SISTEM POLITIK INDONESIA TUGAS MAKALAH M

SISTEM POLITIK INDONESIA
TUGAS MAKALAH
MODEL-MODEL SISTEM POLITIK

OLEH:
NAMA

: NABILAH AFKARI

NPP

: 27.0167

KELAS

: H-1

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr. Wb.
Pertama-tama kami panjatkan rasa syukur atas kehadirat Allah swt. Karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model-model Sistem Politik”.
Shalawat serta salam tak lupa senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
saw. yang telah menghantarkan kita umat manusia dari alam kegelapan menuju alam terang
benderang yang penuh dengan cahaya islam, keimanan dan cinta kasih terhadap sesama umat.
Penulis menyadari, bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penyusunan dan penyempurnaan selanjutnya. Selain
itu, ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Akhir kata, dengan adanya makalah “Model-model Sistem Politik” ini, diharapkan dapat
menambah wawasan dan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
Wasalamualaikum Wr. Wb.

Jatinangor,

September 2017

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SISTEM POLITIK............................................................................................ 3
2.2 KRITERIA-KRITERIA SISTEM POLITIK................................................................................... 3
2.3 MODEL-MODEL SISTEM POLITIK........................................................................................ 4
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................... 12
3.2 SARAN............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................ 13

BAB I


PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap sistem politik memiliki sifat universal, yaitu proses, struktur, dan fungsi. Proses adalah
pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu lembaga dengan
lembaga lainnya. Misalnya, dalam suatu negara ada lembaga-lembaga negara seperti parlemen,
partai politik, birokrasi, badan peradilan dan sebagainya. Struktur mencakup lembaga-lembaga
formal dan informal, seperti partai politik, DPR, lembaga peradilan, kelompok profesi, atau birokrasi.
Fungsi dalam sistem politik ada dua, yaitu fungsi input dan fungsi output.
Fungsi
input
terdiri
dari
sosialisasi
politik,
rekrutmen
politik
artikulasi
(menyatakan)kepentingan, agregasi (memadukan) kepentingan dan komunikasi politik. Fungsi output
terdiri atas pembuatan peraturan, penerapan peraturan, dan ajudikasi (pengawasan) peraturan.

Kinerja dari tiga sifat inilah yang menandai bagaimana karakteristik dan perkembangan sistem politik
suatu negara.
Indikator lain untuk mengidentifikasi suatu sistem politik yang berlaku di dalam suatu negara
adalah bagaimana peran serta rakyat dalam berbagai kegiatan politik, khususnya di dalam proses
perumusan kebijakan dan pemilihan pemimpin. Jika rakyat tidak dilibatkan dalam proses perumusan
kebijakan dan pemilihan pemimpin, maka sistem politik yang berlaku di negara yang bersangkutan
dikategorikan sistem otoriter. Sebaliknya, jika rakyat dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan
dan pemilihan pemimpin, maka disebut dengan sistem politik demokrasi.
Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemenelemen yang membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu negara.
Pengaruh sistem politik negara lain juga turut memberi kontribusi pada pembentukan sistem politik
disuatu negara. Seperti halnya sistem politik di Indonesia, seiring dengan waktu, sistem politik di
Indonesia selalu mengalami perubahan.
Para ilmuan politik telah mencoba menyusun model-model dalam sistem politik dengan
menggunakan kriteria yang berbeda-beda, dengan cangkupan penjelasan yang berlainan pula.
Begitupun dengan model-model sistem politik yang akan kami uraikan berikut ini, dimulai dari sudut
historis dan perkembangan sistem politik itu sendiri, dimulai dari otokrasi tradisional ke totaliter
sampai pada demokrasi. Diantara beberapa model yang akan kami uraikan terdapat berbagai sistem
politik yang ditimbulkan karena telah disesuaikan dengan kultur dan struktur masyarakat setempat
ataupun yang ditimbukan sebagai kombinasi unsur-unsur terbaik, seperti sistem politik negaranegara berkembang yang lain.


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Pengertian sistem politik
1.2.2
Apa saja kriteria-kriteria politik yang menjadi dasar dalam menyusun model-model
sistem politik itu?
1.2.3
Apa saja model-model sistem politik itu?

