Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat

HAKIKAT BAHASA
Bahasa adalah alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan / perasaan dengan memakai tanda –
tanda, bunyi – bunyi, gesture yang berkaitan dengan mimic atau tanda – tanda yang disepakati dan
mengandung makna yang dapat dipahami.


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 66) bahasa diartikan sebagai sistem lambang
bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat
komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.



Kamus Webster mendefinisikan bahasa sebagai A systematic means of communication ideas or
feeling by the use of communication sign, sounds, gestures, or mark having understood
meanings.

Persamaan dari kedua pengertian di atas:
 Alat komunikasi antar manusia
 Pengungkapan pikiran dan perasaan
 menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau
tanda-tanda berupa tulisan

Bahasa dalam Lingustik


Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.



Pei dan Gaynor (1975:119) mengatakan bahwa bahasa adalah A system of communication by
sound, i.e., through the organs of speech and hearing, among human beings of certain group or
community, using vocal symbols possessing arbitrary conventional meaning.



Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu:

(1) bahasa itu adalah sebuah sistem,
(2) bahasa itu berwujud lambang,
(3) bahasa itu berupa bunyi,

(4) bahasa itu bersifat arbitrer,
(5) bahasa itu bermakna,
(6) bahasa itu bersifat konvensional,
(7) bahasa itu bersifat unik,
(8) bahasa itu bersifat universal,
(9) bahasa itu bersifat produktif,
(10) bahasa itu bervariasi,

(11) bahasa itu bersifat dinamis, dan
(12) bahasa itu manusiawi.
A. Sifat-sifat Bahasa
1. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan
secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola
tertentu dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa
itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan
merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal
dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi,

tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan subsistem
bahasa tersebut sebagai berikut.
2. Bahasa itu Berwujud Lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu semiotika,
yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika
dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala
(sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang bersifat arbitrer, artinya
tidak ada hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang
dilambangkannya.
3. Bahasa itu berupa bunyi
Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran
gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah
bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.
4. Bahasa itu bersifat arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Yang
dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang
bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang
tersebut. Ferdinant de Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang
dimaksud signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan

signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.
Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa tertentu akan dapat menebak
makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa
menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum
pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun

untuk mengetahui maknanya.
5. Bahasa itu bermakna
Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai lambang,
bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin
disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi
makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat
disebut bukan bahasa.
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa
6. Bahasa itu bersifat konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer,
tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya,
semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu

digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat yang
biasa dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa
Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang lain,
maka komunikasi akan terhambat.
7. Bahasa itu bersifat unik
Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak
dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan
kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.
8. Bahasa itu bersifat universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki
oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum
adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
9. Bahasa itu bersifat produktif
Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan
unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak
terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya,
kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat
kita hasilkan satuan-satuan bahasa:



/i/-/k/-/a/-/t/



/k/-/i/-/t/-/a/



/k/-/i/-/a/-/t/



/k/-/a/-/i/-/t/

10. Bahasa itu bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status
sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa
yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
1. Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan.
2. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada

suatu tempat atau suatu waktu.
3. Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam baku
dan ragam tidak baku.

11. Bahasa itu bersifat dinamis
Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan
manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan
keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat
kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap,
menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan
makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.
12. Bahasa itu manusiawi
Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat tetap,
statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis. Maka,
bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat
digunakan oleh manusia.

Unsur-Unsur Dasar Bahasa
1. Fonem, adalah unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bias digunakan untuk membedakan arti
dari suatu kata.

2. Morfem adalah unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu
bahasa
3. 3. Sintaksis adalah penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistemtis yang
berlaku pada bahasa tertentu.
4. 4. Semantik mempelajari arti dari makna dari suatu bahasa yang dibentuk dalam suatu kalimat.
5. 5. Diskurs adalah mengkaji bahasa pada tahap percakapan, paragrap, bab, cerita, atau literatur.

VARIASI BAHASA
TERJADINYA VARIASI BAHASA
Chaer& Agustina(2004) mengatakan bahwa variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa.
VARIASI DARI SEGI PENUTUR
Idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi ini berkenaan dengan warna suara,
pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb.
Dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada
satu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Kronolek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa
tertentu.
Sosiolek atau dialek sosial yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan
kelas sosial para penuturnya.

