Tugas Metode Penulisan Karya Hukum MPKH

Tugas Metode Penulisan Karya Hukum (MPKH)
Proposal
Perbandingan Hukum Pidana Indonesia dengan Hukum Pidana Islam di
Nangroe Aceh Darussalam

Pelaksana Penelitian :
Muhammad Zulfikar
11.20.0017
SKS

Dosen Pembimbing :
DR. Marcella Elwina Simandjuntak SH.MH
Bidang Kajian :
Hukum Pidana
Fakultas Hukum
Universitas Katolik Soegijapranata
2011

A. Latar Belakang
Hukum pidana yang ada di Indonesia saat ini merupakan warisan dari kolonial
Belanda dan hingga saat ini masih bertahan. Sebagian besar sistem yang dianut, baik

perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari
Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan
dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).
Pembaharuan KUHP secara parsial/tambal sulam yang pernah dilakukan
Indonesia adalah dengan mencabut, menambahkan, atau menyempurnakan pasal-pasal
dalam KUHP maupun aturan-aturan hukum pidana di luar KUHP dengan beberapa
peraturan perundang-undangan agar sesuai dengan kondisi bangsa dan perkembangan
jaman. Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan
perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta menentukan
hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.
Hukum pidana yang berlaku di Indonesia saat ini sedikit lebih mempengaruhi
dinamika grafik perkembangan angka kejahatan yang ada. Sumber - sumber hukum
pidana Indonesia ada yang tertulis dan terkodifikasi dan ada pula yang tertulis namun
tidak terkodifikasi. Untuk yang terkodifikasi bisa kita mulai dari KUHP yang telah ada
sebelum kemerdekaan ini dikumandangkan,lalu UUD 1945 yang sekarang menjadi
dasar segala perundang - perundangan di Indonesia,kemudian ada UU No.8 tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana. Dan pada yang tertulis namun tidak terkodifikasi
dikarenakan sifatnya yang khusus (Lex specialis) seperti UU No.22 tahun 1997 tentang
Narkotika ,kemudian UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, lalu UU No.31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Di dalam hukum pidana Indonesia

ada banyak macam model hukuman yang dijatuhkan antara lain : 1) Hukuman mati,
hukuman mati masih diterapkan di negeri ini walaupun dibanyak negara hukuman
seperti ini telah dihapuskan. Hukuman ini sendiri dilakukan untuk tindak pidana tertentu
walaupun menuai pro kontra. 2) Hukuman pejara, hukuman ini dibedakan menjadi 2
yaitu seumur hidup dan sementara. 3) Hukuman kurungan,hukuman ini tidak seberat
hukuman penjara dan ini diterapkan pada tindak kejahatan yang lebih ringan. 4)
Hukuman denda, terpidana boleh memilih membayar denda atau kurungan. 5) Hukuman
tutupan, pidana ini diterapkan berdasarkan pada alasan-alasan politik terhadap orangorang yang telah berbuat kejahatan.
Karena Indonesia mewarisi sistem dari eropa tentu akan sangat jauh berbeda
jika kita bicara tentang hukum pidana Islam yang sebagian diterapkan di Nanggroe Aceh
Darussalam yang berdasarkan ajaran agama Islam. Hukum pidana yang ada di
Nanggroe Aceh Darussalam memang hingga saat ini memang masih diterapkan dan
sangat dipercaya oleh masyarakatnya sebagai suatu sistem yang sangat efektif memberi

efek jera. Di pidana Islam, faktor yang mengakibatkan adanya pertanggung-jawaban
pidana adalah perbuatan maksiat,yakni perbuatan melawan hukum,yaitu mengerjakan
perbuatan (larangan) yang dianggap oleh Syari'at atau sikap tidak berbuat yang
diharuskan oleh syari'at. 1
Membicarakan sumber hukum pidana Islam bertujuan untuk memahami sumber
nilai ajaran agama Islam yang dijadikan petunjuk kehidupan manusia yang harus

ditaatinya. Tujuan dimaksud , akan diungkapkan: (1) sitematika dan hubungan sumber –
sumber ajaran agama dan kedudukan Alquran sebagai pedoman dan kerangka kegiatan
umat Islam, (2) mempelajari arti dan fungsi As – Sunnah sebagai penjelasan autentik
Alquran dan perannya sebagai petunjuk bagi kehidupan muslim, dan (3) membahas
kedudukan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk melaksanakan ijtihad.
Selain itu, diungkapkan peran ijtihad sebagai sumber pengembangan nilai ajaran Islam
dan unsur – unsur hukum pidana Islam.
Dasar dari hukum pidana Islam ini adalah ajaran agama Islam itu sendiri yang
bersumber dari Alquran dan Hadis-hadis yang sahih. Didalam Alquran dijelaskan dasardasar yang mengatur segala yang harus diperbuat dan mana yang tidak boleh di
perbuat. Seperti misalnya, adalah kisas (pembunuhan) terhadap pembunuh dalam
pembunuhan sengaja. Adanya kemaslahatan umum dalam kisas, yaitu memelihara
darah, menjaga keamanan, dan memperkecil tindak pidana dan kejahatan, maka kisas
merupakan hak Allah SWT. Sebagai hak manusia, kisas mewujudkan kemaslahatan wali
orang yang terbunuh, menyembuhkan sakit hatinya, serta memadamkan emosi
kemarahan dan dendamnya terhadap pembunuh.
Syariat Islam memandang aspek ini lebih berat, sehingga hak manusia dianggap
lebih dominan dan hak Allah SWT. Oleh karena itu, wali korban sebagai pemilik hak,
disamping berhak menuntut kisas, diperkenankan untuk memaafkan pembunuh
sehingga hukuman kisas tidak dilaksanakan. Selajutnya mereka dapat berdamai dengan
pembayaran diat (tebusan/denda), bahkan hal ini dianjurkan oleh Allah SWT dalam Q.S.

