelayanan Fasilitas Kesehatan Menurut
Pemerintah
No

Jenjang
Tingkat rumah tangga
Tingkat masyarakat

Komponen/Unsur Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan oleh individu
Kegiatan swadaya masyarakat dalam
menolong mereka sendiri oleh kelompok
paguyuban PKK, saka bhakti husada,
anggota RW, RT, dan masyarakat
Fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas,
puskesmas
pembantu,
pertama
puskesmas keliling, praktek dokter swasta,
poliklinik swasta, dan lainnya.
Rujukan pertama
RS Kabupaten, RS Swasta, laboratorium,
klinik swasta, dan lainnya.
Rujukan yang lebih tinggi
RS kelas B dan A serta lembaga spesialistik
swasta, laboratorium dan kesehatan daerah,
laboratorium klinik swasta, dan lainnya.

Sumber: Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I. 1990/ 1991

2.4

Pertimbangan Distribusi Fasilitas Kesehatan
Faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan fasilitas kesehatan,

meliputi (Sujarto dalam Lastri, 1997: 24) :

13

1. Distribusi kepadatan penduduk, melayani kebutuhan seluruh penduduk
daerah-daerah padat penduduk
2. Aksesibilitas, mudah diakses sehingga kondisi transportasi sangat
penting
3. Ketersediaan lahan, lokasi lahan untuk rumah sakit yang dibangun atau
pengembangan
4. Lingkungan, pertimbangan lingkungan sekitar (misalnya ketenangan,
udara, kebersihan)
Dalam perencanaan kesehatan yang paling penting adalah
pemenuhan pelayanan kepada masyarakat, maka perlu penyesuaian antar fungsifungsi yang ada pada fasilitas kesehatan dengan kebutuhan yang diinginkan
masyarakat. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penentuan lokasi
fasilitas kesehatan:
1. Tingkat sosial budaya masyarakat, yaitu untuk menentukan suatu lokasi
fasilitas perlu dipertimbangkan apakah dapat menyerap penduduk
disekitarnya
2. Pertimbangan administrasi daerah pelayanan dan pembinaan fasilitas
kesehatan yaitu dimaksudkan untuk mengukur daerah pelayanan dan
pembinaan dari fasilitas kesehatan. Keuntungan bila memperhatikan
masalah administrasi, adalah:
a. Memiliki kejelasan tentang daerah pelayanan atau pembinaan
b. Beban tugas kesehatan sama
c. Koordinasi kerja akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien
d. Pembinaan kesehatan terhadap masyarakat dapat secara rutin.
3. Pertimbangan tingkat aksesibilitas fasilitas kesehatan, yaitu kemudahan
mencapai suatu aktivitas.

2.5

Explanatory Factor Analysis
Explonatory Factor Analysis adalah metode statistik yang digunakan

untuk membangun model struktur yang terdiri dari satu set atau banyak variabel.
EFA adalah salah satu metode analisis faktor untuk mengidentifikasi hubungan
antara variabel manifest atau variabel indikator dalam membangun sebuah

14

konstruk. EFA digunakan dalam kondisi dimana peneliti tidak memiliki informasi
awal atau hipotesis harus dikelompokkan ke dalam variabel mana saja
sekumpulan indikator yang telah dibuat. jadi peneliti berangkat dari indikator
(manifest) kemudian membentuk variabel. EFA juga digunakan dalam kondisi
dimana variabel laten memiliki indikator yang belum jelas. indikator satu variabel
laten dimungkinkan overlap dengan indikator variabel laten lainnya.
Peneliti dapat menggunakan software SPSS untuk menganalisis EFA.
Input yang digunakan adalah data dari variabel-variabel indikator. Oleh karena
belum ada asumsi ke mana saja indikator-indikator akan mengelompok maka
biasanya dalam analisis EFA belum diketahui berapa faktor atau variabel laten
yang akan terbentuk. Walaupun diperbolehkan peneliti menentukan berapa jumlah
faktor yang diharapkan.
Ukuran-ukuran yang menunjukkan bahwa suatu indikator masuk ke dalam
indikator tertentu dalam EFA adalah nilai faktor loading. Ketika nilai faktor
loading suatu indikator lebih besar terhadap satu faktor tertentu, maka indikator
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam faktor tersebut.

