RANCANG BANGUN ALAT BANTU MEMBACA SMS UN

RANCANG BANGUN ALAT BANTU MEMBACA SMS UNTUK
PENDERITA TUNA NETRA DENGAN MENGGUNAKAN HURUF
BRAILLE BERBASIS MIKROKONTROLER
Denny Prabowo S#1, Rika Rokhana#2,Paulus Susetyo Wardhana#2
1

Penulis, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika PENS - ITS
Dosen Pembimbing, Staf Pengajar di Jurusan Teknik Elektronika PENS - ITS
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Electronics Engineering Polytechnic Institute of Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, INDONESIA
Tel: +62 (31) 594 7280; Fax: +62 (31) 594 6114

2

1

elkatrok08@gmail.com
2
rika@eepis-its.edu

2
paulus@eepis-its.edu

Abstrak—Seiring dengan perkembangan zaman, tidak
dapat di pungkiri lagi bahwa sebagian besar informasi
yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera
penglihatan sedangkan selebihnya berasal dari panca
indera yang lain. Sebagian besar teknologi yang
digunakan oleh para penyandang tuna netra saat ini
menggunakan output berupa suara, misalnya pada alat
bantu pembaca SMS yang outputnya disajikan melalui
alat bantu pendengar (headphone). Tentunya hal ini
dapat mengurangi rasa aman bagi si pengguna. Untuk
memecahkan persoalan tersebut yaitu dengan
menyajikan outputnya pada sebuah alat mekanik yang
membentuk huruf Braille. Dengan begitu si pengguna
hanya perlu mengandalkan indera perabanya tanpa
harus susah payah membawa alat bantu pendengar
(headphone). Disamping itu si pengguna tidak perlu
cemas lagi karena takut informasinya diketahui oleh

orang lain di sekitarnya.
Pengujian alat ini dilakukan secara langsung pada
penderita tuna netra yang berlokasi di Yayasan
Pendidikan Anak Buta daerah Gebang putih. Dari data
hasil responden mengenai pengujian alat ini mayoritas
mengatakan bahwa sistem pada alat bantu pembaca
SMS portebel ini sudah baik. Namun, hasil dari
responden ini tidak dapat mengatakan secara mutlak
bahwa sistem ini benar-benar baik karena jumlah
responden hanya 20 orang.

jadi sangat terbatas karena informasi yang diperoleh
akan jauh berkurang dibandingkan mereka yang
berpenglihatan normal. Apabila hal ini tidak mendapat
penanganan/rehabilitasi khusus, akan mengakibatkan
timbulnya berbagai kendala psikologis, seperti misalnya
perasaan inferior, depresi, atau perasaan hilangnya
makna hidup. Di Indonesia alat bantu utama untuk tuna
netra yaitu tongkat khusus. Akan tetapi alat ini memiliki
berbagai macam keterbatasan sehingga hanya sebagian

kecil saja informasi yang dapat dipahami dari
lingkungan dimana dia berada. Dewasa ini,
perkembangan teknologi yang pesat membuka peluang
pengembangan berbagai alat bantu yang memanfaatkan
berbagai disiplin ilmu, seperti Halnya computer vision,
SMS Speech, serta berbagai perangkat lunak dan
perangkat keras untuk memberikan informasi yang lebih
utuh bagi tuna netra.
Sebagian besar teknologi yang digunakan oleh para
penyandang tuna netra saat ini menggunakan output
berupa suara, misalnya pada alat bantu pembaca SMS
yang outputnya disajikan melalui alat bantu pendengar
(headphone). Pada kondisi ini dikhawatirkan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pesan yang
diterima dapat dengan mudah didengar oleh orang lain
di sekitarnya. Tentunya hal ini dapat mengurangi rasa
aman bagi si pengguna.Dari persoalan inilah kemudian
timbul pemikiran kami untuk menciptakan alat yang
memliki tingkat keamanan yang jauh lebih baik dari alat
yang telah ada saat ini.Adapun solusi yang dapat

digunakan untuk memecahkan persoalan tersebut yaitu
dengan menyajikan outputnya pada sebuah alat mekanik
yang membentuk huruf Braille. Dengan begitu si
pengguna hanya perlu mengandalkan indera perabanya
tanpa harus susah payah membawa alat bantu pendengar
(headphone). Disamping itu si pengguna tidak perlu
cemas lagi karena takut informasinya diketahui oleh
orang lain di sekitarnya.