VARIASI DARI SEGI PEMAKAIAN
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek,
ragam, atau register.
Variasi ini dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan
sarana penggunaan.
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan
untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang sastra, perikanan, jurnalis.
VARIASI DARI SEGI KEFORMALAN
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan
upacara-upaca resmi.
Ragam resmi atau formal yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat
dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dsb.

Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan
biasa disekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.
Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak
resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat,
berolahraga, dsb.
Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang
hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga, antarteman yang sudah karib.


JENIS ARTIKULASI DAN KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
A. Jenis-jenis Artikulasi
Pada bahasan sebelumnya telah dipelajari alat-alat ucap dengan baik. berbagai
bunyi yang kta dengar dari alat bunyi merupakan hasil macam-macam penyekatan atau
rintangan

terhadap

udara

yang

ditiupkan

ke

dalamnya.

Paru-paru


dapat

menghembuskan udara ke tempat alat ucap yang ada di atasnya melalui tenggorokan
dan kerongkongan dapat mengalami macam-macam penyekatan dan rintangan.
Rongga yang dilalui aliran udara itu dapat berubah-ubah bentuknya disebabkan oleh
jenis-jenis gerakan artikulator.

Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak dan menyentuh daerah
artikulasi. Daerah artikulasi atau titik artikulasi selalu berada pada posisi tetap, tidak
dapat bergerak. Sebagai akibat dari gerakan artikulator-artikulator yang menyentuh titik
artikulasi terjadilah jenis-jenis artikulasi. Jenis-jenis artikulasi yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
1) Hentian (stop), terjadi karena aliran udara terhenti sepenuhnya pada suatu tempat oleh
alat ucap yang menutup rapat, sehingga terbentuklah bunyi-bunyi seperti p, b, t, d, k, g.
2) Spiran, terjadi bila rongga tempat udara lewat menyempit sehingga terbentuklah bunyibunyi berdesis seperti s,sy,z.
3) Getar atau trill, terjadi bila salah satu alat ucap bergetar sehingga terbentuk bunyi r.
4) Vokal, terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru boleh dikatakan tidak mendapat
rintangan, sedangkan rongga mulut berubah-ubah bentuknya karena gerakan lidah dan
bibir, sehingga terbentuklahh bunyi-bunyi seperti a, i, u, e, o.

5) Frikatif, pada dasarnya jenis artikulasi ini termasuk ke dalam spiran. Bunyi f, v, dan
sebagainya menjadi bunyi yang dihasilkan jenis bunyi ini.

B. Klasikfikasi Bunyi Bahasa
Akhir-akhir ini, pada umumnya orang lebih suka mengklasifikasikan bunyi bahasa
menjadi dua kelas yaitu vokal dan konsonan. Di bawah ini terlebih dahulu akan
diuraikan kelas bunyi vokal (vokoid).

Vokal merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita siara
tanpa penyempitan dan penutupan pada daerah artikulasi.
Yang dimaksud vokoid ialah bunyi-bunyi bahasa yang terjadi karena udara dari
paru-paru ke luar dengan bebas tidak mengalami rintangan sesuuatu apa pun. Celah
pita suara yang dilalui udara tidak ter lalu longgar, akan tetapi agak menyempit saja.
Vokoid semacam ini pada dasarnya termasuk bunyi yang bersuara, artinya selaput
suara ikut bergetar sewaktu ada hembusan udara dari laring. Yang mempengaruhi
bunyi vokoid selain jalan udara yang ditempuh juga lidah dan bibir. Vokoid mungkin
merupakan bunyi oral, karena aliran udara seluruhnya mengalir lewat mulut atau
sebaliknya termasuk bunyi nasal karena aliran udara seluruhnya lewat rongga hidung.
Sehubungan dengan terjadinya vokoid, maka bagian-bagian lidah yang berfungsi
sebagai artikulator memegang peranan penting sebagai pembentuk bunyi tersebut,
misalnya depan lidah (pembentuk vokoid depan), tengah lidah (pembentuk vokoid
pusat/tengah), dan belakang lidah (pembentuk belakang).
Secara artikulatoris, vokal dapat diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa kelas
tertentu. Pengklasifikasian ini dapat dilihat dari posisi lidah dan bentuk bibir ketika bunyi

