Pengaruh Kekuatan Pemasok dan Pengembangan Produk Terhadap Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada Usaha Cinderamata Alat Musik Tradisional Di Kota Bandung)

(1)

Tempat, Tanggal Lahir : Bontang, 10 Juni 1994

Alamat : Jl. Cisitu Lama No. 45b Bandung Nomor Telepon : 081224509430

Agama : Kristen

E-Mail : rendyjunner@gmail.com

Pendidikan Formal

1998 – 2000 : TK VIDATRA Bontang 2000 – 2006 : SD VIDATRA Bontang 2006 – 2009 : SMP VIDATRA Bontang 2009 – 2012 : SMA VIDATRA Bontang 2012 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia

Pendidikan Non Formal

1. Character Building oleh Fakultas Ekonomi UNIKOM dan SECAPA TNI/Angkatan Darat, Bandung 2013


(2)

BANDUNG)

EFFECT OF SUPPLIERS POWER AND PRODUCT DEVELOPMENT OF COMPETITIVE ADVANTAGE

(Case on Traditional Music Instrument Souvenirs Business in Bandung)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Program Studi Manajemen

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Rendy Rinaldo Junner Latumeten NIM : 21212219

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan Karunia-Nya sehimgga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi dengan judul : “Pengaruh Kekuatan Pemasok dan Pengembangan Produk terhadap Keunggulan Bersaing (Studi kasus pada usaha Cinderamata alat musik tradisional di Kota Bandung)”

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi program perkuliahan Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari halangan dan rintangan, ini dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis. Tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya Skripsi ini, antara lain kepada :

1. Dr. Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku rektor Unikom (Universitas Komputer Indonesia)

2. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Manajemen, Manjemen Pemasaran serta Keuangan dan Perbankan.


(4)

vi

4. Rizki Zulfikar SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyusunan Skripsi Usulan Penelitian ini, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Dosen – dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis.

6. Kepada keluarga terutama Mama yang selalu memberi support dan ketenangan bagi penulis

7. Teman-teman Manajemen Angkatan 2012 khususnya kelas Manajemen 1, terima kasih atas kebersamaannya.

8. Kepada Delfia Anne Abigail Mairil yang tidak pernah berhenti memberi semangat.

9. Pemilik usaha Cinderamata alat musik tradisional yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan rujukan yang baik dalam penyusunan Skripsi usulan penelitian.

Penulis memohon kepada Tuhan YME agar memberikan Karunia dan membalas budi baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaiakan Skripsi usulan penelitian ini.

Bandung, 7 September 2016


(5)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... ii

ABSTRACT... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Penelitian……… 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah……… 9

1.3 Tujuan Penelitian………. 10

1.4 Manfaat Penelitian……… 10

1.5 Lokasi Waktu dan Penelitian……… 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS……… 13

2.1 Kajian Pustaka……… 13

2.1.1 Konsep Kekuatan Pemasok……… 13

2.1.1.1 Pengertian Pemasok……… 13

2.1.1.2 Dimensi Kekuatan Pemasok……… 17

2.1.2 Konsep Pengembangan Produk……… 19

2.1.2.1 Pengertian Pengembangan Produk……… 19


(6)

viii

2.1.3 Konsep Keunggulan Bersaing………..25

2.1.3.1 Pengertian Keunggulan Bersaing……….. 25

2.1.3.2 Pencapaian Keunggulan Bersaing……… 26

2.1.3.3 Dimensi Keunggulan Bersaing……… 27

2.1.4 Penelitian Terdahulu……… 28

2.2 Kerangka Pemikiran……… 31

2.2.1 Hubungan Kekuatan Pemasok dengan Keunggulan Bersaing 31 2.2.2 Hubungan Pengembangan Produk dengan Keunggulan Bersaing 32 2.3 Hipotesis………. 33

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 34 3.1 Objek Penelitian………. 34

3.2 Metode Penelitian……… 35

3.2.1 Desain Penelitian………. 37

3.2.2 Operasional Variabel……… 41

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data……… 45

3.2.3.1 Sumber Data……… 45

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data……… 46

3.2.3.2.1 Populasi……… 46

3.2.3.2.2 Sample……… 47

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data……… 48

3.2.4.1 Jenis Data……… 48

3.2.4.2 Metode Pengumpulan Data……… 48

3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis……… 50

3.2.5.1 Uji MSI……… 51


(7)

ix

3.2.5.3 Uji Realibilitas……… 55

3.2.6 Rancangan Analisis dan Perancangan Hipotesis……… 58

3.2.6.1 Rancangan Analisis……… 58

3.2.6.1.1 Analisis Data Deskriftif……… 58

3.2.6.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif) ……… 60

3.2.6.2 Pengujian Hipotesis……… 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 67

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 67

4.1.2. Profil Perusahaan ... 69

4.1.2.1. Struktur Organisasi ... 65

4.2. Karakteristik Responden ... 70

4.2.1. Karakteristik Responden Menurut Usia... 70

4.2.2. Karakteristik Responden Menurut Lama Usaha ... 72

4.2.2. Karakteristik Responden MenurutPendidikan ... 73

4.3. Analisis Deskriptif ... 74

4.3.1. Analisis Deskriptif Kekuatan Pemasok sebagai Variabel X1………...74

4.3.2. Analisis Deskriptif Pengembangan Produk sebagai Variabel X2 ... 80

4.3.3. Analisis Deskriptif Keunggulan Bersaing sebagai Variabel Y ... 85

4.4. Analisis Verifikatif ... 89

4.4.1. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 89

4.4.3. Analisis Korelasi ... 92

4.4.2.1. Korelasi Secara Parsial antara Kekuatan Pemasok dengan Keunggulan Bersaing ... 92

4.4.2.2. Korelasi Secara Parsial antara Pengembangan Produk dengan Keunggulan Bersaing ... 94


(8)

x

4.4.2.3. Analisis Koefisien Determinasi ... 95

4.5. Pengujian Hipotesis ... 97

4.5.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji T) ... 97

4.5.1.1. Pengujian Hipotesis Parsial Kekuatan Pemasok Terhadap Keunggulan Bersaing ... 97

4.5.1.2. Pengujian Hipotesis Parsial Pengembangan Produk Terhadap Keunggulan Bersaing ... 99

4.5.2. Pengujian Secara Simultan (Uji-F) ……….……101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

5.1. Kesimpulan ... 104

5.1. Saran ... 105


(9)

(10)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Rahayu.2008.Strategi Pemasaran Model Untuk Keunggulan. Bandung: Rizqi Press

A Hitt, Michael, 1997, Management Strategis, Jakarta: Erlangga.

Buchari Alma. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Droge, C. dan Vickery.S., 1994. Source And Outcomes Of Competitive Advantage : An Explanatory Study In The Furniture Industri. Journal of Decision Sciences, Hal. 669 - 689.

Endang Sulistya Rini.2013. Peran Pengembangan Produk dalam Meningkatkan Penjualan. Jurnal Ekonom, Vol 16, No.1

Fred R. David, 2009, Manajemen Strategis. Salemba Empat Jakarta.

Hisrich, Peters. 1998. Entrepreneurship, Edisi keempat. New York, USA: Mc Graw Hill inc.

Hoque Zahirul and Chia Maybelle. 2012. Competitive Force and Thee Lever of Control Framework in a Manufacture.Vol 9

Kuntjoroadi, W. (2009). Analisis Strategi Bersaing dalam Persaingan usaha Penerbangan Komersial. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 23(1), hlm. 45-52.