15

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Sumber Data
Sumber data yang digunakandalam penelitian ini berasal dari data primer.

Data primer diperoleh melalui survei secara langsung dengan responden (survei
primer), dan wawancara di RS Haji Surabaya pada hari Sabtu, tanggal 14 Mei
2017. Sampel kami berjumlah 32 responden dengan menggunakan random
sampling. Penggunaan 32 sample ini agar dapat dilakukan analisis pada software
SPSS. Menurut Cohen, et.al, (2007, hlm. 101) semakin besar sample dari
besarnya populasi yang ada adalah semakin baik, akan tetapi ada jumlah batas
minimal yang harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak 30 sampel. Sebagaimana
dikemukakan oleh Baley dalam Mahmud (2011, hlm. 159) yang menyatakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel
paling minimum adalah 30.

3.2

Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kemudahan dicapai,

Jarak dari Fasilitas Umum, Kelengkapan Fasilitas, Jarak dengan Jalan Raya
(Tingkat Aksesbilitas), Biaya Operasional, Pelayanan Pegawai

3.3

Langkah Analisis
Langkah – langkah dalam analisis kami adalah sebagai berikut.
1. Memperoleh data dengan cara survei primer ke 30 responden
2. Melakukan pengolahan data dengan Micr osoft Excel.
3. Menyajikan data dalam bentuk diagram pada masing-masing variabel
dengan kajian skala likert.
4. Melakukan Explanatory Factor Analysisterhadap data dengan tujuan
mengetahui fakotr penentuan lokasi dari proses pengolahan data yang
telahdilakukan.
5. Menyajikan data secara informatif berdasarkan proses pengujian analisis
yang telah dilakukan

16

6. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh berdasarkan hasil
Explanatory Factor Analysis.

3.4

Diagram Alir
Diagram alir menggambarkan alur perjalanan dari pembuatan laporan ini,

dimulai dari proses perumusan masalah sampai pemberian kesimpulan dan saran.
Diagram alir yang dipakai adalah:

Mulai

Pengumpulan Data (dengan n=30)

Mengolah data dalam Microsoft Excel

Penyajian data bentuk
Diagram Lingkaran dan
Tabel

Explanatory Factor Analysis

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Gambar 3.1 Flowchart Analisis Lokasi RS Haji

17

BAB IV
GAMBARAN UMUM

Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya adalah rumah sakit milik
Pemerintah provinsi Jawa Timur yang didirikan berkenaan pada peristiwa yang
menimpa para jamaah Jamaah Haji Indonesia di terowongan Mina pada tahun
1990. Dengan adanya bantuan dana dari pemerintah Arab Saudi dan dilanjutkan
dengan biaya dari Pemerintah provinsi Jawa Timur, berhasil dibangun gedung
beserta fasilitasnya yang resmi dibuka pada tanggal 17 April 1993, sebagai RSU
tipe C. Pada tahun 1998 berkembang menjadi RSU tipe B Non pendidikan dan
pada tanggal 30 Oktober 2008 sesuai SK, RSU Haji Surabaya berubah status
menjadi RSU tipe B pendidikan.
RSU Haji Surabaya memiliki 226 tempat tidur perawatan, ditunjang
dengan alat medis canggih dan dokter spesialis senior Kota Surabaya. RSU Haji
Surabaya tersedia 108 dokter, 81 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di
Jawa Timur dan 73 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Jawa. Dari 108
dokter di rumah sakit ini, 72 adalah spesialis. Dibandingkan dengan rata-rata
rumah sakit di wilayah, ini ; 55 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Jawa
Timur, dan 50 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Jawa.
Rumah sakit ini tersedia semua categori besar dokter, termasuk: dokter
umum, spesialis, dokter gigi, spesialis gigi, dan dokter bedah, dengan rincian
dokter umum berjumlah 23 orang, spesialis berjumlah 72 orang, dokter gigi
berjumlah 4 orang, spesialis gigi berjumlah 5 orang dan dokter bedah berjumlah 4
orang. Rumah Sakit Umum Haji Surabaya ini berlokasi di jalan Manyar Kertoadi
Kecamatan Sukolilo Surabaya dan berdampingan dengan asrama Haji Surabaya.
RSU Haji ini menempati lahan seluas 24.300 m2 dengan luas bangunan
keseluruhan 15.464 m2 dan jalan paving serta halam parkir seluas 6.741 m2

