Roda ekonomi masyarakat pesisir dengan a

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

TOPIK

NAMA

: PARAMITHA SARI KASDIR

NIM

: L041 17 1014

PROGRAM STUDI

: SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

FAKULTAS

: ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

: EKONOMI MASYARAKAT PESISIR


JUDUL : RODA EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DENGAN ADANYA PPI DI
KOTA PAREPARE
A. PENGANTAR

Disiplin ilmu sosial ekonomi perikanan, pasti tak jauh dari masalah
masyarakat pesisir yang menjadi pokok bahasannya. Terlebih, memang
cakupan masyarakat pesisir unik untuk ditelaah masalah dan penyelesaian hal
yang ingin dikaji. Cakupan masyarakat pesisir sangatlah luas terutama dinegara
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang tak lepas dari pengaruh hal
yang mengenai laut, perikanan dan wilayah pesisirnya. Sehingga pada
kesempatan ini, kita akan membahas mengenai sektor perikanan disalah satu
belahan wilayah negara kita mengenai ekonomi dan bentuk sosialnya kepada
masyarakat banyak.
Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki laut yang
dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 dan mempunyai potensi serta
keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Hal
ini merupakan modal yang besar bagi pembangunan ekonomi dan pada
akhirnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, sumber daya kelautan dan perikanan tersebut dapat digunakan

sebagai sumber bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat.
Sehingga peningkatan produksi perikanan diharapkan mampu mendukung
ketahanan pangan nasional. Sementara itu, berdasarkan data dari FAO, pada
tahun 2012, Indonesia menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan
tangkap laut dunia, peringkat ke-4 untuk produksi perikanan budidaya di dunia,
dan peringkat ke-2 untuk produksi rumput laut di dunia. 1
1

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.45/MEN/2011

Sejak beberapa tahun terakhir, perikanan tangkap mengalami perlambatan
pertumbuhan produksi dan cendenrung mengalami stagnasi. Hal ini karena
jumlah hasil tangkapan yang telah mendekati produksi tangkapan lestari
(Maximun Sustainable Yield/MSY) sebesar 6,5 juta ton per tahun, dengan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan (Total Allowable Catch/TAC) adalah 80
persen dari MSY.2 Saat ini upaya pengelolaan penangkapan ikan di laut lebih
diarahkan pada pengendalian dan penataan faktor produksi untuk
menghasilkan pemanfaatan yang berkesinambungan. Selanjutnya, upaya
peningkatan produksi perikanan budidaya perlu memperhatikan daya dukung
lingkungan, diantaranya terkait kualitas air dan pencemaran yang mungkin

terjadi akibat pemberian pakan yang berlebihan, serta pembukaan lahan baru
untuk tambak/kolam pemeliharaan ikan.
Kajian “Strategi Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan” ini, diharapkan dapat
memberikan gambaran terkait penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan
pembangunan nasional di masa datang sebagai bagian dari kebijakan dan
pelaksanaan pembangunan bidang kelautan dan perikanan pada saat ini. Hasil
Kajian ini, sudah barang tentu masih jauh dari ideal dan masih memerlukan
penyempurnaan. Namun demikian, sebagai suatu pemikiran, dokumen ini
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penyusunan kebijakan/strategi
operasional dan perencanaan bagi stakeholders dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan terkhusus pada daerah-daerah pedalaman tetapi memiliki potensi
SDA yang melimpah.
Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan dokumen ini dan berharap dokumen ini
dapat
bermanfaat bagi para pelaku usaha perikanan dan stakeholders lainnya baik di
tingkat nasional maupun daerah. Salah satu tujuan dalam program
pembangunan sektor pariwisata wilayah pesisir secara terpadu adalah
peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir itu sendiri, baik dari segi
ekonomi maupun secara sosial. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila

tentang
Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia dalam
https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanj
utan.pdf
2

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.15/MEN/2012 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. dalam
https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanj
utan.pdf

program pembangunan
berkesinambungan.