Kotler, Philip & Gary Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid II. Jakarta : Erlangga

Low Swee Foon and Praveen Balakrishnan Nair. 2010.Revisiting the Concept of Sustainable Competitive Advantage: Perceptions of Managers in Malaysian MNCs. International Journal of Business and Accountancy, Vol. 1, No. 1, Hal 63-78

M. Suyanto.2007. Marketing Strategi Top Brand Indonesia, Yogyakarta:CV. Andi Offset.

M. W, Peng. 2012. The Global Strategy Of Emerging Multinational From China. Global Strategy Journal, 16(2), hlm. 97–107.

Muhardi. 2008. Strategi Operasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Porter, Michael. 1998. Strategi Bersaing. Jakarta : Erlangga


(11)

xvi

Solihin, Ismail. 2012.Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga

Solovida, Grace Tianna. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyiapan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Pada Perusahaan Kecil dan Menengah Di Jawa Tengah. Vol. 6 No. 1 –Juni 2010

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Staw, B.M. (1991). Psychological Foundation of Organization Bhavior. Illinois: Scott, Foreseman and Company

Trisna,Dkk. (2013). Strategi Pengembangan Produk Susu Kedelai Dengan Penentuan Karakteristik produk. Jurnal Teknik Industri. 11(1), hlm. 46-58. Umi Narimawati. , Sri Dewi Anggadini & Linna Ismawati (2011). Penulisan

Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis. Internet :

http://wartakota.tribunnews.com/2015/04/08/pelaku-industri-ukm-tidak-takut-persaingan-mea-2015, diakses 08.10, 21 maret 2016


(12)

13 2.1.1 Konsep Kekuatan Pemasok 2.1.1.1 Pengertian Pemasok

Kotler & Armstrong (2012;32), Pemasok adalah salah satu elemen utama dalam sistem pemasaran modern. Pemasok membentuk hubungan penting dalam keseluruhan sistem penhantar nilai perusahaan. Keberadaan pemasok merupakan salah satu kunci bagi keberlangsungan sebuah usaha apabila ingin meningkatkan nilai usaha tersebut menurut kotler.

Sedangkan Porter (1985) mengembangkan lima kekuatan dalam analisis struktur industri, yaitu: intensitas persaingan dalam industri, tantangan pendatang baru, tekanan produk substitusi, daya tawar pembeli dan daya tawar pemasok. Menurut Porter adanya pemasok juga menjadi kekuatan bagi sebuah usahan tertentu.

Pemasok merupakan bagian dari lingkungan mikro eksternal pemasaran. Sebuah usaha dalam melakukan kegiatan produksi sangatlah membutuh kan peran penyedia sumber daya, baik sumber daya yang merupakan bahan mentah atau sumber daya bahan setengah jadi.

Namun dengan memiliki hubungan yang baik dengan pemasok, dapat menentukan keberlangsungan usaha perushaan tersebut. Pemasok pun memiliki kekuatan didalam mempengaruhi aspek aspekseperti distribusi dan persediaan bahan bakusuatu usaha. Adapun pendapat para ahli tentang pemasok dan pengaruhnya :


(13)

Mike W. Peng (2009;41) Supplier are organization that provide input, such as material, service, and manpower to firm in the focal industries. The bargaining power of supplier refers to their ability to raise price and reduce the quality of good and service.

Fred R David (2010;15) Kekuatan daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan disuatu industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya tersedia sedikit badan mentah pengganti yang tersedia yang bagus. Atau ketika biaya peralihan kebahan mentah lain sangat tinggi.

Zahirul Hoque & Maybelle Chia (Vol. 9 No. 2, 2012) Pemasok dapat mengerahkan daya tawar atas peserta dalam suatu organisasi dengan mengancam untuk menaikan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat menekan profitabilitas dari suatu organisasi yang tidak dapat memulihkan buiaya kenaikan harga sendiri.

Ismail Solihin (2012;42) Pemasok merupakan organisasi yang menyediakan input bagi perusahaan seperti bahan baku, jasa, dan tenaga kerja. Daya tawar pemasok, menunjukan kemampuan yang dimiliki pemasok untuk menaikan harga input atau menaikan harga produksi perusahaan dengan menyediakan input yang kurang berkualitas

Pemasok membentuk hubungan penting dalam keseluruhan system penghantar nilai perusahaan. Pemasok menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasanya. Masalah pemasok sangat mempengaruhi pemasaran karena apabila pemasok masalah akan mengurangi penjualan perusahaan dan mengurangi nilai kepuasan pelanggan.


(14)

(Sumber: wikipedia.org/wiki/Lingkungan_Pemasaran, diakses 21.08, 30 maret 2016)

2.1.1.2 Faktor Kekuatan Pemasok

Kekuatan pada kelompok – kelompok pemasok sangat bergantung pada situsai pasar dan peran dari penjualan dalam industri tersebut. Menurut M Suyanto (2007;73), kekuatan pemasok dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Diferensiasi masukan

2. Biaya beralih pemasok dari pemasok dan perusahaan tersebut 3. Adanya masukan subtitusi

4. Konsentrasi pemasok

5. Pentingnya volume penjualan

6. Biaya relatif terhadap pembelian total dalamm industri

7. Dampak masukan terhadap biaya atau diferensiasi dan ancaman integrasi kedepan terhadap integrasi kebelakang.

Perlunya menjalin kemitraan dengan pemasok adalah untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang loyal, saling percaya, dan dapat diandalkan sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak, dan meningkatkan penyempurnaan kualitas, produktivitas dan secara berkesinambungan.

Dalam menjalin kemitraan dengan pemasok, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu:


(15)

1. Personil pemasok harus berinteraksi dengan orang yang benar –benar menggunakan produknya sehingga perbaikan yang diperlukan dapat diidentifikasi dan dilakukan.

2. The price-only approach dalam negosiasi antara pembeli dan pemasok harus dihilangkan. Kualitas, keistimewaan produk, dan penyampiannya ha rus juga menjadi bagian dalam negosiasi.

3. Kualitas produk yang dihasilkan pemasok harus terjamin, demikian pula kualitas prosesnya, sehingga pembeli tidak perlu lagi

menginspeksi produk pemasok.

4. Pemasok harus benar-benar memahami dan dapat mempraktekkan just-in-time (JIT), sehingga pembeli tidak perlu memiliki persediaan. 5. Kedua belah pihak harus mampu saling bertukar informasi

2.1.1.3 Dimensi Kekuataan Pemasok

Dimensi yang ada pada lingkungan mikro pemasaran yang salah satunya adalah pemasok diungkapan oleh Urban and Star;Holley dan Sounders;Walker, boyd, dan Larreche(1999;103) dalam Agus Rahayu (2008;70), diungkapkan sejumlah dimensi kekuatan pemasok dalam lingkungan mikro eksternal pemasaran sebagai berikut :

1) Jumlah pemasok bahan baku.

Jumlah pemasok merupakan salah satu yang menjadi ukuran perusahaan apakah memiliki pemasok yang kuat. Indikator :


(16)

2) Kemampuan pemasok dalam mengendalikan bahan baku

Menjadi tugas utama pemasok dalam mengendalikan bahan baku yang dipasoknya untuk perusahaan. Indikator :

- Kemampuan mengendalikan jumlah bahan baku

- Kemampuan mengendalikan harga bahan baku yang dipasok. 3) Hubungan pemasok dengan perusahaan.

Terdapat hubungan saling ketergantungan antara pemasok dan perusahaan. Indikator :

- Hubungan dengan pemasok.

4) Tingkat kepentingan bahan baku yang dipasok.

Salah satu ketergantungan perusahaan pada pemasok adalah pentingnya produk pemasok bagi perusahaan dan sulitnya mencari sumber lain sebagai pengganti. Indikator :

- Kepentingan bahan baku yang dipasok.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui yang menjadi dimensi untuk mengukur kekuatan pemasok ialah jumlah pemasok, kemamuan pemasok mengendalian bahan baku, hubungan pemasok dengan perusahaan, dan tingkat kepentingan bahan baku yang di pasok.

2.1.2 Konsep Pengembangan Produk 2.1.2.1 Pengembangan Produk

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:309), pengembangan produk adalah mengembangkan konsep produk menjadi produk nyata untuk dapat memastikan bahwa ide produk dapat di ubah menjadi produk yang bisa dikerjakan. Pengembangan produk


(17)

merupakan strategi pemasaran yang memerlukan penciptaan produk baru yang dapat dipasarkan.