1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1
Sesuai dengan temanya makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami
model-model sistem politik
1.3.2
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Politik Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 PENGERTIAN SISTEM POLITIK


Dimulai dengan definisi tentang sistem politik. Beberapa definisi mengenai sistem politik,
salah satunya adalah Almond menyatakan sistem politik adalah hubungan timbal balik/interaksi
dalam masyarakat merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi. Selanjutnya Rober A.
Dahl, mendefinisikan sistem politik sebagai pola tetap dari berbagai hubungan antara manusia yang
melibatkan tingkat, control, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang tertentu.
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah prinsip yang membentuk kesatuan hubungan untuk
mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara
dengan Negara. Berikutnya Rusadi Kartaprawira berpendapat bahwa sistem politik adalah cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan
menunjukkan suatu proses yang terus-menerus.
Dari seluruh uraian yang sudah dijelaskan dapat diambil garis lurus bahwa sistem politik selalu
berkaitan dengan berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang bekerja dalam
suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).
2.2 KRITERIA-KRITERIA SISTEM POLITIK
Para ilmuwan, Carter dan Herz telah membedakan berbagai sistem politik menjadi dua kriteria,
diantaranya :
1. Siapa yang memerintah
- Pemerintahan “dari atas” : sistem politik dimana pihak yang memerintah terdiri atas beberapa
orang atau kelompok kecil orang.

 Oligarki



Suatu bentuk pemerintahan, dimana pemerintahannya dipegang oleh beberapa
orang saja (biasanya para kaum bangsawan), yang kekuasaannya untuk kepentingan
kelompok mereka sendiri.
Kelebihan
: bentuk pemerintahannya hanya terfokus pada satu kepentingan saja.
Kekurangan : bentuk pemerintahannya tidak memiliki keadilan dikarenakan kekuasaannya
hanya untuk kepentingan kelompok mereka sendiri bukan kepentingan
umum.
Otokrasi



Suatu bentuk pemerintahan dimana pemerintahannya dipegang oleh satu orang saja
atau bersifat pribadi (biasanya seorang raja, sultan dsb) yang kekuasaannya cenderung
bersifat negatif daripada bersifat positif.
Kelebihan

: bentuk pemerintahannya hanya dipegang oleh satu orang saja atau
cenderung bersifat pribadi tanpa campur tangan dari pihak lain.
Kekurangan : karena bentuk pemerintahannya hanya dipegang oleh satu orang saja atau
bersifat pribadi, maka sistem pemerintahan seperti ini akan mengalami
kesukaran dalam melakukan pengawasan terhadap pihak penguasa, yang
sampai pada akhirnya menjadikan sistem kekuasaan ini bersifat negatif.
Aristokrasi

Suatu bentuk pemerintahan, dimana pemerintahannya dipegang oleh sejumlah atau
beberapa orang yang terbaik saja (seperti kaum cerdik atau pandai atau cendikiawan), yang
kekuasaannya ditujukan untuk kepentingan umum, dan dilaksanakan sesuai dengan pikiran
keadilan.
Kelebihan
: bentuk pemerintahannya mengutamakan keadilan dikarenakan kekuasaanya
telah ditujukan kepada kepentingan umum.
Kekurangan : bentuk pemerintahan aristokrasi ini dapat merosot menjadi oligarki dan
plutokrani atau pultokrasi. Pultokrasi yaitu pemerintahan yang dijalankan
oleh orang-orang terbaik (seperti kaum cerdik atau pandai atau cendikiawan)
hanya untuk kepentingan mereka sendiri tanpa memperdulikan kepentingan
umum.

- Demokrasi : sistem politik dimana pihak yang memerintah terdiri atas banyak orang.
2. Ruang lingkup jangkauan kewenangan pemerintah
 Totaliter

: sistem pemerintahan dimana kewenangan pemerintahannya berdasarkan
pada prinsip yang mencangkup segala sesuatu yang ada dalam kehidupan
masyarakat.

