Review Pengantar Tugas Pendidikan PGSD

RINGKASAN PENGANTAR PENDIDIKAN

Oleh

: M. Pandu Bacharsyah

NIM

: 06131381520096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2015 / 2016

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
A. Sifat Hakikat Manusia
Menjadi kajian khusus dalam filsafat antropologi yang juga memiliki landasan dan
tujuan yang bersifat filosofis normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan
landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang mendasar, sistematis dan universal

tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk
menumbuhkembangkan sifat hakikat tersebut sebagai sesuatu yng bernilai luhur, dan hal
itu menjadi keharusan.
 Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipiil
membedakan manusia dengan makhluk lain. Karena manusia memiliki akal pikiran dan
proses penciptaan yang sempurna secara biologis.
 Wujud Sifat Hakikat Manusia
Terdiri dari 8 sifat menurut paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi
masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu :
1. Kemampuan menyadari diri,
2. Kemampuan bereksistensi,
3. Memiliki kata hati,
4. Moral,
5. Kemampuan bertanggung jawab,
6. Rasa kebebasan,
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak,
8. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
B. Dimensi- dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
Ada 4 macam dimensi yang dimiliki manusia, yaitu terdiri dari :

1. Dimensi Keindividualan.
2. Dimensi Kesosialan.
3. Dimensi Kesusilaan.
4. Dimensi Keberagaman.
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Ada 2 pengembangan yang dilakukan manusia dalam mengembangkan dimensi
hakikat manusia yang menjadi tugas pendidikan :
1. Pengembangan yang utuh.
Dapat dilihat dari segi : wujud dimensi dan arahnya.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Semacam dengan pengembangan yang patologis, yaitu pengembangan yang
kepribadiannya pincang dan tidak mantap.
D. Sosok Manusia Indonesia yang Seutuhnya
Sosok manusia yang memiliki niat untuk memajukan bangsa secara lahiriah maupun
batiniah.
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan wahana penting untuk membangun mahasiswa. Pada
gilirannya hasil pendidikan itu menjadi sumber daya pembangunan. Karena itu, pendidik

dalam melaksanakan tugasnya diharapkan tidak membuat kesalahan-kesalahan mendidik.
Sebab kesalahan mendidik bisa berakibat fatal karena sasaran pendidikan adalah
manusia.
Unsur-unsur pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Orang yang membimbing (pendidik).
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
Kea rah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).

1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan
demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
unik.
b. Individu yang sedang berkembang.

insan yang

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Orang yang membimbing (pendidik)
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran,
latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara
optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta

alat-alat pendidikan.
4.Materi/Isi pendidikan
Materi meliputi materi inti maupun muata local.Materi inti bersifat nasional yang
mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa.sedangkan muatan local misinya adalah
mengembangkan kebhinnekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan.
5. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
6.konteks yang Mempengaruhi pendidikan
a. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang
preventif dan yang kuratif.
b. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.

C.Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan
kandungannya berbeda yang satu dari yang lain.
Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang

menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami
proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu
nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab,
dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang
sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum
dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha
sendiri.
c.Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing
peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa
pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi

penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

D.Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang
baik,luhur,pantas,benar,dan indah untuk kehidupan.
Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan
dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
a.Tujuan umum Pendidikan Nasional adalah manusia Pancasila
b.Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas lembaga pendidikan tertentu untuk
mencapainya.
c.Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran
d.Tujuan Intruksional
materi kurikulum yang berupa bidang studi-bidang studi terdiri dari pokok-pokok
bahasan dan sub-pokok bahasan.Tujuan pokok bahasan dan subpokok bahasan disebut tujuan
intruksional yaitu penguasaan materi pokok bahasan/subpokok bahasan.

E.Proses Pendidikan

Pengolahan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro,meso,dan mikro.

Pengolahan proses dalam ruang lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang
lazimnya dituangkan dalam bentuk UU pendidikan,Peraturan Pemerintah,SK Menteri,SK
Dirjen,serta dokumen-dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain.
Pengolahan proses dalam ruang lingkup meso merupakan implikasi kebijakan-kebijakan nasional
kedalam kebijakan operasional dalam ruang lingkup wilayah di bawah tanggung jawab kakanwil
Depdikbud.
Pengolahan proses dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-kebijakan
pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah ataupun kelas,sanggar-sanggar
belajar,dan satuan-satuan pendidikan lainnya dalam masyarakat.

