SERTIFIKASI HUTAN RAKYAT DAMPAK TERHADA

“SERTIFIKASI HUTAN RAKYAT” DAMPAK TERHADAP ASPEK SOSIAL (PERSEPSI,
SIKAP, DAN PERILAKU) MASYARAKAT PETANI DI HUTAN RAKYAT
(Studi Kasus pada Petani di Hutan Rakyat Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta)
“CERTIFICATION OF PRIVATE FOREST"IMPACT ONSOCIAL ASPECTS(PERCEPTIONS,
ATTITUDES,AND BEHAVIORS)THE FARMING COMMUNITYIN THE FORESTPEOPLE
(Studycase on farmersin the forestpeople ofKulon Progo Regency,Yogyakarta)
Yulius Hero1) Riany Sulastri2) Rika Ria Rahayu3) Venza Rhoma Saputra4) Kurniawan Danan Jaya5)
Mujahidah Sylviari Zaeanal6)

ABSTRAK
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki manfaat penting bagi
kehidupan manusia baik berupa manfaat ekologi, ekonomi, maupun sosial. Saat ini arti
penting hutan bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat. Peningkatan
ini berdampak pada pengelolaan hutan, agar keberadaan hutan dapat terjaga maka perlu
dilakukan pengelolaan hutan lestari yang tidak hanya fokus pada salah satu aspek seperti
ekonomi tetapi aspek lainnya juga. Salah satu cara untuk mengelola hutan secara lestari
adalah dengan dibuatnya sertifikasi hutan sejak tahun 1990-an, baik pada hutan alam, hutan
tanaman, maupun hutan rakyat oleh pemerintah dan lembaga-lembaga pemerhati lingkungan.
Menurut Maryudi (2005), hutan rakyat memiliki potensi untuk mendapatkan sertifikasi
pengelolaan hutan lestari, akan tetapi perlu dilakukan analisis atau penelitian mengenai

dampak sertifikasi hutan rakyat terhadap aspek sosial dari petani hutan rakyat.
Penelitian mengenai dampak sertifikasi hutan rakyat terhadap aspek sosial ini dilakukan
pada anggota Koperasi Wana Lestari Menoreh (KWLM) di Dusun Pringapus, Desa
Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Langkah-langkah dalam penelitian ini berupa pengumpulan data primer dan sekunder dengan
teknik observasi lapang dan teknik wawancara menggunakan kuisoner, melakukan
pengukuran aspek sosial yang terdiri dari persepsi, sikap, dan perilaku dari petani hutan
rakyat, serta pengolahan data dan analisis Luaran yang diharapkan dari hasil penelitian ini
yaitu menjadi sumber informasi dan referensi di dalam pengambilan keputusan kebijakan
tentang sertifikasi hutan rakyat.
Kata Kunci: setifikasi, hutan rakyat, dampak sosial
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan yang dimaksud dengan sumberdaya hutan adalah
benda hayati, non hayati dan jasa yang terdapat di dalam hutan yang telah diketahui nilai
pasar, kegunaan dan teknologi pemanfaatannya (Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999).
Hutan sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, baik itu secara langsung maupun secara
tidak langsung. Saat ini arti penting hutan bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat

semakin meningkat.

Hutan rakyat sebagai salah satu jenis hutan memiliki potensi yang besar, baik dari sisi
volume kayu yang dihasilkan maupun besarnya rumah tangga atau tenaga kerja khususnya di
pedesaan yang bisa dilibatkan. Adanya sertifikasi hutan rakyat pada dasarnya meminimalkan
kelemahan dari karakteristik hutan rakyat. Sertifikasi hutan dapat diartikan sebagai suatu
instrumen yang menginformasikan mengenai produk hutan yang telah memenuhi standar
tertentu agar konsumen dapat mengambil keputusan bila akan membeli produk tersebut dan
untuk membedakan produk. Sertifikasi hutan bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan hutan
yang lestari dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat desa hutan agar tercipta
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat desa hutan.
Melihat pentingnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan, pemberian sertifikasi secara
teori mendukung pelestarian hutan, akan tetapi perlu dikaji apakah pemberian sertifikasi akan
memberikan dampak terhadap pengelolaan hutan rakyat. Maryudi (2005) mengatakan bahwa
sertifikasi hutan rakyat masih mempunyai beberapa kendala internal seperti manajemen dan
kelembagaan pengelolaan yang belum mantap. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
menganalisis lebih jauh dampak dari adanya Sertifikasi Hutan Rakyat terhadap pengelolaan
hutan rakyat terutama dari aspek sosialnya (persepsi, sikap, dan perilaku).
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dampak dari adanya sertifikasi hutan

rakyat terhadap masyarakat petani hutan rakyat dengan cara menganalisis aspek sosial yaitu
yang dapat diketahui dari sikap, prilaku, dan presepsi.