 Liberal

: sistem pemerintahan dimana kewenangan pemerintahannya terbatas, artinya
sistem pemerintahan seperti ini membiarkan beberapa atau sebagian besar
kehidupan masyarakatnya diatur oleh setiap individu dalam masyarakat
tersebut tanpa sedikitpun campur tangan dari pemerintahnya, dikarenakan
kehidupan masyarakat dijamin oleh tata hukum atau norma-norma sosial
yang telah disepakati bersama.
Kelebihan
: sistem pemerintahannya telah dijamin oleh tata hukum atau norma-norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat yang telah disepakati bersama.
Kekurangan : dikarenakan sistem pemerintahannya yang bebas, dalam artian kehidupan

masyarakatnya diatur oleh diri sendiri tanpa adanya campur tangan dari
pemerintahnya, hal ini dapat mengakibatkan masyarakatnya menjadi bebas,
yang kemudian bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pelanggaran
aturan-aturan yang ada dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

Dari kedua kriteria yang dikemukakan oleh kedua ilmuan Carter dan Herz. yang membedakan setiap
sistem politik didalamnya menyangkut hubungan kekuasaan, yaitu siapa pemegang kekuasaan dan
hasil penggunaan kekuasaan. Apabila kriteria yang digunakan untuk membedakan sistem politik
mencangkup faktor-faktor, hubungan kekuasaan, prinsip legitimasi kewenangan, dan hubungan
politik dengan ekonomi.
2.3 MODEL-MODEL SISTEM POLITIK
Adapun model-model sistem politik yang akan saya uraikan berikut ini, diantaranya :
1. Sistem Politik Otokrasi Tradisional
Otokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno “autokator” atau secara harfiah berarti “berdiri
sendiri” atau “penguasa tunggal”. Dengan kata lain, Otokrasi merupakan suatu bentuk
pemerintahan dimana pemerintahannya dipegang oleh satu orang saja atau bersifat pribadi

(biasanya seorang raja, sultan dsb) yang kekuasaannya cenderung bersifat negatif daripada
bersifat positif.
Sistem politik otokrasi tradisional ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kurang menekankan pada persamaan tetapi menekankan pada stratifikasi ekonomi;
2. Kebebasan individu kurang dijamin tetapi lebi menekankan pada perilaku yang menuruti
kehendak kelompok kecil penguasa;
3. Lebih menekankan pada kolektivisme yang berdasarkan kekerabatan daripada
individualisme;
4. Kebutuhan moril dan nilai-nilai moral lebih menonjol daripada kebutuhan materiil.
Kebaikan Bersama
Faktor-faktor kebaikan bersama, diantaranya :


Faktor Pemahaman, faktor kebaikan bersama yang menyangkut pemahaman dibagi menjadi
dua hal, yakni persamaan dan kebabasan politik individu.



Faktor Perbandingan, faktor kebaikan bersama yang menyangkut perbandingan dibagi
menjadi dua hal, yakni kebutuhan materill dengan moril dan kolektivisme dengan
individualisme.



Faktor Primodial, faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem politik itu sendiri,
seperti suku bangsa, ras, dan agama. Faktor ini seringkali terdapat dalam pribadi pemimpin
sehingga pemimpin menjadi lambang kebersamaan dalam suku bangsa, ras, atau agama.
Oleh karena itu ikatan keturunan, suku bangsa, atau ikatan agama yang terwujud dari diri
seorang pemimpin didominasi oleh oktorat, seperti sultan, raja, atau kaisar menjadi identitas
bersama dalam sistem ini.

Hubungan Kekuasaan
Kekuasaannya dipimpin oleh oktorat (biasanya seorang raja, sultan, emir yang tidak hanya
mempunyai peranan simbolis yang tinggi, juga memiliki kekuasaan yang nyata dikarenakan
seorang emir juga merupakan personifikasi identitas bersama, dan lembaga-lembaga politik
yang ada). Walaupun pada kenyataannya, pelaksanaan kekuasaan pemerintahannya diserahkan
kepada para pejabat yang menjadi pembantunya, dalam hal ini kualitas setiap pribadi sangat
menentukan cara dan corak pelaksanaan kekuasaan dalam sistem ini.
Ciri-ciri kekuasaan dalam sistem politik otokrasi tradisional, yakni :
1. Kekuasaan bersifat pribadi, dimana kekuasaanya hanya dipimpin oleh para raja, sultan, emir
dan lembaga-lembagga politik saja.
2. Kekuasaan bersifat negatif, dimana masyarakat hanya memiliki sumber kekuasaan yang
sedikit, yang kemudian mengalami kesulitan dalam melakukan pengawasan terhadap pihak
penguasa.
3. Kekuasaan bersifat konsesus (Tradisi dan Paksaan)
Namun pada kenyataannya sarana kekuasaan paksaan ini masih terbatas (setidak-tidaknya
apabila dibandingkan dengan sarana kekuasaan paksaan negara maju) yang kemudian
mengakibatkan penguasa biasanya lebih banyak memanipulasikan tradisi untuk membenarkan
kewenangan dan paksaan yang dilakukan terhadap penduduk.