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA
Landasan dan asas sangat penting, karena merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu dan juga merupakan
pondasi untuk menunjang pendidikan yang lebih baik. Landasan-landasan pendidikan
dalam Undang-undang, 1992:24 ini memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan
manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat,
bangsa dan Negara. sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberikan corak
khusus dalam penyelenggaran pendidikan itu dan pada gilirannya memberi corak pada
hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia.
A. Landasan Pendidikan


Pendidikan adalah sesuatu universal dan berlangsung terus tak terputus dari
generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Landasan pendidikan ada 3 macam,
yaitu :
1. Landasan Filosofis,
2. Landasan Sosiologis,
3. Landasan Kultural,
4. Landasan Psikologis, dan
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis.
Kajian ketiga tugasnya akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan
wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
B. Asas-Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Asas
pendidikan terdiri dari 3 asas, yaitu :
1. Asas Tut Wuri Handayani,
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan
3. Asas Kemandirian Dalam Belajar.
Ketiga asas ini dipandang sangat relavan dengan upaya pendidikan, baik masa
kini maupun masa yang akan depan. Oleh karena itu, setiap tenaga kependidikan

harus memahami dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan
semestinya dalam penyelenggaraan pendidikan sehari-hari.

PENGERTIAN, FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN
A. Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses kompleks dan melibatkan berbagai pihak,
khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan

yang dikenal dengan tripusat pendidikan. Fungsi lingkuan pendidikan itu sendiri
sebagai penentu keberhasilan dalam pembangunan nasional.
B. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan
Peserta Didik.
Ada 3 pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan terhadap
perkembangan peserta didik :
1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
3. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN


A. Aliran Klasik dan Gerakan Baru dalam Pendidikan
Aliran-aliran klasik meliputi aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi yang merupakan benang-benang merah yang menghubungkan
pemikiran-pemikiran pendidikan masalah lalu, kini, dan mungkin yang akan
datang.
B. Gerakan Baru dalam Pendidikan
Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya yakni upaya
peningkatan mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja.
Meskipun demikian, sebagai suatu sistem, penanganan satu atau beberapa
kompenen itu akan mempengaruhi kompenen lainnya. Beberapa dari gerakangerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas
kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti :
1. Pengajaran Alam Sekitar,
2. Pengajaran Pusat Perhatian,
3. Sekolah Kerja,
4. Pengajaran Proyek, dan
5. Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan di Indonesia.
C. Dua “Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia
Dua “aliran” pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam.
Kedua aliran ini dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di
Indonesia.

Dan Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda
antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang
dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya
banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran
pendidikan.
A. Aliran EMPIRISME
Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun
1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan
bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan

mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orang
tua (faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan
dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari
lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik
sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan
lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai
pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak
sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya : Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis.
Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat
melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan
mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal.
Contoh lain : Ketika 2 anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan
yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin,
yang satu dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di
sekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan
dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal ada anak yang berbakat dan
berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung.
B. Aliran NATIVISME
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. Ia adalah filosof Jerman yang hidup pada
tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan
oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap
pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh
bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar
ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat
baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa
tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Pandangan itu tidak
menyimpang
dari
kenyataan.
Misalnya :
Anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua.
Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang
terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang
bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri
tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal
kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya : Seorang
anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman
musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai
pada setengah kemampuan orangtuanya.

