Peran guru agama islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa MTS. Darul Ma;arif

(1)

Di susun Oleh :

NURMALINA

106011000146

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i

MTs. Darul Ma’arif

Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh : NURMALINA

106011000146

Mengetahui

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag 19580918 198701 2 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(3)

ii

telah diajukan dalam sidang Munaqosah pada tanggal 16 Maret 2011, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 16 Maret 2011

Panitia Sidang Munaqosah Ketua Panitia

Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag.

NIP. 1968030.199803.1.002 ... ... Sekretaris

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag.

NIP. 19670328.20000 3.1.001 ... ... Penguji I

Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum ... ... NIP. 150.29.4450

Penguji II

Bahrissalim, M.Ag.

NIP. 1968030.199803.1.002 ... ... Mengetahui :

Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005.198703.1.003


(4)

iii

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta/20 April 1989

NIM : 106011000146

Fakultas :Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan : PAI

Judul Skripsi : Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa-Siswi MTs. Darul Ma’arif

Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah M. Ag

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Februari 2011 Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Nurmalina 106011000146


(5)

iv Siswi MTs. Darul Ma’arif

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan apa saja peran guru agama

Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MTs. Darul Ma’arif. Guru

adalah orang yang mendidik, membimbing dan ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam membentuk akhlakul karimah, guru bukan hanya seseorang yang berdiri didepan kelas untuk transfer ilmu, akan tetapi guru juga menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan masyarakat maupun keluarga. Sedangkan peran adalah keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan akhlakul karimah siswa maka penulis menyarankan kepada pihak sekolah untuk menjadikan akhlak sebagai orientasi utama dan pertama didalam penilaian dengan diimbangi oleh kapasitas intelektual anak didik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif analisis yaitu menganalisa data dan informasi yang penulis peroleh dari hasil penelitian kemudian memaparkannya secara sistematis dan rasional. Aspek dalam penelitian ini adalah peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MTs. Darul Ma’arif dan perilaku siswa dalam lingkungan sekolah baik terhadap guru maupun terhadap teman.

Penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam mendeskripsikan hasil wawancara penulis menggunakan observasi dan dokumentasi sebagai penguat terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa peran guru agama Islam sangat dominan dalam membentuk akhlakul karimah siswa secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan cara keteladanan, pembiasaan, ajakan, teguran dan larangan yang diterapkan di dalam lingkungan sekolah selain guru agama Islam guru BK pun memiliki tugas yang signifikan dalam mengontrol siswa dan kebijakan-kebijakan kepala sekolah dengan mengadakan acara maulid Nabi Muhammad, Isra Mi’raj dan muhadhoroh yang dapat membentuk akhlakul karimah siswa.


(6)

v

Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Pencipta dan Penguasa Alam yang telah melimpahkan kasih sayang, pemberi segala potensi dalam diri manusia. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW seorang yang di utus oleh Ilahi yang menjadi suri tauladan manusia sepanjang jalan kehidupan. Dengan cinta dan kasihnya yang tulus Beliau telah menunjukkan kepada jalan kebenaran dan kebahagiaan yang diridhai-Nya.

Alhamdulillah berkat bantuan dan petunjuk dari semua pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan selesainya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih pada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M. A. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim M. Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Safiudin Shidiq, M. Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag. Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. H. Antung Abdullah. Kepala MTs. Darul Ma’arif Jakarta yang telah

memberikan izin dalam penelitian skripsi.

6. Semua pihak yang ada di MTs. Darul Maarif yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan. 7. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang tercinta , Ayah Hambali dan Ibunda Tihanah tersayang yang telah mendidik


(7)

vi

8. Adik Abu sofyan tercinta dan sepupu-sepupu tersayang, yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

9. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini.

10. Ivand Nurdin atas semangat dan dorongan yang tidak pernah berhenti mengalir, karenanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat penulis (Rukoyah, Ela, Rara, Ikah, Rika, Fitri) yang telah memberikan semangat bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, khususnya kelas D angkatan 2006 yang tidak disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Amin ya robbal alamiin.

Jakarta, 10 Maret 2011 Penulis


(8)

vii

Abstrak ... iv

Kata pengantar ... v

Daftar isi ... vii

Daftar Tabel dan Lampiran . ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Masalah penelitian ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI MENGENAI PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA A. Guru Agama ... 8

1. Pengertian Guru ... 8

2. Kedudukan dan Peran Guru ... 11

3. Sikap dan sifat guru yang baik ... 14

4. Syarat-syarat Guru ... 16

B. Akhlak ... 19

1. Pengertian Akhlak ... 19

2. Pembentukan Akhlak ... 21

3. Aspek Akhlak ... 24

4. Metode Pembentukan Akhlak di Sekolah ... 25

C. Peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32


(9)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum MTs. Darul Ma’arif ... 36

B. Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa ... 45

C. Penyadaran Akhlak Siswa MTs Darul Ma’arif ... 46

D. Akhlak Siswa ... 55

E. Analisis ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(10)

ix

Tabel 2 Data guru dan pelajaran yang di ajarkan ...38

Tabel 3 Status kepegawaian guruMTs. Darul Ma’arif ...38

Tabel 4 Jumlah siswa MTs. Darul Ma’arif ...41


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 20 Th 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan pengertian pendidikan sebagai berikut:

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang berakhlak paling mulia.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)1

Ibnu Qayyim menuturkan : keseluruhan isi agama Islam merupakan akhlak. Jadi, barang siapa yang akhlaknya lebih luhur daripada dirimu, berarti ia memiliki derajat agama yang lebih tinggi daripada dirimu".

1

Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009) h. 31


(12)

Dari hadist di atas dijelaskan di antara hal yang paling mulia bagi manusia sesudah iman dan ibadah kepada Allah ialah akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Dengan akhlak yang mulia terciptalah kemanusiaan manusia dan perbedaannya dengan hewan.2

Di dalam undang-undang tersebut dicantumkan juga tentang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :

Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ini usaha dan sekaligus tujuan pendidikan nasional yang menjadikan tugas dari guru agama sebagai pemegang peran utama, menjadi guru dibutuhkan kepribadian yang baik dan berakhlakul karimah, guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan akhlakul karimah. Akhlak guru mempunyai pengaruh yang besar sekali pada akhlak-akhlak siswa. Karena guru menjadi contoh teladan bagi siswa, sebab itu haruslah guru berpegang teguh dengan ajaran agama, serta berakhlak mulia, berbudi luhur, dan penyayang kepada siswanya.3

Profesi guru berperan sebagai pendidik. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, dan membiasakan. Guru juga bertugas : (1) wajib menemukan pembawaan yang ada pada siswa dengan berbagai cara seperti wawancara, observasi, pergaulan dan angket. (2) berusaha menolong siswa mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang. (3) mengadakan evaluasi

2

Sudirman Tebba, Manusia Malaikat, (Yogyakarta : Cangkir Geding, 2005), cet. 1, h. 67 3

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1983), cet 11, h. 15.


(13)

setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan siswa berjalan dengan baik.4

Ironisnya, selama ini pelaksanaan pendidikan akhlak masih terbatas hanya pada aspek kognisi untuk pembekalan pengetahuan siswa. Hal ini nampak jelas pada proses pembelajaran maupun pada evaluasi pendidikan yang lebih terbatas pada penyerapan pengetahuan. Guru di depan kelas lebih banyak mengajarkan pengetahuan, belum sampai pada menciptakan situasi pendidikan yang mendorong tertanamnya nilai-nilai untuk membentuk akhlak siswa. Padahal sebenarnya tugas guru bukan hanya sebatas itu, akan tetapi ia juga harus dapat memperbaiki pendidikan akhlak yang telah diterima siswa, baik dalam keluarga maupun masyarakat sekitarnya, sekaligus mengadakan pendidikan ulang (re-education) terhadap apa yang telah diterima siswa dimasa sebelumnya. Tugas tersebut merupakan kewajiban utama guru, karena ajaran agama Islam membimbing manusia agar memperbaiki akhlak diri pribadi dan masyarakatnya. Lingkungan masyarakat yang rusak agar segera diubah akhlaknya, sehingga perbuatan dan perilakunya baik.

Masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras yang sunguh-sungguh.

Pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya, hormat kepada Ibu-Bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan.

Dewasa ini telah terjadinya dekadensi akhlak siswa, tata kesopanan peserta didik yang kurang dan perilakunya tidak sesuai dan bertentangan

4

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) cet 4, h 79


(14)

dengan nilai-nilai moral yang berlaku di sekolah. Seperti melecehkan gurunya, berkata buruk, mencela, mengejek dan melawan guru (fisik atupun non-fisik), melanggar disiplin sekolah, merokok, berambut gondrong, membolos, berkelahi, pacaran, narkoba yang terus mengalami peningkatan yang tajam terutama dalam lingkungan sekolah jumlahnya mencapai 45 %,5 tawuran antar sekolah, dan tindakan-tindakan yang bersifat kriminalitas lainnya. Oleh sebab itu perlunya peran aktif dari berbagai kalangan terkait, untuk bersama-sama mengentaskan problematika akhlak siswa, tentu dalam hal ini guru di tuntut lebih berperan ekstra dalam proses pembentukan akhlak siswa agar mereka tidak terperangkap dalam jurang bencana yang teramat dalam, Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina.6

Salah satu peran guru, terutama guru agama adalah memberikan contoh dan teladan yang baik kepada para siswanya. Contohnya dalam hal memberikan pelajaran kepada siswa, sikap guru dan penyampaiannya yang baik tentu akan membuat siswanya nyaman dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kenyamanan tersebut memberikan efek positif, misalnya siswa mudah menangkap pelajaran, siswa tidak bosan dengan penyampaian guru, atau siswa akrab dengan guru. Sebaliknya sikap dan cara penyampaian guru yang tidak baik, tidak ramah, bermuka masam bahkan marah-marah tentu akan mengganggu proses pembelajaran siswa, terlebih lagi guru menjadi tidak berwibawa, dibenci dan dijauhkan, maka sikap dan penyampaian seorang guru sangat berpengaruh pada proses pembelajaran dan pembentukan akhlak siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas masalah akhlak tersebut di dalam skripsi dengan judul : “PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA-SISWI MTS. DARUL MA’ARIF.”

5

______, Keadaan Darurat atau Siaga Remaja Jakarta Pemakai Narkoba, (Jakarta: Koran anak Indonesia, 2006)

6

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet v, h.157


(15)

B.

Masalah Penelitian

1.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat pada judul di atas, antara lain :

a. Kurang efektifnya rumpun pelajaran Agama Islam dalam pembelajaran akhlakul karimah.

b. Aspek tujuan pembelajaran akhlak belum tercapai secara afektif dan psikomotorik, tetapi masih terkonsentrasi pada aspek kognitif.

c. Kemauan dan kemampuan guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

d. Belum optimalnya pembelajaran budaya Islami di lingkungan sekolah. e. Peran guru dalam membentuk akhlakul karimah bagi siswa.

f. Masih ditemukan beberapa pelanggaran moral dikalangan siswa. g. Faktor pendukung dan penghambat dalam upaya pembentukan akhlak

siswa.

2.

Pembatasan Masalah

Untuk menghindari perbedaan persepsi serta pengarahan permasalahan yang terlalu meluas maka permasalahan dalam penelitian ini peneliti batasi sebagai berikut :

a. Peranan guru :

a) Pendidik yang mengarahkan siswa agar dapat membentuk perilaku yang baik.

b) Pembimbing yang berkewajiban memberikan contoh yang baik kepada siswa supaya mereka dapat mempertinggi perilaku yang baik. c) Pengajar dengan cara mengajar, memberi dorongan, memberi

contoh, memuji dan membiasakan siswa.

d) Kemauan dan kemampuan seorang guru dalam membina akhlak siswa.


(16)

3.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas dan untuk memfokuskan kajian permasalahan dalam skripsi ini penulis membatasi permasalahannya adalah :

a. Apa saja peran yang dilakukan guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa?

b. Bagaimana akhlak siswa dalam berinteraksi dengan guru dan teman di sekolah?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penulisan skrpsi ini adalah sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan peran guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

b. Mendeskripsikan tingkat keefektifan peran yang dilakukan guru dalam membentuk akhlakul karimah bagi siswa.

2. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

a. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan dorongan kepada semua lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih memberikan perhatian kepada mata pelajaran Agama Islam khususnya tentang akhlakul Karimah. b. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dan sebagai

bahan rujukan bagi mereka yang ingin membahasa topik yang berkaitan dengan masalah ini.

c. Bagi guru agar mengetahui tugas dan tanggung jawab yang diembannya dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

d. Sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka turut serta mempersiapkan generasi yang memiliki pribadi yang berpola pikir islam, berakhlakul karimah serta berguna bagi agama nusa dan bangsa.

Dalam usaha untuk memperoleh data-data dan informasi mengenai berbagai hal dalam pembahasan skripsi ini, penulis mengadakan penelitian


(17)

dengan menggunakan penelitian lapangan (Feld Research), yakni mengadakan penelitian lapangan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data yang jelas.

Adapun untuk menjelaskan permasalahan dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriftif analisis, yaitu menganalisa data dan informasi yang penulis peroleh dari hasil penelitian kemudian memaparkannya secara sistematis dan rasional.


(18)

8

BAB II

LANDASAN TEORI MENGENAI PERAN

GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK

AKHLAKUL KARIMAH SISWA

A.

Guru Agama

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan, dan gurulah yang menciptakan guna membelajarkan siswa. Dari kedua belah pihak ini akan lahir interaksi edukatif dengan mempersiapkan siswa agar beriman kepada Allah dan berakhlak mulia, membimbingnya untuk mencapai kematangan berfikir dan keseimbangan psikis, serta mengarahkannya agar membekali diri dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang bermanfaat. maka semua komponen diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pendidikan, maka untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan, peran guru amatlah penting di samping harus ada usaha dari siswa itu sendiri.

Berikut akan penulis jelaskan mengenai pengertian guru agama Islam serta perannya dan pembinaan akhlak siswa.

1

. Pengertian Guru Agama

Dalam kamus bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.1 Kata Guru yang dalam

1

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Amani) h. 116


(19)

bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam Bahasa inggris teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni seseorang yang pekerjannya mengajar orang lain.2

Menurut Ahmad Tafsir pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.3 Menurut WJS Poerwadarminta yang dikutip oleh Abuddin Nata guru adalah orang yang mendidik.4 Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.

Abudin Nata mendefinisikan guru adalah seseorang yang memberikan bimbingan, arahan dan ajaran.5 Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif maupun potensi afektif.6

Dalam undang-undang No 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.7

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang mendidik, membimbing dan ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam membentuk akhlakul karimah. Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi merupakan anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, suatu pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rosdakrya offset, 1996), cet 3, h. 223

3

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) cet 4, h.74

4

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005) h.113 5

Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2001), h. 84

6

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, h.74

7


(20)

perkembangan anak didiknya menjadi dewasa dan menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab.

Orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak itu disebut guru. Namun guru bukan hanya penerima amanat dari orang tua untuk mendidik anaknya, melainkan dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk dididiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah swt menjelaskan :

                                            

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.(Qs. An-nisa : 58)8

Jadi predikat guru yang melekat pada seseorang didasarkan atas amanat yang diserahkan orang lain kepadanya. Tanpa amanat itu, seseorang tidak akan disebut guru.

Sedangkan pengertian agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya. Agama dapat mempertinggi akal pikiran perseorangan dan memimpin supaya berfikiran waras dan cerdas tentang kejadian alam semesta. Agama adalah obor yang menerangi seseorang untuk menempuh jalan kebaikan serta mengatur perhubungannya dengan Khaliknya, dan perhubungan dengan keluarga dan masyarakatnya.9 Secara terminologi dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, agama di artikan aturan atau tata

8

Al-qur’an dan terjemahnya

9

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1983), cet 11, h.6


(21)

cara hidup hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya.10 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia agama adalah kepercayaan kepada Tuhan.11 Menurut Abdurrahman An-Nahlawi Islam berarti berserah diri kepada Allah.12

Dengan demikian agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, untuk diteruskan kepada umat manusia mengenai berbagai hal tentang kehidupan manusia dan lingkungannya. Serta agama fitrah dan agama amalan, agama rohani dan perasaan, agama logika dan fikiran, agama masyarakat dan peraturan.13

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa guru agama Islam adalah tenaga pengajar yang memiliki tugas dan tanggung jawab bidang agama yang tidak hanya mengajar tetapi berfungsi sebagai pendidik dan seseorang atau pendidik yang bertanggung jawab dalam membimbing anak untuk membentuk akhlakul karimah. Selain itu, guru agama mempunyai peran yang penting dalam membentuk akhlak siswa bukan hanya sekedar menyampaikan materi yang diajarkan akan tetapi, seorang guru juga harus dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat melihat contoh dari guru tersebut.