al-Baqaarah (2) ayat 178: “Maka barang siapa yang mendapatkan pemaafan dari
saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara
yang baik pula”.
Tujuan hukum pidan Islam pada umumnya adalah menegakkan keadilan
berdasarkan kemauan pencipta manusia sehingga terwujud ketertiban dan ketentraman
masyarakat.Namun bila tujuan hukum Islam dilihat dari ketetapan hukum yang dibuat
oleh Allah dan Nabi Muhammad, baik yang termuat di dalam Al-Qur’an maupun Al1 H. Zainudin Ali, 2007,Hukum Pidana Islam, Jakarta (Sinar Grafika), Hal.15.

Hadits, yaitu untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan akhirat kelak, dengan jalan
mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah serta menolak segala yang tidak
berguna kepada kehidupan manusia. Dengan kata lain tujuan hukum pidana Islam
adalah kemaslahatan hidup manusia baik jasmani maupun rohani individu dan
masyarakat. Dalam hukum pidana Islam juga mengenal dengan apa yang disebut azas
Legalitas. Azas Legalitas adalah tidak ada larangan atau hukuman sebelum adanya
undang-undang yang mengaturnya. Sejak empat belas abad yang lalu Islam sudah
menerpkan asas legalitas yaitu sejak zaman nabi Muhammad saw , hal ini disebut
dalam:
Q.s. asy-syura 208 yang berbunyi : “ dan kami tidak membinasakan suatu
negripun melainkan sudah ada bagiannya yang memberi peringatan” dan Q.s. al-qashas

59 yang berbunyi “ dan tidak adalah tuhanmu membinasakan, kota-kota sebelum dia
mengutus diibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat kami kepada
mereka, dan tidak pernah pula kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya
dalam keadaan melakukan kedzaliman”. .
Dua ayat tersebut menjadi azas legalitas yang mana suatu Negara atau kota
yang tidak ada yang memperingati atau membacakan ayat-ayat dan tidak ada yang
melakukan kedzaliman maka Negara atau kota itu tidak boleh menerapkan hukuman
pidana, baik itu hudud,qishas, diyat atau ta’zir.2
Pada dasarnya Syariat Islam bukan syariat regional (kedaerahan = setempat),
melainkan syariat universal yang diturunkan untuk dunia seluruhnya ,dan bukan untuk
sebagian manusia saja, melainkan untuk seluruh manusia. Jadi Syriat Islam adalah
syariat Internasional , bukan untuk suatu golongan atau bangsa saja, bukan pula untuk
satu benua tertentu. Syariat itu ditujukan kepada orang-orang muslim maupun
nonmuslim, kepada penduduk negeri – negeri Islam atau pun bukan.
3

Dalam persoalan hukuman, keadilan Islam juga harus dimengerti sebagai

integral keseluruhan ajaran Islam. Hukum Islam dipandang terlampau kejam terhadap
terpidana.

Jika di perbandingkan antara hukum pidana yang ada di Indonesia dengan
hukum pidana Islam yang diterapkan di mayoritas negara Timur Tengah, maka kita akan
mengetahui bahwa akan ada suatu perbedaan yang mencolok dari kedua sistem ini.
Perbedaan pada kedua sistem ini akan menghantarkan pada kesimpulan tertentu pada
akhirnya nanti. sesuatu yang menarik menulis atau membandingkan kedua sistem ini.
Bukan tanpa maksud, kita perlu mengetahui sistem sanksi seperti apa yang sebenarnya
2Ahmad Hanafi, 2005, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta (Bulan Bintang), Hal.73.
3 Topo Santoso, 2000, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung (Asy – Syaamsil Press &
Grafika), Hal.87.

yang lebih efektif untuk menghapus angka kejahatan atau minimal meredam atau
menekan laju angka kriminalitas yang ada.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Maisir

(Perjudian) dalam Hukum Pidana

Islam di Propinsi Nanggoe Aceh Darussalam?
2. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Perjudian dalam Hukum Positif di Indonesia?
3. Bagaimana perbedaan Pengaturan Tindak Pidana Maisir (Perjudian) dalam Hukum

Pidana Islam di Propinsi Nanggoe Aceh Darussalam dan dalam Hukum Positif pada
umumnya di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah agar penulis dan pembaca dari karya tulis ini dapat
mengetahui kedua model sistem pidana yang sedang diteliti saat ini. Dari penelitian ini
diharapkan penulis dan pembaca dapat mengetahui efektifitas kedua sistem tersebut ketika
sudah diterapkan dilapangan.
D. Metode Penelitian.
Metode yang digunakan adalah metode kulitatif,dengan mengunakan:
Studi Dokumen/Teks

Studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitik

(Document Study)

beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis
berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang
terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, suratsurat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya.
Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen
harus yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian

jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang
tertuang

di

dalam

terpublikasikan.