tersebut

dilaksanakan

secara


terpadu

dan

Pemanfaatan wilayah pesisir dan sumber daya yang terkandung di dalamnya,
harus dilaksanakan secara hati – hati melalui program yang terencana dan
terpadu, karena efeknya akan dapat dirasakan oleh masyarakat yang bermukim
di daerah pesisir, baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Daerah – daerah
yang mempunyai wilayah pesisir tersebut, khususnya di kota Parepare, harus
segera sadar dan bangkit mengambil tindakan mencegah kegiatan
pembangunan yang tidak memberi kesempatan kepada lingkungan alamnya
untuk mempertahankan dirinya, khususnya menyangkut sumber daya alamnya
yang cukup melimpah.
Dari hal inilah penulis berharap dengan adanya pengelolaan yang memadai
dan bermutu serta pemanfaatan yang optimal mampu mensejahterahkan
masyarakat Indonesia melalui kekayaan alamnya yang memang menjadi hak
kekayaan rakyatnya. Dan semoga melalui karya tulis ini, pembaca mampu
memahami seberapa penting peranan masyarakat pesisir untuk
mengembangkan kekayaan yang sudah ada dengan kita menjadi SDM yang

berkulitas dan saling berhubungan satu sama lain.
B. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan pada karya tulis ini, yaitu melalui
pengamatan secara langsung, pengalaman penulis, dan data seputar perikanan
melalui internet. Dimana hal-hal tersebut termasuk dalam , metode primer dan
metode sekunder, yang menunjukkan bahwa pengamatan dan pengalaman
merupakn metode primer dan data dari internet merupakan metode sekunder.
Topik yang saya angkat kali ini, menarik untuk saya kulik karena tidak jauh
dari disiplin ilmu saya yaitu mengkaji hal sosial dan ekonomi pada sektor
perikanan dimana subjek utamanya terdapat dikota asal saya sendiri yaitu Kota
Parepare. Disana dapat dijumpai salah satu sarana pemerintah bagi para
nelayan sekitar untuk melakukan transaksi penjualan terhadap hasil tangkap
ikan mereka yang tak jauh dari tempat penangkapan karena lokasi sarana ini
mendukung dan sangat dekat dengan tempat penangkapan dan
pembudidayaan ikan.
C. PEMBAHASAN
Upaya memanfaatkan sumber daya ikan secara optimal, berkelanjutan, dan
lestari merupakan tuntutan yang sangat mendesak bagi sebesarnya-besarnya

kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan

pembudidaya ikan, pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, memperluas
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan ekspor untuk
menghasilkan devisa negara. Berdasarkan hal ini, guna memberikan manfaat
yang maksimal bagi masyarakat dan negara Indonesia serta menjamin
keberlangsungan usaha perikanan itu sendiri, maka sudah seharusnya
pembangunan dan aktivitas perikanan nasional secepatnya diarahkan untuk
menerapkan kaidah-kaidah perikanan berkelanjutan. Pada dasarnya
pembangunan berkelanjutan, termasuk bidang perikanan, mencakup tiga aspek
utama, yaitu: ekologi, ekonomi, dan sosial. 3
PPI ( Penjualan dan pelelangan ikan) merupakan tempat yang akan kita kulik
bersama yang merupakan sarana pemerintah daerah untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat dikota bandar madani tersebut. Kota Parepare memang
merupakan kota dengan luas wilayah laut yang cukup besar sehingga
memungkinkan bagi masyarakatnya untuk berprofesi sebagai nelayan. Selain
disektor perikanan, luas wilayah laut dikota ini juga dimanfaatkan sebagai
sarana pelabuhan besar yang mengangkut penumpang dan barang yang hampir
beroperasi setiap harinya yang berlayar kepulau kalimantan, sumatera bahkan
negara tetangga seperti Malaysia. Melalui sektornya dibidang kelautan dan
perikanan yang kaya, tak jarang banyak orang luar yang memilih menetap dikota
yang memiliki luas wilayah 99,33 km2.

PPI sering digunakan sebagai tempat untuk melelang dan menjual ikan-ikan
segar yang akan dibeli langsung oleh distributor dari kota luar yang akan dijual
kembali pada hari itu juga. Sarana ini mampu mempermudah para nelayan
setempat untuk meningkatkan ekonominya karena tempat yang memadai dan
ikan hasil tangkapan cepat habis dan menambah devisa bagi kota sendiri.
Tempat penjualan ikan merupaka salah satu penerapan dari misi perikana
berkelanjutan. Perikanan berkelanjutan adalah upaya memadukan tujuan sosial,
ekonomi dan ekologi. Konsep perikanan berkelanjutan muncul dari kesadaran
lingkungan. Perikanan berkelanjutan dikembangkan karena kecemasan akan
makin merosotnya kemampuan lingkungan perairan untuk menyangga
ketersediaan sumber daya ikan. Ide awal perikanan berkelanjutan adalah dapat
menangkap atau memanen sumber daya ikan pada tingkat yang berkelanjutan,
sehingga populasi dan produksi ikan tidak menurun atau tersedia dari waktu ke
waktu. Sumber daya ikan termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui,
3