18

Gambar 3.1Peta Lokasi RS Haji Surabaya
Sebagai rumah sakit dengan tipe B, RSU Haji Surabaya ini telah memiliki
fasilitas yang cukup memadai, seperti fasilitas rawat inap dengan 245 kamar tidur,
dengan 121 kamar termasuk di kamar kelas II. Rumah sakit ini juga tersedia
tempat tidur di semua kelas kamar, dari kelas I sampai kelas VVIP. Dan juga
ruang kondisi darurat yang terdiri dari ruang ICU, HCU, IGD, dan NICU. Dari
segi aktivitas pelayanan medis rumah sakit ini umumnya sibuk, hal tersebut bisa
dilihat dari setiap tahunnya rumah sakit ini terdapat 230, 482 pasien menjenguk
RSU Haji Surabaya, dibanding rata-rata rumah sakit di wilayah, ini dengan 152,
157 lebih banyak dari rumah sakit tipikal di Jawa.

19

BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1

Pengolahan Data
Pada kuesioner yang telah dibuat dilakukan random sampling pada 37

sampel yang merupakan keluarga pasien dan penjenguk yang ada di Rumah Sakit
Haji Surabaya.Setelah data hasil kuesioner didapat langsung dilakukan
pengolahan data kuesioner. Disini data yang merupakan data kualitatif kemudian
dijadikan sebagai data kuantitatif agar nantinya dapat dihitung dan dilakukan
analisis melalui program SPSS. Data yang berupa kualitas ini dirubah dalam
bentuk angka dengan menggunakan skala likert. Setiap faktor diberikan tingkatan
sesuai dengan level dari keberpengaruhan. Berikut adalah lima tingkatan
keberpengaruhan yang kemudian dijadikan data kuantitatif.
 Sangat tidak berpengaruh → 1
 Tidak berpengaruh → 2

 Cukup berpengaruh → 3
 Berpengaruh → 4

 Sangat Berpengaruh → 5
Dilakukan pengolahan data kuesioner ke dalam bentuk tabel dengan skala
likert diatas dan menghasilkan tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1Hasil Kuesioner Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan RS Haji
No

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Amalia Yusrina
Widya Kamila
Fakriansyah
Anjarsari
Kurniawan Raharjo
Wiwik R
Jumiati
Suwarno
Rahman Waluyo
Ismiati Rohmah
Dian

Kemudahan
dicapai
4
2
3
3
4
4
3
4
3
2
2

Jarak
dengan
fasilitas
lain
2
2
2
3
3
2
2
2
4
3
2

Kelengkapan
Fasilitas

Jarak
dengan
jalan raya

Biaya
oprasional

Pelayanan
pegawai

2
4
5
2
1
3
3
3
2
3
2

1
2
5
1
3
4
1
2
2
4
2

2
1
3
2
3
2
2
1
2
2
2

1
3
2
1
2
3
1
3
2
2
2

20

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Rio Ananta
Jannah
Fahmi Rizal W
Nabila Dwi
Supriadi Santoso
Wardiah Silmi
Bagus Agung
Juarsih
Dwi Isnaini
Arif Wahyu P
H. Soetrisno
Abdillah
Rohmah
Sukimo
Rizal Abdillah
M. Hidayat
Suprapto
Silmi