Kata kunci: Handphone, Huruf Braille, Mode Text,
Mikrokontroler, AT-Command, Selenoid.
I. PENDAHULUAN
Mata merupakan salah organ penting dari panca
indera yang dimiliki manusia, khususnya dalam hal
memperoleh sumber informasi. Sebagian besar
informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari
indera penglihatan sedangkan selebihnya berasal dari
panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat
diasumsikan bila seseorang mengalami gangguan pada
indera penglihatan, maka kemampuan aktifitasnya akan


1

Huruf Braille seperti halnya abjad latin yang
mempunyai 26 huruf yaitu huruf a sampai huruf z.
Disamping itu juga mempunyai kombinasi dari enam
titik tersebut sebanyak 26 huruf yang masing masing
mewakili huruf latin dalam bahasa Indonesia. Pada
gambar berikut dapat dilihat contoh abjad dalam huruf
Braille.

II. DASAR TEORI
Prototype alat bantu pembaca SMS untuk penderita
tuna netra ini terdiri dari beberapa elemen yaitu:
A. HANDPHONE
Handphone (HP) atau yang biasanya disebut pula
telepon genggam adalah perangkat telekomunikasi
elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang
sama dengan telepon konvensional saluran tetap namun
dapat dibawa ke mana-mana (portabel) dan tidak perlu

disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan
kabel (nirkabel).

Gambar 2.1 Sony Ericsson T610
1) AT COMMAND

Gambar 2.3 Abjad Huruf Braille

Bahasa yang dikenali oleh ponsel GSM disebut
dengan AT command. AT merupakan singkatan dari
Attention.AT Command adalah perintah-perintah yang
digunakan dalam komunikasi dengan serial port.

C. MIKRO SELENOID
Selenoid adalah salah satu jenis kumparan yang
terbuat dari kabel panjang yang dililitkan secara rapat
dan dapat diasumsikan bahwa panjangnya jauh lebih
besar dari pada diameternya.

2.) PDU( Protocol Data Unit)

Pada umumnya setiap pengiriman SMS, baik dari
HP menuju operator, atau sebaliknya, selalu
menggunakan format PDU (Protocol Data Unit),
yaitu paket data dimana pesan SMS dikemas, bersama
informasi tanggal, nomor tujuan, nomor pengirim,
nomor operator, jenis skema SMS, masa valid SMS,
dan beberapa hal lain (tergantung jenis paketnya).
B.

Gambar 2.4 Bentuk Selenoid kecil.

HURUF BRAILLE

Charles Barbier de la Serre adalah orang yang
pertama kali memperkenalkan sonografi pada institusi
anak tuna netra. Kemudian
Pada tahun 1824
dikembangkan oleh Louis menjadi abjad Braille yang
baru. Ia menemukan 64 cara untuk menggunakan sel
enam titik. Saat ini huruf Braille terdiri dari 6 titik yaitu

titik kiri atas adalah titik satu, titik kiri tengah adalah
titik dua, titik kiri bawah adalah titik tiga, titik kanan
atas adalah titik empat demikian seterusnya. Dari semua
titik ini mampu membuat 64 kombinasi.Huruf Braille
dibaca dari kiri ke kanan.Titik-titik yang digambarkan
hitam merupakan titik yang timbul.Huruf Braille sendiri
dapat dibuat dengan metode positif atau negative.

III. PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM
A. PEMBUATAN MEKANIK SELENOID
1. Penentuan Tata Letak Selenoid
Pada bagian ini akan dilakukan perakitan selenoid
yang terdiri dari 6 buah selenoid sehingga menjadi
seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 3.1 Tata letak selenoid
Seperti yang terlihat pada gambar di atas bahwa
solenoid dipasang dengan format dot matrik ukuran
2x3 karena di sesuaikan dengan huruf Braille yang
sesuai dengan standar internasional.


