Perencanaan penanggulangan penyakit Obes. docx

MAKALAH
“Obesitas”

Oleh

Putri Farmithalia Abudi
14 744 023

UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2016

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim,
Assalamualaikum Wr. Wb.
[1]

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas pimpinan
dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam

rangka proses perkuliahan dan untuk memenuhi tugas, kelompok menulis laporan atau
makalah ini.
Dan topik pembahasan dalam makalah ini merupakan topik yang telah ditentukan
untuk Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat kelas B yaitu “Analisis SWOT
Obesitas”.
Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak” demikian dengan karya
tulis ini juga masih memiliki banyak kekurangan baik dari dalam penyajiannya maupun
teknis penyusunannya. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu
disempurnakan, oleh karena itu diharapkan masukan yang konstruktif dari pembaca.
Disertakan pula ucapan terima kasih kepada dosen yang telah mengarahkan dan
membimbing para mahasiswa dalam menyusun makalah ini.
Akhirnya selamat membaca karya tulis ini dan semoga dapat menambah pengetahuan
kita semua.

Tondano,

Mei 2016


Putri F. Abudi

[i]

DAFTAR ISI
[2]

Kata Pengantar

..................................................................

i

Daftar Isi

..................................................................

ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

......................................................................
......................................................................
......................................................................

1
4
4

Bab II Pembahasan
A. Definisi SWOT
B. Faktor SWOT
C. Analisis SWOT Obesitas
D. Penggabungan SWOT Obesitas

.......................................................................
.......................................................................

.......................................................................
.......................................................................

5
5
6
8

Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

........................................................................
........................................................................

9
9

Daftar Pustaka


.........................................................................

10

Lampiran

.........................................................................

11

[ii]

[3]

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah kegemukan diartikan sebagai keadaan dimana jaringan lemak tubuh
berlebihan pada jaringan bawah kulit. Obesitas atau kegemukan bisa juga diartikan

sebagai keadaan tubuh akibat ketidak seimbangan jumlah makanan yang masuk di
banding dengan pengeluaran energi oleh tubuh (Faisal, 2010).
Secara klinis seseorang dinyatakan mengalami obesitas bila terdapat kelebihan
berat sebesar 15% atau lebih berat dari berat badan idealnya. Dengan pengukuran
yang lebih ilmiah, penentuan obesitas didasarkan pada proporsi lemak terhadap berat
badan total seseorang. Pada pria muda normal, rata-rata lemak tubuhnya adalah 12%
sedangkan pada wanita muda 26%. Pria yang memiliki lemak tubuh lebih dari 20%
dari berat tubuh totalnya dinyatakan obesitas. Sementara itu wanita baru dinyatakan
obesitas bila lemak tubuhnya melebihi 30% dari berat totalnya (Misnadiarly, 2007).
Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan
overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.
Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh
yang berlebih, sehingga BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan
kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana BB
seseorang melebihi BB normal.
1. Tipe-Tipe Obesitas
Menurut Hirsch dan Knittle (1970) dalam Agoes, Dina (2003) berdasarkan
kondisi selnya obesitas dapat digolongkan dalam beberapa tipe, yaitu :
a. Tipe Hiperplastik
Obesitas yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak

dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan
ukuran sel normal. Tipe ini biasa terjadi pada anak-anak. Upaya
menurunkan berat badan ke kondisi normal diusia anak-anak akan
lebih sulit.
b. Tipe Hipertropik
Obesitas tipe ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar
dibandingkan ukuran sel normal, tetapi jumlah sel normal. Obesitas
tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat
badan akan lebih mudah dibandingkan tipe hiperplasti.
c. Tipe Hiperplastik dan Tipe Hipertropik
Obesitas tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal.
Obesitas tipe ini dimulai pada anak-anak dan langsung terus setelah
dewasa. Upaya menurunkan berat badan paling sulit dan paling
beresiko terhadap terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit
degenerative (Agoes, 2003)
[4]