bahasa itu diproduksi. Agar lebih spesifik, berikut ini adalah klasifikasi vokal menurut
posisi lidah, bentuk bibir, artikilator yang bergerak maupun dari jumlah vokal.
1) Dilihat dari Posisi Lidah
Posisi lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan mempengaruhi terhadap bunyi
yang dihasilkan. Maka dari itu, terdapat beberapa jenis vokal apabila dilihat dari posisi
lidah ketikan memroduksi bunyi. Jenis vokal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) vokal tinggi.
b) vokal tengah; dan
c) vokal rendah.
2) Dilihat dari bagian lidah yang bergerak
Bergerak atau tidaknya lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan menghasilkan
bunyi bahasa yang berbeda, untuk itu ada pengklasifikasian jenis vokal menurut bagian
lidah yang bergerak. Adapun pengklasifikasian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) vokal depan/datar;
b) vokal belakang; dan
c) vokal tengah.
3) Dilihat dari bentuk bibir
Bentuk bibir yang dimaksud dalam pengklasifikasian jenis vokal berikut adalah
bentuk bibir ketika proses produksi bunyi bahasa. Bentuk bibir ketika memroduksi
bahasa terbagi atas dua jenis vokal yakni
a) vokal bundar; dan
b) vokal tak bundar
4) Dilihat dari jumlah vokal
Jumlah vokal ketika ujaran atau bunyi bahasa itu terdiri atas dua jenis vokal.
Kedua jenis vokal tersebut adalah:
a) vokal tunggal (dasar); dan
b) vokal rangkap (diftong), dalam bahasa Indonesia hanya ada difong naik.

Di atas telah dipaparkan secara singkat bahasan mengenai vokal dan
pembentukkannya. Selanjutnya kita akan membahas konsonan sebagai salah satu
jenis fonem beserta pembentukkannya.

Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada
salah satu bagian alat bicara. Berlainan dengan pembentukkan vokal, pembentukan
konsonan dilakukan dengan jalan merintangi aliran udara yang keluar dari paru-paru.
Rintangan bisa dilakukan dalam rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga bibir.
Semua bunyi konsonan adalah bunyi kontoid. Udara yang dihembuskan dari paru-paru
bisa lewat rongga mulut sehingga bunyi yang terjadi disebut bunyi oral; dapat juga lewat
hidung sehingga bunyi yang dihasilkan disebut bunyi nasal.
Bunyi kontoid ialah bunyi yang terjadi jika aliran udara yang dihembuskan dari
paru-paru mendapat rintangan atau halangan baik penuh maupun sebagian. Klasifikasi
vokoid dapat dilakukan dengan dasar-dasar sebagai berikut.
1) Menurut dasar ucapannya (artikulator dan titik artikulasi), kontoid dapat dibedakan
menjadi enam yakni: labial, dental, palatal, trill, dan semi vokal.
2) Menurut cara pengucapannya atau ada tidak adanya halangan, kontoid dapat
dibedakan menjadi lima yakni hambat, spiran, lateral, trill dan semi vokal.
3) Didasarkan pada getar atau tidaknya selaput suara, kontoid dapat dibedakan
menjadi dua yakni, bersuara dan tidak bersuara.
4) Didasarkan pada jalan keluarnya udara dari paru-paru, kontoid dapat dibedakan
menjadi dua yakni, oral dan nasal.
5) Kombinasi dari berbagai kriteria di atas sehingga akan menghasilkan nama bunyi
yang kombinasi juga.
Biasanya

konsonan

diklasifikasikan

berdasarkan

tiga

hal

yang

ikut

menentukannya yaitu dasar ucapan, cara melisankan, dan getaran pita suara. Bunyi
yang dibentuk dengan getaran pita suara adalah bunyi bersuara.

Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa artikulator adalah alat ucap
yang dapat bergerak, sedangkan daerah artikulasi merupakan alat ucap yang tidak
dapat bergerak. Artikulator tertentu biasanya menghampiri atau merapat pada daerah
artikulasi tertentu secara tetap. Post dorsum, misalnya, selalu mengartikulasi ke arah
velum, tidak pernah mengartikulasi ke arah prae-palatum. Aspek tidak pernah
berartikulasi ke arah velum. Titik artikulasi yang merupakan titik pertemuan antara
artikulator dan daerah artikulasi ialah bilabial, labiodental, apikodental, apikoalveolar,
apikopalatal, dorsovelar, dan glotal. Nama konsonan disesuaikan dengan titik artikulasi
pada pembentukan konsonan yang bersangkutan. Pertemuan antara bibir bawah dan
bibir atas disebut bilabial (dua bibir), bunyi yang terjadi disebut bunyi bilabial seperti [p],
[b], dan [m].

