Beberapa contoh studi kasus kepemimpinan

Beberapa contoh studi kasus kepemimpinan disekolah
Pembaca yang baik, saya hadirkan kepada anda semua, tiga artikel mengenai pola kepemimpinan
kepala sekolah. Silahkan tanggapi dan pahami. Semoga berkenan
Kasus 1.
Pak Rudi baru saja diangkat menjadi kepala sekolah sebuah SD swasta yang baru 3 tahun beroperasi,
Ia merasa senang sekali dengan promosi yang ia dapatkan dan merasa percaya diri akan dapat
memimpin SD tersebut untuk dapat berkembang. Namun baru 2 bulan memimpin ia mulai menghadapi
permasalahan yang terus berdatangan. Mulai dari komplain orang tua soal toilet, Kegiatan pembelajaran
yang dinilai tidak berkualitas, sarana yang tidak memadai serta komunikasi dengan guru yang belum
berjalan baik. Setiap kali ia menerapkan kebijakan baru selalu saja ditanggapi dingin oleh staff.
Pak Rudi berupaya menjalankan tugasnya sebaik mungkin terutama ia fokuskan pada hal-hal yang
bersifat administratif. Setelah satu tahun ajaran ia memimpin sekolah belum dirasakan perkembangan
yang berarti. Komplain-komplain dari orang tua terus berdatangan mengenai berbagai aspek yang ada
di sekolah dan menyampaikan tuntutan yang begitu tinggi terhadap sekolah. Komunikasi dengan staff
pun belum dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan kasus di atas cobalah analisa apa yang menjadi kelemahan kepemimpinan Pak Rudi, Apa
saran yang bisa anda berikan agar Ia sebagai pemimpin sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan
efektif.
Kasus 2:
Ibu Lidya baru saja diangkat menjadi kepala sekolah menggantikan kepala sekolah lama yang pindah
tugas. Kebetulan sekolah yang dipimpinnya ini merupakan salah satu sekolah yang terkenal dan telah

lama berdiri. Selama 10 tahun ke belakang sekolah ini sangat diminati oleh masyarakat untuk
menyekolahkan anak mereka disana. Hal yang unggul dari sekolah ini adalah sarana pendidikannya
yang lengkap, program-program intra maupun ekstrakurikulernya yang berkualitas serta keberhasilan
siswa diukur dari jumlah yang lulus UNAS. Namun belakangan sekolah ini merasakan bahwa perlu
upaya peningkatan kualitasnya seiring dengan persaingan yang makin ketat dengan sekolah-sekolah
lain. Permasalahan yang dirasakan Ibu Lydya cukup berat bahwa ternyata sekolah perlu melakukan
perbaikan diberbagai aspek agar dapat tetap bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang terus
berkembang.
Dapatkah anda memberikan saran strategi mengembangkan sekolahnya agar dapat tetap unggul serta
dapat memenuhi tuntutan masyarakat.
Kasus 3
Seorang kepala sekolah swasta unggulan di sebuah kota besar. Sekolah yang dipimpinnya ini sangat
progresif. Animo masyarakatpun sangat besar untuk memasukan anaknya ke sekolah tersebut. Sang
kepala sekolah adalah tipe orang yang sangat bersemangat untuk terus belajar tentang manajemen
sekolah dan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Segala informasi yang ia dapatkan baik dari
hasil mengikuti seminar, workshop, studi banding maupun saran2 dari orang yang dinaggap sukses
dalam memimpin sekolah telah diterapkan. Namun Ketika melakukan evaluasi terhadap kinerja
sekolahnya ia mendapatkan informasi bahwa guru-guru merasa beban kerjanya terlalu berat
dikarenakan kebijakan yang dibuat oleh manajemen. Sang kepala sekolah merasa terkejut akan
kenyataan ini dan perlu mendapatkan saran.

Saran apa yang anda akan berikan kepada kepala-kepala sekolah sekolah tersebut.

1

PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN

A.PENDAHULUAN
Lembaga Pendidikan adalah merupakan suatu wadah lembaga yang menghantarkan seseorang
kedalam alur berfikir yang teratur dan sistematis. Dalam pengertiannya Pendidikan adalah “usaha sadar
dan direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara”. [1] Dalam pelaksanaannya sebuah lembaga pendidikan kerap-kali
dihadapkan pada problem-problem sistem pembelajaran, mulai dari penyiapan sarana dan prasarana,
materi, tujuan bahkan sampai pada penyiapan proses.
Dalam perkembangannya lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang nonprofit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori yang sebelumnya sudah
berkembang dalam dunia ekonomi. Maka tak heran ketika kita mendengar adanya teori manajemen
pendidikan, yang pada dasarnya itu diambil dari teori-teori manajemen dalam dunia bisnis. Bukan berarti
setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan menjadi komersial, tetapi
semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang sistematis untuk mengelola sebuah lembaga