2. Kedudukan dan Peran guru agama

Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam yaitu penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru.

Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul, dikatakan seperti itu karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan, sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar

10

______, definisi-pengertian agama, dalam blogspot.com 11

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern , h.3 12

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan masyarakat, (Jakarta : Gema Insani, 1995), h. 24

13


(22)

dan mengajar, yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Karena itu, Islam memuliakan guru.

Dalam mengajar guru memiliki tujuan, hal ini meliputi perkembangan aspek-aspek akhlakul karimah yang diharapkan terjadi pada peserta didiknya, seperti : pengetahuan, pengertian, sikap, kebiasaan, keterampilan, budi pekerti, dan cita-cita.14

Peranan (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.15

Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru berperan sebagai pengajar dan pendidik, di dalam keluarga guru berperan sebagai family educator

sedangkan di masyarakat guru berperan sebagai social developer (pembina masyarakat), dan social motivator (pendorong masyarakat).

Di bawah ini ada beberapa pendapat mengenai peran seorang guru : Menurut Abdurrahman An-nahlawi dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat mengatakan bahwa guru memiliki dua fungsi yaitu : 1) Fungsi penyucian: artinya seorang guru pembersih diri, pemelihara diri, pengembang serta pemelihara fitrah manusia, 2) Fungsi pengajaran: artinya seorang guru berfungsi untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar siswa menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.16

Menurut Abuddin Nata peran yang dilakukan guru demikian luas, guru di tuntut agar berperan sebagai informator, motivator, instruktur.17

Menurut Adams dan Dickley peran guru di sekolah sesungguhnya sangat luas, meliputi: 1. Guru sebagai pengajar (Teacher as an instructor), 2. Guru sebagai pembimbing (Teacher as a counsellor), 3. Guru sebagai ilmuwan (Teacher as a scientist), 4. Guru sebagai pribadi (Teacher as a person), 4. Guru sebagai

14

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta, 2005), h. 36

15

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), h. 165

16

Abdurrahman An-nahlawi, Pendidikan Islam di rumah,sekolah dan masyarakat, (Jakarta : Gema Insani, 1995), h. 170

17

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif Al-Qur’an, (Jakarta, UIN Press, 2005), h. 152


(23)

penghubung (Teacher as a communicator), 5. Guru sebagai pembangun (Teacher as a constructor).18

Peran guru dapat digambarkan melalui bagan berikut :

Bagan Tugas Guru

Sumber : Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosdakarya.1990), h.6

Bagan di atas tampak bahwa guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya membentuk, mengarahkan dan membina siswa

18

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 71

Tugas Guru Meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup

Mendidik

Profesi

Meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi Mengajar

Mengembangkan keterampilan dan penerapannya Melatih

Menjadi orang tua kedua

Kemanusiaa Transformasi diri

Auto identifikasi

Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila

Kemasyarakatan


(24)

sehingga ia mampu membentuk akhlakul karimah siswa baik di sekolah maupun di masyarakat.

Menurut S. Nasution tugas guru sebagai pendidik profesional adalah: a) guru sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan b) guru sebagai model, guru tersebut menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana guru bersikap dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. c) guru menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berfikir dan mencintai pelajarannya.19

Menurut Ag. Soejono tugas guru adalah: a) Wajib menemukan pembawaan pada siswa dengan berbagai cara seperti pendekatan guru kepada siswa. b) Berusaha menolong siswa mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang. c) memberikan bimbingan jika siswa menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.20

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi guru tidak hanya membimbing siswa saja, melainkan mendidik, mengajar, serta menjadi contoh bagi siswa. Mampu mengembangkan potensi siswa, menjadi informator dan motivator siswa dan menjadi sosok yang baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.

3.

Sikap dan Sifat-Sifat Guru yang Baik

Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sukar menentukan bagaimanakah sebenarnya mengajar yang baik. Ada guru yang mengajar baik kepada Taman Kanak-kanak akan tetapi menemui kegagalan di kelas-kelas tinggi SD, dan sebaliknya ada guru besar yang pandai mengajar kepada mahasiswa akan tetapi tidak sanggup menghadapi murid-murid di kelas SD. Sikap Guru yang baik dikutip oleh Prof. Dr. S. Nasution adalah :

1. Guru yang baik memahami dan menghormati murid.

2. Guru yang baik menghormati bahan pelajaran yang diberikannya. Ia harus menguasai bahan itu sepenuhnya jangan

19

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, h.115 20


(25)

hanya mengenal isi buku pelajaran saja. Melainkan juga menyukainya serta mangetahui pemakaian dan manfaatnya bagi kehidupan anak dan manusia umumnya.

3. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.

4. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.

5. Guru yang baik memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka. Salah satu penyakit yang terbesar di sekolah ialah verbalisme, yakni anak mengenal kata-kata tetapi tidak menyelami artinya, anak dapat mengatakan pelajaran di luar kepala, akan tetapi tidak memahami isinya.

6. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.21 Menurut Parker dalam bukunya yang berjudul keberanian mengajar dijelaskan bahwa guru yang baik memiliki kapasitas untuk menjalin hubungan yang utuh di antara mereka sendiri, pelajaran mereka, dan siswa-siswa mereka.22

Menentukan apakah guru itu baik sangat sukar, oleh sebab itu mengajar baik ditentukan oleh macam-macam faktor yang setiap kali berlainan. Walaupun seorang guru mengajar baik di satu kelas, anak-anak setiap tahun berbeda dari tahun-tahun yang lalu, sehingga tidak dapat dipakainya setiap tahun cara-cara yang sama.

Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan, setiap guru berkewajiban mencintai tugasnya yang mulia dengan kesadaran pengabdian hidupnya terhadap manusia, bangsa dan negara yang diridhai oleh Allah SWT.

Untuk mencapai hal-hal tersebut, maka di bawah ini tata cara yang wajib diamalkan oleh seorang guru dalam jabatannya.

Hubungan guru dengan murid :

1. Guru selaku pendidik, hendaknya selalu menjadikan suri teladan bagi siswa.

21

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara) h. 8-11

22

Parker J. Palmer, Keberanian Mengajar, (Indonesia : Macanan Jaya Cemerlang,2009), h.16


(26)

2. Berikanlah pujian karena pujian menyebabkan siswa memahami guru sebagai seorang yang sangat berperikemanusiaan dan untuk itu selayaknya dihargai.23

3. Menyayangi dan memperingatkan siswanya bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.24

Ciri-ciri guru yang paling disukai peserta didik, di dalam buku Didaktik Asas-asas Mengajar dijelaskan, Seorang guru profesional harus: (1)Suka membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan pelajaran dan tugas dengan jelas serta mendalam dan menggunakan contoh-contoh sewaktu mengajar. (2)Riang, Gembira, mempunyai perasaan humor dan suka menerima lelucon atas dirinya. (3)Bersikap akrab seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam kelompok kelas. (4)Menunjukkan perhatian pada murid dan memahami mereka. (5)Berusaha agar pekerjaan sekolah menarik, membangkitkan keinginan belajar. (6)Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada murid.(7)Tidak pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan. (8)Tidak suka memarahi, mencela, mengejek, menyindir. (9)Betul-betul mengajarkan sesuatu kepada murid yang berharga bagi mereka.(10)Mempunyai pribadi yang menyenangkan.25

Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri guru yang baik adalah seorang guru yang dapat memahami dan menghormati murid, tidak suka mengomel, mempunyai pribadi yang menyenangkan dan dewasa. Serta dapat menunjukkan perhatian kepada murid.

1.