Gambar 2.2 Titik Braille

2

2. Pembuatan kombinasi huruf Braille

C. PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK
Pada bagian ini akan dilakukan pembuatan
program
pada
mikrokontroler
menggunakan
CodeVision AVR.

Pada tahap ini akan dilakukan pengelompokkan
huruf Braille berdasarkan kombinasi posisi pada node 1
sampai dengan node 3. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah pengguna dalam mengenal huruf Braille
dengan benar tanpa harus mengubah standarisasi

susunan huruf Braille yang berlaku. Dari hasil
pengelompokkan akan terbentuk menjadi 7 kombinasi.
Dalam proyek akhir ini hanya akan menampilkan 1
karakter braille yang akan muncul secara bergantian
sesuai dengan isi SMS yang diterima sehingga untuk
simbol angka akan diganti dengan bunyi buzzer dengan
maksud untuk meminimalkan dimensi alat serta
konsumsi daya yang berlebihan.

Gambar 3.2 Penulisan angka dalam braille.
B. PEMBUATAN PERANGKAT KERAS
1. Pembuatan rangkaian minimum sistem dan
RS232
Minimum sistem ini merupakan piranti yang
paling penting.Karena pengkonversian huruf abjad ke
dalam huruf Braille di lakukan oleh piranti ini. Yang
mana input yang diterima dari handphone melalui
rangkaian komunikasi serial RS 232 yang masih dalam
bentuk huruf abjad diproses melalui program sehingga
dapat tampil seperti huruf braille dalam rangkaian

selenoid.

Gambar 3.5 Flow Chart software
Gambar 3.3 Layout skema rangkaian minimum sistem
dan rangkaian RS-232
2. Pembuatan rangkaian driver selenoid
Pergerakan selenoid dikontrol oleh minimum
system yang dibantu oleh rangkaian driver sehingga
arus yang dibutuhkan oleh solenoid dapat terpenuhi
sehingga dapat bergerak. Selanjutnya tampilan huruf
Braille dapat diperoleh dari kombinasi 6 output
minimum system yang diterima oleh driver untuk di
teruskan pada mekanik selenoid.

IV. HASIL DAN ANALISA
4.1. Pengujian AT command pada handphone
- Tujuan :
Untuk mengetahui respon AT command pada
Handphone.

Gambar 4.1 Skema Pengujian AT command pada
Handphone.
-

Hasil dan Analisa :
Pengujian dilakukan dengan cara memberikan input
pada keyboard secara serial berupa AT command

Gambar 3.4 Layout skema rangkaian driver Selenoid

3

Tabel 4.2. Hasil pengujian mekanik selenoid input dari inbox
pada handphone.

kemudian mengecek respon dari handphone . Dari hasil
pengujian diketahui bahwa koneksi antara handphone
dan komputer berhasil.

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Gambar 4.2 Tes koneksi Handphone dengan
komputer melalui hyperterminal

Input dari inbox
pada Handphone
Saya mau makan
Kamu kemana?
Mereka siapa?
Makan nasi
Mata kuliah
Cuci baju
Meja belajar
Kerja bakti
Sepeda motor
Sepak bola

Output pada
mekanik Selenoid
Saya mau makan
Kmu kemana?
Mereka siapa?
Makan nasi
Mata kulia
Cuci baju
Mja beljar
Kerja bakti
Sepedamotor
Sepak bola

Error
(%)
0
8.3
0
0
9
0
16.6
0
8.33
0

Ket.
Berhasil
Gagal
Berhasil
Berhasil
Gagal
Berhasil
Gagal
Berhasil
Gagal
Berhasil

4.3. Pengujian Daya Pemakaian
-. Tujuan :
Untuk mengetahui pemakaian daya dari sistem.

4.2. Pengujian Mekanik Selenoid
- Tujuan :
Untuk mengetahui tingkat kesalahan huruf Braille
yang dikeluarkan oleh mekanik solenoid .