pendidikan. Sehingga hasilnya pun tidak bisa seperti yang diharapkan kalau seseorang menerapkan
teori manajemen dalam bidang bisnis.
Dari kondisi yang semacam itulah, maka kita sebagai seorang yang nantinya akan mengemban amanah
untuk megembangkan potensi anak didik (manusia) dalam dunia pendidikan sesuai yang diharapkan
dari makna pendidikan itu sendiri, setidaknya memahami bagaimana proses sebenarnya terntang
perkembangan teori manajemen yang dikembangkan dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu apa yang
kami sampaikan dalam tulisan ini adalah mengenai perkembangan teori manajemen dari masa klasik
sampai masa kontemporer yang nantinya akan kita oleh dalam dunia pendidikan.
B.LANDASAR TEORI
1.TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mempelajari Perkembangan Teori Manajemen Pendidikan diharapkan mahasiswa dapat
memahami :
a. Apa sebenarnya arti teori, manajemen, dan Administrasi.
b. Mengerti perkembangan teori manajemen mulai dari masa klasik, kuno, dan kontemporer.
c. Bagaimana teori manajemen yang telah dikembangkan dalam dunia pendidikan
2.DESKRIPSI MATERI
Untuk memahami perkembangan teori manajemen pendidikan, kita terlebih dahulu harus mengenal apa
itu teori dan apa itu manajemen serta bagaimana perkembangan teori manajemen.
a.Pengertian Teori
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip (principles) yang disusun secara sistematis. Prinsip tersebut

berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara fenomena-fenomena yang ada. [2]
Sebagai contoh, anda mengamati bahwa tanah disekitar gunung berapi merupakan tanah yang subur.
Ada dua fenomena yang barangkali berkaitan : tanah yang subur dan gunung berapi. Anda melangkah
lebih lanjut dan mengambil kesimpulan : gunung berapi yang menyebabkan tanah menjadi subur, tentu
anda tidak mungkin mengambil kesimpulan yang sebaliknya, tanah subur menyebabkan gunung berapi.
Anda satu langkah lebih maju, kemudian orang lain mengamati bahwa ada tanah yang subur meskipun
tidak berada didekat gunung berapi. Dengan “bukti” yang baru tersebut anda melakukan pengamatan
lebih lanjut. Anda sampai pada kesimpulan baru bahwa, bukan gunung berapi itu sendiri yang membuat
tanah subur, melainkan zat yang dikeluarkan gubung berapi yang anda namakan humus. Anda
2

memperbaiki kesimpulan anda menjadi “humus bisa membuat tanah menjadi subur”. Anda sudah
membuat teori. Selanjutnya, anda bisa membuat prediksi, kalau tanah diberi humus, tanah tersebut
menjadi subur.
Misalkan ada seorang petani yang menginginkan tanahnya menjadi subur, anda mempunyai teori
humus. Maka anda menyarankan tanah petani tersebut diberi humus biar subur. Jika petani tersebut
tidak tahu teori humus, dia akan mencoba-coba cara agar tanah menjadi subur, pertama, mungkin
dengan sesajian, kedua, mungkin dengan membeli traktor. Petani tersebut telah melakukan coba-coba
(trial and error) yang kurang effisien. Dengan demikian teori bisa meminimalkan coba-coba, dan
mengefisienkan kerja kita, dengan asumsi teori tersebut benar.

b.Kegunaan (Fungsi) Teori
c. Pengertian Manajemen / Administrasi
Ada kaitan erat antara oraganisasi, administrasi, dan manajemen. Organisasi adalah sekumpulan orang
dengan ikatan tertentu yang merupakan wadah untuk mencapai cita-cita mereka, mula-mula mereka
mengintegrasikan sumber-sumber materi maupun sikap para anggota yang dikenal sebagai manajemen
dan akhirnya barulah mereka melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai cita-cita tersebut. Baik
manajemen maupun melaksanakan kegiatan itu disebut administrasi. [3]
Pengertian administrasi dengan pengertian manajemen masih kelihatan tidak terpisah secara jelas. Ada
yang mengatakan administrasi sebagai cara kerja pemerintahan dengan fungsi merencanakan,
mengorganisasi, dan memimpin. [4] Ada pula ahli yang menyebut administrasi sebagai pengarah yang
efektif sementara manajemen dikatakannya sebagai pelaksana yang efektif. [5]
Sementara itu Mamduh mendefinisikan Manajemen sebagai “sebuah proses merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
menggunakan sumberdaya organisasi”. [6]
Definisi tersebut mencakup beberapa kata/pengertian kunci, yaitu :