Syarat-Syarat Guru

Kalau kita perhatikan apa yang telah diuraikan tentang pengertian guru agama Islam, sifat-sifat guru, serta peran sebagai seorang guru tidaklah mudah. Menurut Abdurrahman An-nahlawi, ada beberapa syarat seorang guru yang perlu diperhatikan guru, yaitu:

1) Seorang guru hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar. 2) Seorang guru ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik,

seorang guru harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya.

23

Thomas Gordon, Guru yang Efektif, (Jakarta : Rajawali, 1986) cet.2., h. 4 24

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, h.83 25


(27)

3) Seorang guru senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kajiannya.

4) Seorang guru dituntut cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi. 5) Seorang guru dituntut mampu bersikap tegas dan meletakkan

sesuatu sesuai proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai siswa.

6) Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi perkembangan, dan psikologi pendidik sehingga ketika guru mengajar, dia akan memahami dan memperlakukan ana didiknya sesuai kadar intelektual dan kesiapan psikologisnya.

7) Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibat bagi peserta didik, terutama dampak dalam pola pikir mereka.26

Soejono menambahkan syarat guru yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, adalah : (1) Umur harus sudah dewasa, (2) tentang kemampuan mengajar, (3) ia harus ahli, dan (4) harus berdedikasi tinggi.

Sebagaimana pula dijelaskan pada peraturan pemerintah Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik

c. Pengembangan kurikulum atau silabus d. Perancangan pembelajaran

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g. Evaluasi hasil belajar, dan

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian, kemampuan pribadi ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Beriman dan bertakwa b. Berakhlak mulia c. Arif dan bijaksana

26


(28)

d. Demokratis e. Mantap f. Berwibawa g. Stabil h. Dewasa i. Jujur j. Sportif

k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, dan

l. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan

e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Kompetensi professional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.27

Menurut Al-Ghazali pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap siswa, melakukan aktifitas karena Allah swt, mampu membrikan nasehat yang baik kepada siswa, mampu mengarahkan siswa kepada hal yang positif, mengetahui intelektualitas siswa, dan mampu menumbuhkan kegairahan siswa terhadap ilmu yang dipelajarinya.28

27

Peraturan Pemerintah RI nomor 74 Tahun 2008, Guru, (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2009) 28

Asrorun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian, (Jakarta : Elsas, 2006) h.72


(29)

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru di harapkan memiliki syarat-syarat, ada beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru, diantaranya kemampuan dalam mengajar siswa, karena jika guru tidak memiliki kemampuan dalam mengajar di khawatirkan akan menjerumuskan siswa kepada hal-hal yang negatif, guru diharapkan mempunyai sifat kasih sayang terhadap siswa, karena sifat kasih sayang ini pada akhirnya akan melahirkan keakraban dan ketentraman belajar selain itu harus memiliki kompetensi guru menurut Undang-undang No 14 tahun 2005 yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial..

B.

Akhlak

1.

Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jama dari “khuluqun” ( ) yang menurut bahasa diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dan akhlakul karimah adalah budi pekerti mulia atau tingkah laku mulia.29

Ibnu Atsir mendefinisikan akhlak berarti dien, tabiat dan sifat, hakikatnya adalah batin manusia, yaitu jiwa dan kepribadiannya.30

Secara istilah (terminologis ) Imam Al-Ghazali mendefinisikan :

“akhlak sebagai sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan

bermacam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan”.31

29

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet 3, h.1 30

Fariq bin Qasim Abnuz, Bengkel Akhlak, (Jakarta: Darul Falah, 2003), cet 2, h. 13 31


(30)

Ada beberapa pendapat ahli dalam mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

Al-Jahizh mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa pertimbangan ataupun keinginan.32

Tebba mengutip pendapat Hamzah ya’qub dalam bukunya Manusia Malaikat :

1. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan buruk, antar yang terpuji dan yang tercela dan tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan bathin.

2. Pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk serta ilmu yang mengatur pergaulan manusia dalam bermasyarakat.33

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, jika kehendak itu dibiasakan melakukan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.34

Pendapat seorang filosof muslim yang bernama Ibnu Maskawaih, mendefinisikan akhlak secara luas sebagai berikut:

“akhlak adalah kondisi kejiwaan saat seorang manusia tergerak

melakukan sesuatu dengan tanpa berfikir terlebih dahulu. Dan ini terbagi

dua bagian yaitu : tabiat dan kebiasaan”.35

32

Mahmud Al-Mishri Abu Ammar, Ensiklopedia Akhlak Muhammad saw, (Jakarta : Pundi Akasara, 2009), cet 1, h. 6

33

Sudirman Tebba, Manusia malaikat, (Yogyakarta : Cangkir Geding, 2005), cet. 1, h. 66 34

Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, Terj Farid Ma’ruf (Jakarta : Bulan Bintang, 1975) cet. viii, h. 62

35

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persefektif Hadist, (Jakarta : UIN Jakarta Press,2005), h. 274


(31)

Betapapun semua definisi akhlak di atas berbeda rumusannya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya yaitu sifat, perangai, tabiat, perilaku yang tertanam dalam diri seseorang, yang dapat membedakan antara yang baik dan buruk. serta sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.

2.

Pembentukan Akhlak

Pribadi manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui kebiasaan. Jika manusia terbiasa berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang yang jahat. Sebaliknya jika manusia membiasakan diri dengan cara bertingkah laku yang mulia, maka ia dapat membentuk pribadi yang mulia.

Pendidikan Akhlak adalah roh dan tujuan utama pendidikan Islami. Ketika memberikan pendidikan akhlak terhadap anak-anak, berarti kita membiasakan anak untuk berakhlak mulia dan menjauhkannya dari akhlak tercela dan mengembangkan anak supaya menjadi manusia yang sempurna akhlaknya, dimana ia akan menjadi kunci pembuka kebaikan dan kunci penutup kejahatan.36

Dalam hal membentuk dan membina tingkah laku dan etika anak merupakan suatu kewajiban agama yang lazim bagi setiap pendidik berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan Allah memerintahkan baik berbentuk pengajaran, perlindungan dan peribadatan.37

Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting yang dibawa manusia sejak lahir. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk dan diusahakan. Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan

36

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Seni Mendidik Anak 2, ( Kairo : Dar At-Tauzi wa

An-Nasyar Al-Islamiyah, 2001), cet.1, h. 50 37

Al-Maghribi bin As-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, Terj dari Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Pakistan : Darul Kitab was Sunnah), Cet. 5, h. 201


(32)

bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, perjuangan keras dan sungguh-sungguh.

Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari ulama-ulama Islamyang cenderung pada akhlak. Ibnu Miskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan lain-lain termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha.

Akhlak adalah bagian integral dari Islam, sebagaimana halnya iman dan ibadah. Artinya orang yang beriman harus beribadah dan berakhlak mulia. Seorang muslim tidak lengkap keislamannya bila hanya beriman dan beribadah, tetapi tidak berakhlak mulia. Sebaliknya, kalau orang berakhlak tanpa iman, maka akhlaknya mempunyai dasar yang kuat. Tanpa iman orang tidak memiliki pegangan hidup dalam menjalankan akhlaknya.38

Di dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari Iman. Iman merupakan pengakuan hati, sedangkan akhlak pantulan dari Iman berupa perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkan akhlak butuh keimanan dalam perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan hanya karena Allah swt.

Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun Iman dan rukun Islam, karena ajaran Islam tentang keimanan sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal saleh dan perbuatan yang terpuji. Sedangkan mengenai rukun Islam sudah jelas mengandung konsep pembinaan akhlak. Di antaranya ialah tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai pengamalan dari rukun Islam yang pertama, shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan munkar, mengeluarkan zakat dapat membersihkan diri dari sifat kikir, puasa dapat melatih kesabaran, dan haji dapat menghindarkan diri dari kejahatan dan permusuhan.

38


(33)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam proses pembentukan akhlak siswa. Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang adalah:

Pertama, faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, keturunan/keluarga merupakan pendidikan yang utama bagi pembentukan akhlak anaknya. Yang dilakukan oleh orang tuanya biasanya si anak mengikutinya. Oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak dan karakter anak-anaknya dan jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut akan menjadi baik.