Gambar 4.4 Pengukuran arus dengan menggunakan
Power Supply
- Hasil dan Analisa :
Pengujian dilakukan dengan cara mengukur nilai
arus pada sistem. Arus yang diamati yaitu ketika kondisi
diam dan Bekerja (membaca SMS). Sedangkan output
yang digunakan adalah serangkaian solenoid yang
membentuk huruf braille. Hasil pegujian tampak pada
tabel 4.3.

(a)

(b)
Gambar 4.3 Skema Pengujian Mekanik Selenoid
(a) Antara alat dan komputer
(b) Antara alat dan Handphone

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Arus

-

Hasil dan Analisa :
Pengujian dilakukan dengan cara memberikan input
pada keyboard secara serial yang berupa kalimat
singkat sebanyak 10 sample, pada tabel 4.1 dan 4.2
ditunjukkan hasil pengujiannya.

Input dari
Keyboard

Output pada
mekanik
Selenoid

Error
(%)

Ket.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Saya mau
makan
Kamu kemana?
Mereka siapa?
Makan nasi
Mata kuliah
Cuci baju
Meja belajar
Kerja bakti
Sepeda motor
Sepak bola

Saya mau makan
Kamu kemana?
Mereka siapa?
Makan nasi
Mata kuliah
Cuci baju
Meja belajar
Kerja bakti
Sepeda motor
Sepak bola

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasil

Nilai Arus (I)
dalam satuan
Ampere(A)

Diam

0.01

Bekerja

0.1

Dari hasil pengujian pada tabel 4.3 maka dapat
disimpulkan bahwa pemakaian arus semakin meningkat
ketika alat bekerja. Penggunaan daya maksimal alat
dapat dihitung dengan persamaan :

Tabel 4.1. Hasil pengujian mekanik selenoid dengan input
dari keyboard.
No

Kondisi
Internal

P=VxI...............................................................4.2
P : Daya pemakaian (Watt)
V : Nilai tegangan (Volt)
I : Nilai arus (Ampere)
Perhitungan daya saat bekerja :
P= V x I
= 8,3V x 0.1 A
= 0,83 Watt
Sebagai perbandingan, apabila pada sistem
diaplikasikan penggunaan baterai isi ulang jenis Lithium
Polymer (Li-Po), dengan spesifikasi tegangan output 7,4

4

Volt, 800mAH seperti pada gambar 4.8. maka hanya
dibutuhkan 1 buah baterai Li-Po.

Gambar 4.6 Pie chart huruf Braille dalam sistem
Gambar 4.5 Baterai Li-Po
Dengan menyusun baterai Li-po yang memiliki 2
sel maka didapatkan sumber daya :
Total tegangan = 8,3 Volt
Sumber daya baterai = 8,3V x 0.8AH
= 6,64 Watt Hour
Daya tahan baterai pada saat bekerja :
Waktu = Sumber daya / Daya pada saat bekerja
= 6,64WH / 0,83 W
= 8 Hour
Dari perhitungan diatas didapatkan bahwa sistem
tersebut dapat digunakan dengan menggunakan baterai
selama maksimal 8 jam. Dengan demikian penulis
menyarankan untuk penggunaan catudaya baterai
sebaiknya memakai catu daya baterai Li-Po.

Gambar 4.7 Pie chart kemudahan dalam penggunaan

4.4. Hasil Respondensi Terhadap Sistem
Uji coba dilakukan terhadap dua macam
responden, yang pertama adalah penyandang tuna netra
yang kedua adalah responden dengan profesi sebagai
guru atau pengajar pada sekolah untuk penyandang tuna
netra. Pengguna dan guru akan ditunjukkan sistem yang
telah dibuat dan untuk kemudian akan diminta
mengenai pendapat dengan mengisi kuesioner yang
sudah dibuat.
Hasil dari penilaian tersebut disajikan dalam bentuk
pie chart sebagai berikut:

Gambar 4.8 Pie chart apakah alat ini membantu.
Dari gambar 4.8, sekitar 75% responden
mengatakan bahwa sistem Alat bantu pembaca SMS
untuk penderita tuna netra ini sudah cukup membantu.
Namun, hasil dari responden tidak dapat mengatakan
mutlak sistem ini benar-benar bagus karena jumlah
responden hanya 20 orang.
V. PENUTUP
55.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian dan analisa, maka
dapat diambil. Beberapa kesimpulan tentang sistem
kerja dari sistem yang telah dibuat, sebagai berikut :
1. Fitur mode teks yang terdapat pada semua jenis
Handphone GSM ternyata sangat membantu dalam
proses konversi data yang diterima oleh
mikrokontroler
jika
dibandingkan
dengan
menggunakan mode PDU.
2. Dari hasil uji penggunaan catu daya berupa baterai
jenis Lithium polimer alat ini mampu bekerja selama
11,5 jam.
3. Sebanyak 75% responden berpendapat bahwa alat
bantu pembaca SMS ini cukup membantu. Sehingga
alat tersebut dapat dipergunakan untuk membantu
membaca SMS pada handphone.

Gambar 4.5 Pie chart tingkat kenyamanan alat bantu
pembaca SMS portebel .
Dari hasil respondensi gambar 4.5 sampai
gambar 4.8 mayoritas mengatakan bahwa sistem pada
alat bantu pembaca SMS portebel ini sudah baik. Dan
dari pertanyaan langsung apakah Alat ini membantu
atau tidak, hasil dari respondensi ditunjukkan pada
gambar 4.8.

5

5.2 Saran dan Penutup
Mengingat masih banyaknya perbaikan yang perlu
dilakukan pada proyek akhir ini, maka penulis
mempertimbangkan beberapa saran yang diperlukan
dalam proses perbaikan-perbaikan pada proyek akhir ini
diantaranya adalah:
1. Penggunaan jenis selenoid sebaiknya memilih jenis
PUSH agar lebih menghemat catu daya.
2. Penggunaan jenis komponen low voltage sangat
mempengaruhi tingkat konsumsi daya.
3. Penggunaan jenis Handphone yang memiliki fitur
mode teks sangat membantu dalam konversi isi data
yang diterima oleh mikrokontroler.
Semoga apa yang telah disampaikan disini dapat
berguna untuk para pembaca sekalian agar dapat terus
berinovasi. Segala saran, kritik dan masukan yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan proyek ini.
IV DAFTAR PUSTAKA
[1] Anto Satriyo Nugroho. “Rehabilitasi Tuna Netra di
Jepang: Survey
Penelitian dan kemungkinan
Aplikasinya di Indonesia”.
[2] Bustam, Khang. “ Trik Pemrograman Aplikasi
Berbasis SMS”. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2002.
[3] Enabling Technologies,“How Braille Began”,
Braille History, 1999.
[4] http://www.atmel.com/datasheet diakses pada 1
Oktober 2010.
[5] http://www.brailler.com/braillehx.htm diakses
pada 1 Oktober 2010.
[6] http://www.kelas-mikrokontrol.com/ diakses pada
03 Oktober 2010.
[7] http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/
2008/08/sholihul-atmega16.pdf diakses pada 03
Oktober 2010.
[8] http://www.sonyericsson.com/cws/products/
mobilephones/ overview/t610?lc=en&cc=us
diakses pada 03 Oktober 2010.
[9]
Koswanto H., Thiang. Ricardo J. 2003. Mesin
Printer
Huruf
Braille
Menggunakan
Mikrokontroller MCS-51. Jurnal Teknik Elektro
Vol.3 No.1.
[10] Pedoman Menulis Braille Menurut Ejaan yang
Disempurnakan, Jakarta:Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1974/1975.
[11]
Sutedjo, Budi & Handoko,Yosia “Database
Pendidikan Berbasis Ponsel”. Jogjakarta: Andi.
2003.
[12] Winoto, Ardi.2008.”Mikrokontroler AVR Atmega
8/16/32/8535
dan Pemogramannya dengan
Bahasa C pada WinAVR”. Bandung:
PT.
Informatika.

6