METODE
Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
1. Alat tulis
2. Kuisoner
3. Software statistik SPSS, Microsoft Word, dan Microsoft Excel
Sedangkan bahan yang digunakan berupa data hasil wawancara dengan responden yaitu
masyarakat petani hutan rakyat serta kuisoner berupa pertanyaan tentang aspek sosial yang
diteliti (persepsi, sikap, dan prilaku).
Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data digunakan dua metode berupa observasi dan wawancara.
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek. Sementara
wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan kontak langsung terhadap responden.
Penentuan responden petani hutan rakyat ditentukan dengan purposive sampling method
(kanto 2003). Salah satu faktor yang menentukan ukuran sampel adalah derajat homogenitas
populasi, semakin homogen maka semakin kecil jumlah sampel. Sehingga dalam penelitian
ini jumlah sampel responden yang diambil adalah sebanyak 30 orang. Jenis data yang

dikumpulkan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan
No.
Variabel
Indikator
1. Karakteristik Responden
o Umur
o Jenis Kelamin
o Tingkat Pendidikan

2.

Persepsi

3.
4.

Sikap
Perilaku


Pekerjaan
Jumlah anggota keluarga
Pendapatan
Jarak tempat tinggal dengan kawasan hutan
Luas dan Kepemilikan Lahan
Pengetahuan mengenai pengelolaan hutan rakyat
Pengetahuan mengenai sertifikasi hutan rakyat
Hubungan sosial antar anggota dan anggota dengan
koperasi
Persetujuan adanya sertifikasi hutan rakyat
Tindakan yang nyata dengan adanya sertifikasi hutan
rakyat
o
o
o
o
o
o
o
o


Analisis Data
Analisis data disajikan secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis dampak sertifikasi hutan rakyat terhadap petani hutan rakyat berdasarkan hasil
wawancara dan observasi lapang. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuisoner menggunakan opsi
jawaban skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Persepsi dan sikap petani hutan
rakyat terhadap sertifikasi diukur berdasarkan jumlah skor. Skor yang diberikan seperti pada
Tabel 2.
Tabel 2 Skor pertanyaan pada persepsi, dan sikap
No
Jawaban
1
Setuju
2
Ragu-ragu
3
Tidak setuju

Skor

3
2
1

Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan software statistik yaitu
SPSS. Analisis yang digunakan menggunakan software ini adalah:
a. Uji chi-square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi, sikap dan
perilaku masyarakat.
Hipotesis yang dibangun adalah sebagai berikut:
H0 : tidak terdapat hubungan antara antara X dengan respon masyarakat
H1 : terdapat hubungan antara X dengan respon masyarakat
Sedangkan wilayah pengambilan keputusan adalah:
Terima H0 jika nilai signifikansi>alpha (0.005)
Tolak H0 jika nilai signifikansialpha (0.005)
Tolak H0 jika nilai signifikansialpha (0,005) yang artinya terima H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara peubah-peubah X (persepsi, sikap, dan perilaku) dengan respon masyarakat.
Dengan kata lain, terdapat pemilihan jawaban yang cenderung inkonsisten dari persepsi
berlanjut ke sikap dan perilaku. Responden bisa menjawab “tidak” di persepsi, namun
menjawab “ya” pada sikap atau perilaku.

Hasil dari pengamatan langsung di lapang atau observasi, kecenderungan menjawab
inkonsisten oleh para responden disebabkan karena adanya pendaftaran anggota yang
diwajibkan oleh ketua kelompok tani atau kepala dusun. Pendaftaran ini bisa menunjukan
bahwa sebagian masyarakat tidak mengetahui secara pasti manfaat yang dirsakan dari adanya
sertifikasi hutan rakyat tetapi para responden tetap melakukan hal-hal yang diwajibkan di
dalam pengelolaan hutan lestari.
Selain mengetahui respon masyarakat menggunakan uji chi-square, maka perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu menggunakan uji anova satu arah. Uji anova satu arah
sangat diperlukan untuk mengetahui kecenderungan responden dalam menjawab kuisioner
atau pertanyaan yang ada. Nilai kecenderungan tersebut dapat terlihat dari nilai Mean.
Dimana pada tabel dibawah ini daiketahui bahwa nilai mean pada persepsi, sikap, dan
perilaku melebihi nilai 20, yang artinya bahwa kebanyakan responden menjawab “ya” pada
pertanyaan. Semakin banyak responden yang menjawab “ya” menunjukan bahwa mereka
telah meyakini secara persepsi, memahami secara sikap, dan melakukan secara perilaku
terhadap aturan-aturan dan manfaat sertifikasi hutan rakyat terhadap pengelolaan hutan yang
lestari.