Coba simak cerita tentang anak manusia yang hidup di bawah asuhan serigala berikut
ini : Ia bernama Robinson Crussoe. Crussoe sejak bayi hidup di tengah hutan rimba
belantara yang ganas. Ia tetap hidup dan berkembang atas bantuan air susu serigala
sebagai induknya. Serigala itu member Crussoe makanan sesuai selera serigala sampai
dewasa. Akhirnya, Crussoe mempunyai gaya hidup, bicara, ungkapan bahasa, dan watak
seperti serigala, padahal dia adalah anak manusia. Kenyataan ini pun membantah teori
Nativisme, sebab gambaran dalam cerita Robinson Crussoe itu telah membuktikan bahwa
lingkungan dan didikan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak.
C. Aliran NATURALISME
Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. Ia adalah filosof Prancis yang hidup tahun
1712-1778. Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia
mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena
pengaruh lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme. Nativisme
memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin dan Aminuddin R., 1992:
9), yaitu :
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya
secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik
berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang
mampu mendorong keberanian anak didik ke arah pendangan yang positif dan
tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.
Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola menciptakan
lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya. Anak dididik
secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri
sesuai dengan minat dan perhatiannya
Dengan demikian, aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang
bersifat paedosentris; artinya, faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan
proses belajar-mengajar.
D. Aliran KONVERGENSI
Tokoh aliran Konvergensi adalah William Stem. Ia seorang tokoh pendidikan
Jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran Konvergensi merupakan kompromi atau
kombinasi dari aliran Nativisme dan Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir
di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak
selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan
sama-sama berperan penting

Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan
pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak
lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi
perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik
yang dibawa anak.
Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat
bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan. Hanya saja, William
Stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut.
Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.
E. Aliran PROGRESIVISME
Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia
mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi
masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam
dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu
ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk
lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasannya
sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi
tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga
termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam
pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya,
peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian
dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul
di dalam maupun di luar sekolah.00
F. Aliran ESENSIALISME
Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat Idealisme dan realisme. Sumbangan yang
diberikan keduanya bersifat ekletik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai
pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilainilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan
yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang
dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama
empat
abad
yang
lalu,
yaitu
zaman
Renaisans.
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang pertama
adalah Johan Amos Cornenius (1592-1670), yaitu agar segala sesuatu diajarkan melalui
indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. Tokoh kedua adalah Johan Frieddrich
Herbart (1776-1841) yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan
jiwa seseorang dengan kebajikan Tuhan. Artinya, perlu ada penyesuaian dengan hukum

kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut sebagai
pengajaran. Tokoh ketiga adalah William T. Harris (1853-1909) yang berpendapat bahwa
tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak
terelakkan dan bersendikan kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara
nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada
masyarakat. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran Esensialisme
menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai esensial, yaitu yang telah teruji
oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun-temurun dari zaman ke zaman sejak
zaman Renaisans
G. Aliran PARENIALISME
Tokoh aliran Parenialisme adalah Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino. Parenialisme
memandang bahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu
dijadikan dasar pendidikan sekarang. Pandangan aliran ini tentang pendidikan adalah
belajar untuk berpikir. Oleh sebab itu, peserta didik harus dibiasakan untuk berlatih
berpikir sejak dini. Pada awalnya, peserta didik diberi kecakapan-kecakapan dasar seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Selanjutnya perlu dilatih pula kemampuan yang lebih
tinggi seperti berlogika, retorika, dan bahasa.
H. Aliran KONSTRUKTIVISME
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Glambatista Vico, seorang epistemolog
Italia. Ia dipandang sebagai cikal-bakal lahirnya Konstruksionisme. Ia mengatakan bahwa
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Paul Suparno,
1997: 24). Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang
dapat mengetahui segala sesuatu karena dia pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya
dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan. Bagi Vico, pengetahuan dapat
menunjuk pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan tidak bisa dilepas dari subjek
yang
mengetahui.
Aliran ini dikembangkan oleh Jean Plaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Plaget
mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu
dengan lingkungannya. Artinya, pengetahuan merupakan suatu proses, bukan suatu
barang. Menurut Plaget, mengerti adalah adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide
baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga dapat terbentuk pengertian
baru (Paul Suparno, 1997: 33).
Plaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga
proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data
baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian
struktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang
secara terus-menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Suwardi, 2004: 24).
Kesimpulannya, aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil
konstruksi kognitif dalam diri seseorang; melalui pengalam yang diterima lewat

pancaindra, yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.
Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari
seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa
dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu
akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan
untuk menggali pengalaman.