2. Jenis Obesitas
Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.
Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul, bokong dan paha,

sehingga memberikan gambaran seperti buah pear sedangkan pada pria
biasanya menimbun lemak di sekitar perut sehingga memberikan
gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu
yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pear dan
pada beberapa wanita tampak seperti buah apel.
a. Jenis buah apel (android)
Kegemukan jenis ini ditandai dengan penumpukan lemak yang
berlebihan dibagian tubuh atas sekitar dada, perut, pundak, leher,
dan muka. Umumnya jenis ini terdapat pada pria. Lemak yang
menumpuk pada jenis android lebih banyak terdiri dari lemak
jenuh yang mengandung sel lemak yang besar dan lebih
berpotensial menimbulkan berbagai macam penyakit.
b. Jenis buah pear (gynoid)
Pada jenis ini, lemak yang menumpuk atau tertimbun di bagian
tubuh sebelah bawah sekitar pinggul, bokong dan paha. Umumnya
ditemukan pada wanita.
c. Jenis kotak buah (Ovid)
Ciri dan tipe ini adalah besar diseluruh bagian badan. Jenis kotak
buah pada umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara
genetik.

3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya Obesitas
a. Genetik
Seringkali kita menjumpai anak-anak yang gemuk dari keluarga yang
salah satu atau kedua orang tuanya gemuk juga. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah
unsur sel lemak dalam tubuh. Pada saat ibu hamil maka unsur sel
lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara
otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan,
dengan demikian tidak heran apabila bayi yang dilahirkan pun
memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.
b. Kerusakan pada salah satu bagian otak
Perilaku makan seseorang dikendalikan oleh sistem pengontrol yang
terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus
merupakan sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung
berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah
otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari
daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur
kimiawi dari darah. Dua bagian dari hipotalamus yang mempengaruhi
penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan
nafsu makan (awal atau pusat makan), hipotalamus ventromedial

[5]

(HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau
pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL
rusak/hancur maka individu menolakuntuk makan atau minum, dan
akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infuse).
Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang
akan menjadi rakus dan kegemukan.
c. Pola makan berlebihan
Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang
kegemukan. Orang yang kegemukan biasanya lebih responsif
dibanding dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap
isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya
waktu makan. Mereka cenderung makan bila ia merasa ingin makan,
bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan yang berlebihan inilah
yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila
tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi
berat badan.
d. Kurang gerak atau olah raga
Berat badan berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energy tubuh.

Peneluaran energi ditentukan oleh dua faktor yaitu :
1. Tingkat aktivitas dan olah ragasecara umum
2. Angka metabolisme basal atau tingkat energy yang dibutuhkan
untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor
tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga
dari pengeluaran energy orang normal. Walaupun aktivitas fisik
hanya mempengaruhi sepertiga dari pengeluaran energy seseorang
dengan berat normal, tetapi pada orang yang kegemukan aktivitas
fisik memiliki peran yang sangat penting. Ketika berolah raga
kolori terbakar, makin sering berolah raga maka makin banyak
kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi
sistem metabolisme basal. Orang yang bekerja dengan duduk
seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya.
Jadi olah raga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak
saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat
membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal.
e. Pengaruh Emosional
Beberapa kasus obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak
teratasi. Orang-orang yang tidak memiliki permasalahan menjadikan
makanan sebagai pelarian untuk melampiaskan masalah yang
dihadapinya. Makanan juga sering dijadikan sebagai subtitusi untuk
pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya,
dengan menjadikan makanan sebagai pelampiasan penyelesaian
masalah maka apabila tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup
akan menyebabkan terjadinya kegemukan.
f. Lingkungan atau Sosial Budaya
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk
menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang
[6]

menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka
orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama
pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang
yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis
sehubungan dengan kegemukan.
g. Pengaruh obat-obatan
Seseorang yang dalam keadaan sakit maka bermacam-macam obat
dapat diberikan dengan maksut untuk menyembuhkan, beberapa obat
dapat merangsang cepat lapar sehingga pasien akan meningkatkan
nafsu makannya. Penggunaan obat akan menyebabkan peningkatan
berat badan. (Rimbawan, 2004)
h. Sosial Ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan,
serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi. Perubahan ini lebih menjurus pada
hal yang negatif, seperti pola hidup sedentary atau kurang gerak yang
berkaitan dengan penurunan aktifitas fisik.
i. Obesitas umumnya dijumpai pada wanita, walaupun sebenarnya
obesitas dapat terjadi pada pria. Selain karena metabolisme tubuh pada
wanita berjalan lebih lambat obesitas pada wanita dewasa umumnya
dipengaruhi setelah masa kehamilan dan pada saat menopause.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi SWOT ?
2. Faktor-Faktor SWOT ?
3. Analisis SWOT Obesitas ?
4. Kolaborasi atau gabungan dari SWOT Obesitas ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui strategi perencanaan penanggulangan masalah kesehatan Obesitas
dengan menggunakan metode Analisis SWOT.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah cara menganalisa suatu permasalahan dari
empat sudut berbeda yang terbagi dari dua aspek, yaitu aspek Internal dan Eksternal.
[7]

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi Strengths (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang),
dan Threats (Ancaman) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat
faktor itulah yang membentuk akronim SWOT. Dimana aplikasinya adalah bagaimana
kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengadapi ancaman (thrests) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weakness) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru. Metode ini awalnya digunakan oleh Albert
Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa
1960-an dan 1970-an untuk mengevakuasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman dalam suatu proyekatau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi
faktor internal dan eksternal yang mendukung dan tidak yang tidak dalam mencapai
tujuan tersebut.
B. Faktor-Faktor SWOT
Sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu
dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua
kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan). Empat kotak
lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan
antara faktor-faktor Internal dan Eksternal
EKSTERNAL
OPPORTUNITY

TREATHS

STRENGTH

Comparative Advantage

Mobilization

WEAKNESS

Divestment/Investment

Damage Control

INTERNAL

Keterangan :
1. Sel A (Comparative Advantage)
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga
memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih
cepat.
2. Sel B (Mobilization)
[8]

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Disini harus dilakukan
upaya mobilisasu sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.
3. Sel C (Divestment/Investment)
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang
tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan
yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil
adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau
memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
4. Sel D (Damage Control)
Sel ini merupakan kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan
pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya
keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi
yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
C. Analisis SWOT Obesitas
1. Strengths (Kekuatan)
a. Memotifasi diri agar dapat menerima kondisi tubuh sangatlah penting bagi
penderita Obesitas
b. Padu-padan cara berpakaian adalah hal yang sangat perlu diperhatikan oleh
penderita Obesitas, agar mereka bisa disamakan dengan manusia yang bertubuh
normal
c. Kepercayaan diri yang tinggi sangatlah penting bagi penderita Obesitas, agar
mereka bisa disamakan dengan manusia yang bertubuh normal
2. Weakness (Kelemahan)
a. Kurangnya penyuluhan secara psikologis untuk penderita Obesitas
b. Kebanyakan penderita Obesitas memiliki penilaian yang negatif terhadap diri
mereka sendiri sehingga mereka memiliki kepercayaan diri yang minim
c. Banyak penderita Obesitas yang sudah putus asa dan memilih untuk mengisolasi
diri mereka dari masyarakat sekitarnya
d. Penderita Obesitas yang sudah putus asa akan menjalankan apapun untuk
menghilangkan status obesitasnya sekalipun dengan cara yang membahayakan
dirinya sendiri
3. Opportunities (Peluang)
a. Penderita Obesitas dapat memandang diri mereka dari sisi yang positif
b. Kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh orang yang bertubuh normal juga
dapat dilakukan oleh penderita Obesitas
c. Penderita Obesitas dapat menerima kondisi tubuh mereka
[9]

d. Dengan cara berpakaian yang baik, penderita Obesitas akan lebih diterima dalam
lingkungan mereka
e. Mencari informasi di internet tentang cara menurunkan berat badan yang baik
4. Threat (Ancaman)
a. Kurangnya penyuluhan untuk psikologis penderita Obesitas akan menyebabkan
percaya diri yang minim sehingga penderita Obesitas mengisolasi diri mereka dari
masyarakat umum
b. Penderita obesitas tidak tahu bagaimana mereka berprilaku agar bisa diterima di
masyarakat umum
c. Cara berpakaian penderita Obesitas tidak sesuai dengan kondisi tubuh mereka
yang sangat sensitif untuk jadi bahan perbincangan di masyarakat umum

