Cara Teknis Budidaya Tanaman Sengon

Cara Teknis Budidaya Tanaman Sengon / Albasia / Albazia
Label: Budidaya Pertanian
Botani Sengon
Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga
petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut :
Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang
(jawa).
Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore)
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya.
Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm.
Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak
beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan
rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu
lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan
mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan
sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya
tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya
berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi

subur.
Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi
kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui
DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa,
Bali dan Sumatra.
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna
putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga
jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong
buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna
coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.

Habitat Sengon
Tanah
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur
lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
Iklim
Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian
tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut.
Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 °

– 27 °C.
Curah Hujan
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi,
pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan
pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah
hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak
terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.
Kelembaban
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban
tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar
50%-75%.
Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon
Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat
dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat
baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai
daun sengon tersebut.
Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri

Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat
membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon
sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat

ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani
penggarapnya.
Kayu
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya.
Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai
keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan
baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api,
pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.
Pembibitan Sengon
a) Benih
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih
harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon
yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi
inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai
berikut :
Kulit bersih berwarna coklat tua

Ukuran benih maksimum
Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya,
dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut.
Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
b) Kebutuhan Benih
Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung
dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
Jarak tanam 3 x 2 meter
Satu lubang satu benih sengon

Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
Daya tumbuh 60 %
Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan
memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan
3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2

meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
c) Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah
apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment
guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas
mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin
sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
d) Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh
karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim
( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit
pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung
dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana
dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu
pengetahuan yang cukup diandalkan.


Pembibitan Sengon
a) Benih

Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih
harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon
yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi
inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai
berikut :
Kulit bersih berwarna coklat tua
Ukuran benih maksimum
Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya,
dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut.
Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
b) Kebutuhan Benih
Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung
dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :

Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
Jarak tanam 3 x 2 meter
Satu lubang satu benih sengon
Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
Daya tumbuh 60 %
Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan
memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan
3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2
meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
c) Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah
apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment

guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas
mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin
sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
d) Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh
karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :

Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim
( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit
pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung
dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana
dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu
pengetahuan yang cukup diandalkan.

Langkah-Langkah Penyemaian Benih Sengon
Terlepas dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung maka
langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap – tahap kegiatan sebagai berikut:
a) Penaburan
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang
maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung
terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik
pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :

Benih
Bedeng tabur/bedeng kecambah
Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1

Peralatan penyiraman
Tersedianya air yang cukup
dan sebagainya.
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan
ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian
bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari
kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna
mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal.
Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya
penguapan yang berlebihan.
Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini
berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling
tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10
hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.
Penyapihan Bibit

Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :
Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada
bagian sisi-sisinya.
Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi
¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.
Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami
atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di
lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.
c) Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :
Penyiraman

Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit.
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle.
Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan
normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan "gir:
sebagai berikut :
Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai
volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama
seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan.
Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya
70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit
sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
Penyiangan
Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu
dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan
yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.
Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan
kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik
pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan
kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan
pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada
saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau
komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan

dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara
mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;
Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang
rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh
tanaman.
Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul
atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).
Penanaman
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :
Pembuatan dan pemasangan ajir tanam
Ajir dapa dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5
cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam,
dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan
Pembuatan lobang tanam, lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir
yang sudah terpasang.
Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi
persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan
pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.
Penanaman bibit, pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati – hati agar bibit
tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit
tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan
Penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik,
penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan
pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan
bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai
pemeliharaan yang intensif.
Penyiangan,
Pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman
penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar
kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu

tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang
biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk
memutus daur hidupnya.
Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman
sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan,
karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.
Pendangiran,
Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk
memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanman.
Pemangkasan,
Melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).
Penjarangan
Penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman
sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun,
Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon
per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan
penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon
dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur.
Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu
walang" (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur
penanaman.
Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka
pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun
ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan,
pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan
penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan
dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis
kehutanan yang ada. [Sumber]
http://www.gogreen.web.id/2008/10/cara-teknis-budidaya-tanaman-sengon.html

