Keunggulan Kompetitif via Logistik (3)

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Keunggulan Kompetitif via Logistik

EKOJI999 Nomor

392, 5 Oktober 2013

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.

Salah satu dari perubahan pemikiran yang besar di bidang bisnis dalam
dekade terakhir ini adalah penekanan pada mencarian strategi yang tepat
yang akan menghasilkan nilai superior di pandangan konsumen. Untuk itu
penghargaan yang tinggi harus diberikan pada Michael Porter, seorang
profesor dari Harvard Business School, yang melalui riset dan tulisannya
telah memperingatkan para manajer dan strategist pada pentingnya
relativitas kompetitif (competitive relativities) dalam mencapai sukses di

pasar. Salah satu konsepnya secara khusus telah mendapatkan perhatian
yang besar dan di kalangan yang luas yaitu mengenai ‘the value chain’
yang dijelaskan sebagai berikut :

“Competitive advantage cannot be understood by looking at a firm as a whole. It
stems from the many discrete activities a firm performs in designing, producing,
marketing, delivering and supporting its product. Each of these activities can
contribute to a firm’s relative cost position and create a basis fordifferentiation…
The value chain disagregates a firm into its strategically relevant activities in
order to understand the behaviour of costs and the existing and potential sources
of differentiation. A firm gain competitive advantage by performing these
strategically
important
activities more cheaply or bettter than its
competitors” (M.Porter)

Aktivitas value chain dapat dikategorisasikan menjadi dua
tipe, primary activities (inbound logistics, operations,
outbound logistics, marketing and sales and services) dan
support activies (infrastructure, human resource

management, technology development and procurement).
Aktivitas ini dilukiskan seperti dalam terkait. Perlu
dicermati bahwa disini jelas-jelas logistics activities masuk
dalam primary activities dan bukan support activities
seperti yang masih diyakini oleh beberapa manajer
sedangkan procurement masuk dalam supporting activities.
Support activities adalah fungsi-fungsi terintegratif yang
berlangsung di setiap primary activities di dalam
perusahaan. Competitive advantage dihasilkan dari cara
suatu perusahaan mengorganisir dan melaksanakan fungsi
yang tersembunyi ini dalam perusahaannya. Untuk mendapatkan competitive advantage yang lebih unggul
dari kompetitornya suatu perusahaan harus menghasilkan nilai tertentu kepada para konsumennya dengan
cara menghasilkan kinerja yang lebih efisien dan lebih unik dibandingkan dengan kompetitornya. Dalam hal
ini logistics management dapat membantu banyak baik dalam menciptakan value advantage maupun dalam
cost atau productivity advantage. Beberapa contoh yang dapat disumbangkan oleh logistik adalah sebagai
berikut:

HALAMAN 1 DARI 5




(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Dalam value advantage
 Tailored services
 Reliability
 Responsiveness
 After sales service
 dsb
Dalam productivity advantage
 Capacity utilization
 Asset turn over
 Partnership
 Co-makership
 Schedule integration
 dsb

Dalam gambar di atas terlihat bahwa
fungsi logistik dapat membantu
banyak untuk meningkatkan baik
value advantage maupun productivity
advantage. Contoh yang diberikan
memang hanya beberapa saja. Yang
sangat penting harus diperhatikan
adalah bahwa layanan akan sangat
menentukan dalam membedakan
antara perusahaan yang satu dan
perusahaan yang lain. Dan jenis
layanan ini (value advantage) hampir
tidak terbatas jenisnya, dari yang
memakan biaya sampai yang mungkin
sama sekali tidak membutuhkan biaya
atau hanya membutuhkan biaya yang
relatif sangat kedil.

Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa
perusahaan yang berhasil menjadi market

leader adalah perusahaan yang mengusahakan
dan berhasil mencapai dua puncak
kesempurnaan yaitu menjadi kedudukan cost
leadership dan service leadership. Di atas
dijelaskan secara singkat mengenai value chain.
Karena konsep ini penting, maka ada baiknya
dibawah ini disinggung lagi secara lebih lanjut.
Analisis value chain sangat berguna untuk
mengidentifikasikan kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) perusahaan. Analisis value
chain ini mengasumsikan bahwa tujuan ekonomis
dasar dari setiap perusahaan ialah menciptakan
nilai (value) yang diukur dengan pendapatan total
perusahaan. Dalam analisis value chain, manajer
membagi aktivitas perusahaan dalam aktivitas yang menciptakan nilai tambah. Dengan menganalisis
kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap aktivitas ini, para manajer akan mampu mengetahui secara lebih
HALAMAN 2 DARI 5




(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

mendalam kemampuan perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian, analisis value chain adalah
alat yang cukup baik untuk analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat).
‘Jadi yang disebut analisis value chain ialah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan dengan asumsi bahwa
tujuan ekonomis dasar dari setiap perusahaan
ialah
menciptakan
nilai.
Analisis ini dilakukan dengan membagi kegiatan perusahaan dalam kegiatankegiatan yang mencipatkan nilai tambah dan setiap kegiatan tersebut dianalisis
kekuatan maupun kelemahannya’
Dalam hubungan dengan supply chain, analisis kelemahan dan kekuatan perusahaan ini dilakukan
dalam rangka mencoba meningkatkan efisiensi di dalam perusahaan sendiri (tahap awal dari supply
chain management). Aktivitas nilai (value activities) perusahaan, seperti telah disinggung di atas
dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu primary activities dan support activities.