D. Kolaborasi atau Penggabungan Analisis SWOT Obesitas
EKSTERNAL
OPPORTUNITY

TREATHS

Memotifasi dan
memandang diri dari sisi
yang positif seperti
menerima kondisi tubuh
adalah hal yang sangat
baik dilakukan oleh
penderita Obesitas. Bukan
hanya itu, berpakaian yang

Walaupun kurangnya penyuluhan
dari petugas kesehatan, penderita
tetap harus menanamkan
kepercayaan diri yang tinggi
bahwa penderita juga dapat
hidup seperti yang biasa
dilakukan orang yang bertubuh
normal. Agar supaya penderita

INTERNAL
STRENGTH

[10]

WEAKNESS

baik dan juga melakukan
kegiatan yang biasa
dilakukan oleh orang yang
bertubuh normal juga
dapat dilakukan oleh si
penderita.

Obesitas tidak melakukan hal-hal
yang membahayakan dirinya
sendiri.

Mencari informasi di
internet tentang cara
menurunkan berat badan
yang baik. Hal ini supaya
penderita dapat
mendapatkan informasi
walaupun penyuluhan
secara psikologis dari
petugas kesehatan masih
kurang. Penderita Obesitas
tetap harus menerima
kondisi tubuh mereka, dan
juga berfikir yang positif
kepada diri mereka sendiri
bahwa mereka juga dapat
hidup seperti orang yang
bertubuh normal.

Kurangnya penyuluhan secara
psikologis dari petugas
kesehatan menyebabkan
ketidaktahuan bagi penderita
Obesitas tentang bagaimana cara
menurunkan berat badan mereka
tanpa menyebabkan gangguan
kesehatan yang membahayakan
bagi si penderita. Karena
kurangnya informasi, penderita
tidak tahu bagaimana mereka
berprilaku agar bisa diterima di
masyarakat umum sehingga
banyak dari penderita Obesitas
yang putus asa dan memilih
untuk mengisolasi diri mereka
dari masyarakat sekitar. Dan
bagi penderita yang sudah putus
asa, mereka akan menjalankan
apapun untuk menghilangkan
obesitasnya, sekalipun dengan
cara yang membahayakan
dirinya sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan penanggulangan penyakit Obesitas yang dilakukan dengan
menggunakan metode analisis SWOT sangat berguna. Karena dengan mengkolaborasi
atau menggabungkan dua faktor, contohnya SW (Strengths dan Weakness) kita dapat
memperoleh hasil bahwa “Memotifasi dan memandang diri dari sisi yang positif
seperti menerima kondisi tubuh adalah hal yang sangat baik dilakukan oleh penderita
Obesitas. Bukan hanya itu, berpakaian yang baik dan juga melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan oleh orang yang bertubuh normal juga dapat dilakukan oleh si
penderita.” Dan itu merupakan suatu kekuatan yang harus dipertahankan.
B. Saran
[11]

Peran dari petugas kesehatan tentu sangat diperlukan, terlebih khusus bagi
Kesehatan Masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara
menangani masalah kesehatan ini, agar masalah ini bisa cepat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hermantatarigan. 2013. “Obesitas”. Blogspot
http://hermantatarigan.blogspot.in/2013_03_01_archive.html
Cijaty, Putra. 2012. “Makalah Analisis SWOT”. Blogspot
http://putracijaty.blogspot.com/2012/03/makalah-analisis.swot.html
(diakses tanggal 21 Mei 2016)
Yang terkait :
https://gemmailhampurnama.wordpress.com
[12]

http://bocahpetualang99.blogspot.com/2011/10/06/analisis-swot-padamcdonals_26.html

LAMPIRAN

[13]