PERKECAMBAHAN BENIH/BIJI
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman. Pada budidaya tanaman
pangan utama yang merupakan tanaman serealia, benih sebagai penyambung kehidupan tanaman

sangatlah penting. Oleh karena itu mutu benih harus diketahui sebelum petani menanam, untuk
mencegah kegagalan petani.
Menurut Sajad (1977) dalam konteks budidaya pertanian, benih dapat dipandang melalui empat macam
titik tolak pemikiran, yaitu :

1. Batasan struktural
Mendasarkan pengertian kepada segi anatomi dari biji. Proses pembentukan biji pada berbagai
jenis tanaman tidak sama, baik disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor lingkungannya.
Ketidaksempurnaan dalam proses pembuahan bakal biji akan mengakibatkan terbentuknya biji
yang tidak sempurna. Hal ini akan mengakibatkan produsen benih mengalami kerugian karena
sasaran kuantitatif maupun kualitatif produksi tidak tercapai.

2. Batasan fungsional
Bertolak dari perbedaan antara fungsi benih dan biji. Di sini benih adalah biji tumbuhan yang
digunakan oleh manusia untuk penanaman atau budidaya. Sebagai contoh: gabah dan benih
padi mempunyai bentuk fisik yang sama tetapi berbeda dalam fungsinya. Gabah untuk
diberaskan dan benih padi untuk disemaikan.

3. Batasan agronomi/budidaya pertanian
Batasan benih sebagai sarana budidaya pertanian mendasarkan pengertian bahwa di samping
penggunaan sarana produksi lainnya yang maju maka benih yang digunakan harus memiliki
tingkat kekuatan tumbuh dan daya kecambah yang tinggi sehingga mampu mencapai produksi
secara maksimum.

4. Batasan teknologi
Batasan teknologi memberikan pengertian
kepada benih sebagai kehidupan biologi
benih. Benih tegasnya suatu tanaman mini
yang tersimpan baik di dalam suatu wadah
dan dalam keadaan istirahat. Materi yang
membentuk kulit biji ada berbagai ragam.
Perlakuan teknologi sangat penting untuk
menyelamatkan benih dari kemunduran
kualitasnya dengan memperhatikan sifat-sifat
kulit bijinya. Benih juga harus diusahakan
semurni mungkin bagi suatu varietas yang
disebutkan. Batasan ini merupakan batasan
teknologi yang membatasi bidang teknologi
benih untuk tidak berbuat ceroboh dalam
menangani benih.

Benih yang digunakan dalam budidaya tanaman
dituntut yang bermutu tinggi, yaitu sehat dan bersih,
sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman
yang berproduksi optimum dengan sarana teknologi
yang maju. Petani sering mengalami kerugian baik
biaya maupun waktu akibat penggunaan benih yang
kurang baik. Karena kita beritikad hendak melindungi

petani dari kegagalan benih maka pengujian benih perlu dilakukan. Salah satu faktor yang mengukur
kualitas benih adalah persentase perkecambahan.

Persyaratan Benih
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b. Benih harus bebas hama dan penyakit.
c. Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari
kotoran.

d. Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e. Mempunyai daya kecambah 80%.
f. Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
Kemampuan potensi lapang dari benih untuk keperluan budidaya diharapkan benih tidak hanya baik tapi
juga mempunyai kekuatan tumbuh. Ciri-ciri benih yang kuat sebagai berikut:

a. dapat tahan bila disimpan
b. berkecambah cepat dan merata
c. tahan terhadap gangguan mikroorganisme
d. bibit tumbuh kuat, baik di tanah yang basah maupun kering
e. bibit dapat memanfaatkan persediaan makanan dalam benih semaksimum mungkin sehingga
dari bibit dapat tumbuh jaringan-jaringan yang baru

f. laju tumbuhnya tinggi
g. menghasilkan produksi yang tinggi dalam waktu tertentu.

