Mengapa guru harus mengetahui ilmu Psiko

Mengapa guru harus mengetahui ilmu Psikologi?
Manusiaa menjadi subjek dan juga objek studi. Sebagai subjek dialah yang
mencoba mempelajari dan mengerti apa yang ada dalam lingkungannya. Sebagai
objek dia juga dipelajari dan dicoba dipahami oleh manusia. Banyak ilmu yang
menjadikan manusia sebagai objek studi, seperti Fisiologi, Sosiologi, Antropologi,
Sejarah, Psikologi dsb. Walaupun objeknya sama, yaitu manusia, ilmu-ilmu tersebut
memiliki fokus atau objek formal yang berbeda. Psikologi mengkaji perilaku atau
kegiatan manusia sebagai individu. Individu sebagai kesatuan pisiko-fisik yang
memiliki karakteristik yang unik, berkembang dinamis dan selalu dalam interaksi
dengan lingkungannya. Secara definitif psikologi dirumuskan sebagai studi atau ilmu
yang mempelajari kegiatan atau perilaku individu dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Psikologi tidak hanya diperlukan oleh para Psikolog atau Psikiater, tetepi oleh
setiap orang dalam tugas dan kehidupannya berintraksi dan memberi layanan atau
bantuan kepada orang lain. Psikologi terarah pada pemahaman yang lebih baik
tentang orang (individu), baik dirinya maupun orang lain. Berkat pemahaman tersebut
mereka dapat memberikan tindakan, layanan atau perlakuan yang lebih bijaksana,
yang lebih tepat sesuai dengan kondisi individu, waktu dan lingkungan.
Dalam bidang pendidikan, psikologi dibutuhkan untuk lebih memahami situasi
pendidikan, interaksi guru dengan siswa, kemampuan, perkembangan, karakteristik
dan faktor-faktor yang yang melatar belakangi perilaku siswa dan perilaku guru,

proses belajar, pengajaran, pembelajaran, bimbingan, evaluasi, pengukuran, dll.1
Pemahaman tentang keseluruhan aspek keperibadian siswa: karakteristik pribadi
siswa, kemampuan intelektual umum (kecerdasan) dan Khusus (bakat), kemampuan
sosial-komunikasi, keunggulan dan sukses yang pernah dicapai, latar belakang
keluarga, pendidikan, kesehatan, pergaulan dengan teman sebaya, kelemahan dan
masalah-masalah yang dihadapi, dsb.
Pemahaman karakteristik dan kemampuan siswa dapat dilakukan melalui teknik
tes keperibadian, kecerdasan, bakat, minat, sikap, motivasi, prestasi belajar serta tes
fisik.
Pemahaman siswa dapat dilakukan oleh guru sendiri baik secara langsung
dengan siswa, ataupun melalui sumber lain seperti orang tua.2
Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa dengan
guru atau antara perserta didik dengan pendidik. Interaksi ini sesungguhnya
merupakan interaksi antara dua keperibadian, yaitu keperibadian guru seorang dewasa
dan keperibadian siswa sebagai anak yang belum dewasa dan sedang berkembang
mencari bentuk kedewasaan.
Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari
guru sebagai peribadi. Keperibadian guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai
pendidik dan pembimbimg. Dia mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya
dengan bahan yang ia sampaikan atau dengan metode-metode penyampaian yang

digunakannya, tetapi dengan seluruh keperibadiannya.
Guru adalah manusia yang memiliki keperibadian sebagai individu.
Keperibadian seperti halnya keperibadian individu pada umumnya terdiri atas aspek
jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral.
1
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung, PT
Remaja Rosdakarya. Hlm 32
2
Ibid. Hlm 228-229

Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran
tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai
pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial,
dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak
tergantung pada orang lain, juga telah mampu bertanggung jawab atas segala
perbuatannya, mampu besiakap objektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu
menjalin hubungan sosial dan kerjasama dengan orang dewasa lainnya, telah mampu
melaksanakan peran-peran sosial. Dewasa secara moral, yaitu telah memiliki
seperangkat nilai yang ia akui kebenaranya, ia pegang teguh dan mampu berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya.

Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan
intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan
masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. Pada waktu guru menyampaikan
pengetahuan dll., tidak mungkin terlepas dari upaya mendewasakan anak, dan upaya
mendewasakan anak tidak mugkin dilepaskan dari mengajar (menyampaikan
pengetahuan dll).
Guru sebagai peribadi, pendidik, pengajar dan pembimbing, dituntut memiliki
kematangan atau kedewasaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani. Minimal
ada tiga ciri kedewasaan.
Pertanma, orang yang telah dewasa telah memiliki tujuan dan pedoman hidup
(philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi
pegangan dan pedoman hidupnya.
Kedua, orang dewasa adalah orang mampu melihat segala sesuatu secara
objektif. Tidak banyak dipengaruhi oleh subjektivitas dirinya. Mampu melihat dirinya
dan orang lain secara objektif, melihat kelebihan dan kekurangan dirinya dan juga
orang lain.
Ketiga, seorang dewasa adalah orang yang telah bisa bertanggung jawab. Orang
dewasa adalah orang yang telah memiliki kemerdekaan, kebebasan; tetapi sisi lain
dari kebebasan adalah tanggung jawab.3
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan

perubahan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari
lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah dari pada psikologi dilakukan dengan
jalan: mengumpulkan dan mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap
mungkin, dan berusaha menjauhkan diri dari segala perasangka. Sehingga orang
mendapatkan jawaban yang terpercaya mengenai berbagai pertanyaan teoritis dan
peraktis (Robert S. Wood-wort).4
Psikologi meminati juga perbedaan-perbedaan individu dari setiap orang,
disamping mengetengahkan hukum-hukum umum yang berlaku bagi semua manusia.
Misalnya saja memasalahkan hukum-hukum pertumbuhan, belajar, berpikir, merasa,
dorongan tingkahlaku, dan lain-lain. Karena itu psikologi disebut sebagai ilmu
penghetahuan tentang semua tingkah laku/perbuatan individu.
Menurut Sherif dan Hovland, bisa mendekatkan sikap individu dengan sikap
orang lain, tetapi bisa juga malah makin menjauhkannya. Hal ini tergantung dari
posisi awal individu tersebut terhadap posisi individu-individu lain. Jika posisi awal
saling berdekatan, komunikasi akan lebih memperjelas persamaan-persamaan antara
mereka dan dekatnya posisi mereka sehingga terjadilah pendekatan-pendekatan.

3 Ibid. Hlm 251-254
4
Dr. Kartini Kartono, Pisikologi Umum. hlm 2-3


Tetapi sebaliknya, jika posisi awal sudah saling berjauhan, maka komunikasi malah
akan mempertegas perbedaan dan posisi mereka akan saling menjauh.5
Psikoligi Islami memperediksi prilaku manusia, mengontrol, dan mengarahkan
perilaku itu. Psikolgi Islami juga dipenuhi dengan suatu misi besar, yaitu
menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk memenuhi kecenderungan
alaminya untuk kembali pada-Nya dan mendapatkan ridha-Nya. ,karena itu tugas
finsl Psikologi Islami itu menyelamatkan manusia. 6Karena guru harus mengetahui
tingkahlaku dan jiwa anak didik untuk kelancaran peroses mengajar. Seorang guru
juga harus tau caranya membawa anak didik pada kebiasaan yang baik dan
tingkahlaku yang baik.

5
6

Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial. hlm 186-187
Dr. Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami. hlm 149-150