Sedangkan menurut Ulrich dan Steven (2001:2) dalam Endang (2013), Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.

Simamora (2004) dalam Trisna dkk, produk baru merupakan barang dan jasa yang pada dasarnya berbeda dari yang telah dipasarkan sebelumnya oleh perusahaan. Pengembangan produk baru (new product development) adalah proses pencarian gagasan untuk barang dan jasa baru dan mengkonversikannya ke dalam tambahan lini produk yang berhasil secara komersial.

Dari definisi di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan produk adalah merupakan suatu usaha yang direncanakan dan memberikan suatu gagasan baru untuk memperbaiki produk yang telah ada atau penambahan banyaknya ragam produk yang dihasilkan dan dipasarkan. Dengan adanya pengembangan produk berarti perusahaan sudah memahami tentang kebutuhan dan keinginan pasar.

Pada umumnya perusahaan mempunyai hubungan erat dengan inovasi, di dalam menerapkan pelaksanaan pengembangan produk maka perusahaan harus memperhatikan : produk yang dibuat haruslah dapat memuaskan konsumen, produk yang dibuat harus bermanfaat bagi kepentingan konsumen, desain produk serta rancangan harus sesuai dengan selera konsumen. (Ating, Soenarto, Harun Rujandhi, 2000 ; 72).


(18)

2.1.2.2 Tahap-tahap Pengembangan Produk

Proses pengembangan produk untuk setiap perusahaan adalah berbeda, tergantung produk serta tingkat kompleksitasnya, dan umumnya kegiatan-kegiatan ini lebih membutuhkan daya analisis intelektual dan manajemen organisasi. Proses pengembangan produk yang terstruktur serta terdefenisi dengan baik, sangat diperlukan perusahaan dalam merancang produk-produk yang akan dijual ke pasar.

Tahap-tahap pengembangan produk baru seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2009:287-306), yaitu:

1. Penciptaan Ide

Proses pengembangan produk baru dimulai dengan pencarian ide. Ide produk baru bisa berasal dari interaksi dengan berbagai kelompok dan menggunakan teknik yang menghasilkan kreativitas. Untuk menghasilkan arus ide-ide baru yang berkesinambungan, perusahaan harus dengan agresif menggali banyak sumber-sumber gagasan.

2. Penyaringan Ide

Tujuan dari penyaringan adalah untuk menciptakan sejumlah ide-ide yang baik dan mengesampingkan yang jelek sedini mungkin dan membuang ide yang buruk seawal mungkin. Ide yang dapat bertahan dapat disaring lebih lanjut menggunakan proses pemeringkat sederhana dan jika manajemen merasa bahwa ide produk amat cocok dengan keterampilan pemasaran dan


(19)

pengalaman pemasaran, maka perusahaan akan meningkatkan peringkat ide produk secara keseluruhan.

3. Pengembangan dan Pengujian Konsep

Ide yang menarik harus disempurnakan menjadi konsep produk yang dapat diuji. Kita dapat membedakan antara ide produk, konsep produk, dan citra produk. Ide produk adalah ide untuk produk dimana perusahaan dapat melihat kemungkinan produk dapat ditawarkan ke pasar. Konsep produk adalah versi terinci dari suatu ide yang dinyatakan dalam istilah-istilah yang berarti bagi konsumen.

4. Pengembangan Strategi Pemasaran

Setelah uji konsep berhasil, manajer produk baru akan mengembangkan rencana strategi tiga bagian awal untuk memperkenalkan produk baru ke pasar, yaitu:

a. Bagian pertama

Menggambarkan ukuran pasar sasaran, struktur, dan perilaku; positioning produk yang direncanakan, lalu penjualan, pangsa pasar, dan tujuan laba yang dicari dalam beberapa tahun pertama.

b. Bagian kedua

Mengikhtisarkan rencana harga produk, strategi distribusi, dan anggaran pemasaran yang direncanakan selama tahun pertama.

c. Bagian ketiga

Rencana strategi pemasaran menggambarkan tujuan penjualan dan laba jangka panjang serta strategi bauran pemasaran sepanjang waktu.


(20)

5. Analisis Bisnis

Setelah manajemen mengembangkan konsep produk dan strategi pemasaran, manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis dari proposal. Manajemen harus mempersiapkan penjualan, biaya, dan proyeksi laba untuk menentukan apakah mereka memuaskan tujuan perusahaan. Jika ya, konsep dapat beralih ke tahap pengembangan.

6. Pengembangan Produk

Jika konsep produk dapat melewati ujian bisnis, konsep ini berlanjut ke litbang untuk dikembangkan menjadi suatu produk fisik. Selanjutnya ke bagian produksi untuk dibuat, diberi merek dan kemasan yang menarik. 7. Pengujian Pasar

Setelah manajemen puas dengan kinerja fungsional dan psikologis, produk siap dikemas dengan nama merek dan kemasan dalam uji pasar. Dalam pengaturan autentik, pemasar dapat mempelajari seberapa besar pasar yang ada dan bagaimana konsumen dan penyalur bereaksi untuk menangani, menggunakan, dan membeli kembali produk.

8. Tahap Komersialisasi

Memperkenalkan produk baru ke pasar merupakan kegiatan penyelesaian rencana pemasaran, pengkoordinasian kegiatan perkenalan dengan fungsi-fungsi bisnis, pelaksanaan strategi pemasaran serta pengontrolan peluncuran produk.


(21)

2.1.2.3 Dimensi Pengembangan Produk

Dalam Ulrich dan Eppinger (2001) yang terdapat 5 (lima) dimensi spesifik yang biasa digunakan untuk menilai kinerja pengembangan produk, yaitu:

1. Kinerja Produk

Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Indikator :

- kemampuan Kinerja produk 2. Biaya Produk

Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya manufaktur dari produk. Indikator :

- Besar biaya produk atau produksi per unit 3. Waktu Pengembangan Produk

Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi. Indikator :

- Jangka waktu dalam pengembangan produk 4. Biaya Pengembangan

Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit. Indikator :


(22)

5. Kapabilitas Pengembangan.

Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang. Indikator :

- kemampuan pengusahan memberi nilai tambah pada produk. Berdasarkan dimensi-dimensi diatas, dapat diuraikan bahwa penetapan dimensi pengembangan produk merupakan syarat agar suatu nilai dari produk memungkinkan untuk bisa memuaskan pelanggan sesuai harapan, adapun dimensi pengembangan produk yang penulis pakai meliputi kualitas, biaya pengembangan, waktu pengembangan produk, daya tahan, dan fitur atau ciri – ciri khusus.

2.1.3 Konsep Keunggulan Bersaing 2.1.3.1 Pengertian Keunggulan Bersaing

Porter dalam Suparyadi (2005:146) mengatakan, keunggulan bersaing adalah keunggulan atas pesaing yang didapat dengan menyampaiakn nilai pelanggan yang lebih bersar, melalui harga yang lebih murah atau dengan menyediakan lebih banyak manfaat yang sesuai dengan penetapan harga yang lebih tinggi. Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya

Fahey (1989) dalam Low Swee Foon dan Praveen Balakrishnan Nair

(2010:64) memberikan definisi keunggulan bersaing sebagai berikut: “competitive advantage as anything that favorably distinguishes a firm or its products from those of its competitors, from the viewpoint of its customers or end users” Artinya


(23)

Keunggulan kompetitif sebagai sesuatu yang menguntungkan, membedakan sebuah perusahaan atau produk perusahaan dari para pesaingnya, dari sudut pandang pelanggan atau pengguna akhir.