Distribusi kekuasaan dalam kelompok ini terletak pada kelompok kecil orang yang berada
disekitar oktorat, seperti kaum bangsawan, tentara, tuan tanah, dan alim ulama. Pada dasarnya
kelompok kecil tersebut saling berlomba-lomba untuk mempengaruhi oktorat agar
mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi jabatannya dengan cara menunjukkan kesetiaan dan
sumber dan dukungan yang dapat dipersembahkan kepada oktorat. Persaingan ini terjadi
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri atau golongannya. Oleh karena
itu, kegiatan yang mereka lakukan cenderung memelihara status quo agar status yang istimewa
tidak mengalami gangguan.
Dikarenakan kelompok sosial modern (seperti kelompok kepentingan, partai politik, dan media
massa) belum berkembang, maka pada saat itu terbentuklah kelompok-kelompok kecil yang
berfungsi sebagai alat dari kelompok yang berkuasa. Meskipun terdiri dari berbagai kelompok,
kelompok-kelompok tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sistem politik itu
sendiri. Kelompok-kelompok tersebut diantaranya :
 Tentara, Seni dan Arsitektur dan Pramong Praja : kelompok yang memiliki keahilan tertentu
yang ikut serta dalam proses pembuatan kebijakan politik.
 Tuan tanah : kelompok yang merupaka kaki tangan oktorat yang tugasnya meminta hasil
kerja petani, dan menyerahkan sebagian hasilnya kepada oktorat. Dalam hal ini petani tidak
ikut serta dalam kegiatan politik dikarenakan mereka miskin, buta huruf, terkurung dalam
tradisi dan dikuasai oleh tuan tanah.
 Para alim ulama : kelompok yang tidak hanya berperan dalam upacara keagamaan dan
menjaga moralitas umum, tetapi juga menyucikan dan mengesahkan kewenangan politik dan
berperan dalam membantu memelihara solidaritas komunal.
Legitimasi Kekuasaan
Legitimasi merupakan adalah kualitas hukum yang berbasis pada penerimaan putusan dalam
peradilan. Kewenangan dalam sistem politik oktokrasi tradisional yang dipimpin oleh otokrat
bersumber dan berdasarkan pada tradisi. Seseorang yang memiliki kewenangan merupakan
keturunan dari pemimpin terdahulu. Para pendahulunya dipandang oleh masyarakat sebagai
orang yang harus memerintah dikarenakan asal-usul dan kualitas pribadinya. Kepercayaan dan
tradisi yang sudah ada atau sudah dibentuk akan selalu dipelihara dan dipertahankan oleh para
keturunan otokrat dengan berbagai cara, seperti mitos, legenda, dan simbol-simbol tertentu.
Anggota masyarakat yang lainnya juga mengakui dan menaati kewenangan otokrat yang turuntemurun.
Hubungan Ekonomi dan Politik
Selain terdapat jurang politik (kekuasaan) yang lebar antara penguasa dan penduduk
dipedesaan, dalam hal ini sistem politik otokrasi tradisional juga terdapat jurang yang lebar
dalam ekonomi, yaitu antara otokrat dan kelompok kecil elite penguasa yang mengitarinya,
sekaligus juga yang merupakan pemegang kekayaan dan massa petani yang tidak memiliki apaapa selain tenaganya. Produk ekonomi berada pada pertanian subsistem, yaitu kegiatan yang
menghasilkan total produksi yang cukup untuk kehidupan sehari-hari. Para petani tersebut
kebanyakan bekerja sebagai penggarap tanah yang dimiliki dan dikuasai oleh tuan tanah.
Tuan tanah yang dipercayai oleh oktorat sebagai pemegang sumber kekuasaan dipedesaan
menggunakan sumber kekuasaan yang dimilikinya untuk mempengaruhi pemerintah pusat dan
daerah agar tidak mencampuri masalah yang dihadapi dipedesaan sehingga pemerintah tidak
melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat mengubah keadaan yang ada. Setiap desa