Kedua, faktor dari luar, yaitu faktor lingkungan, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Dari kedua faktor ini faktor pergaulan/lingkunganlah yang sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan karakter atau akhlak. Jika pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Begitu juga sebaliknya, jika pendidikan yang diberikan kepada anak itu tidak baik, maka buruklah akhlak anak itu, seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan penjual minyak wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya.

Ahmad amin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Akhlak berpendapat bahwa faktor lingkunganlah yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi seseorang yakni sampai 80%.

Singgih D. Gunarsa mengutip pendapat Anastasih dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, di katakan bahwa kadang-kadang lingkungan sangat kecil pengaruhnya tapi ada masa-masa dimana pengaruhnya sangat besar. Seperti peristiwa traumatis (goncangan jiwa), terjadi dalam waktu yang singkat akan tetapi, menimbulkan reaksi dan akibat yang mungkin lama.39

39

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta : Gunung Mulia, 1985), h. 18


(34)

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor keturunan saja tidak menentukan munculnya suatu ciri tingkah laku seorang anak, karena masih ada faktor lain yaitu lingkungan yang paling berpengaruh dalam pembentukan tingkah laku seorang anak.

3.

Aspek Akhlak

Akhlak merupakan kebiasaan kehendak. kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, jika kehendak itu bila dibiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.

Yang termasuk kedalam aspek akhlak adalah:

1. Batiniyah, merupakan akhlak yang tidak tampak yaitu :

a. Instinct: suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu dengan berfikir terlebih dahulu tanpa adanya latihan. Misalnya seorang ibu yang berusaha menjaga anaknya dan membesarkannya dengan memberikannya sandang, pangan dan papan. Instinct disini yaitu kekuatannya mendorong hal yang baik yaitu menjaga dan membesarkan anaknya.40

b. Kehendak: sebagai penggerak manusia sehingga akan timbul perbuatan dari hasil kehendak tersebut. Kehendak ini kadang menjadi pendorong dan kadang menjadi penolak yakni mendorong manusia supaya berbuat terkadang mencegah kekuatan tersebut. Misalnya ketika seorang anak sedang menulis, lalu ia merasakan lapar, seketika itu juga ia berhenti menulis dan menuju ke meja makan untuk makan. Kehendak disini yaitu ketika anak tersebut merasa lapar dan ingin makan.

c. Suara hati: kekuatan untuk memerintahkan melakukan kewajiban dan melarang melakukan suatu perbuatan. Misalnya seorang abid terfikir untuk mencuri, akan tetapi ia menyadari bahwa mencuri itu

40


(35)

perbuatan dosa, maka kekuatan dalam hatinya melarang melakukan pencurian, jadi disini suara hati itu adalah larangan mencuri.

2. Dzahiriah, merupakan akhlak yang nampak yaitu: Kebiasaan, suatu perbuatan yang di ulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Hal ini terjadi karena adanya faktor kesukaan hati melakukan perbuatan tersebut sehingga dapat melahirkan perbuatan yang diinginkan.

Dapat disimpulkan bahwa suara hati itu terbentuk karena adanya kehendak, dan kehendak tersebut timbul karena adanya instinc, ketiga hal ini akan terbentuk menjadi akhlak (perilaku), dan semua ini dapat terbentuk apabila seseorang yang memiliki iman. Karena dikatakan bahwa

orang mu’min yang sempurna imannya pasti memiliki akhlak yang paling

mulia.

4.

Metode Pembentukan Akhlak di Sekolah

Mendidik akhlak termasuk pekerjaan yang sangat penting, karena anak-anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Jika anak dibiasakan melakukan kebaikan maka baiklah dia, jika anak itu dibiasakan melakukan keburukan maka anak tersebut menjadi buruk pula.

Anak-anak mempunyai pikiran yang terbatas, pengalaman yang sedikit dan percobaan yang kurang. Mereka hidup dengan akal pikirannya dalam alam yang nyata, yang dapat mereka ketahui dengan salah satu panca indera. Mereka belum dapat memikitkan soal maknawi, soal-soal abstrak dan hukum-hukum yang umum. Bahkan mereka belum dapat memikirkan dalil-dalil dan teori yang dalam seperti Ilmu kalam dan Filsafat.

Anak-anak itu sangat perasa, mempunyai perasaan halus, mudah terpengaruh begitu juga sifat anak-anak yang suka mencontoh dan meniru. Ditirunya apa-apa yang dilihatnya, dicontohnya kelakuan orang tuanya atau teman sejawatnya.

Pendidikan agama khususnya akhlak yang akan diberikan kepada anak-anak, haruslah sesuai dengan akal pikirannya, sesuai dengan


(36)

sifat-sifatnya, berikan pendidikan agama dalam bidang yang praktis, berupa amal perbuatan dan akhlak yang mulia dan kelakuan yang baik, sebaiknya diberikan berupa kisah-kisah, seperti cerita keagamaan, riwayat pembesar-pembesar Islam dan sebagian kisah-kisah Al-Qur’an yang mudah dimengerti oleh mereka serta sesuai pula dengan kebutuhannya.41

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan bathin. Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal salih dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Allah berfirman :











Dan antara manusia (orang munafik) itu ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah : 8)

Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa Rasul, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah. Ini menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan akhlak dan juga

41


(37)

memperlihatkan bahwa islam sangat mendambakan terwujudnya akhlak yang mulia.

Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun Islam. Hasil analisis Muhammad Al-Ghazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak.

Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasul-nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.

Rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar.

Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakatjuga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia.

Islam juga mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun Islam yang keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang.

Rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji inipun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji ibadah yang dalam Islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras,


(38)

bersabar dalam menjalankannya dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya. Ada beberapa cara dalam pembentukan akhlakul karimah, Yaitu :

1. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus menerus. Imam Ghazali mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia terbiasa berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang yang jahat, begitupun sebaliknya jika manusia dibiasakan berbuat baik, maka ia akan menjadi orang yang baik.

2. Melalui keteladanan, akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang. Pendidikan itu tidak akan sukses jika disertai pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.42

Al-Ghazali juga menekankan tentang metode dalam membentuk akhlakul karimah, ia menganjurkan agar anak-anak dijauhkan dari temannya yang berperangai buruk, karena dikhawatirkan anak tersebut juga berperangai buruk. Seorang anak juga tidak boleh dibiasakan manja, bersenang-senang, memperoleh kelezatan hidup, karena dampaknya akan tidak baik di kemudian hari.

Cara agar anak tidak bermain yang tak berguna atau hanya bersenda gurau adalah membiasakan anak pada waktu senggang untuk membaca, terutama membaca Al-Qur’an dan riwayat-riwayat hadist, menghafalkan syair-syair yang mengandung kecintaan kepada orang yang berhak dicintai. Membiasakan melakukan peribadatan seperti bersuci, shalat, berpuasa pada bulan Ramadhan, diajarkan tentang ilmu syariah, dan diajarkan bahwa dunia ini tidak kekal, akhirat lah yang mempunyai kekekalan abadi.

Seorang anak harus dibiasakan rendah hati dan memuliakan setiap orang yang bergaul dengannya, tutur katanya lemah lembut, tidak meludah dihadapan orang lain, tidak meletakkan kaki di atas kakinya, tidak

42


(39)

meletakkan telapak tangan di bawah dagunya, tidak menaruh kepala pada lengannya, karena hal ini menunjukkan sifat malas. Mendengarkan dengan baik tatkala orang lain yang lebih tua berbicara, berdiri untuk orang yang derajatnya lebih tinggi dan diberinya tempat yang lapang.

Dapat dilihat dari metode di atas bahwa metode pendidikan akhlak itu dapat mendidik anak sebagai perangai pribadinya, watak dan kebiasaan-kebiasaannya sebagai individu bahkan meletakkan dasar-dasar yang wajib dilaluinya dalam interaksinya dengan orang lain.

C.