Uji One Way ANOVA (Uji anova satu arah)
PERSEPSI
SIKAP

PERILAKU
Total

N
34
34
34
102

Mean
21,0882
24,0588
21,5882
22,2451

95% Confidence Interval for Mean
Std.
Deviation Std. Error
Lower Bound
Upper Bound

Minimum Maximum
4,83903
,82989
19,3998
22,7767
10,00
28,00
3,90758
,67014
22,6954
25,4222
16,00
30,00
3,79088
,65013
20,2655
22,9109
14,00
30,00
4,36329

,43203
21,3881
23,1021
10,00
30,00

Jawaban dari hasil uji anova satu arah diperkuat dengan nilai tes homogenitas dari
ragam. Hasil tes homogenitas digunakan untuk mengetahui keseluruhan jawaban responden
(tidak dilihat per variabel/peubah). Dari hasil tes tersebut seperti pada tabel dibawah ini
menunjukan bahwa nilai signifikasi jawaban responden melebihi nilai kesalahan pada taraf
5% (sig>alpha). Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan variasi jawaban antara
persepsi, sikap dan perilaku masyarakat. Hasil tersebut menunjukan bahwa hasil uji anova
satu arah dengan hasil uji homogenitas adalah sama.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
df1
df2
1,638
2
99

Sig.
,200

Setelah mendapatkan karakteristik responden di dalam menjawab kuisioner atau
pertanyaan. Langkah selanjutnya adalah membuat diagram pie-chart untuk mengetahui
sebaran jawaban responden (masyarakat) terhadap variabel (aspek sosial) yang diujikan.

Berdasarkan hasil pie-chart diatas, dapat dilihat bahwa untuk masing-masing variabel
(persepsi, sikap dan perilaku) dimana responden yang menjawab “ya” memiliki persentase
terbesar dibandingkan pilihan jawaban lainnya yakni ragu-ragu dan tidak. Pada persepsi
ditemukan bahwa ada petani hutan rakyat yang masih ragu namun setelah menjadi anggota,
petani hutan rakyat tersebut memahami dan melakukan peraturan-peraturan dan manfaat
sertifikasi hutan. Walaupun jawaban dari respon masyarakat menunjukkan ketidak
konsistenan, akan tetapi terlihat bahwa manfaat dari adanya program sertifikasi hutan rakyat
dirasakan oleh masyarakat petani hutan rakyat dengan mayoritas menjawab “ya” yaitu
masyarakat petani hutan rakyat mengerti, menyetujui, dan melaksanakan progam sertifikasi
hutan rakyat.
Perbandingan dengan penelitian lainnya
Hasil penelitian dampak sertifikasi terhadap hutan rakyat di Kabupaten Kulon Progo
memiliki persamaan dengan penelitian tentang aspek perilaku dan sikap masyarakat terhadap
program pemberdayaan lainnya, yaitu penelitian mengenai Program SCBFWM
(Strengthening Community-Based Forest and Watershed Mangement). Program SCBFWM

merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat di sekitar sub daerah aliran sungai Miu (kasus
program SCBFWM di Desa Simoro Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi).
Menurut Satriani dkk (2013) Program SCBFWM di Desa Simoro telah berjalan selama
empat tahun, namun masih ada masyarakat Desa Simoro yang belum memahami tentang
proyek tersebut. Meski demikian jika dibandingkan maka lebih banyak imforman yang
memahami dibandingkan yang kurang memahami atau sama sekali tidak memahami.
Selain dari segi pemaham, program sertifikasi hutan rakyat dengan program SCBFWM
memiliki persamaan karakteristik dalam hal manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
Apabila program yang diajukan memiliki peranan dan manfaat yang begitu besar kepada
masyarakat, maka masyarakat akan memberikan respon yang baik terhadap program tersebut.
Respon tersebut bisa dalam bentuk persetujuan oleh masyarakat bahwa program tersebut
dapat dilaksanakan untuk kalangan masyarakat, dan respon tertinggi yang diberikan oleh
masyarakat yaitu keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti dan melaksanakan program
tersebut.
Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat petani hutan rakyat yang
menjadi anggota petani sertifikasi hutan rakyat sebagian besar menyetujui adanya manfaat
sertifikasi, akan tetapi belum memahami mekanisme dari adanya sertifikasi hutan tersebut.
Namun keberadaan para stakeholder sangat mempengaruhi pola pikir petani hutan rakyat
sehingga sebagian besar petani mengikuti ajakan para stakeholder untuk menjadi anggota
petani sertifikasi hutan. Dengan keikutsertaan para petani dalam program sertifikasi, petani
hutan rakyat mulai merasakan manfaat adanya sertifikasi hutan rakyat.
KESIMPULAN
Sertifikasi pada hutan rakyat terbukti memberikan dampak yang positif atau manfaat
dalam rangka menjalankan program pengelolaan hutan yang lestari serta dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat petani hutan rakyat dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Kontribusi dari berbagai pihak yang berkepentingan adalah salah satu cara mensukseskan
program ini dan sebagai jembatan antara pemerintah dengan petani hutan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan. Dephutbun RI. Jakarta.
Kanto S. 2003. Sampling, Validasi dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif. Di Dalam :
Bungin B, editor. Analisis Data Kualitatif. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. pp.5163
Maryudi A.2005. Beberapa Kendala sertifikasi hutan rakyat. J Hut Rak 7 : 25-39.
Simon H. 1995. Pokok-Pokok Pikiran Tinjauan Ekonomi Pengembangan Hutan Rakyat
dalam Proceeding Seminar Pengembangan Hutan Rakyat Bangkinang. Riau 10-11
April 1995. Riau.