tetap otonom secara ekonomis dari desa lain karena ciri ekonomi pedesaan ini berdiri diatas
kaki sendiri, dan bukan saling bergantung.
Dalam industrilisasi dan pertanian modern (perkebunan) dilakukan oleh pengusaha asing
bekerja sama dengan kaum bangsawan, elite yang berkuasa dan tuan tanah. Namun, para
petani sama sekali tidak tersentuh oleh modal dan teknologi asing ini, terkecuali kelompok
buruh yang bekerja di industri dan perkebunan dengan upah yang sangat rendah.
2. Sistem Politik Totaliter
Sistem politik totaliter menekankan kepada konsesus total didalam masyarakat, akan tetapi tidak
dapat dipungkiri bahwa terdapat juga konflik total dengan musuhnya didalam negeri maupun
diluar negeri, dalam upaya pencapaian konsesus tidak hanya dilakukan melalui indoktrinasi
ideologi, tetapi juga melalui pelaksanaan kekuasaan paksaan yang luas dan mendalam.
Pada dasarnya sistem politik totaliter ini dibedakan menjadi dua, yakni komunis dan fasis.
Tabel Perbedaan Komunis dengan Fasis
Perbedaan
Komunis
Komunisme merupakan pemberontakan besar
pertama dalam abad ke-20 terhadap sistem ekonomi
yang kapitalis dan liberal.
Komunisme merupakan pengaturan pemerintahan
dan masyarakat secara totaliter dengan suatu
kediktatoran yang mewakili kaum proletar (pekerja).
Negara komunis yang masih tersisa : Republik Rakyat
China, Vietnam, Korea Utara, Albania, dan Kuba.
Sedangkan negara-negara Eropa Timur dan Uni Soviet
telah meninggalkan komunis pada tahun 1989 dan
1991.
Komunisme lebih mendasarkan diri pada ideologi
komunisme yang doktriner dan yang bersifat
eskatalogis (masyarakat tanpa kelas, sama rata sama
rasa).

Fasisme
Fasisme merupaka pemberontokan kedua terhadap
kapitalis dan liberal maupun terhadap komunisme.
Fasisme merupakan pengaturan pemerintahan dan
masyarakat secara totaliter dengan suatu kediktatoran
tunggal yang sangat sionalistis, rasialis, militeristis, dan
imperialistis.
Contoh negara yang pernah menerapkan fasisme :
Jerman, Italia, Jepang.

Fasisme lebih mendasarkan pada nasionalisme
yang chauvistik,
rasialistis, dan militeristik(negara
polisi).

Adapun persamaan antara komunis dengan fasis diantaranya :
 Keduanya sama-sama menghendaki pengaturan masyarakat secara menyeluruh (total) atas
dasar tertentu dengan kelompok kecil penguasa yang memonopoli kekuasaan.
 Keduanya sama-sama merupakan sistem mobilisasi massa dalam rangka membentuk
manusia dan masyarakat baru dan dalam rangka melaksanakan kebijakan yang ditetapkan
oleh penguasa.
 Keduanya sama-sama menempatkan kepentingan individu dibawah kehendak dan
kepentingan partai tunggal yang mengatasnamakan negara dan bangsa.

3. Sistem Politik Komunis
-

Kebaikan Bersama

Sistem politik komunis, ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dalam bidang ekonomi, dan
sekularisme yang radikal tatkala agama digantikan dengan ideologi komunis yang bersifat
doktriner dan eskatologis.
Dalam sistem ini, kebebasan politik individu dan hak-hak sipil untuk mengkritik penguasa partai
tidak dijamin, dikarenakan pada sistem ini sangat menekankan pada kemerdekaan nasional dan
bebas dari penindasan asing. Sistem ini sangat berupaya keras dalam menjamin kebutuhan
materill khususnya kebutuhan pokok secara merata sebagai pelaksanaan prinsip sama rata sama
rasa, dan juga kebutuhan moril sebagai perwujudan sekularisme radikal yang memandang
tujuan-tujuan yang bersifat materill mengandung kepuasan modal.
-