Proses Perkecambahan Benih
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan
morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap-tahap yang terjadi pada proses perkecambahan benih adalah:

1. penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma

2. terjadi kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih
3. terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk
yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titk tumbuh

4. asimilasi dari bahan-bahan tersebut di atas pada daerah meristematik untuk menghasilkan energi
bagi pertumbuhan sel-sel baru

5. pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada
titik tumbuh.
Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah
sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air,
temperatur, oksigen, dan cahaya.

1. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas
tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal
ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum
sempurna. Pada tingkat kemasakan yang bagaimanakah sebaiknya panen dilakukan agar
diperoleh benih yang memiliki viabilitas maksimum, daya kecambah maksimum serta
menghasilkan tanaman dewasa yang sehat, kuat, dan berproduksi tinggi. Hal ini perlu dilakukan
penelitian, khususnya untuk benih-benih serealia, seperti padi, jagung, gandum, maupun
sorgum. Kami mencoba untuk menampilkan pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap
perkecambahan benih meskipun bukan pada komoditas tanaman pangan namun pada benih
tomat sebagai ilustrasi (Tabel 1).
Tabel 1.
Pengaruh tingkat kemasakan benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill) varitas
Money-maker terhadap berat benih, persentase perkecambahan di laboratorium dan
produksi di pot (Sutopo, 1977).

Tingkat kemasakan buah
pada saat benih diambil

Rata-rata berat
100 biji (gram)

Rata-rata persentase
Perkecambahan (%)

Rata-rata produksi
Per tanaman
(gram)

Hijau matang

0.29

64.7

387.40

Merah masak

0.37

86.2

570.95

Lewat masak

0.37

83.6

533.59

2.
Ukuran benih
Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih. Bahan-bahan tersebut
diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat perkecambahan. Berdasarkan hasil
penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada benih
sorgum. Makin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat. Dinyatakan
juga bahwa berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih
menentukan besarnya kecambah pada pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
3.
Dormansi
Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan
pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah:
impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio
rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan
penghambat perkecambahan. Benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan
seperti: pemberian suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau
direndam dalam larutan asam sulfat.
4.
Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-zat tersebut
adalah: herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang
mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida).
Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak dapat dipandang sebagai
penyebab dormansi. Istilah induksi dormansi digunakan bila benih dapat dibuat berkecambah lagi oleh
beberapa cara yang telah disebutkan.
5.
Air
Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit pelindung benih dan jumlah
air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi
tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya.
6.
Temperatur
Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih. Temperatur minimum/maksimum adalah temperatur terendah/tertinggi saat
perkecambahan akan terjadi. Di bawah temperatur minimum atau di atas temperatur maksimum akan
terjadi kerusakan benih dan terbentuknya kecambah abnormal.
Tabel 2.
Temperatur minimum, optimum dan maksimum untuk perkecambahan
beberapa jenis tanaman (Milfhorpe & Moorby dalam Sutopo, 1993.
Jenis tanaman

Beras

Minimum (oC)

11

Optimum (oC)

32

Maksimum (oC)

38

Jagung

9

33

42

Gandum

4

25

32

Rye

2

25

35

Lucerne

1

30

38

7. Oksigen
Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan
berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan
oksigen dan pelepasan karbon dioksida , air dan energi. Proses perkecambahan dapat terhambat
bila penggunaan oksigen terbatas. Namum demikian beberapa jenis tanaman seperti padi
(Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan kurang oksigen.

8. Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada jenis
tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat
menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak
normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.
Kriteria Kecambah Normal dan Abnormal
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh
normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum. Berikut ini adalah
uraian kriteria kecambah normal dan abnormal.

1. Kecambah normal
1. kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar primer
dan akar seminal paling sedikit dua.

2. perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan.
3. pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik. Epikotil tumbuh
sempurna dengan kuncup normal.

4. memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.
b. Kecambah abnormal

1. kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek.
2. bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan kurang
seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek,
kecambah kerdil.

3. kecambah tidak membentuk klorofil.
4. kecambah lunak.
Gambar-gambar berikut adalah contoh kecambah normal dan abnormal pada

1. padi
2. jagung
3. sorgum
4. kedele
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4344/kecambah.html