Pelanggan umumnya lebih memilih membeli produk yang memiliki nilai lebih dari yang diinginkan atau diharapkannya. Namun demikian nilai tersebut juga akan dibandingkan dengan harga yang ditawarkan. Hal ini didukung oleh pendapat Styagraha (1994:14) dalam Netty Friska (2012:29) yang menyatakan bahwa keunggulan bersaing adalah kemampuan suatu badan usaha (perusahaan) untuk memberikan nilai lebih terhadap produknya dibandingkan para pesaingnya dan nilai tersebut memang mendatangkan manfaat bagi pelanggan.

2.1.3.1 Pencapaian Keunggulan Bersaing

Menurut Eddy Suprayitno (2011) untuk mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan, diperlukan hal-hal berikut ini, yaitu :

1. Tingkat keterlibatan yang tinggi oleh para anggota organisasi dalam kontak personal dengan pelanggan.

2. Wawancara dan survey reguler dengan pekerja untuk mengukur iklim dan budaya pelayanan internal dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas dan mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang akan dilakukan yang didasarkan pada hasil survey pelanggan.

3. Pengukuran kinerja distribusi tiap fungsi terhadap pencapaian tujuan. 4. Pelayanan jasa individual dalan tim swakelola dan didanai oleh badan

peningkatan kualitas yang beroperasi diberbagai level organisasi secara keseluruhan.


(24)

5. Komunikasi ditargetkan dan disesuaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada kelompok dan menentukan apa yang diharapkan dari mereka dengan menetukan apa yang diharapkan dari mereka dengan menentukan perilaku tertentu yang diharapkan.

6. Imbalan untuk semua orang didasarkan pada tercapainya tujuan kualitas pelayanan internal.

7. Diakuinya model peran kualitas pelayanan yang baik melalui saluran- saluran komunikasi internal dan media eksternal seperti iklan.

8. Karyawan didorong untuk berkomunikasi melalui dialog dengan pelanggan dalam keadaan terbebas dari tugas-tugas rutinnya.

9. Pengembangan dan training pribadi dipusatkan pada kompetensi kualitas pelayanan dan dengan menggunakan data kinerja yang dikumpulkan yang bertujuan untuk meninjau ulang asumsi-asumsi peran dan tuntutan pelanggan.

10. Fokus pada pembinaan hubungan kerja yang saling mendukung yang melewati batas-batas departemen yang didasarkan pada kepercayaan (komunikasi yang baik dan janji yang realistis) dan bukan hanya pada pelanggan eksternal.

2.1.3.2 Dimensi Keunggulan Bersaing

Perusahaan memiliki keunggulan kompetitif jika ia mampu memberikan produk atau layanan dengan biaya lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Sedangkan dalam penelitian yang telah dilakukan Droge dan Vickery


(25)

(2010:130) dalam ada tiga indikator yang digunakan untuk mengukur keunggulan bersaing adalah :

1. Keunikan produk Adalah keunikan yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan perusahaan sehingga membedakannya dari produk pesaing atau produk umum di pasaran. Indikator :

- Keunikan dari produk pasaran

2. Kualitas produk Adalah kualitas dari produk yang berhasil diciptakan oleh perusahaan. Indikator :

- Kualitas produk yang diproduksi

3. Harga bersaing Adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk dengan harga yang mampu bersaing di pasaran. Indikatornya tingkat persaingan harga dengan produk sejenis. Indikator :

- Persaingan harga dipasaran

Sedangkan menurut Ward (1998;10036-1037) yang dikutip dalam Muhardi (2007;40), indikator dalam menukur keunggulan bersaing atau daya saing suatu perusahaan adalah terdiri dari Cost (biaya), Quality (kualitas), Delivery (waktu penyampaian), dan Flexibility (fleksibilitas).

Berdasarkan uraian indikator – indikator diatas, menurut penulis penggunaan indikator yang sesuai untuk penulisan ini adalah menurut Droge dan Vickery (2010:130) yaitu keunikan produk, kualitas produk, dan harga.


(26)

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan variabel-variabel yang penulis ambil. Kajian tersebut dilakukan oleh:

No. Judul Hasil Penelitian Nama Peneliti Persamaan 1 Peningkatan Daya

Saing

Melalui Konsep Value Chain dan Kemitraan

Hubungan

kemitraan akan memberikan hasil maksimum bila semua pihak dalam rangkaian kemitraan tersebut dapat bekerja sama. Perusahaan harus bisa bekerja sama dengan pemasoknya untuk mendapatkan bantuan dalam usaha memenuhi kebutuhan para pelanggannya.

Siti Maisaroh Menggunakan variabel daya saing atau keunggulan bersaing

2 Peran

Pengembangan Produk Dalam Meningkatkan Penjualan

Pengembang produk mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan volume penjualan. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu memantau atau mengikuti perkembangan selera konsumen ataupun keluhan-keluhan dari pelanggan.

Perusahaan juga harus mengawasi perubahan taktik dan strategi dari

Endang Sulistya Rini

Pembahasan penelitian sesuai dengan fenomena yang diangkat dan variabel pengembangan produk


(27)

pesaing 3 Pengaruh

Kekuatan Pemasok Bahan Baku dan Kekuatan

Pelanggan Bisnis Terhadap Strategi produk Pasar dan Bauran Pemasaran Serta Dampaknya pada Volume Penjualan

Kekuatan pemasok dan pelanggan memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap volume penjualan dengan pengaruh yang paling besar dari kekuatan pemasok

Sumachdar Adanya

veriabel yang sama yaitu kekuatan pemasok

4 Strategi

Pengembangan Produk Susu Kedelai Dengan Penentuan Karakteristik produk

Untuk perencanaan pengembangan produk susu kedelai berikutnya dapat dipertimbangkan karakteriktik produk yang

penting untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

Trisna Dkk Penggunaan variabel

pengembangan produk

5 Pengaruh Strategi Keunggulan Bersaing dan Positioning terhadap Kinerja

Strategi keunggulan bersaing yang ditunjang

(dimediasi) oleh startegi

keunggulan

positioning akan lebih dapat meningkatkan kinerja Koperasi Serba Usaha di kabupaten Sleman.

Yuni Istanto Penggunaan variabel keunggulan bersaing

6 Decision making in product development

Studi ini menyoroti bahwa pengambilan keputusan adalah komponen penting dari produk yang sukses pada proses

Niromi Seram Penggunaan variabel

pengembangan produk namun sebagai

variabel dependen


(28)

pengembangan. 7 Strategies for

Competitive Advantage in Electronic Commerce

Studi ini

memberikan

kerangka kerja pada manajer e-bisnis untuk membantu mereka

menganalisis

dengan sistematis dan

mengembangkan strategi sukses untuk mengatasi masalah berbisnis online

Namchul Shin Adanya kesamaan pada variabel keunggulan bersaing dan teori dasar porter yaitu 5 kekuatan persaingan

2.2.1 Kerangka Pemikiran

2.2.1.1 Hubungan antara Kekuatan Pemasok dengan Keunggulan Bersaing Namun, kemampuan bersaing dari sebuah usaha juga bergantung pada manajemen dalam pengoperasian produknya. Ketersediaan sumber daya guna untuk kegiatan produksi yang baik juga merupakan keunggulan dalam bersaing. Menurut Kotler & Armstrong (2012;32), Pemasok adalah salah satu elemen utama dalam sistem pemasaran modern. Pemasok membentuk hubungan penting dalam keseluruhan sistem penghantar nilai perusahaan. Pemasok disini merupakan mitra-mitra kerja waditra yang mengirim souvenir souvenir yang sudah jadi namun tidak langsung dijual oleh waditra. Maka sangat penting bagi waditra untuk memilih pemasok yang baik guna membentuk kualitas produk yang baik pula.

Fred R David (2010;15) Kekuatan daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan disuatu industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar


(29)

pemasok, atau ketika hanya tersedia sedikit badan mentah pengganti yang tersedia yang bagus. Atau ketika biaya peralihan kebahan mentah lain sangat tinggi.