Identitas Bersama

Faktor sakral yang mempersatukan masyarakat dalam sistem ini ialah ideologi yang berifat
doktriner dan eskatologis. Seluruh anggota masyarakat diharuskan berperilaku sesuai dengan
ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi tersebut, setidak-tidaknya tidak menampakkan
pembangkangan terhadap ajaran tersebut. Kaum elite yang bertindak sebagai penafsir dan
pelaksana ideologi berusaha membentuk manusia dan masyarakat baru dengan cara
menindoktrinasikan ajaran pada semua warga masyarakat melalui sekolah, media massa,
organisasi-organisasi yang menjadi bagian dari partai lembaga kader, dan lembaga resosialisasi.
Ideologi tersebut kemudian dijadikan sebagai tujuan dan pandangan hidup bagi seluruh
penduduk sehingga ideologi ini disebut sebagai agama politik.
- Hubungan Kekuasaan
Pada dasarnya kekuasaan sistem ini dimonopoli dan dilaksanakan secara sentral dengan partai
tunggal. Kekuasaan paksaannya dilaksanakan oleh militer dan polisi rahasia, lebih menonjol dari
kekuasaan konsesus. Partai yang terdapat didalam sistem politik ini diorganisasikan secara
hirarkis yang dalam kenyataannya dipimpin oleh kelompok kecil yang disebut politniro.
Partai tunggal dalam sistem politik ini bersifat elitis, dikarenakan keanggotaannya bersifat
selektif. Selai itu, partai tunggal ini menguasi semua kelompok sosial yang ada. Kelompok
pemuda, serikat buruh, asosiasi petani, organisasi wanita, dan berbagai organisasi profesi
merupakan salah satu alat partai untuk memobilisasi massa. Sedangkan organisasi keagamaan
dan kegiatan keagamaan dilarang oleh partai terkecuali bagi organisasi dan kegiatan keagamaan
yang disesuaikan dengan ajaran partai.
-

Legitimasi Kewenangan

Dasar kewenangan pemimpin dalam sistem politik ini berupa peranan mereka sebagai ideolog,
yaitu penafsir dan pelaksana ideologi yang bersifat doktriner dan eskatalogis. Pada dasarnya
anggota masyarakat yang menaati kewenangan pemimpin partai dan pemerintahan tidak

berdasarkan pada pemegangan kewenangan yang dipilih oleh anggota kongres sesuai dengan
prosedur yang diteytapkan partai, tetapi juga berdasarkan pemegang kewenangan yang memiliki
kemampuan menggunakan kekuasaan paksaan yang sangat meluas dan mendalam.
-

Hubungan politik ekonomi

Pemerintahan dalam sistem politik ini dikelola oleh partai tunggal yang mengendalikan kegiatan
ekonomi dalam koordinasian unit ekonomi maupun dalam pengadaan barang dan jasa. Kecuali
dalam kegiatan produksi maupun distribusi barang dan jasa. Kegiatan ekonomi ini merupakan
prakarsa individu bukan swasta. Dengan kemajuan teknologi dan industrialisasi sistem ini
memiliki kemampuan dalam menghasilkan dan mendistribusikan kebtuhan pokok yang relatif
merata kepada semua warga sebagai ganti atau tukar dari ketaatantotal yang diberikan
penduduk terhadap kewenangan pemerintah
Pada perkembangannya kemampuan memproduksikan barang dan jasa menjadi menurun
dikarenakan dua hal yaitu : motivasi berprestasi pekerjaan yang sangat rendah dan aparat partai
telah berubah menjadi kelas penguasa yang konservatif. Yang kemudia mengakibatkan
penurunan produksi yang sulit sekali bagi warga masyarakat dalam mendapat kan kebutuhan
pokok, sedangkan para aparat partai memiliki keistimewaan dalam mendapatkan narang dan
jasa.
Berdasarkan pengamatan berbagai pihak komunis pada saat ini dalam keadaan “ maju kena,
mundur juga kena.” Artinya jikalau mengadakan pembaruan akan berakibat menggali kuburan
sendiri (menghasilkan situasi dan berbagai kekuatan yang akan menghancurkan sistem komunis
itu sendiri). Apabila tidak melakukan pembaruan, sistem itu sudah tidk dapat berbuat apa-apa
lagi, jadi dapat disimpulkan bahwa negara-negara komunis yang masih bertahan saat ini hanya
tinggal menunggu detik-detik kehancurannya.
4.