Para

buku

atau

pendidik

naskah-naskah
menggunakan


yang

metode

penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah
teks,

atau

untuk

menentukan

tingkat

pencapaian

pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks.

A. Tinjauan Pustaka

Kalau kita bicara tentang hukum pada umumnya yang dimaksudkan adalah keseluruhan
kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan : keseluruhan
peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama,yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya.
Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan.
Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban didalam masyarakat
diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi.
Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
(1) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,
dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa
melanggar larangfan tersebut.
(2) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagimana yang telah
diancamkan.
(3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
Perbuatan-perbuatan pidana ini menurut wujud atau sifatnya adalah bertentangan dengan
tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh hukum, mereka adalah perbuatan yang melawan

(melanggar) hukum.
B. Konstruksi Teori
1) Teori Condition Sine Qua Non
4

Teori ini dalam hukum pidana diajukan oleh von Buri dan dinamakan teori Condition sine

qua non (syarat-syarat tanpa mana tidak). Menurut beliau, musabab adalah setiap syarat
yang tidak dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat.
2) Teori Relevansi
5

Menurut teori ini, tidak dimulai dengan mengadakan perbedaan antara musabab dan syarat

,seperti teori yang menggeneralisasikan dan yang mengindividualisasi, tetapi dimulai
dengan mengintepretasi rumusan delik yang bersangkutan.
3) Teori Etis
4 Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi, Jakarta (Rieneka Cipta), Hal.99.
5 Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi, Jakarta (Rieneka Cipta), Hal.
121.

6

Menurut teori etis hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum ditentukan oleh

keyakinan kita yang etis tentang yang adil dan tidak. Dengan kata lain hukum menurut teori
ini bertujuan merealisir atau mewujudkan keadilan.
4) Teori Utilitis (Eudaemonistis)
7

Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam

jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of the greatest number). Pada
hakekatnya menurut teori ini tujuan hukum adalah manfaat dalam menghasilkakan
kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak. Penganut
teori ini antara lain adalah Jeremy Bentham.
5) Teori Campuran
8

Menurut Mochtar Kusumaatmadja tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban.

Menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto tujuan hukum adalah kedamaian hidup antara
pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan pribadi.
Sedangkan Soebekti berpendapat bahwa hukum itu mengabdi kepada tujhuan negara, yaitu
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya.

Penutup
A. Tata Kala Penulisan
Keterangan

I

II

III

IV

V

VI

VII

B. Sistematika Penulisan
1.

Bagian awal terdiri dari halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.

2.

Bagian isi terdiri dari lima bab yaitu:

6 Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Kelima,
Yogyakarta (Liberty), Hal. 77.
7 Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Kelima,
Yogyakarta (Liberty), Hal. 80.
8 Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Kelima,
Yogyakarta (Liberty), Hal. 80-81.

-

BAB I : Pendahuluan, dalam hal ini penulis menguraikan tentang latar belakang,

permasalahan, tujuan, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
-

BAB II : Landasan teori, yaitu bab yang menguraikan tentang kajian pustaka baik dari

buku-buku ilmiah, maupun sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini.
-

BAB III : Metodologi penelitian, yaitu bab yang menguraikan tentang objek penelitian,

variabel, metode penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
-

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, yaitu bab yang menguraikan tentang hasil

penelitian dan pembahasan dari data yang telah diperoleh.
-

BAB V : Simpulan dan saran, yaitu bab yang berisi simpulan hasil dan saran serta hasil

penelitian.
3.

Bagian akhir : terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

Daftar Pustaka
Moeljatno, 2003, Asas- Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rieneke Cipta.
Mertokusumo, Sudikno, 2003, Edisi Revisi, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta,
Liberty.
Zainudin, Ali, 2007, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika.
Hanafi, Ahmad, Asas – Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta, Bulan Bintang.
Santoso, Topo, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung, Asy – Syaamsil Press &
Grafika.
Daftar Pertanyaan
1.

Apakah sistem sanksi hukum pidana Indonesia yang berlaku saat ini sudah berjalan
dengan baik?

2. Apakah hukum pidana Indonesia sudah cukup efektif dalam penegakannya?
3. Apakah sistem sanksi hukum pidana Islam yang ada dan berlaku disebagian
Nanggroe Aceh Darussalam sudah cukup baik?
4. Apakah hukum pidana Islam yang ada dan berlaku disebagian Nanggroe Aceh
Darussalam sudah cukup efektif dalam penegakannya?