2.2.1.2 Hubungan antara Pengembangan Produk dengan Keunggulan Bersaing

Muhardi(2007) dalam bukunya Strategi Operasi Untuk Keunggulan Bersaing mengutip pendapat Adam dan Ebert yang menyatakan : “product quality is the appropriateness of design specifications to function and use as well

as the degree to which the product conforms to the design specifications”, yang artinya kualitas produk ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi atau kegunaan produk itu sendiri, dan juga kesesuaian produk dengan spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila sebuah usaha itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti sesuai dengan kebutuhan pasarnya.


(30)

2.2 Pardigma Penelitian

Fred R David (2010;15)

Adam dan Ebert (1992)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis menguraikan hipotesis dasar yaitu :

Sub Hipotesis :

H1: Variabel Kekuatan Pemasok berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing Usaha Cinderamata Alat Musik Tradisional Bandung.

H1: Variabel Pengembangan Produk berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing Usaha Cinderamata Alat Musik Tradisional Bandung.

Hipotesis Utama :

Terdapat pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing Usaha Cinderamata Alat Musik Tradisional Bandung.

Kekuatan Pemasok  Jumlah Pemasok

 Kemampuan mengendalikan bahan baku

 Hubungan pemasok dengan perusahaan

 Tingkat kepentingan bahan baku yang digunakan

(Walker,Boyd,dan Larreche 1999;103)

Keunggulan Bersaing  Keunikan produk  Kualitas produk  Harga

Droge dan Vickery (2010:130)

Pengembangan Produk  Kinerja produk

 Biaya produk

 Waktu pengembangan produk  Biaya pengembangan produk  Kapabilitas Pengembangan


(31)

(32)

32 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun suatu tulisan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data – data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul : “Pengaruh Kekuatan Pemasok dan Pengembangan Produk Terhadap Keunggulan Bersaing (Studi Pada Usaha Cinderamata Alat Musik Tradisional Di Kota Bandung ). ”

Pengertian Objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut : “Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”

Sesuai dengan pengertian diatas bahwa pengertian objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah. Objek penelitian ini adalah variabel pendapat – pendapat pemilik usaha cinderamata alat music tradisional di kota Bandung.

Didalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variabel yang akan diteliti. Adapaun variabel yang akan diteliti didalam peneitian ini adalah:


(33)

1. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti (Ferdinand, 2006). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah Keunggulan Bersaing

2. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab atau timbulnya variabel dependent (terikat). Adapun yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini adalah Kekuatan Pemasok dan Pengembangan Produk.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:5) Metode penelitian bisnis adalah: “Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dan verifikatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan keadaan berdasarkan data dan fakta yang dikumpulkan


(34)

kemudian disusun secara sistematis yang selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan. Sedangkan metode verifikatif merupakan metode yang digunakan untuk menguji hipotesis yang ditentukan oleh peneliti dengan statistik dan kemudian dijadikan kesimpulan. Metode verifikatif juga digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis, sehingga metode ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel penelitian dan besarnya arah hubungan antar variabel, seperti besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai lima. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari, untuk kemudian ditarik kesimpulan.

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam Umi

Narimawati (2010:29) adalah sebagai berikut: “Metode verifikatif yaitu memeriksa

benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan

Dalam hal ini dimana variabel X1 adalah pengaruh Kekuatan Pemasok , variable X2 adalah Pengembangan Produk dan variabel Y adalah Keunggulan Bersaing . Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang variabel faktor


(35)

pemasok dan produk mempengaruh kemampuan suatu usaha dapat bersaing. Sedangkan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena data pengaruh Pemasok dan Pengmbangan produk terhadap keunggulan bersaing yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Moh. Nazir (2005:84) desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:249) menyatakan bahwa :

“Desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode

dan prosedur – prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan,


(36)

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih luas, yang mencangkup proses-proses berikut ini:

1. Sumber Masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara yang relevan dan penemuan yang relevan.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga


(37)

dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan

didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara

empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada

penelitian ini adalah Pengaruh Kekuatan pemasok dan Pengembangan produk

terhadap Keunggulan bersaing .

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.

6. Menyusun Instrumen Penelitian

Peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan dari Kekuatan pemasok (Variabel Independen“X1”) dan


(38)

Pengembangan produk (Variabel Independen“X2”) terhadap Keunggulan bersaing (Variabel dependen“Y”) digunakan korelasi Analisis Regresi Berganda, dan untuk menguji pengaruh dari Kekuatan pemasok (Variabel

Independen“X1”) dan Pengembangan produk (Variabel Independen“X2”) terhadap Keunggulan bersaing (Variabel dependen“Y”) digunakan koefisien determinasi.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditentukan desain penelitian sebagai berikut:

Table 3.1 Matriks Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelititan Metode yang Digunakan

Unit Analisis Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive

Survey Usaha cinderamata alat musik tradisional Cross Sectional T-2 Descriptive Descriptive

Survey Usaha cinderamata alat musik tradisional Cross Sectional T-3 Descriptive Descriptive

Survey Usaha cinderamata alat musik tradisional Cross Sectional


(39)

T-4 Verificative Explanatory Survey

Usaha cinderamata alat musik tradisional

Cross Sectional T-5 Verificative Explanatory

Survey

Usaha cinderamata alat musik tradisional

Cross Sectional

Sumber: Umi Narimawati (2008)

3.2.2 Operasional Variable

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberikan arti atau menspesifikkan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Sugiyono, 2004).

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai Pengaruhkekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Pengaruh Kekuatan pemasok sebagai variabel independen pertama (X1 )

2. Variabel Pengembangan produk sebagai variabel Independen kedua ( X2 ) 3. Variabel Keunggulan bersaing sebagai variabel dependen ke tiga ( y )

Untuk lebih jelasnya rincian masing-masing variabel dapat dijelaskan dalam table dibawah.


(40)

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala Kekuatan

Pemasok (X1)

Pemasok merupakan

organisasi yang menyediakan input bagi perusahaan seperti bahan baku, jasa, dan tenag kerja. Daya tawar pemasok,

menunjukan

kemampuan yang dimiliki pemasok untuk menaikan harga input atau menaikan harga produksi

perusahaan dengan menyediakan input yang kurang berkualitas. (Ismail Solihin 2012;42) Jumlah Pemasok kepenting jumlah pemasok Produk Tingkat kepenting jumlah pemasok Produk Ordinal Kemampuan Pemasok mengendalikan bahan baku Kemampuan Pemasok mengendalikan bahan baku Tingkat Kemampuan Pemasok mengendalikan bahan baku Ordinal Kemampuan Pemasok mengendalikan harga bahan baku

Tingkat Kemampuan Pemasok mengendalikan harga bahan baku Ordinal Hubungan pemasok dengan perusahaan Hubungan pemasok dengan perusahaan Tingkat Hubungan pemasok dengan perusahaan Ordinal kepentingan bahan baku yang dipasok kepentingan bahan baku yang dipasok

Tingkat kepentingan bahan baku yang dipasok Ordinal Pengembangan Produk (X2)

Kotler dan

Armstrong (2008:309), pengembangan produk adalah

Kinerja Produk Kemampuan kinerja produk

Tingkat kemampuan kinerja produk


(41)

mengembangkan konsep produk menjadi produk nyata untuk dapat memastikan bahwa ide produk dapat di ubah menjadi produk yang bisa dikerjakan.

Pengembangan produk merupakan strategi pemasaran yang memerlukan penciptaan produk baru yang dapat dipasarkan.