Sistem Politik Demokrasi
Dari sudut pandang stuktural, sistem politik demokrasi secara ideal merupakan sistem politik
yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsesus. Artinya, demokrasi memungkinkan
perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara individu, diantara berbagai
kelompok, diantara individu dan kelompok, individu dan pemerintah, kelompok dan
pemerintah, sampai diantara lembaga-lembaga pemerintah. Dikarenakan demokrasi hanya akan
menolerir konflik yang tidak menghancurkan sistem, maka sistem politik demokrasi
menyediakan mekanisme dan prosedur yang mengatur dan menyalurkan konflik sampai pada
penyelesaiannya dalam bentuk kesepakatan.
- Kebaikan Bersama
Dalam sistem politik ini setiap individu telah dijamin oleh hukum. Artinya, setiap individu
memiliki kebebasan untuk mengejar tujuan hidupnya. Oleh karena itu, setiap individu harus
menggunakan kesempatan politik dengan menggabungkan diri ke dalam organisasi sukarela
untuk bersama-sama mempengaruhi diri ke dalam organisasi sukarela untuk bersama-sama
mempengaruhi pemerintah dan membuat kebijakan yang menguntungkan mereka.

Sistem ini menekankan pada persamaan kesempatan ekonomi daripada pemerataan hasil
pemerintah. Artinya, setiap individu bebas mencari, dan mendayagunakan kekayaan seoanjang
dalam batas-batasan yang telah disepakati bersama. Seperti persaingan bebas yang wajar,
undang-undang antimonopoli, dan peka pada lingkungan hidup.
Dapat disimbulkan bahwa sistem ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan materill kepada
massa, dan dalam masyarakat-negara yang menerapkan individualisme ini terdapat ketegangan
antara tujuan-tujuan materill dan moril.
- Identitas Bersama
Faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem politik demokrasi ialah bersatu dalam
perbedaan. Contohnya : Bhineka Tunggal Ika untuk Indonesia dan Unity in Diversity untuk
Amerika. Artinya, suatu pihak penduduk akan tetap mempertahankan keterikatannya dengan
setiap subkultur, seperti suku, daerah, ras, agama, dan adat-istiadat.
Dasar yang sama berupa keterkaitan pada lembaga demokrasi, saling percaya, dan kesediaan
berkompromi dan bekerja sama. Selain itu, tujuan yang sama berupa pengembangan seluruh
potensi individu secara maksimal, dan kesejahteraan seluruh anggota masyarakat.
- Hubungan Kekuasaan
Dalam sistem politik demokrasi terdapat distribusi kekuasaan yang relatif merata diantara
kelompok sosial dan lembaga pemerintahan. Hal ini mengakibatkan persaingan dan saling
kontrol antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, antara lembaga pemerintah satu
dengan lembaga pemerintah yang lainnya (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), dan atara
kelompok sosial dengan lembaga sosial.
- Legitimasi Kewenangan
Prinsip kewenangan dan legistimasi dalam sistem ini bersifat prosedural (rule of law) yang diatur
dalam konstitusi. Artinya, penguasa mendapatkan kewenangan berdasarkan prosedur yang
disusun dalam konstitusi atau peraturan perundang-undangan, sedangkan anggota masyarakat
menaati kewenangan penguasa dikarenakan penguasa dipilih atau diangkat berdasarkan
prosedur yang ditetapkan dalam konstitusi atau peraturan peundang-undangan.
- Hubungan Politik dengan Ekonomi
Berdasarkan koordinasi unit ekonomi maupun dalam pemilikan barang dan jasa, pemerintah
dan swasta ikut ambil bagian secara aktif sesuai dengan setiap porsinya. Artinya, disamping
mekanisme pasar dibiarkan mengatur kegiatan ekonomi, dalam hal-hal yang menyangkut hidup
orang banyak, pemerintah ikut mengatur dan mengarahkan kegiatan ekonomi, redistribusi, dan
pengadaan barang dan jasa.
Dalam sistem ini demokrasi menghendaki konstitusi dan demokrasi menghendaki sumbersumber ekonomi yang relatif cukup untuk didistribusikan dalam masyarakat. Yang terpenting
dalam sistem politik demokrasi ini yakni adanya prosedur dan mekanisme penentuan
pemerintah berdasarkan kedaulatan rakyat, dan adanya aturan main bagi kelompok-kelompok