Munasinghe, M. 2002. Analysing the nexus of sustainable and climate change: An overview.
France:
OECD. 53 p. dalam https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf


walaupun demikian bukan berarti sumber daya ikan dapat dimanfaatkan tanpa
batas. Apabila sumber daya ikan dimanfaatkan tanpa batas atau tidak rasional
serta melebihi batas maksimum daya dukung ekosistemnya, maka dapat
mengakibat kerusakan dan berkurangnya sumber daya ikan itu sendiri, bahkan
bila tidak segera diatasi juga dapat mengakibatkan kepunahan sumber daya
ikan tersebut.
Di Indonesia dewasa ini, berbagai program pengelolaan wilayah pesisir
terpadu sudah banyak dilakukan, baik dari pemerintah sendiri maupun bekerja
sama dengan pihak – pihak swasta. Program – program tersebut seperti
MCRMP (Marine and Coastal Management Project), COREMAP (Coral Reef
Rehabilitation and Management Program) atau Program Rehabilitasi dan
Pengelolaan Terumbu Karang, Program Mitra Bahari, dan lain – lain. Selama ini
peranan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program tersebut masih sangat
minim. Perhatian akan program tersebut hanya akan ada jika terdapat proyek proyek yang menguntungkan. Setelah kegiatan proyek tersebut selesai maka
tidak ada lagi tindakan yang jelas mendukung pengelolaan wilayah pesisir.
Fakta ini terjadi secara umum di negara – negara berkembang, bahwa hampir
tidak ada satupun negara yang mengambil tanggung jawab di pemerintah lokal
dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu. 4
Menyadari pentingnya arti keberlanjutan tersebut, maka pada tahun 1995
badan dunia FAO merumuskan konsep pembangunan perikanan berkelanjutan

dengan menyusun dokumen Kode Etik Perikanan yang Bertanggung Jawab atau
Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF).5 Aktivitas perikanan yang
berkelanjutan dapat dicapai melalui pengelolaan perikanan yang tepat dan
efektif, yang umumnya ditandai dengan meningkatnya kualitas hidup dan
kesejahteraan manusianya serta juga terjaganya kelestarian sumber daya ikan
dan kesehatan ekosistemnya. Selanjutnya, Charles (2001) dalam paradigmanya
tentang Sustainable Fisheries System,6 mengemukakan bahwa pembangunan
perikanan yang berkelanjutan harus dapat mengakomodasi 4 aspek utama yang
mencakup dari hulu hingga hilir, yakni:

4

Amrul, 2012. Sosial ekonomi berkelanjutan pada perikanan. dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54865/chapter%20I.pdf?sequence=5
5
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1995. Code of Conduct For Responsible Fisheries.
Rome:
FAO-United Nation. 41 p. dalam
https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf
6

Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science Ltd. Oxford. 370 p. dalam
https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf

1) Keberlanjutan ekologi (ecological sustainability): memelihara keberlanjutan
stok/biomass sumber daya ikan sehingga pemanfaatannya tidak melewati daya
dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistemnya.
2) Keberlanjutan sosio-ekonomi (socioeconomic sustainability): memperhatikan
keberlanjutan kesejahteraan para pelaku usaha perikanan dengan
mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang layak.
3) Keberlanjutan komunitas (community sustainability): menjaga keberlanjutan
lingkungan komunitas atau masyarakat perikanan yang kondusif dan sinergis
dengan menegakkan aturan atau kesepakatan bersama yang tegas dan efektif.
4) Keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability): menjaga
keberlanjutan tata kelola yang baik, adil, dan bersih melalui kelembagaan yang
efisien dan efektif guna mengintegrasikan atau memadukan tiga aspek utama
lainnya (keberlanjutan ekologi, keberlanjutan sosio-ekonomi, dan keberlanjutan
masyarakat).
Secara umum, aktivitas perikanan di Indonesia belum menunjukkan
kinerja yang berkelanjutan. Hal ini, dapat dilihat dengan masih belum banyaknya
jumlah usaha perikanan di Indonesia yang berjalan langgeng (bertahan dalam
jangka panjang). Selain itu, sektor perikanan nasional juga masih cukup banyak
menghadapi kendala atau permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan
paling utama yang menjadi penyebab perikanan di Indonesia belum berjalan
secara berkelanjutan adalah masih lemahnya sistem pengelolaan perikanan
(fisheries management system), baik untuk perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya. Pengelolaan perikanan yang lemah, baik secara langsung
maupun tidak langsung, tentunya akan menimbulkan ketidakteraturan dan tidak
terkendalinya usaha perikanan nasional, yang pada akhirnya akan menyebabkan
aktivitas perikanan nasional menjadi tidak berkelanjutan.
Mengenai sektor penjualan ikan, badan dunia telah melaukan
pembangunan besar besaran sehingga berdampak pula terhadap perikanan di
Indonesia, tepatnya pada bidang pembangunannya pada aspek ekonominya.
Dalam dua dekade terakhir ini, istilah berkelanjutan menjadi isu utama dalam
melaksanakan pembangunan, yang kemudian dirumuskan kedalam konsep
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan
sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang. Kebutuhan yang
dimaksud disini adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati dan
kebutuhan untuk kehidupan manusia. Dengan demikian, pada prinsipnya
konsep
pembangunan
berkelanjutan
adalah
pembangunan
yang
mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi, dan sosial.7
Konsep pembangunan berkelanjutan muncul dari kesadaran lingkungan