3
5
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3

3
4
2
4
2
3
2
3
3
2
2
2
3
3
2
3
2
4
3
2
2

3
4
1
1
2
1
1
4
2
1
3
2
3
1
2
2
1
3
1
1
3

2
3
2
3
1
2
2
4
1
1
4
2
1
1
1
3
2
3
1
1
2

2
1
1
4
2
2
2
3
2
1
4
3
3
1
3
3
3
2
3
2
2

1
4
2
3
1
2
1
3
2
2
3
1
4
1
1
2
2
5
2
2
1

Sumber: Survei Primer, 2017

Data hasil konversi dari skala likert tersebut hasil dari pengisian kusioner
oleh pasien RS Haji dan penjenguk pasien RS Haji. Data ini kemudian dianalisis
menggunakan bantuan SPSS. Namun analisis faktor eksploratori yang akan
dilakukan di SPSS tidak dilakukan hingga mengelompokan faktor-faktor baru
namun hanya hingga mengetahui pengaruh setiap faktor. Sebab tujuannya adalah
untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan lokasi RS Haji
melalui preferensi pengunjung. Sehingga yang nantinya dilakukan hanyalah
mereduksi faktor yang tidak berpengaruh dan mengetahui seberapa besar
pengaruh pada setiap faktor yang digunakan. Berdasarkan tabel diatas didapatkan
hasil rincian variabel dari survei primer melalui kuesioner adalah sebagai berikut

21

Kemudahan
dicapai

Jarak dengan Kelengkapan Jarak dengan
fasilitas lain
Fasilitas
jalan raya

Biaya
oprasional

Pelayanan
pegawai

Gambar 3.1 Diagram berdasarkan Jenis Variabel
Dari diagram tersebut didapatkan bahwa secara keseluruhan variabel
kemudahan dicapai merupakan variabel yang paling berpengaruh dibandingkan
dengan variabel lainnya. Sedangkan variabel yang paling tidak berpengaruh
adalah pelayanan pegawai berdasarkan preferensi responden. Berikut adalah
penjelasan dari masing-masing variabel
1. Kemudahan di Capai

Kemudahan Dicapai
3% 0%
10%
31%

Sangat Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
56%

Berpengaruh
Sangat Berpengaruh

Gambar 3.2 Diagram Kemudahan Dicapai
Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menganggap kemudahan dicapai dari jangkauan tempat tinggal cukup
berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya. RS Haji surabaya merupakan RS
Pemerintah Kota yang memiliki skala pelayanan seluruh kota. Hal tersebut

22

tentunya berhubungan dengan teori central place, lokasi pusat pelayanan harus
sedekat mungkin dengan daerah kosentrasi permukiman penduduk.
2. Jarak dari Fasilitas Umum

Jarak RS Haji dengan Fasilitas Umum Lain
0%

0%

13%
Sangat Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh

53%

34%

Cukup Berpengaruh
Berpengaruh
Sangat Berpengaruh

Gambar 3.3 Diagram Jarak RS Haji dengan Fasilitas Umum
Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menganggap jarak RS Haji dengan fasilitas umum lain tidak
berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Namun
disamping itu, kedekatan dengan fasilitas umum lain tentunya sangat membantu
pengunjung dalam pemenuhan pelayanan, seperti masjid, supermarket dll.
3. Kelengkapan Fasilitas

Kelengkapan Fasilitas RS Haji
3%
10%

31%

Sangat Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh

28%

Cukup Berpengaruh
28%

Berpengaruh
Sangat Berpengaruh

Gambar 3.4 Diagram Fasilitas RS Haji
Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menganggap kelengkapan RS Haji sangat tidak berpengaruh dalam
memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Berdasarkan wawancara

23

yang kami dapatkan, kelengkapan fasilitas di RS Haji dirasa cukup kurang baik
dalam segi dokter, maupun perlengkapan medis.
4. Jarak dengan Jalan Raya (Tingkat Aksesbilitas)