Primary activities
Aktivitas ini adalah aktivitas yang menyumbang dalam hal penciptaan fisik barang hasil produksi,
penjualan dan pendistribusiannya kepada pembeli, dan juga layanan purna jual
Support activities
Sedangkan aktivitas ini adalah aktivitas yang membantu primary activities dan membantu satu
sama lain
Primary activities
Lima kategori yang masuk dalam aktivitas ini ialah logistik masuk (inbound logistics), operasi
(operations), logistik keluar (outbound logistics), marketing dan penjualan (marketing and sales)
dan layanan pelanggan (customer service). Dalam melakukan analisis value chain, ke lima aktivitas
ini dapat ditelusuri lebih lanjut misalnya sebagai berikut ini.
Inbound Logistics
5 Apakah sistem pengendalian material dan persediaan sudah baik ?
5 Apakah aktivitas pergudangan untuk bahan baku sudah efisien ?
Operations
5 Produktivitas penggunaan perlengkapan dibandingkan dengan para kompetitor
5 Kecocokan otomatisasi untuk proses produksi
5 Efektivitas sistem pengendalian produksi untuk meningkatkan mutu dan biaya
5 Efisiensi dan tata-letak pabrik dan desain arus barang
Outbound Logistics

5 Efisiensi arus barang jadi ke pelanggan
5 Efisiensi kegiatan pergudangan barang jadi
Marketing and Sales
5 Efektivitas riset pasar mengenai kebutuhan dan segmentasi pelanggan
5 Inovasi dalam promosi dan advertensi
5 Evaluasi alternatif saluran distribusi
5 Motivasi dan kompetensi tenaga penjual
HALAMAN 3 DARI 5



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

5 Pengembangan kesan (image) mutu barang
5 Pengembangan kesetiaan merk (brand loyalty) dari para pelanggan


Customer Service
5 Cara-cara untuk menampung masukan pelanggan untuk perbaikan mutu barang
5 Kemampuan memberikan tanggapan atas keluhan pelanggan
5 Kebijakan pemberian jaminan (warranty dan guarantee)
5 Kemampuan untuk memberikan layanan penggantian suku cadang dan reparasi
Support activities
5 Ada 4 aktivitas yang termasuk disini ialah manajemen sumber daya manusia (human resource
management), pengembangan teknologi (technology development), pengadaan atau pembelian
(procurement) dan infrastruktur perusahaan (firm infrastructure), yang secara lebih terinci
misalnya dapat dikembangkan sebagai berikut ini.
Human Resource Development
5 Efektivitas dari prosedur rekruting, pelatihan, pengembangan karier untuk semua karyawan
5 Kelayakan sistem remunerasi, penghargaan dan sanksi untuk memberikan motivasi dan
merangsang karyawan
5 Pemiliharaan lingkungan kerja yang meminimalkan absensi dan perputaran (turnover) para
karyawan
5 Hubungan dengan serikat buruh
5 Keaktifan para manajer dan teknisi dalam partisipasinya dalam organisasi profesi
5 Tingkat kepuasan kerja dan motivasi para karyawan
Technology Development

5 Keberhasilan aktivitas riset dan pengembangan dalam inovasi produk dan prosses
5 Kualitas hubungan kerja antara karyawan di bagian R & D (research and development) dan
bagian lain
5 Ketepatan waktu dalam aktivitas riset dan pengembangan yang dijanjikan
5 Mutu laboratorium dan fasilitas lainnya
5 Kualifikasi dan pengalaman para teknisi dan scientist laboratorium
5 Kemampuan lingkungan kerja untuk mendorong inovasi dan kreativitas
Procurement
5 Pengembangan alternatif sumber pengadaan untuk mengurangi ketergantungan
5 Efektivitas dan efesiensi pengadaan bahan baku, bahan penolong, bahan keperluan operasi dan
sebagainya dalam arti mutu, waktu dan harga
5 Efektivitas dan efisiensi prosedur pengadaan barang
5 Pengembangan kriteria pilihan antara membeli, menyewa atau sewa guna (leasing)
5 Hubungan dengan para pemasok kunci
Firm Infrastructure
5 Kemampuan untuk mengenal kesempatan baru dalam pasar atau potensi ancaman lingkungan
5 Mutu dari sistem perencanaan strategis untuk mencapai tujuan perusahaan
5 Koordinasi dan integrasi semua kegiatan yang berhubungan dengan value chain
5 Tingkat dukungan sistem informasi untuk melaksanakan keputusan rutin dan strategis
HALAMAN 4 DARI 5




(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

5 Keakuratan dan ketepatan waktu informasi untuk manajemen dalam keadaan biasa dan

lingkungan yang kompetitif
5 Hubungan dengan pengambil keputusan publik dan kelompok yang terkait
5 Kesan publik terhadap perusahaan

Sebagai catatan, setiap aktivitas tersebut dinilai apakah jelek (poor), biasa atau rata-rata (average)
atau baik (excellent)
--- akhir dokumen ---

HALAMAN 5 DARI 5



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013