Labiodental ialah pertemuan antara bibir dan gigi. Bunyi laiodental ialah [f]. Bunyi
apikoalveolar terjadi karena ujung lidah (apeks) menyentuh alveolar. Konsonan [d]
adalah bunyi apikoalveolar. Bunyi dorsoveolar ialah [k], [g], [nj]. Bunyi glotal terjadi di
tenggorokan [?] terjadi bila glotis menutup, [h] terjadi bila glotis tetap terbuka. Bunyi [h]
sering kali juga dianggap bunyi faringgal. Memang ada dua macam desah, ada yang
faringgal ada yang laringgal. Dengan demikian lambang fonetiknya haruslah dibedakan.

Di samping dasar ucapan, klasifikasi konsonan harus dilakukan pula berdasarkan
jenis ucapan (cara ucapan). Terdapat lima jenis artikulasi yaitu hentian (stop), spiran,
sengau, lateral, getar. Yang termasuk konsonan hentian ialah [p], [b], [t], [d], [c], [j], [k],
dan [g]. Bunyi-bunyi itu disebut plosif atau eksplosif sebab dibentuk dengan jalan
menutup jalan udara secara sementara saja kemudian dibuka sehingga terjadi letupan.
Penutupan jalan udara itu biasa terjadi karena bibir atas dan bawah dirapatkan
(bilabial); bisa juga terjadi karena bibir disentuhkan dengan gigi, atau alveolo
(apikodental atau apiko alveolar) kalau penutupan itu terjadi karena dorsum dilekatkan
pada velum maka akan terjadi bunyi-bunyi dorsovelar.

Berdasarkan paparan-paparan di atas, maka dapat diklasifikasikan jenis-jenis
konsonan menurut proses memroduksi bunyi bahasa. Adapun jenis-jenis konsonan
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Konsonan Letupan, dihasilkan dengan cara udara dihambat kemudian diletupkan
oleh artikulator. Konsonan letupan dibagi atas lima jenis yaitu:
a) yang dihasilkan di antata bibir [p], [b];
b) yang dihasilkan oleh ujung lidah dan langit-langit keras;
c) yang dihasilkan oleh ujung lidah dan lengkung kaki gigi [t], [d];
d) yang dihasilkan oleh tengah lidah dan langit-langit keras [c], [j];
e) yang dihasilkan oleh pangkal lidah dan langit-langit tekak [k], [g].
2) Gugus/Klaster, konsonan rangkap atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata
yang sama
3) Konsonan Sengau, dihasilkan dengan menutup arus udara keluar dari rongga mulut
dengan membuka agar dapat keluar melalui hidung. Konsonan sengau dibagi atas
empat jenis yaitu:
a) dihasilkan antara bibir [m]
b) dihasilkan ujung lidah dan lengkung gigi atas/gusi [n]
c) dihasilkan tengah lidah dan langit-langit keras [ny]
d) dihasilkan pangkal lidah dan langit-langit lunak [ng]
4) Konsonan Samping, konsonan yang dihasilkan dengan menghalangi arus udara
sedemikian rupa sehingga dapat keluar hanya melalui sebelah/kedua belah sisi lidah.
Tempat artikulasinya adalah ujung lidah dengan lengkung kaki gigi [l]
5) Konsonan Geseran/Frikatif, konsonan yang dihasilkan oleh alur yang amat sempit
sehingga sebagian besar arus udara terhambat. Penghambatan terjadi pada:
a) penyempitan dinding varing dan pangkal lidah [h];
b) penyempitan pangkal lidah dan anak tekak [r];
c) penyempitan daun lidah dan lengkung kaki gigi [s], [z]; dan
d) penyempitan bibir bawah dan gigi atas [f], [v].

6) Konsonan Paduan/Afrikat, dihasilkan dengan menghambat arus udara pada salah
satu tempat artikulasi secara implosif lalu dilepaskan secara penyempitan
7) Konsonan Getaran [r]
8) Konsonan Kembar, yang diperpanjang pelafalannya.