dan kecemasan akan makin merosotnya kemampuan bumi untuk menyangga
kehidupan. Tekait dengan isu pembangunan berkelanjutan ini, pada tahun 1992
PBB mengadakan Earth Summit (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT Bumi) di Rio
Janeiro, Brasil, dan 178 pemimpin negara di dunia termasuk Indonesia berhasil
menyepakati program aksi untuk pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Dokumen tersebut merupakan tindak lanjut laporan The World
Commission on Environment and Development (WCED) atau Komisi Dunia
tentang Lingkungan dan Pembangunan yang berjudul Masa Depan Kita
Bersama (Our Common Future) pada sidang umum PBB pada tahun 1987.7
Selanjutnya, pada tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan, diadakan the
Word Submit on Sustainable Development (WSSD) untuk lebih melengkapi lagi
konsep pembangunan berkelanjutan dengan memuat prinsip-prinsip utama
pembangunan berkelanjutan yang harus dipedomani setiap negara dalam
mengimplementasikannya berdasarkan pertimbangan keterkaitan dan
kesalingtergantungan pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan
pembangunan lingkungan.8
Dapat kita telaah lebih dalam lagi, mengenai sektor-sektor yang telah ada
saat ini terutama dalam hal pembangunan dalam bidang perikanan, membuat
kita paham bahwa memang Indonesia merupakan negara yang wajib untuk
dilestarikan kekayaan alamnya yang sudah menjadi rahasia umum bahwa
negara kita ini negara kepulauan terbesar kedua di dunia dan wilayah
kelautannya yang memiliki 25.000 jenis ikan dari 28.400 jenis yang ada di dunia.
Sehingga kekayaan seperti inilah yang memunculkan ide perikanan
berkelanjutan dan mengenai pembangunannya.
Seperti pada pembahasan sebelumnya, salah satu bukti pembangunanya
ialah PPI yang sudah ada di berbagai pelosok tanah air baik daerah kota
maupun pedesaan. Dengan adanya titik pembangunan ini, tidak ada lagi istilah
nelayan juragan yang tentunya akan mempengaruhi ekonomi nelayan kecil.
Secara langsung, dapat ditelaah bahwa PPI ini mampu meningkatkan
7

[WCED] the World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future
(Document A/42/427). New York dalam
https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf
8

Silalahi, D. 2003. Pembangunan Berkelanjutan Dalam Rangka Pengelolaan Sumber Daya Alam
yang
Berbasis Pembangunan Sosial Dan Ekonomi. Makalah pada Seminar Pembangunan Hukum
Nasional
VIII di Bali. 25 hal. dalam
https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf

perekonomian dan memuaskan masyarakat dalam hal kualitas ikan yang
diperolehnya. Di kota Parepare sendiri, PPI sudah didirikan sekitar 7 tahun yang
lalu dan diresmikan langsung oleh walikota Parepare yang menjabat saat itu,
H.M. Zain Katoe pada 1 mei 2010. Pembangunan PPI didanai dari APBD dan
APBN dengan masa pembangunan 3 tahun dengan luas 11.924,28 m2. PPI
sendiri sudah banyak digunakan di kota Parepare karena sekitar 30% profesi
masyarakatnya ialah nelayan. Setiap pagi pasti sudah ramai para pembeli ikan
yang memburu hasil tangkapan semalam atau dini hari pada hari itu juga.
Orang- orang pendatang pun, sudah tidak asing lagi sehingga secara
langsung meningkatkan perekonomian nelayan sekitar 40% dari sebelum
adanya PPI yang membantu sektor perikanan mereka. Diwilayah Indonesia yang
lainpun, sudah merasakan dampak laju perekonomian mereka dengan adanya
PPI diwilayahnya dan diharapakan pembangunannya mampu merata diseluruh
Indonesia karena kita sudah kaya akan wilayah kelautan.
Seperti pada pembahasan sebelumnya, kita ketahui bahwa Sumber daya
perikanan yang tersebar di wilayah Indonesia, jika tidak dikelola secara lestari
akan punah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah, adalah membuat peraturan
yang menetapkan suatu wilayah menjadi kawasan konservasi/dilindungi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketentuan konservasi yang termuat di
dalam UU No. 27/2007, PP No. 60/2007, dan UU No. 45/2009. Analisa kajian
dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif,
melalui studi kepustakaan. Hasil kajian menunjukkan, bahwa terminologi
konservasi menurut ketiga peraturan tersebut, belum bisa memberikan
pemahaman yang cukup mengenai istilah konservasi; peran pemerintah daerah
dan masyarakat adat/lokal masih belum transparan diatur tata kelolanya di
lapangan, serta pembagian hak atas wilayah yang telah dijadikan kawasan
konservasi. Pembenahan pengelolaan konservasi kelautan dan perikanan, dapat
dilakukan dengan merefleksikan perencanaan dan penataan ruang yang baik,
pemberdayaan masyarakat, kelembagaan kolaboratif, kebijakan dan peraturan
yang adil, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. UU No. 27/2007,
PP No. 60/2007, dan UU No. 45/2009, perlu untuk direvisi agar dapat
membangun kawasan konservasi yang berkelanjutan serta menciptakan
keadilan. 9

D. PENUTUP
9

Pramoda R dan Sonny, 2012. Kebijakan pengelolaan konservasi kelautan dan perikanan. dalam
https://media.neliti.com/media/publications/52341-ID-kebijakan-pengelolaan-konservasikelauta.pdf

Perikanan tangkap tak jauh dari sektor budidaya, produksi dan
pemasarannya. Pada hal ini, dapat dilihat pada aspek pemasarannya melalui
PPI di kota yang ada di Indonesia. Dengan adanya PPI yang bersebaran disetiap
kota mampu mempermudah nelayan dalam menjual hasil tangkapannya dan
masyarakat dengan mudah memperoleh ikan dan SDA lainnya dalam kualitas
tinggi. Sebagai negara yang kaya akan SDA kelautannya, tentu SDM yang
memadai mampu menjadi wadah yang tepat bagi pertumbuhan ekonomi yang
dapat meningkat setiap tahunnya. Seperti pada tahun ini, jumlah konsumsi ikan
di Indonesia sudah mencapai 46,7 ton/tahun.
Fasilitas-fasilitas yang sudah ada lantas menjadi hutang untuk di jaga dan
dilestarikan. Terutama bagi negara ini yang sudah menjadi perihal umum
mengenai wilayah kelautan dan sektor perikanannya yang kaya, sehingga kita
sudah seharusnnya menjaga dan tetap menggunakan SDA yang ada.

E. DAFTAR PUSTAKA
Pramoda R
dan Sonny,. 2012.KEBIJAKAN PENGELOLAAN KONSERVASI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN.Jakarta.
https://media.neliti.com/media/publications/52341-ID-kebijakan-pengelolaankonservasi-kelauta.pdf diakses pada tanggal 22
November
2017 pukul
11:10:29
Amrul, 2012. Chapter 1. Sosial ekonomi berkelanjutan pada perikanan.Bandung.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54865/chapter%20I.p
df?sequence=5 diakses pada tanggal 16 November 2017 pukul 16:17:04 WITA
Kementerian PPN / Bappenas Direktorat Kelautan dan Perikanan.2014. KAJIAN
STRATEGI
PENGELOLAAN
PERIKANAN
BERKELANJUTAN.Jakarta.
https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf
diakses tanggal 19 November 2017 pukul
19:04:25 WITA