untuk bersaing memengaruhi pemerintah demi membuat kebijakan yang menguntungkan
mereka.
5. Sistem Politik Negara Berkembang
Negara ini sesuai dengan namanya merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu,
sistem politik dalam negara ini sedang mencari bentuk yang selaras dengan tingkat perkembangan
masyarakat maupun kultur dan struktur masyarakatnya.
Masyarakat dalam negara ini pemerintahnya (eksekutif) sangat berperan dalam mengembangkan
identitas bersama dan merumuskan kebaikan bersama maupun melakukan pembangunan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kekuasaan pemerintahan dan campur-tangan pemerintahnya yang begitu luas dalam masyarakat
pada satu pihak yang telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada pihak
lain menyebabkan kelompok politik, seperti partai, kelompok kepentingan, dan media massa
berperan sebagai pendukung saja. Dengan demikian hubungan kekuasaan lebih bersifat paksaan
daripada konsesus. Erat kaitannya dengan hubungan kekuasaan yang berupa prinsip kewenangan
dan legitimasi yang juga belum menemukan pola yang sesuai karena dalam masyarakat ini
prosedur dan mekanisme penetapan siapa yang memerintah masih ditetapkan secara sephak saja
oleh kelompok yang berkuasa.
Sistem politik yang secara empiris diterapkan dalam negara-negara berkembang terletak pada
model-model sistem politiknya. Sebuah model yang membedakan sistem politik berdasarkan
empat kriteria, yaitu rezim politik, koalisi yang memerintah, pihak yang diuntungkan dari kebiakan
umum, dan basis legitimasi.
Berdasarkan sistem-sistem politik yang ada, sistem politik birokrasi-otoriter merupakan sistem
politik yang lebih mendekati yang sering terjadi dalam negara berkembang. Dari segi rezim politik
(hak-hak warga negara), sistem politik birokratis-otoriter ditandai dengan pluralisme terbatas
dengan cara menerapkan korporatisme negara, keberadaan negara organisasi kemasyarakatan
bergantung pada negaranya. Dari segi siapa yang memerintah, sistem ini ditandai dengan koalis
diantara sejumlah spesialis. Dalam hal ini, militer yang dimiliki spesialisasi peranan dalam
menciptakan ketertiban, teknorat yang memilki spesialisasi dalam perencanaan dan pengendalian
ekonomi, biokrat yang spesialis dalam administrasi pembangunan, dan pemilik modal asing dan
domestik yang berperan dalam pengadaan barang dan jasa untuk ekspor maupun untuk
kebutuhan konsumsi dalam negeri. Dari segi pihak-pihak yang diuntungkan dari kebiakan umum,
dikarenakan sistem ini menerapkan model pembangunan kapitalistis yang berorientasi pada
pertumbungan dan ekspor yang dilakukan oleh biokrat, maka yang diuntungkan adalah pihakpihak yang memiliki akses terhadap kekuasaan dan kapital. Dari segi basis legitimasi, sistem ini
berdasarkan pada basis legitimasi yang beraneka yaitu campuran terpadu antara distribusi
kebutuhan materill, simbolis (ideologi dan sejumlah jargon politik), dan legal rasional (pemilihan
umum dan proses perundang-undangan).

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Model-model sistem politik yang dilihat dari sudut historis dan perkembangan sistem
politiknya dimulai dari otokrasi tradisional ke totaliter dan sampai pada demokrasi. Dalam berbagai
model ini terdapat berbagai sistem politik yang diuraikan tersebut terdapat beberapa yang timbul
karena disesuaikan dengan kultur dan struktur masyarakat setempat ataupun yang timbul sebagai
kombinasi unsur-unsur terbaik.

3.2 SARAN
Bagi para pembaca yang ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih luas, maka
penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku ilmiah dan buku-buku
lainnya yang berkaitan dengan judul “MODEL-MODEL SISTEM POLITIK”. Kritik dan saran yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami. Jadikanlah
makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan kreatif.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.tugassekolah.com/2016/01/macam-macam-sistem-politik.html
http://irohnasiroh.blogspot.co.id/2015/11/sistem-politik.html
http://gilangdana.blogspot.co.id/2013/04/sistem-politik.html
http://www.spengetahuan.com/2017/03/pengertian-sistem-politik-indonesia-terlengkap.html