Biaya Produk Besar biaya produk atau produksi per unit

Tingkat besar biaya produk atau produksi per unit

Ordinal

Waktu

pengembangan produk

Jangka waktu dalam pengembangan produk

Tingkat jangka waktu dalam pengembangan produk Ordinal Biaya pengembangan Kemampuan perusahaan membiayai pengembangan Tingkat kemampuan perushaan membiayai pengmbangan Ordinal Kapabilitas pengembangan Kemampuan perusahaan memberi nilai tambah produk

Tingkat kemampuan perusahaan memberi nilai tambah produk

Ordinal

Keunggulan Bersaing (Y)

Kotler (2001:95), keunggulan

bersaing adalah keunggulan atas pesaing yang didapat dengan menyampaiakn nilai pelanggan yang lebih bersar, melalui harga yang lebih murah atau dengan

menyediakan lebih banyak manfaat yang sesuai dengan penetapan harga yang lebih tinggi.

Keunikan Produk

Keunikan dari produk pasaran

Tingkat keunikan dari produk pasaran

Ordinal

Kualitas Produk

Kualitas Produk yang di produksi

Tingkat kualitas Produk

Ordinal

Harga Persaingan harga dipasaran Tingkat persaingan harga dipasaran Ordinal


(42)

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Sugiyono (2012) adalah sebagai berikut “Skala ordinal adalah skala yang berjenjang dimana sesuatu lebih atau kurang dari yang lain. Data yang diperoleh dari pengukuran dengan skala ini disebut dengan data ordinal yaitu

data yang berjenjang yang jarak antara satu data dengan yang lain tidak sama.”

Dari pengertian diatas tujuan dari penggunaan skala ordinal adalah memperoleh informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert

Menurut Sugiyono (2012 :132) skala likert adalah sebagai berikut “Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pilihan jawaban kuisoner positif


(43)

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Cukup Setuju 3

Kurang Setuju 2

Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono (2012: 133)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder. Sugiyono (2012:193)

menyatakan bahwa “Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau melalui dokumen”.

Menurut Umar Husein (2005:41), Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti baik dari pribadi (franchisee) maupun dari satu instansi yang mengolah data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara


(44)

langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Data Sekunder Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer.

Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan

memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta

catatan-catatan kuliah yang menunjang penelitian ini. Metode Penarikan Sample

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu

3.2.3.3.1. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2012:115), adalah “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”.

Menurut Sugiyono (2012:115), populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain, bukan pula jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Dengan demikian maka populasi dalam penelitian ini adalah 15 pengusaha atau pemilik usaha cinderamatae alat music tradisional di bandung


(45)

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Adapun definisi sampel menurut Sugiyono adalah :

”Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi,

meskipun jumlah sampel relatif kecil tetapi harus dapat mewakili ciri-ciri dan

sifat-sifat keseluruhan populasi”.(Sugiyono ,2003 : 74)

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode sampling, yaitu suatu metode yang memilih sebagian dari populasi untuk dijadikan data yang akan diolah untuk penelitian.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2008:122), adalah :

“Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel.”

Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil


(46)

jumlah sampel sama dengan jumlah populasi kemungkinan yang ada atau disebut dengan sensus yaitu Pemilik usaha cinderamata alat musik tradisional sebanyak 15 orang.

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1 Jenis Data

Data yang digunakan oleh peneliti ada dua jenis, yaitu :

1. Data primer, yaitu merupakan data informasi yang diperoleh pengamatan langsung pada pemilik yang menjadi objek penelitian.

2. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dari perusahaan, buku-buku, laporan-laporan ilmiah.

3.2.4.2 Metode Pengumpulan Data

Data didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:194-203):

a. Wawancara (Interview), yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait, seperti koordinator dan pemilik dari usaha yang bersangkutan, secara terstruktur maupun tidak terstruktur.

b. Kuesioner, yaitu dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab yang berhubungan dengan variabel yang akan diteliti. Disini peneliti menggunakan skala Likert. Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada


(47)

tabel dibawah ini :

tabel 3.4 Skala Likert

Jawaban Bobot Nilai

Positif

a. Sangat Setuju (SS) 5

b. Setuju (S) 4

c. Ragu (R) 3

d. Tidak Setuju (TS) 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono 2007, 108

c. Observasi, yaitu dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek penelitian dengan menggunakan semua alat inra. Pada penelitian ini, penggunaan observasi dengan pengamatan pada kegiatan. Dari pengamatan tersebut peneliti mengetahui, mengamat, mengidentifikasi masalah.

d. Studi Literatur, penulis mencari informasi dan data – data berupa teori, uraian, pengertian yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu atau para ahli sebagai dasar landasan teoritis variabel kekuatan pemasok, pengembangan produk, dan keunggulan bersaing. Adapun studi literature bersumber pada :

1) Perustakaan UNIKOM, UPI, UNPAD 2) Skripsi, Tesis


(48)

3) Jurnal

4) Media Internet

Agar peneliti dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus dilakukan tahapan analisis dan pengujian hipotesis. Untuk melakukan sebuah analisis data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu peneliti akan menentukan metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis. Untuk menilai kuesioner apakah valid dan reliabel maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis

Pada dasarnya rancangan analisis data yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Menurut Sugiyono (2006:13), data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Sementara untuk data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring). Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu, dua dan tiga, yaitu mengenai kekuatan pemasok,dan Pengembangan produk serta keunggulan bersaing dengan cara mengelompokan data, ditabulasikan, kemudian diberikan penjelasan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang keempat, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kekuatan pemasok dan Pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing konsumen .


(49)

Untuk mengungkap aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti, diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan, agar kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Suatu instrumen ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes tersebut. Untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini, yaitu kuesioner.

Sugiyono (2004:110) menyatakan bahwa dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

3.2.5.1 Uji MSI

Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data ordinal menjadi interval adalah sebagai berikut:

a) Ambil data ordinal hasil kuesioner

b) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

c) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulaif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal. d) Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan memasukan


(50)

e) Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval

Density at Lower limit – Density at Upper Limit Means of Interval =

Area at Below Density Upper Limit – Area at Below LowerLimit Dimana:

Means of Interval = Rata-Rata Interval Density at Lower Limit = Kepadatan batas bawah Density at Upper Limit = Kepadatan atas bawah Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas atas Area Under Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah

f) Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1

Untuk mengetahui pengaruh antara kekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing dalam hal ini adalah pengusaha cinderamata maka digunakan analisis regresi Berganda (Multiple Regression).

3.2.5.2 Uji Validitas

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data menurut Sugiyono (2009:121) menjelaskan mengenai


(51)

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.Valid berarti instrument

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur”.

Lebih lanjut uji validitas menurut Cooper dalam Narimawati Umi (2010:42), validitas adalah : ”Validity is a characteristic of measuraenment concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.

Dari definisi diatas validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat tes (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan variabel Kekuatan pemasok (X1) dan Pengembangan produk Usaha (X2).

Tabel 3.5

Standart Penilaian untuk Validitas

Sumber : Barker et al, 2002:70

Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20


(52)

Secara teknis valid tidaknya suatu butir pernyataan dinilai berdasarkan kedekatan jawaban responden pada pernyataan tersebut dengan jawaban responden pada pernyataan lainnya. Nilai jawaban responden diukur menggunakan koefisien korelasi, yaitu melalui nilai korelasi setiap butir pernyataan dengan total butir pernyatan lainnya. Butir pernyataan dinyatakan valid jika memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,30. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakanrumus korelasi pearson product moment (r).

Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Uji Validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji Validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment. Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows dengan metode korelasi untuk mencari koefisien korelasi antar variabel dengan rumus sebagai berikut:

� =

∑ − ∑ − ∑�

√[ ∑ 2− ∑ 2

� ][∑ 2− ∑

2


(53)

(Sumber: Umi Narimawati 2010: 42) Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument

Berikut ini adalah hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk variabel Kekuatan Pemasok (X1):

Hasil Uji Validitas Kekuatan Pemasok Correlations

X1

X11 Pearson Correlation .810

X12 Pearson Correlation .465

X13 Pearson Correlation .685

X14 Pearson Correlation .639

X15 Pearson Correlation .395

Sumber : Output SPSS 23.0 (diolah)

Berikut ini adalah hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk variabel Pengembangan Produk (X2):

Hasil Uji Validitas Pengembangan Produk Correlations


(54)

X2 X21 Pearson Correlation .857 X22 Pearson Correlation .565 X23 Pearson Correlation .715 X24 Pearson Correlation .921 X25 Pearson Correlation .715 Sumber : Output SPSS 20.0 (diolah)

Berikut ini adalah hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk variabel Keunggulan Bersaing (Y):

Hasil Uji Validitas Keunggulan Bersaing Correlations

Y

Y1 Pearson Correlation .857 Y2 Pearson Correlation .932 Y3 Pearson Correlation .909 Sumber : Output SPSS 20.0 (diolah)

Setelah ditemukan bahwa pernyataan-pernyataan (butir) yang digunakan penelitian ini valid, maka selanjutnya pernyataan yang dinyatakan valid diuji reliabilitasnya.


(55)

3.2.5.3 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009:3), reliabiltas adalah : “Derajat konsistensi atau keajegan data dalam interval waktu tertentu”. Selain memiliki tingkat kesahihan (validitas) alat ukur juga harus memiliki kekonsistenan. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau kekonsistensian alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda.

Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pernyataan yang sudah valid, untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) Teknik Belah dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap-ganil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

a. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II.

b. Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II.


(56)

c. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II.

Sumber: Umi Narimawati (2010:44)

d. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati (2010:44)

Dimana :

Г1 = reliabilitas internal seluruh item Гb = korelasi product momen

t antara belahan pertama dan belahan kedua Tabel 3.6

Standart Penilaian untuk Reliabilitas Kriteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber : Barker et al, 2002:70

Ґb + Ґb

r1=

� +�


(57)

Selain valid instrument penelitian juga harus memiliki keandalan, keandalan instrument penelitiam menunjukan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.

Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Split-Half Method (Spearman-Brown Correlation) untuk variabel Kekuatan Pemasok (X1):

Hasil Uji Reliabilitas Kekuatan Pemasok

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Part 1 Value .632 N of Items 3a Part 2 Value .025

N of Items 2b Total N of Items 5 Correlation Between

Forms

.605

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length .754 Unequal Length .760 Guttman Split-Half

Coefficient

.709

a. The items are: x11, x13, x15. b. The items are: x15, x12, x14.

Sumber : Output SPSS 23.0 for windows

Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Split-Half Method (Spearman-Brown Correlation) untuk variabel Pengembangan Produk (X2):


(58)

Hasil Uji Reliabilitas Pengembangan Produk Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .860 N of Items 3a Part 2 Value .764

N of Items 2b Total N of Items 5 Correlation Between Forms .825 Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length .904 Unequal Length .907 Guttman Split-Half

Coefficient

.863

a. The items are: x21, x23, x25. b. The items are: x25, x22, x24.

Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Split-Half Method (Spearman-Brown Correlation) untuk variabel Keunggulan Bersaing (Y):

Hasil Uji Reliabilitas Keunggulan Bersaing

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .771 N of Items 2a Part 2 Value 1.000

N of Items 1b Total N of Items 3 Correlation Between Forms .839 Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length .913 Unequal Length .921 Guttman Split-Half

Coefficient

.833

a. The items are: y1, y3. b. The items are: y3, y2.


(59)

3.2.6 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.6.1 Rancangan Analisis

Menurut Narimawati umi (2010:41), rancangan analisis dapat di definisikan sebagai berikut :

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti”

3.2.6.1.1 Analisis Data Deskriptif

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh Usaha cinderamata alat musik tradisional berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana masing masing variabel penelitian. Metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan kalimat. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: deskriptif seperti distribusi


(60)

frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :

Skor Total =

� �

� �

x 100 %

(Sumber: Narimawati Umi, 2010:45)

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Analisis deskriptif dilakukan mengacu kepada setiap indikator yang ada pada setiap variabel yang diteliti dengan berpedoman pada tabel berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Pengklasifikasian Persentase Skor Tanggap Responden

No. Skor (%) Kriteria

1 20.00% – 36.00% Sangat Buruk/Sangat Rendah

2 36.01% –52.00% Buruk/Rendah

3 52.01% – 68.00% Cukup Baik/Sedang

4 68.01% – 84.00% Baik/Tinggi

5 84.01% – 100% Sangat Baik/Tinggi


(61)

3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan doiolah dengan pendektan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untung menganalisa data di perlukan data internal, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan menjadi skala interval melalui metode

Methode Succesive Interval” (Hays, 1969:39) dan selanjutnya dianalisis regresi korelasi serta determinasi. Untuk mengetahui antar variabel dapat digunakan salah satunya adalah sebagai contoh analisis regresi Berganda (Multiple Regression).

1. Analisis Regresi

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisa pengaruh beberapa variabel bebas atau independen variabel (X) terhadap satu variabel tidak bebas atau dependen variabel (Y) secara bersama-sama.

Dalam hubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah (X1) dan (X2), sedangkan variabel dependen adalah (Y), sehingga persamaan regresi berganda estimasinya.

Dan Persamaan regresi linier berganda adalah:

Dimana :

Y = Variabel Keunggulan bersaing X1 = Variabel Kekuatan pemasok


(62)

X2 = Variabel Pengembangan produk usaha a = Konstanta dari persamaan regresi

β1, β2 = Koefisien masing-masing factor ε = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel y

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang harus dipatuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linier Regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti terdiri atas:

2. Analisis Korelasi

Menurut Sujana (1989) dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan Linna Ismawati (2010:49) pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel x dan y, dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi pearson dengan rumus :

�= Σ � � − Σ � Σ )

√{� Σ � − Σ � }− {�Σ �2− Σ


(63)

Dimana : -1≤ r ≤+1 r = koefisien korelasi

x = variabel orientasi kewirausahaan dan variabel pasar y = variabel keunggulan bersaing

n = jumlah franchisee

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel dibawah ini.

0-0.20 Sangat rendah ( hampir tidak ada hubungan ) 0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah

0.41 – 0.60 Korelasi sedang 0.61 – 0.80 Cukup tinggi 0.81 – 1 Korelasi tinggi (Syahri Alhusin, 2003 : 157)

3. Analisis Koefisian Determinasi

Persentase peranan semua variabel bebas atas nilai variabel bebas ditunjukan oleh besarnya koefisien determinan (R2).Semakin besar nilainya maka menunjukan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variabel terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS atau secara manual didapat dari R2 =SSreg/SStot


(64)

Dimana :

d : Koefisien determinasi r : Koefesien Korelasi 3.2.6.2 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah pengaruh Variabel Kekuatan Pemasok dan Variabel Pengembangan Produk terhadap Variabel Keunggulan Bersaing. Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan di uji, maka uji statistik yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi. Langkah – langkah dalam analisisnya sebagai berikut :

Pengujian Secara Parsial dan Simultan

Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :

A. Rumus uji t (parsial) yang digunakan adalah

Thitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.  Hipotesis

H1. β = 0 Tidak terdapat pengaruh Variabel Kekuatan pemasok terhadap Variabel Keunggulan bersaing

Thitung (x1,2) = �1,2 (�1,2)


(65)

H1. β ≠ 0 Terdapat pengaruh Variabel Kekuatan pemasok terhadap Variabel Keunggulan bersaing

H2. β = 0 Tidak terdapat pengaruh Variabel Pengembangan produk Usaha terhadap Variabel Keunggulan bersaing.

H2. β ≠ 0 Terdapat pengaruh Variabel Pengembangan produk usaha terhadap Variabel Keunggulan bersaing

B. Rumus uji f yang digunakan adalah:

dimana :

F = Koefisien Korelasi Ganda k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah anggota sampel a. Hipotesis

H01. ρ= 0, Tidak terdapat pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing.

H11. ρ ≠ 0, Terdapat pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing.