Peran Guru Agama Islam dalam Pembentukan Akhlakul

Karimah Siswa

Guru agama Islam memiliki peranan khusus yang signifikan, peran yang dilakukan guru yaitu sebagai:

a. Pembimbing: guru sebagai pembimbing siswa dalam hal membentuk akhlak dengan cara penyadar jiwa siswa, jika siswa melakukan kesalahan peran guru adalah membimbing siswa agar tidak melakukan kesalahan lagi dan memeri tahu dampak yang terjadi jika melakukan kesalahan. b. Pendidik: guru mendidik siswa dengan cara meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup, seperti nilai-nilai akhlak dalam kehidupan, bersikap baik terhadap orang lain, menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda.

c. Teladan: guru sebagai teladan atau contoh bagi siswa, perilaku yang guru lakukan merupakan teladan, maka guru tidak boleh membiasakan siswa melakukan atau berperilaku buruk. Ini perlu disadari oleh guru sebab perilaku guru akan mempengaruhi anak didik.

d. Pembiasaan: Metode pembiasaan berjalan bersama-sama dengan metode keteladanan, sebab pembiasaan itu dicontohkan oleh guru. Guru sebagai tokoh teladan dalam mencontohkan sikap teladannya, seperti membiasakan tertib mengucap salam, inti pembiasaan adalah


(40)

pengulangan, jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu dapat diartikan sebagai usaha membiasakan.

e. Pengawas: guru juga berperan sebagai pengawas, mengawasi siswa yang berada di luar kelas maupun di dalam kelas. Jika siswa melakukan kesalahan maka guru seharusnya menegur dan menasehati, apabila kesalahn tersebut terulang kembali maka guru patut memberikan sanksi sesuai dengan kesalahan siswa tersebut.

f. Pengajar: selain menjadi pembimbing, teladan dan pengawas peran guru paling penting yaitu menjadi pengajar, guru melakukan transformasi ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama, guru dapat melakukan penanaman nilai akhlak dalam diri siswa dalam proses pembelajaran, dengan cara bertutur kata lembut, tidak memaki siswa, menghormati siswa, dan mengucap salam ketika masuk kelas.

Dengan demikian dapat disimpulkan peranan keteladanan guru, pembimbing, pembiasaan, pengawasan dan pengajaran berpengaruh besar terhadap perilaku siswa sebagai penerus bangsa. Melalui poses yang kontinyu dan berkesinambungan.


(41)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai masalah dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang meliputi metodologi penelitian, waktu dan tempat penelitian, aspek penelitian, tekhnik pengumpulan data, dan tekhnik pengolahan analisa data.

A.

Metodologi Penelitian

Segala sesuatu untuk mencapai target yang diinginkan memerlukan metode. Demikian halnya dengan penelitian, juga memerlukan metode agar cara kerja yang ingin dihasilkan terarah dengan baik. Adapun penelitian ini menggunakan metode diskriftif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan.

Menurut Moleong, data dalam penelitian deskriftif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.1

1

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002), h.6


(42)

Untuk mendapatkan data-data dalam penulisan ini, tekhnik yang digunakan oleh peneliti antara lain :

1. Penelitian Lapangan (Field Research): yakni untuk memperkuat data secara teoritis untuk memperoleh informasi pada responden yang terkait dengan judul sehingga diperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. Studi kasus, Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi berupa dokumen, catatan-catatan selam proses penelitian.

B.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Mts. Darul ma’arif, Jl. Fatmawati,

Kelurahan Cipete-Selatan, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta, dan waktu penelitian ini dilangsungkan pada bulan Januari-Februari 2011

C.

Aspek Penelitian

Aspek dalam penelitian yang berjudul “Peran Guru Agama Islam

dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa MTs. Darul Ma’arif” adalah sebagai berikut:

1. Peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di

MTs. Darul Ma’arif.

2. Perilaku siswa dalam lingkungan sekolah baik terhadap guru maupun terhadap teman.

Adapun definisi dari kedua variabel dari penelitian ini adalah:

Peran guru yang dimaksud mencakup proses penyelenggaraan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Selanjutnya dilakukan anlisis terhadap peran guru berdasarkan indikator-indikator berikut ini:

a. Keteladanan guru didalam kelas maupun luar kelas. b. Pembiasaan yang dilakukan oleh guru.


(43)

c. Perilaku yang dibiasakan guru didepan siswa

Sedangkan perilaku siswa yaitu dalam kesadaran siswa terhadap: 1. Kemauan melakukan pembiasaan yang dilakukan guru.

2. Kesadaran menerapkan perilaku baik dalam lingkungan sekolah. 3. Ketepatan waktu ketika datang kesekolah.

4. Kemauan melaksanakan tata tertib yang sudah dibuat pihak sekolah. Berdasarkan definisi tersebut, maka aspek peran guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa diukur dari data-data yang diperoleh melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru agama Islam mengenai proses membentuk akhlakul karimah. Adapun aspek perilaku siswa dalam berperilaku diukur melalui wawancara kepada siswa dan pengamatan penulis.

D.

Sumber Data

Data-data dalam penelitian ini didapat dari sumber-sumber data berikut: 1. Fenomena peran yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam membentuk

akhlakul karimah siswa 2. Kepala sekolah

3. Guru agama Islam 4. Siswa

5. Dokumen

E.

Tekhnik Pengumpulan Data

Suatu penelitian memerlukan data dan informasi yang berguna untuk bahan pemecahan masalah yang ditemukan dalam penelitian tersebut, untuk itu diperlukan tekhnik pengumpulan data yang tepat agar penelitian mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk memperoleh data dari penelitian ini penulis menggunakan tekhnik-tekhnik pengumpulan data berupa:


(44)

1.

Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung secara sistematis terhadap obyek yang sedang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan keadaan lokasi obyek penelitian, yaitu pelaksanaan kegiatan

siswa-siswi MTs. Darul Ma’arif.

2.

Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara dari terwawancara dalam mengumpulkan data dan informasi dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara terstruktur dan sistematis.2

Wawancara digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Informasi tersebut didapat dari komunikasi dengan sumber data melalui dialog secara lisan secara langsung. Dalam peneliltian ini peneliti mewawancarai kepala sekolah untuk mendapat informasi data tentang sejarang berdirinya sekolah, visi-misi, keadaan sekolah, keadaan guru dan hal lain seputar masalah yang menyangkut dalam penelitian ini.

Selain itu, peneliti mewawancarai guru agama Islam untuk memperoleh informasi data mengenai perannya dalam membentuk akhlakul karimah siswa dan kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan akhlakul karimah siswa. Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa untuk mendapatkan informasi data tentang keselarasan data yang didapat dari sumber data lainnya.

3.

Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan, foto, dan sebagainya

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Asdi Mahasatya, 2006), h. 155, cet. 13


(45)

F.

Teknik Pengolahan Analisa Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola.3 Dengan adanya data, hasil penelitian dapat digunakan sebagai suatu informasi baru yang memiliki sifat ilmiah.

Dengan demikian analisa data adalah penyelidikan atau pengolahan data-data agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya berdasarkan bukti nyata yang dikumpulkan oleh peneliti dilapangan berdasarkan masalah yang diteliti.

Adapun analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini melalui beberapa langkah, yaitu:

a. Menganalisa dokumen-dokumen kegiatan pembelajaran agama Islam, khususnya dalam hal akhlak.

b. Menganalisa hasil observasi dan wawancara yang mengacu pada indikator peran guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

3


(46)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum MTs. Darul Ma’arif Cipete Jakarta

-Selatan

1.

Sejarah Berdirinya MTs. Darul Ma’arif

Perguruan Darul ma’arif adalah lembaga Pendidikan Islam yang

didirikan oleh Prof. Dr. KH. Idham Chalid pada tanggal 15 Desember 1959 dengan tujuan :

a. Mendidik siswa menjadi insan yang berkarakter dengan dilandasi keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.

b. Mendidik siswa menghayati dan mengamalkan ajaran agamnya, serta menghormati dan mentaati kedua orang tua dan guru-gurunya.

c. Mendidik siswa menjadi warga negara Indonesia yang mencintai bangsa dan negaranya serta peduli kepada lingkungan dan masyarakatnya. Dengan berlandaskan aqidah Islam, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

d. Mendidik siswa menjadi insan Indonesia yang siap menyongsong Era Global dengan memiliki kemampuan intelektual serta menguasai keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(47)

MTs. Darul ma’arif merupakan lembaga pendidikan jenjang Sekolah

Lanjutan Tingkatan Pertama (SLTP) yang bernaung dibawah Perguruan

Darul Ma’arif. Status sekolah ini Disamakan sejak tahun 1992.