PENDIDIKAN MASA DEPAN
A. PERKIRAAN MASYARAKAT MASA DEPAN
Di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan
kebudayaan Indonesia.Dewasa ini perkembangan kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh
aspek kehidupan.Percepatan itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan
petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Perubahan tersebut antara lain (1) Adanya
Kecendrungan globalisasi, (2) Perkembangan IPTEK yang semakin cepat, (3) Perkembangan
arus informasi yang semakin padat dan cepat, (4) Tuntutan pelayanan yang lebih profesional
dalam segala kehidupan manusia.
Gejala itu sudah terlihat beberapa tahun belakangan ini dan akan terus meningkat di masa
yang akan datang. Pemahaman kita terhadap karakteristik masyarakat masa depan ini sangatlah
penting artinya sebagai dasar dalam penentuan kebijaksanaan dan upaya pendidikan yang akan
dilaksanakan.
1.

Kecenderungan Globalisasi

Globalisasi berarti keseluruhan atau secara umum, sehingga bumi ini seakan-akan sebagai
satu kesatuan tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling
ketergantungan antar bangsa di dunia. Gelombang globalisasi sedang menerpa seluruh aspek
kehidupan dan penghidupan manusia, menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan dengan
dampak yang berbeda- beda. Pengertian globalisasi bagi ilmuan sosial diartikan sebagai proses
penyebaran rasa cipta dan karya suatu kebudayaan sehingga diterima dan diadopsi oleh
kebudayaan lain di seluruh dunia.
Dalam proses globalisasi itu maka budaya yang kuat dan agresif akan mempengaruhi budaya
yang lemah dan pasif.
Budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif yang mempunyai ciriciri sebagai berikut :
a. Mempunyai cara berpikir yang rasional dan realistis.
b. Mempunyai kebiasaan membaca yang tinggi.
c. Mempunyai kemampuan menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cepat
dan banyak.
d. Terbuka terhadap inovasi, bahkan selalu berusaha mencari hal-hal baru.
e. Mempunyai pandangan hidup yang yang berdimensi local,nasional dan universal.
f. Mampu memprediksikan dan merencanakan masa depan.
g. Memanfaatkan teknologi yang senantiasa berkembang.

Menurut Emil Salim (dalam Tirtahardja, 2005) terdapat empat kekuatan gelombang
globalisasi yang paling kuat dan menonjol. Bidang tersebut meliputi iptek, ekonomi, lingkungan
hidup dan pendidikan. Kajian keempat bidang tersebut sebagai berikut :
a. Bidang IPTEK yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat, utamanya dengan
menggunakan teknologi canggih seperti komputer dan satelit. Globalisasi iptek tersebut
memberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta berbicara tanpa batas negara.
b. Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa
mengenal batas-batas negara. Globalisasi ekonomi telah menyebabkan batas-batas negara
hanya tapal batas dan politik,sedangkan dari segi ekonomi semakin kabur. Krisis ekonomi
pada suatu negara memberi dampak pada negara-negara lain.
c. Bidang lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup di negara tertentu juga akan
berdampak pada negara lainnya.Oleh karena itu diperlukan wawasan dan kebijakan yang tepat
dalam pembangunan yang menjamin kelestarian dan keselamatan lingkungan atau
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Contohnya kebakaran hutan yang asapnya
sampai ke Negara-negara tetangga.
d. Bidang pendidikan yang berkaitan dengan identitas bangsa termasuk budaya nasional dan
budaya -budaya nusantara. Melalui media cetak,media elektronik,dll juga akan mempengaruhi
sikap dan prilaku individu. Kecendrungan globalisasi merupakan suatu gejala yang tidak bisa
dihindari.

2.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Perkembangan IPTEK yang semakin cepat dalam era globalisasi ini merupakan salah satu
ciri utama dari masyarakat masa depan. Percepataan perkembangan IPTEK tersebut terkait
dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Segi landasan ontologis objek telah
adalah berupa pengalaman dan semua wujud yang dapat dijangkau lewat alat indra telah
mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya piranti yang membantu alat indra
tersebut.
Dari segi epistemologis cara yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan yang disebut
ilmu pengetahuan tersebut telah mengalami perkembangan yang pesat. Selanjutnya landasan
aksiologis atau untuk apa iptek itu dipergunakan, yang mempersoalkan untuk apa IPTEK itu
dipergunakan secara moral tertuju pada kemaslahatan manusia. Dan terdapat serangkaian
kegiatan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK, yakni :
a. Penelitian dasar ( basic research ).
b. Penelitian terapan ( applied research ).
c. Pengembangan teknologi ( technological development ).
d. Penerapan teknologi.