Jarak RS Haji dengan Jalan Raya
0%
6%
34%

27%

Sangat Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh

Berpengaruh

33%

Sangat Berpengaruh

Gambar 3.5Jarak RS Haji dengan Jalan Raya
Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menganggap jarak RS Haji dengan Jalan Raya sangat tidak
berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Letak
RS Haji tidak berhadapan langsung dengan jalan Arteri namun berada dijalan
Lokal. Berdasarkan wawancara yang kami dapatkan, beberapa responden yang
berasal dari luar kota sempat mengalami kesulitan dalam menemukan rumah sakit
ini.
5. Biaya Operasional

Biaya Operasional
0%
6%

19%
Sangat Tidak Berpengaruh

28%

Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
47%

Berpengaruh
Sangat Berpengaruh

Gambar 3.6Diagram Biaya Operasional

24

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menganggap biaya operasional tidak berpengaruh dalam memilih RS
Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya.
6. Pelayanan Pegawai

Tingkat Pelayanan Pegawai RS Haji
3%

6%
19%

31%

Sangat Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh

41%

Berpengaruh
Sangat Berpengaruh

Gambar 3.7Diagram Tingkat Pelayanan Pegawai
Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menganggap tingkat pelayanan pegawai tidak berpengaruh dalam
memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya. Berdasarkan wawancara
yang kami dapatkan, beberapa responden merasa bahwa beberapa pegawai di RS
Haji kurang tanggap dalam pelayanannya.

5.2

Explanatory Factor Analysis
Explanatory Factor Analisis (EFA) ini dilakukan dengan pendekatan

kuesioner (terlampir) yang disebarkan dengan teknik random sampling pada
lokasi studi yaitu Rumah Sakit Haji Surabaya. Awalnya ditentukan faktor-fator
yang mungkin berpengaruh melalui kajian literatur pada jurnal. Kemudian
didapatkan faktor berupa mudah diakses dan kondisi sekitar lokasi Dari faktorfaktor tersebut kemudian ditambah dengan faktor-faktor lain hasil diskusi
kelompok yang mungkin menyebabkan masarakat memilih Rumah Sakit Haji.
Faktor-faktor ini yang kemudian dijadikan variabel untuk penelitian kecil ini.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kemudahan dicapai (dekat dengan
rumah), jarak rumah sakit dengan fasilitas lain, jarak rumah sakit dengan jalan
raya, biaya oprasional, dan pelayanan pegawai. Pada masing-masing faktor

25

tersebut diberikan pilihan tingkat keberpengaruhan memilih fasilitas umum rumah
sakit dengan penjabaran sangat berpengaruh, berpengaruh, cukup berpengaruh,
tidak berpengaruh dan sangat tidak berpengaruh. Langkah – langkah dalam
analisis Explanatory Factor Analisis (EFA) adalah sebagai berikut
1. Input Data
Melakukan input data hasil penilaian likert dari excel ke SPSS.

2. Menyamakan standar nilai data

Untuk menstandarkan nilai data dapat dilakukan dengan describtive
statistics yang ada pada SPSS. Setelah menginput data dan dilakukan analisis
describtives kemudian akan muncul Zscore atau nilai yang sudah memiliki

26

standarisasi nilai kemudian analisis faktor baru dapat dilakukan. Berikut adalah
contoh hasil dari Zscore input data kuesioner yang telah kita dapatkan.
3. Menguji signifikansi dan matriks korelasi.

Angka KMO and Bartlett’s untuk semua variable adalah 0,609 dengan
signifikansi 0,001. Oleh Karena KMO > 0,5 dan sig < 0,05 maka variable dan
sampel yang ada sebenarnya sudah bisa dianalisis lebih lanjut tetapi belum tentu
dapat dikelompokkan menjadi faktor-faktor yang dimasuk kan kedalam faktorfaktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Rumah Sakit Haji Surabaya.