MTs. Darul Ma’arif sudah mengalami tiga kali pergantian

kepengurusan yaitu Drs. H. Minhajul Afkar berasal dar Jawa Timur, H.

Mu’izzudin berasal dari Jawa Tengah dan H. Antung Abdullah dari Kalimantan Timur yang masih menjabat sampai sekarang. Sedangan wakil kepala sekolah Bidang Kurikulum yaitu Hj. Sri Komariyati, S. Ag dan wakil kepala sekolah Bidang Kesiswaan yaitu Asep Iffan M. M. Pd.

2.

Visi MTs. Darul Ma’arif

Visi ini menjiwai warga sekolah kami untuk selalu mewujudkan setiap saat dan berkelanjutan mencapai tujuan sekolah. Visi kami yaitu “MTs. Darul Ma’arif unggul dalam bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), IMTAQ (Iman dan Taqwa), pelayanan dan pengamalan”.1

3.

Misi MTs. Darul Ma’arif

Misi dari MTs. Darul Ma’arif adalah :

a. Membentuk insan berakhlak mulia dan Islami

b. Mempersiapkan peserta didik untuk dapat diterima di sekolah lanjutan yang bermutu atau unggulan dan berguna bagi masyarakat.

c. Membekali peserta didik dengan keterampilan dasar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.2

4.

Keadaan Guru, siswa dan Karyawan

a.

Data Guru

Dalam kegiatan pembelajaran maka dibutuhkan tenaga yang prosesional dalam bidang, sehingga para siswa yang diajar mendapatkan pelajaran sesuai.

1

Antung Abdullah (Kepala Sekolah), Wawancara, 20 Januari 2011 2


(48)

Tabel 1 Pendidikan Guru Pendidikan Guru

Jumlah

L P

Pon-Pes/ SMA 1 1

D2 - 1

D3 - 1

S1 9 6

S2 2 -

Jumlah 12 9

Data di atas berisikan mengenai pendidikan terakhir guru-guru

MTs Darul Ma’arif. Mayoritas pendidikan terakhir guru-guru adalah sarjana (S1) yang berjumlah 15 orang, S2 2 orang, D2, D3 dan lulusan pondok pesantren setingkat SMA masing-masing hanya 2 orang. Selain data guru mengenai pendidikan terakhir, mata pelajaran yang diajarkan sesuai atau tidak dengan jurusan guru.

Data di bawah ini mengenai data guru dalam mengajar mata

pelajaran di MTs. Darul Ma’arif.

Tabel 2

Data Guru dan Mata Pelajaran yang Diajarkan No Mata Pelajaran L P Jumlah

1 Agama :

Fiqh B.Arab

Aqidah Akhlak SKI

Al-Qur’an Hadist Al-Qur’an Tajwid Nahwu Sharaf - 1 - - 1 2 1 1 - 1 1 - - - 1 1 1 1 1 2 1


(49)

2 Sains : Matematika Fisika Biologi 1 1 1 - 1 - 1 2 1 3 Sosial :

Sejarah Ekonomi Geografi Seni Budaya 1 1 1 1 1 - - - 2 1 1 1

4 Umum :

B.Inggris B.Indonesia Penjaskes KTK PLKJ BK TIK PPKN 1 - 1 - - - 1 1 1 2 - 1 1 1 - - 2 2 1 1 1 1 1 1

Berdasarkan tabel mengenai data guru dan mata pelajaran di atas

dapat disimpulkan bahwa guru di MTs. Darul Ma’arif mengajar sesuai

dengan pendidikan terakhirnya, akan tetapi karena kurangnya tenaga guru di sekolah tersebut, maka ada beberapa guru yang mengajar tidak sesuai dengan pendidikan terakhirnya, seperti mata pelajaran aqidah dan SKI adalah 1 guru yaitu Dra. H. Marwanih, kemudian sejarah, geografi dan ekonomi adalah 1 guru yaitu Sutamto S.Pd, lalu KTK dan sejarah adalah 1 guru yaitu Hj. Umu Cholifah, kemudian PLKJ dan BK adalah 1 guru yaitu Lili Nurlinda Sari S. Psi, kemudian Ekonomi dan PPKN adalah 1 guru yaitu Wahyu Purnomo S.E, kemudian Al-Qu’an hadist dan Al-Qur’an tajwid adalah 1 guru yaitu Drs. H. Abdul Halim.

Dapat disimpulkan bahwa di MTs. Darul Ma’arif ini dalam

mengajarkan mata pelajaran ada beberapa guru yang tidak sesuai dengan pendidikan terakhirnya. Selain mata pelajaran yang diajarkan guru pun memiliki status kepegawaian (PNS/honorer/guru bantu).


(50)

Data di bawah ini berisikan jumlah guru dalam status

kepegawaian di MTs Darul Ma’arif secara lengkap berdasarkan

keadaannya (PNS/guru bantu/honorer).

Tabel 3

Status Kepegawaian Guru MTs. Darul Ma’arif 3

N0 Keadaan Guru L P Jumlah

1. Guru Tetap (PNS/Yayasan) 6 4 10 Orang

2. Guru Tidak Tetap/Bantu 1 1 2 Orang

3. Guru Honorer 4 4 8 Orang

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru adalah PNS yang sampai berjumlah 10 orang, sedangkan guru bantu berjumlah 2 orang, sedangkan guru honorer berjumlah 8 orang.

b.

Data Siswa dalam Dua Tahun Terakhir

Komponen yang penting dalam proses pembelajaran adalah dengan adanya keadaan siswa. Data ini berisikan jumlah murid yang ada di MTs Darul Ma’arif tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011. Data ini menunjukkan bahwa jumlah murid di MTs ini mengalami peningkatan antara tahun 2009/2010 yang berjumlah 238 orang dengan tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 250.

3

Daftar statistik staf pengajar di atas penulis kutip dari daftar statistik sekolah pada tanggal 10 Januari 2011


(51)

Tabel 4

Jumlah Siswa MTs. Darul Ma’arif dua tahun terakhir4

Tahun Ajaran

Kelas

Jumlah Kelas VII, VIII, dan IX VII VIII IX

L P L P L P L P

2010-2011 46 44 46 34 32 48 124 126

2009-2010 45 37 35 46 36 39 116 122

Bersadarkan tabel tentang keadaan siswa di MTs. Darul Ma’arif dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa di MTs. Darul Ma’arif periode 2009/2010 dan 2010/2011 mengalami kenaikan disetiap jenjangnya. Pada tahun 2009/2010 siswa kelas VII berjumlah 82 orang sedangkan 2010/2011 berjumlah 90, lalu pada tahun 2009/2010 siswa kelas VIII berjumlah 81 orang sedangkan 2010/2011 berjumlah 80 orang, kemudian siswa kelas IX pada tahun 2009/2010 berjumlah 75 orang sedangkan 2010/2011 berjumlah 80 orang. Maka dapat disimpulkan

bahwa tahun 2010/2011 jumlah siswa MTs. Darul Ma’arif mengalami

kenaikan.

c.

Data karyawan (Non-

Guru) MTs. Darul Ma’arif

Untuk bendahara sekolah, MTs Darul Ma’arif tidak mempunyai bendahara khusus namun bendahara ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan (Program atau acara yang akan dilaksanakan) dan berada setiap tahunnya. Sedangkan untuk bagian tata usaha terdapat dua karyawan/karyawati yaitu Siti Fathijah dan Muahammad Amin S. Pd.i.

Bagian perpustakaan terdapat dua karyawan/karyawati yaitu Chaerul Shaleh dan Yuli. Dan terdapat empat karyawan sebagai satpam, dua karyawan sebagai satpam siang dan dua karyawan yang lain

4


(52)

sebagai satpam malam. Khusus bagi karyawan perpustakaan dan

satpam dipekerjakan dari Yayasan Perguruan Darul Ma’arif.

5.

Sarana dan Prasarana

MTs. Darul Ma’arif juga mempunyai sarana yang lengkap untuk

proses pembelajaran. Data dibawah ini berisikan tentang keadaan

sarana dan prasarana yang ada di MTs Darul Ma’arif.