F = − −� …


(66)

A. Kriteria Pengujian

H0 ditolak apabila thitung < dari Tabel (α = 0,05)

Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,01) untuk diuji dua pihak, maka

kriteria peneerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :

a. Jika dihitung ≥ tabel maka H0 ada doi daerah penolakan , berarti Ha diterima artinya Diantara variabel X dan Variabel Y ada hubungannya.

b. Jika dihitung ≤ tabel maka H0 ada di daerah penerimaan berarti ha ditolak artinta antara variabel X dan variabel Y tidak ada hubunganya.

Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0 dan daerah penerimaan H1 :

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan Penolakan Ho Sumber : Sugiyono (2012:226)


(67)

107 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan dari bab sebelumnya, serta pembahasan yang disertai dengan teori dan konsep yang mendukung mengenai penelitian ini yang berjudul pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing pada usaha cinderamata alat musik tradisional di kota Bandung, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut

1. Kekuatan Pemasok yang diukur melalui 5 indikator, indikator hubungan pemasok dengan perusahaan sebesar 64%, sedangkan yang paling rendah yaitu indikator tingkat kepentingan bahan baku yang dipasok dengan persentase sebesar 56% dengan kategori cukup Baik. Secara umum semua indikator masuk dalam kategori cukup baik. Hal ini memperjelas bahwa pengusaha cideramata alat musik tradisional sangat lah bergantung dengan pihak pemasok.

2. Pengembangan produk berada pada kategori kurang baik, berdasarkan dari 4 indikator yaitu kapabilitas pengembangan, biaya pengembangan, keunggulan produk, dan daya tahan. Indikator kapabiitas pengembangan yang memperoleh persentase tertinggi 56% dengan kategori cukup baik, sedangkan indikator biaya pengembangan memperoleh persentase terendah 49,3% dengan kategori kurang baik. Hal ini menyimpulkan


(68)

bahwa pengusaha kurang mau berinvestasi dana pada pengembangan produk.

3. Keunggulan bersaing memiliki 3 indikaor yaitu keunikan produk, kualitas produk, dan harga dan masuk pada kategori cukup baik. Pada Indikator harga yang memperoleh persentase skor tertinggi sebesar 62,7, sedangkan indikator keunikan produk memperoleh persentase terendah yaitu sebesar 56% . Hal ini dapat dilihat dari kurang adanya produk khusus yang menjadi keunikan bagi perusahaan masing – masing.

4. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara kekuatan pemasok terhadap keunggulan bersaing, dan juga munjukkan dengan pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari kekuatan pemasok terhadap keunggulan bersaing pada usaha cinderamata alat musik tradisional di Kota Bandung.

5. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing, hal ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing pada usaha cinderamata alat musik tradisional di Kota Bandung..

5.2 Saran

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan


(1)

H1. β ≠ 0 Terdapat pengaruh Variabel Kekuatan pemasok terhadap Variabel Keunggulan bersaing

H2. β = 0 Tidak terdapat pengaruh Variabel Pengembangan produk Usaha terhadap Variabel Keunggulan bersaing.

H2. β ≠ 0 Terdapat pengaruh Variabel Pengembangan produk usaha terhadap Variabel Keunggulan bersaing

B. Rumus uji f yang digunakan adalah:

dimana :

F = Koefisien Korelasi Ganda k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah anggota sampel

a. Hipotesis

H01. ρ= 0, Tidak terdapat pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan

produk terhadap keunggulan bersaing.

H11. ρ ≠ 0, Terdapat pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan produk

terhadap keunggulan bersaing.

F = − −� …


(2)

A. Kriteria Pengujian

H0 ditolak apabila thitung < dari Tabel (α = 0,05)

Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,01) untuk diuji dua pihak, maka kriteria peneerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :

a. Jika dihitung ≥ tabel maka H0 ada doi daerah penolakan , berarti Ha diterima artinya Diantara variabel X dan Variabel Y ada hubungannya.

b. Jika dihitung ≤ tabel maka H0 ada di daerah penerimaan berarti ha ditolak artinta antara variabel X dan variabel Y tidak ada hubunganya.

Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0 dan daerah penerimaan H1 :

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan Penolakan Ho Sumber : Sugiyono (2012:226)


(3)

107

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan dari bab sebelumnya, serta pembahasan yang disertai dengan teori dan konsep yang mendukung mengenai penelitian ini yang berjudul pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing pada usaha cinderamata alat musik tradisional di kota Bandung, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut

1. Kekuatan Pemasok yang diukur melalui 5 indikator, indikator hubungan pemasok dengan perusahaan sebesar 64%, sedangkan yang paling rendah yaitu indikator tingkat kepentingan bahan baku yang dipasok dengan persentase sebesar 56% dengan kategori cukup Baik. Secara umum semua indikator masuk dalam kategori cukup baik. Hal ini memperjelas bahwa pengusaha cideramata alat musik tradisional sangat lah bergantung dengan pihak pemasok.

2. Pengembangan produk berada pada kategori kurang baik, berdasarkan dari 4 indikator yaitu kapabilitas pengembangan, biaya pengembangan, keunggulan produk, dan daya tahan. Indikator kapabiitas pengembangan yang memperoleh persentase tertinggi 56% dengan kategori cukup baik, sedangkan indikator biaya pengembangan memperoleh persentase terendah 49,3% dengan kategori kurang baik. Hal ini menyimpulkan


(4)

bahwa pengusaha kurang mau berinvestasi dana pada pengembangan produk.

3. Keunggulan bersaing memiliki 3 indikaor yaitu keunikan produk, kualitas produk, dan harga dan masuk pada kategori cukup baik. Pada Indikator harga yang memperoleh persentase skor tertinggi sebesar 62,7, sedangkan indikator keunikan produk memperoleh persentase terendah yaitu sebesar 56% . Hal ini dapat dilihat dari kurang adanya produk khusus yang menjadi keunikan bagi perusahaan masing – masing.

4. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara kekuatan pemasok terhadap keunggulan bersaing, dan juga munjukkan dengan pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari kekuatan pemasok terhadap keunggulan bersaing pada usaha cinderamata alat musik tradisional di Kota Bandung.

5. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing, hal ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing pada usaha cinderamata alat musik tradisional di Kota Bandung..

5.2 Saran

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengaruh kekuatan pemasok dan pengembangan produk terhadap keunggulan


(5)

bersaing pada usaha cinderamata alat musik tradisional di kota Bandung, maka penulis akan memberikan beberapa saran yang dapat digunakan oleh:

1. Kekuatan pemasok sangat mempengaruhi, namun adapun hal yang disarankan untuk ditingkatkan oleh pihak pengusaha adalah dengan selalu menempatkan posisi pemasok sebagai salah satu kunci dari keberhasilan sebuah usaha, yaitu anggapan mengenai pentingnya jumlah pemasoknya.

2. Pengembangan produk yang dilakukan pengusaha pun masih berjalan tidak baik. Oleh karena itu semua dianjurkan pengusaha untuk bisa menginvestasikan dana lagi guna melakukan pengembangan nilai produk.

3. Keunggulan bersaing dari setiap usaha masih berjalan cukup baik. Oleh karena itu terdapat hal yang disarankan yaitu membedakan salah satu produk bagi perusahaan sendiri agar menimbulkan keunikan produk tersendiri.

4. Pengaruh antara kekuatan pemasok terhadap keunggulan bersaing pada usaha dapat dikatakan berpengaruh baik, pada kondisi ini seharusnya bisa dimanfaatkan perusahaan untuk bisa menciptakan peluang bagi pengusaha untuk meningkatkan kemampuan bersaing dengan memanfaatkan kekuatan pemasok.

5. Pengaruh antara pengembangan produk terhadap keunggulan bersaing pada usaha dapat dikatakan berpengaruh baik, pada kondisi ini seharusnya bisa dimanfaatkan perusahaan untuk bisa menciptakan


(6)

peluang bagi pengusaha untuk meningkatkan kemampuan bersaing dengan memanfaatkan produk dengan nilai baru.