Dari tabel Anti-image Matrices dapat dilihat pada bars Anti-image
correlation, nilai variabel yang memiliki angka MSA (a) harus > 0,5. Jika ada

variabel yang nilainya < 0,5 maka variable tersebut harus dikeluarkan dari proses
analisis faktor. Dari hasil uji anti-image Matrices didapati bahwa variabel yang
memiliki nilai MSA (a) < 0,5 ada satu yaitu biaya oprasional. Karena disini ada 1
variabel yang memiliki nilai MSA dibawah 0,5 maka variabel yang memilika nilai
MSA paling kecil direduksi datanya. Karena nilai MSA biaya oprasional 0,402
yang merupakan nilai paling kecil akhirnya data tersebut direduksi dan

27

dilanjutkan pada tahap analisis selanjutnya. Direduksinya variabel biaya
operasional didukung dengan pendapat responden yang menganggap variabel ini
tidak berpengaruh dalam pemilihan lokasi RS Haji Surabaya.
4. Melakukan uji signifikansi dan matriks korelasi ulang
Setelah data direduksi kemudian dilihat lagi signifikansi dan KMOnya.

Nilai KMO sudah lebih dari 0,5 yaitu sebesar 0,609 dengan signifikansi
yang kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,001. Sehingga dapat dilakukan analisis pada
proses selanjutnya.

Dari tabel Anti-image Matrices sendiri dapat dilihat bahwa setelah data
direduksi ternyata nilai MSA dari semua variabel diatas 0,5. Jika semua data
sudah diatas 0,5 maka tidak perlu lagi dilakukan reduksi variabel. Dari tabel
tersebut kemudian dapat diketahui bobot dari masing-masing variabel. Bobot
tersebut merupakan besar pengaruh kelima variabel terhadap pemilihan lokasi RS
Haji melalui preferensi pemakai jasa.
Tabel 1. Bobot Pemilihan Lokasi RS Haji Surabaya

28

No.

Variabel

Bobot

1.

Kemudahan Dicapai

0,730

2.

Jarak dengan Jalan Raya

0,685

3.

Pelayanan Pegawai

0,679

4.

Jarak

dengan

Fasilitas 0,633

Lain
5.

Kelengapan Fasilitas

0,576

6.

Biaya Oprasional

-

Dari tabel anti image tersebut kemudian didapatkan tabel diatas yang
merupakan tingkatan pengaruh variabel. Variabel no 1 yang merupakan
kemudahan dicapai merupakan variabel yang paling berpengaruh dengan
bobotnya 0,730. Sedangkan variabel yang memiliki bobot yang paling kecil
adalah 0,576 yang berupa kelengkapan fasilitas. Sedangkan faktor yang pada
analisis tidak memiliki pengaruh dan dihilangkan adalah biaya oprasional. Jadi,
bobot yang paling berpengaruh pada pemilihan lokasi RS Haji menurut preferensi
pengguna jasa adalah kemudahan dicapai dari lokasi responden.

29

BAB VI
PENUTUP

6.1

Kesimpulan

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ternyata dapat
dikelompokan kedalam dua karakteristik. Karakteristik ini berupa klasifikasi
variabel yaitu variabel lokasi dan variabel yang tidak menyangkut dengan lokasi
(lebih pada kualitas pelayanan). Kemudian variabel-variabel tersebut dimasukan
kedalam masing-masing klasifikasi. Berikut adalah kesimpulan identifikasi
masing-masing variabel yang sudah dikelompokan kedalam variabel lokasi dan
variabel non lokasi dalam bentuk tabel.
Klasifikasi
Variabel

Variabel

Deskribsi

Kemudahan Dicapai

Mayoritas responden menganggap kemudahan
dicapai dari jangkauan tempat tinggal cukup
berpengaruh dalam memilih RS Haji
Surabaya. RS Haji surabaya merupakan RS
Pemerintah Kota yang memiliki skala
pelayanan seluruh kota. Hal tersebut tentunya
berhubungan dengan teori central place, lokasi
pusat pelayanan harus sedekat mungkin
dengan daerah kosentrasi permukiman
penduduk.
mayoritas responden menganggap jarak RS