Tabel 5

Keadaan Sarana dan Prasarana

Nama Bangunan Jumlah Keadaan Bangunan

Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

Ruang Wakil Kepala Sekolah Bid. Kurikulum

1 Baik

Ruang Wakil Kepala Sekolah Bid. kesiswaan

1 Baik

Ruang BK 1 Baik

Ruang TU 1 Baik

Ruang Belajar (Kelas) 6 Baik

Ruang Laboratorium 1 Baik

Masjid 1 Baik

Ruang OSIS 1 Baik

Sarana Upacara 1 Baik


(53)

Toilet Guru 2 Baik

Ruang Komputer 1 Baik

Ruang Perpustakaan 1 Cukup Baik

Kantin 1 Baik

Lapangan (Basket dan Volly) 1 Baik

Pos Keamanan 1 Baik

Kondisi sarana dan prasarana yang ada di MTs. Darul Ma’arif sudah tergolong lengkap dan baik. Dalam aspek kegiatan belajar mengajar disediakan 6 lokal ruang kelas. Sedangkan dalam aspek untuk pengembangan siswa, disediakan ruang praktek komputer, perpustakaan yang masih belum memadai dari segi kurang lengkapnya buku pelajaran, laboratorium, mesjid untuk kegiatan ibadah seperti: pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah, sholat jumat dan sholat dhuha.

Selain untuk pengembangan siswa di MTs. Darul Ma’arif juga terdapat dalam aspek kelengkapan sekolah disediakan ruang TU, Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, BK, kantin, dan pos keamanan sekolah.

Dari segi kerapihan, kedispilinan dan kebersihan MTs. Darul

Ma’arif mempunyai toilet siswa ada 2 untuk siswa perempuan dan 3 untuk siswa laki-laki, toilet yang ada di MTs. Darul Ma’arif itu bersih dan rapi

6.

Struktur Organisasi

Bagan di bawah ini menjelaskan mengenai struktur organisasai MTs. Darul Ma’arif tahun ajaran 2009/2010. Seperti yang digambarkan di bawah ini:


(54)

Struktur Organisasi MTs. Darul Ma’arif

Th. Ajaran 2009/2010

Sumber : Antung Abdullah kepala sekolah MTs. Darul Ma’arif), Wawancara, 20 Januari 2011

Bagan di atas merupakan struktur organisasi di MTs. Darul

Ma’arif, dari tingkatan yang paling tinggi yaitu Yayasan Darul Ma’arif yang didirikan oleh KH. Idham Cholid, kemudian dibawah naungan

yayasan Darul Ma’arif terdapat MTs. Darul Ma’arif yang dikepalai oleh

H. Antung Abdullah, untuk wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu Hj. Sri Komariyati, S. Ag dan untuk wakil kepala sekolah bidang

Siswa-siswi Wali Kelas Dewan Guru

Waka. Bid. Kesiswaan

Asep Iffan M. M. Pd

Kepala Sekolah

H. Antung Abdullah Yayasan Perguruan Darul Ma’arif

Waka. Bid. Kurikulum

Hj. Sri Komariyati, S. Ag

BK


(55)

kesiswaan yaitu Asep Iffan, M. Mpd. Guru bimbingan konseling yaitu Lili Nurlinda Sari S.Psi, kemudian segenap dewan guru, wali kelas dan yang terakhir adalah siswa-siswi MTs Darul Ma’arif.

Data dibawah ini merupakan wali kelas dari setiap kelas:

Wali Kelas :

a. Kelas VII A : Nurhidayat, S. Pd. I b. Kelas VII B : Drs. H. Abdul Halim c. Kelas VIII A : Sutamto S. Pd

d. Kelas VIII B : Lili Nurlinda Sari S. Psi e. Kelas IX A : Hasidah, S. Ag

f. Kelas IX B : Dra. Hj. Marwanih

B.

Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Ahlakul

Karimah Siswa MTs. Darul Ma’arif

Masa depan siswa secara pedagogis banyak tergantung kepada guru. Guru yang pandai, bijaksana, mempunyai kemampuan dan keikhlasan terhadap pekerjaannya mampu mendidik siswa kearah yang positif.

Guru menyadari bahwa siswa yang datang ke sekolah untuk belajar itu belum tentu atas kemauannya sendiri, tetapi mungkin karena memenuhi keinginan orang tuanya. Semasa siswa itu tidak dapat melaksanakan kebutuhan akan pelajaran yang diberikan kepadanya, ia hanya menjalankan tugas yang diajarkan guru. Bahkan barangkali siswa itu terpaksa duduk mendengarkan guru akan tetapi perhatiannya kurang terhadap penjelasan guru.

Dari pemahaman di atas tampak bahwa guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya membentuk, mengarahkan dan membina siswa sehingga ia mampu menjadikan seorang siswa berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.


(1)

Di Mts. Darul Ma’arif ini terdapat beberapa sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh siswa dalam proses belajar, seperti mesjid yang dilakukan untuk shalat dhuha dan zhuhur berjamaah, Lab Komputer, Lab IPA, Perpustakaan, Aula yang biasanya dipakai untuk rapat antara dewan guru dan wali murid, Toilet dan Ruang BK.

Jakarta, Januari 2011 Penulis


(2)

PROFIL SEKOLAH Nama Sekolah : Mts. Darul Ma’arif

Alamat sekolah : Jl. RS. Fatmawati No. 45 Cipete Selatan Jakarta Selatan NSS/NSM : 212 317 120 045

Jenjang Akreditasi : B+ Tahun Didirikan : 1965

Status Tanah/Luas : Milik Yayasan/8950 m2 Luas Bangunan : 1.311 m2

Jumlah siswa dalam tiga tahun terakhir

Kelas 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011

7 88 83 82 90

8 83 85 81 80

9 93 71 75 80

Fasilitas Bangunan

No Ruangan Banyaknya Kondisi

1 Ruang Kelas 6 ruang Baik

2 Ruang Kantor Kepala Sekolah 1 ruang Baik 3 Ruang Wakil Bid. Kurikulum 1 ruang Baik 4 Ruang Wakil Bid. Kesiswaan 1 ruang Baik

5 Ruang BK 1 ruang Baik

6 Ruang Guru 1 ruang Baik

7 Ruang Lab Komputer 1 ruang Baik

8 Toilet Siswa 5 ruang Baik

9 Toilet Guru 2 ruang Baik

10 Perpustakaan 1 ruang Baik

11 Ruang UKS 1 ruang Baik

12 Ruang OSIS 1 ruang Baik

13 Kantin 2 ruang Baik

14 Ruang Asrama 10 ruang Baik

15 Pos Keamanan 1 ruang Baik

16 Ruang Kesekretariatan 1 ruang Baik


(3)

HASIL DOKUMENTASI

MTs. Darul Ma’arif berada di Lantai bawah dan lapangan yayasan Darul Ma’arif

Kepala Sekolah MTs. Darul Ma’arif yang Wakil kepala sekolah bid.Kesiswaan memberikan Tausiyah kepada siswa-siswi merangkap sebagai guru Agama Islam sehabis shalat dhuha berjamaah.


(4)

Gambar di atas menunjukkan masih adanya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa Mts. Darul Ma’arif yang merokok


(5)

Siswi MTs. Darul Ma’arif yang dihukum Ruangan untuk berkonsultasi antara

Mengaji karena terlambat datang ke sekolah orang tua dan guru dalam menangani siswa yang bermasalah


(6)

Maulid Nabi Muhammad saw yang dilaksanakan di Yayasan Darul Ma’arif pada tanggal 3 Februari 2011 dengan penceramah Ust. Kh. Zainuddin MZ.


Dokumen yang terkait

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Siswa Di SMA Fatahillah Jakarta

2 57 123

KOMPETENSI GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MADRASAH ALIYAH AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 21

KOMPETENSI GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MADRASAH ALIYAH AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

KOMPETENSI GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MADRASAH ALIYAH AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 61

KOMPETENSI GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MADRASAH ALIYAH AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 20

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MTs AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MTs AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 58

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MTs AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 26

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MTs AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 42

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI MTs AL-MA’ARIF PONDOK PESANTREN PANGGUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 24