3.

Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat

Salah satu perkembangan IPTEK yang luar biasa adalah perkembangan informasi dan
komunikasi, utamanya satelit komunikasi, komputer dan lainnya. Begitu pula yang terjadi di
Indonesia kemajuan itu telah mendorong perubahan masyarakat dari petani menjadi masyarakat
industri dan informasi.Seiring dengan itu komunikasi antar manusia yang berbeda dalam latar
kebangsaan dan kebudayaan makin meluas karena kemajuan transportasi dan telekomunikasi.
Meskipun teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami perkembangan yang pesat,
namun belum merata pada semua negara.Perkembangannya di negara berkembang masih sangat
lambat karena didominasi oleh negara-negara maju.Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk
merebut teknologi tersebut. Namun, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu:
a. Pengembangan teknologi satelit yang mutakhir.
b. Penggunaan teknologi digital yang mampu menyalurkan signal yang beragam.
c. Di bidang media cetak antara lain penggunaan VDT ( video display terminal ), surat kabar
elektronik, dan sistem cetak jarak jauh.
d. Di media elektronik antara lain penggunaan DBS ( direct broadcast satelitte ). Kesemua hal
itu akan mempercepat terwujudnya suatu masyarakat informasi sebagai masyarakat masa
depan.
4.

Peningkatan Layanan yang Semakin Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan
profesional dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek yang
semakin cepat serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka anggota
masyarakat masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang
semakin tinggi. Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, yang
mempunyai keahlian, tanggung jawab, dan kesejawatan. Di bawah ini berbagai ciri profesi,
yaitu:
a. Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu harus mendapat
pengakuan dari masyarakat.
b. Terdapat sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur
yang unik, serta memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mempalajarinya sebagai
periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu melaksanakan layanan itu.
c. Terdapat suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu, sehingga hanya yang
kompeten yang diperbolehkan melaksanakan layanan profesi itu.
d. Terdapat suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku dan cara
kerja dari anggotanya itu.
e. Terdapat organisasi profesi yang akan berfungsi menjaga layanan profesi dan melindungi
kepentingan dan kesejahteraan anggotanya.
f. Pemangku profesi memandang profesinya sebagai suatu karir hidup dan menjadi seorang
anggota yang relatif permanen serta mempunyai kemandirian dalam melaksanakan profesinya
dan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sendiri.

B. ANTISIPASI TERHADAP PENDIDIKAN MASA DEPAN
1. Tuntutan bagi Pendidikan Masa Depan
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan IPTEK, dan kesempatan
menerima arus informasi yang cepat tetntulah memerlukan warga yang mau dan mampu
menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi yang baru tersebut.
Untuk itu pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang mampu menghadapi
tantangan zaman baru yang akan datang. Yang melahirkan generasi yang “ think globally but act
locally”. Sehingga diperlukan pula penggarapan pendidikan yang baru yang harus menyeluruh
mulai dari lapis sistem/nasional, lapis institusional, sampai pada lapis individual.
1. berkolaborasi secara efektif
2. Dapat mengarahkan diri sendiri
3. Paham akan informasi dan media
4. Paham dan sadar akan masalah global
5. Memikirkan kepentingan umum
6. Terampil dalam keuangan, ekonomi dan kewirausahaan
Dengan demikian pendidikan akan membawa angin segar bagi seluruh umat manusia. Satu
hal yang perlu kita pahami melalui ungkapan McKenzie, yaitu “untuk mendidik dan
menghasilkan orang dewasa yang tidak sekedar menjadi penduduk dunia namun juga mencoba
untuk menciptakan dunia masa depan yang cocok untuk semua penduduknya”. Inilah sebenarnya
yang diharapkan, mudah-mudahan apa yang diharapkan ini bisa terwujud dengan cepat.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah, khususnya di kabupaten/kota, seyogyanya
dikaji lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan, yaitu:
1. Bagaimana kondisi gurunya? (persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi,
kompetensi pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat kesejahteraan);
2. Bagaimana kurikulum disikapi dan diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan
daerah?;
3. Bagaimana bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan
siswa, kualitas buku pelajaran);
4. Apa saja yang dirujuk sebagai sumber belajar oleh guru dan siswa?;
5. Bagaimana kondisi prasarana belajar yang ada?;
6. Adakah sarana pendukung belajar lainnya? (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan
antarsekolah, jaringan sekolah dengan pusat-pusat informasi);
7. Bagaimana kondisi iklim belajar yang ada saat ini?.
Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan
terhadap segala persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap
kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal,
menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri.
Perlu diidentifikasi unsur-unsur yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi

proses peningkatan mutu pendidikan, selain pemerintah daerah, misalnya kelompok pakar,
paguyuban mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat daerah, perguruan tinggi, organisasi massa,
organisasi politik, pusat penerbitan, studio radio/TV daerah, media masa/cetak daerah, situs
internet, dan sanggar belajar.

C. KONSEP PENDIDIKAN DI MASA DEPAN
"Behavioristik VS Konstruktivistik". Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berperan
mencetak generasi-generasi penerus bangsa masih cenderung menerapkan atau menggunakan
konsep pendidikan klasikal yang lebih banyak mengarah kepada keteraturan, ketertiban,
keseragaman, kerapian, sehingga semua tertata rapi. Era “takkan berubah dan tak boleh diubah”
yang bermuara pada ”kepastian”, keteraturan, kerapian, ketertiban, dan keseragaman, paling
tidak sebagai harapan, karena hingga kini belum pernah menjadi kenyataan, telah kita lewati
sekian lama. Siapapun yang hidup di negara ini dipaksa untuk menikmatinya, dan tak terasa telah
berjalan selama lebih dari setengah rata-rata usia manusia. Kini, era “takkan berubah dan tak
boleh diubah” mendapat sorotan dan menjadi wacana oleh orang yang peduli akan perubahan,
salah satunya adalah Prof. DR. I Nyoman S. Degeng, M.Pd., beliau berpendapat bahwa muara
akhir dari era keteraturan adalah ketidakteraturan. Ketertiban bermuara pada kekacauan, dan
pada saat ini kita telah mengalami pergeseran dari era “takkan berubah dan tak boleh diubah”
menuju era “kesemrawutan”.
Mulai bergesernya era di dalam pendidikan kita selama ini, berimplikasi pada munculnya
demokratisasi pendidikan, dimana masing-masing sekolah atau lembaga pendidikan dapat
mengembangkan konsep pendidikan yang ada sesuai dengan visi, misi dan potensi yang ada pada
sekolah atau lembaga pendidikan tersebut. Pemecahan masalah-masalah belajar dan
pembelajaran sangat nampak sekali bertumpu pada paradigma keteraturan (behavioristik)
sebagai lawan dari paradigma kesemrawutan (konstruktivistik). Belajar dan pembelajaran
disemua jenjang nampak sekali didesain dengan menggunakan pendekatan keteraturan.
Suatu pendekatan yang hingga kini diyakini sangat sahih oleh pengajar, orang tua, atau
pendidik lainnya. Pada kajian tentang konsep pendidikan masa depan, penulis mencoba untuk
menganalisis berdasarkan bahan bacaan yang relevan dalam upaya untuk mencari pendekatan
pemecahan masalah pendidikan, khususnya terkait dengan belajar dan pembelajaran dalam
kaitan konsep pendidikan masa depan. Konsep pendidikan yang selama ini kita laksanakan
(pendekatan behavioristik) lebih cenderung mematikan potensi yang ada pada anak. Bagaimana
tidak, peserta didik dianggap sebagai gelas kosong yang dapat kita (Pendidik) isi dengan apapun.
Padahal semua anak berbeda, dan masing-masing tentunya mempunyai potensi, pengetahuan dan
keterampilan yang berbeda pula. Jadi, peserta didik bukanlah sebuah gelas kosong atau kertas
putih yang dapat diisi atau ditulis semaunya oleh pendidik. Sangat jelas sekali, bahwa peran
pendidik hanya sebagai motivator, fasilitator untuk menstimulasi potensi yang ada pada anak.