Jarak dengan Jalan
Raya

Haji

dengan

Jalan

Raya

sangat

tidak

berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya
sebagai jasa pelayanannya. Letak RS Haji

Variabel
Lokasi

tidak berhadapan langsung dengan jalan Arteri
namun berada dijalan Lokal. Berdasarkan
wawancara yang kami dapatkan, beberapa
responden yang berasal dari luar kota sempat
mengalami

kesulitan

dalam

menemukan

rumah sakit ini.
Jarak dengan
Fasilitas Lain

Mayoritas responden menganggap jarak RS
Haji dengan fasilitas umum lain tidak
berpengaruh dalam memilih RS Haji Surabaya
sebagai jasa pelayanannya. Namun disamping
itu, kedekatan dengan fasilitas umum lain
tentunya sangat membantu pengunjung dalam
pemenuhan pelayanan, seperti masjid,
supermarket dll.

30

Pelayanan Pegawai

Mayoritas responden menganggap tingkat
pelayanan pegawai tidak berpengaruh dalam
memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa
pelayanannya. Berdasarkan wawancara yang
kami dapatkan, beberapa responden merasa
bahwa beberapa pegawai di RS Haji kurang
tanggap dalam pelayanannya.

Kelengkapan
Fasilitas

Mayoritas

responden

menganggap

kelengkapan RS Haji sangat tidak berpengaruh
dalam memilih RS Haji Surabaya sebagai jasa

Variabel non
Lokasi

pelayanannya. Berdasarkan wawancara yang
kami dapatkan, kelengkapan fasilitas di RS
Haji dirasa cukup kurang baik dalam segi
dokter, maupun perlengkapan medis.
Biaya Oprasional

Mayoritas

responden

menganggap

biaya

operasional tidak berpengaruh dalam memilih
RS Haji Surabaya sebagai jasa pelayanannya.
Hal tersebut dapat dikarenakan adanya BPJS
sehingga biaya tidak terlalu terpengaruh

Dari hasil explanatory factor analysis didapatkan bahwa faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi Rumah Sakit Haji menurut preferensi pengguna
jasa adalah kemudahan dicapai, jarak dengan jalan raya, pelayanan pegawai, jarak
dengan fasilitas lain, kelengkapan fasilitas, dan biaya oprasional. Dengan vaktor
yang paling berpengaruh adalah kemudahan dicapai dengan bobot 0,73 dan vaktor
yang memiliki pengaruh paling kecil adalah kelengkapan fasilitas dengan bobot
0,576. Jadi vaktor yang paling berpengaruh bagi pengunjung untuk memilih
Rumah Sakit Haji Surabaya adalah kemudahan dicapai.

6.2 Lesson Learned
 Rumah sakit haji dekat dengan pemukiman penduduk dengan jarak
pemukiman terdekat 25 meter dan memiliki jarak akses dengan
pemukiman terdekat sejauh 487 m.
 Terdapat lima faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Rumah Sakit
Haji menurut preferensi pengguna jasa. Yang pertama adalah kemudahan
dicapai, jarak dengan jalan raya, pelayanan pegawai, jarak dengan fasilitas

31



lain, dan kelengkapan fasilitas. Dan yang paling berpengaruh adalah
kemudahan dicapai.
Pengguna jasa memilih Rumah Sakit Haji karena RS Haji dekat dengan
tempat tinggal mereka dengan bobot hasil analisis 0,73 yang berarti faktor
tersebut paling berpengaruh bagi penduduk dalam memilih lokasi Rumah
Sakit Haji
DAFTAR PUSTAKA

 Kuesioner yang disebarkan

LAMPIRAN

32

 Dokumentasi

Gambar 1. Kondisi Rumah Sakit Haji Surabaya

Gambar 2. Tanya Jawab dengan Responden

33