Pendekatan konstruktifistik lebih menekankan pada sesuatu yang beragam, ketidakteraturan, dan
ketidakteraturan.
Dengan memandang bahwa masing-masing anak itu berbeda dan memiliki potensi, serta
model pembelajaran yang asik dan menyenangkan, maka akan indah sekali kiranya pendidikan
kita. Sehingga tidak ada lagi yang namanya anak nakal ataupun bodoh.

PERMASALAHAN PENDIDIKAN
A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya.
Sebenarnya masalah pendidikan itu bersumber dari diluar sistem
pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah
tidak dapat terlepas dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di
sekitarnya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah

pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen dan
melibatkan banyak pihak.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia
pendidikan, diantaranya :
1. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan
pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah
kehidupan bermasyarakat.
Jenis Permasalah Pokok Pendidikan

1.
2.
3.
4.

Masalah yang dimaksud ialah :
Masalah pemerataan pendidikan,
Masalah mutu pendidikan,
Masalah efesiensi pendidikan, dan
Masalah relevansi pendidikan.

B. Upaya Penanggulangannya
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalahmasalah aktual, seperti :
1. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup
berlangsung hanya secara insidental.
2. Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh
kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir
atau perlulusan.
3. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke
perguruan tinggi dengan yang langsung terjun ke masyarakat.
4. Pendidikan tenaga kependidikan (guru) perlu diberi perhatian khusus,
karena guru merupakan penyebab utama dalam lahirnya sumber daya
manusia yang berkualitas untuk pembangunan.
5. Perlu diadakan penelitian secara meluas pada masyarakat untuk faktor
penunjang dan utamanya faktor penghambatnya.

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 telah
ditetapkan antara lain bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang.
A. Kelembagaan, Pogram, dan Pengelolaan Pendidikan
1. Kelembagaan Pendidikan
a. Jalur pendidikan, diantaranya : sekolah dan luar sekolah.
b. Jenjang pendidikan, diantaranya : pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
tinggi.
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
a. Jenis program pendidikan, diantaranya : pendidikan umum, kejuruan, pendidikan
luar biasa, kedinasan, pendidikan keagamaan.
3. Pengelolaan Pendidikan
Dengan upaya pembangunan pendidikan nasional.
1. Jenis upaya pembaruan pendidikan, diantaranya : pembaruan landasan yuridis,
pembaruan kurikulum, pembaruan pola masa studi, pembaruan tenaga
kependidikan.

JENIS-JENIS PENDIDIKAN
Terdapat beberapa jenis pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia. Jenis pendidikan adalah
kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan dalam sebuah satuan pendidikan.
Jenis pendidikan itu antara lain, pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan akademik,
pendidikan profesi, pendidikan vokasi, pendidikan keagamaan dan pendidikan khusus.
 Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah. Bentuknya: sekolah dasar
(SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
 Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk
bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk sekolahnya adalah Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dan Madrasah aliyah kejuruan (MAK).
 Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana,
bertujuan untuk penguasaan ilmu pengetahuan, yang mencakup program pendidikan
sarjana, magister, dan doktor.
 Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana untuk
mempersiapkan peserta didik memasuki suatu profesi tertentu. Gelar profesi yang ada di
Indonesia : Akuntan (Ak.), Apoteker (Apt.), Dokter (dr.), Dokter gigi (drg.), Dokter
hewan (drh.), Perawat (Ners), Psikolog (Psi.), Fisioterapi (Physio.), dan Insinyur (Ir.).
 Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi agar peserta didik memiliki pekerjaan
dengan keahlian tertentu. Pendidikan vokasi mencakup program pendidikan diploma 1,
diploma 2, diploma 3, dan diploma 4 yang setara dengan program pendidikan akademik
strata 1. Gelar vokasi yang ada di Indonesia antara lain: Ahli Pratama (A.P.) untuk
lulusan Diploma Satu (D-I), Ahli Muda (A.Ma.) untuk lulusan Diploma Dua (D-II), Ahli
Madya (A.Md.) untuk lulusan Diploma Tiga (D-III), Sarjana Sains Terapan (SST.) untuk
lulusan Diploma Empat (D-IV), Magister Sains Terapan (MST), dan Magister Teknik
Terapan (MTT)
 Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didiknya untuk menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama. Satuan pendidikan penyelenggara : Seminari Alkitab,
Sekolah Tinggi Theologia (STT), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah
(MTs), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), Pendidikan diniyah,
Pesantren, Pasraman, dan Pabhaja samanera

 Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
mempunyai kebutuhan khusus. Bentuknya berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB). Jenis-jenis
Sekolah Luar Biasa menurut kebutuhan masing-masing anak didik : SLB A : untuk anak
tunanetra, SLB B : untuk anak tunarungu, SLB C : untuk anak tunagrahita, SB D : untuk
anak tunadaksa, SLB E : untuk anak tunalaras, dan SLB G : untuk anak cacat ganda.
Agar bisa mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, dalam proses pendidikan yang berfungsi
untuk mengembangkan suatu potensi yang ada didalam diri para peserta didik disebut sebagai
jalur pendidikan. Pada prinsipnya, Jalur Pendidikan dibedakan ke dalam 3(tiga) jenis, yaitu :
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang ditempuh pada lembaga legal dan tahapan dalam pendidikan
ini sangat jelas. Dalam pendidikan Formal, peserta didik harus menempuh pendidikan dasar yang
memiliki durasi waktu selama 9 (Sembilan) tahun, selanjutnya dilanjutkan ke tingkat SMA atau SMK,
setelah itu para peserta didik juga masih bisa melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu ke Perguruan
tinggi.
2. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal biasanya terdapat pada anak usia belia ataupun sebagai pendidikan penunjang
kegiatan belajar secara formal. Pendidikan non-formal sangat mudah kita jumpai, seperti hadirnya
tempat kursus, seperti kursus bimbingan belajar, kursus menyanyi, kursus menari dan sebagainya.
Sedang yang lainnya bisa kita jumpai pendidikan di TPA untuk peserta didik beragama Muslim atau
Sekolah Minggu untuk peserta didik beragama Kristen dan Khatolik. Memang tidak semua lapisan
masyarakat mampu mengenyam pendidikan non-formal, tapi banyak juga lembaga yang menyediakannya
secara gratis.
3. Pendidikan informal
Disebut sebagai pendidikan informal karena pendidikan ini dilakukan secara mandiri dari dalam diri
sendiri yang memiliki kesadaran serta tanggung jawab yang penuh dalam proses penerapannya.
Pendidikan informal biasanya dimulai dari lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika
pendidikan ini dimulai dari ruang lingkup keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting karena orang
tua merupakan panutan pertama yang biasanya dijadikan teladan dari para peserta didik. Maka dari itu,
orang tua pun harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup sehingga dampak yang diharapkan
akan berhasil dengan baik. Sementara itu, pendidikan dari lingkungan masyarakat juga tidak kalah
penting, karena peran masyarakat adalah sebagai penunjang pembentukan karakter seseorang. Jika kita
memiliki lingkungan masyarakat yang baik, maka para peserta didik pun akan menghormati dan
menjalankan sesuai adat dan istiadat yang ada. Namun jika dilingkungkan masyarakat tidak memiliki
perilaku yang baik, dikhawatirkan akan memiliki dampak yang buruk dalam perkembangan mental
seseorang.

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya
Fuad Hasan menyatakan : “Manusia adalah makhluk yang terentang antar “potensi”
dengan “aktualisasi” (Manusia dan Citranya, Juni 1985). Jadi pendidikan mengarah ke
dalam diri manusia, sedangkan pembangunan mengarah ke luar yaitu lingkungan sekitar
manusia.
Adapun esensi pembangunan serta antarkeduanya, meliputi :
1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan
merupakan usaha ke luar dari diri manusia.
2. Pendidikan menhasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan
hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan
seterusnya.)
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
Sumbangan Pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari beberapa segi :
1. Segi sasaran,
2. Segi lingkungan,
3. Segi jenjang pendidikan, dan
4. Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan.
C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Wujud pembangunan sistem pendidikan meliputi beberapa aspek, diantaranya :
1. Aspek filosofif dan keilmuan,
2. Aspek yuridis atau perundang-undangan,
3. Struktur, dan
4. Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan orientasi.