Proses yang merupakan kegiatan yang direncanakan;Kegiatan merencanakan, mengorganisir,
mengarahkan, dan mengendalikan yang sering disebut sebagai fungsi manajemen;
Tujuan organisasi yang ingin dicapai melalui aktifitas tersebut;
 Sumberdaya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Sedangkan William H Newman (1951) mendefinikan Administrasi dapat dipahami sebagai
pembimbingan, kepemimpinan dan pengawasan usaha-usaha suatu kelompok orang-orang ke arah
pencapaian tujuan bersama. [7] Sementara itu Sondang P. Siagian (1985;2) mengatakan bahwa
administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan daripada keputusan yang telah diambil dan
pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. [8]
Dalam dunia pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber
pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dipilih manajeman sebagai aktivitas agar seorang kepala sekolah bisa berperan sebagai administrator
dalam mengemban misi atasan, sebagai manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan dan
sebagai supervisor dalam membina guru-guru pada proses belajar mengajar. [9]
d. Pengertian Teori Manajemen
3. PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
(1) Teori Manajemen Kuno;
Sampai dengan tingkat tertentu, manajemen telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno. Sebagai contoh,
bangsa Mesir bisa membuat piramida. Bangunan yang cukup kompleks yang hanya bisa diselesaikan
dengan koordinasi yang baik. Kekaisaran Romawi mengembangkan struktur organisasi yang jelas, dan
sangat membantu komunikasi dan pengendalian.
Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi kejadian semacam itu
relatif sporadis, dan tidak ada upaya yang sistematis untuk mempelajari manajemen. Karena itu

manajemen selama beberapa abad kemudian “terlupakan”.
3

Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen yang lebih serius. Pada
waktu industrialisasi berkembang pesat, dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan
raksasa.
(2)Teori Manajemen Klasik;
a) Teori Manajemen Klasik
 Robert Owen (1771-1858)
Owen berkesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaharu (reformer). Beliau melihat peranan
pekerja sebagai yang cukup penting sebagai aset perusahaan. Pekerja bukan saja merupakan input,
tetapi merupakan sumber daya perusahaan yang signifikan. Ia juga memperbaiki kondisi pekerjanya,
dengan mendirikan perumahan (tempat tinggal) yang lebih baik. Beliau juga mendirikan toko, yang mana
pekerjanya tidak kesusahan dan dapat membeli kebutuhan dengan harga murah. Ia juga mengurangi
jam kerja dari 15 jam menjadi 10,5 jam, dan menolah pekerja dibawah umur 10 tahun.
Owen berpendapat dengan memperbaiki kondisi kerja atau invertasi pada sumber daya manusia,
perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Disamping itu Owen juga
memperkenalkan sistem penilaian terbuka dan dilakukan setiap hari. Dengan cara seperti itu manajer
diharapkan bisa melokalisir masalah yang ada dengan cepat.
 Charles Babbage (1792-1871)

Babbage merupakan profesor matematika di Inggris. Dengan metode kuantitatifnya beliau percaya :
1) Bahwa prinsip-prinsip ilmiah dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi, produksi naik
biaya operasi turun
2) Pembagian Kerja (division of labor); dengan ini kerja/operasi pabriknya bisa dianalisis secara
terpisah. Dengan cara semacam ini pula training bisa dilakukan dengan lebih mudah.
3) Dengan melakukan pekerjaan yang sama secara berulang-ulang, maka pekerja akan semakin
terampil dan berarti semakin efisien.
b) Teori Manajemen Ilmiah
 Federick Winslow Taylor (1856-1915)
Federick Taylor disebut sebagai bapak manajemen ilmiah. Taylor memfokuskan perhatiannya pada studi
waktu untuk setiap pekerjaan (time and motion study); dari sini ia mengembangkan analisis kerja. Taylor
kemudian memperkenalkan sistem pembayaran differential (differential rate).
 Frank B. Gilberth (1868-1924) dan Lillian Gilberth (1887-1972)
Keduanya adalah suami istri yang mempunyai minat yangsama terhadap manajemen. Menurut Frank
pergerakan yang dapat dihilangkan akan mengurangi kelelahan. Semangat kerja akan naik karena
bermanfaat secara fisik pada karyawan. Sedang Lilian memberikan kontribusi pada lapangan psikologi
industri dan manajemen personalia. Beliau percaya bahwa tujuan akhir manajemen ilmiah adalah
membantu pekerja mencapai potensi penuhnya sebagai seorang manusia.
 Henry L. Gantt (1861-1919)
Gantt melakukan perbaikan metode sistem penggajian Taylor (differential system) karena menurutnya

metode tersebut kurang memotivasi kerja. Sistem Pengawasan (supervisor) diterapkannya sebagai
upaya untuk memacu semangat kerja karyawan. Disamping itu Gantt juga memperkenalkan sistem
penilaian terbuka yang awalnya merupakan ide Owen. Gantt chart (bagan Gantt) kemudian populer dan
gigunakan untuk perencanaan, yaitu mencatat scedul (jadwal) pekerja tertentu.
c) Teori Manajemen Organisasi
 Henry Fayol (1841-1925)
Henry Fayol merupakan industrialis Prancis, ia sering disebut sebagai bapak aliran manajemen klasik
karena upaya “mensistematisir” studi manajerial. Menurut Fayol, praktek manajemen dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Dan selanjutnya analisis
tersebut dapat dipelajari oleh manajer lain atau calon manajer.
Fayol adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial dalam 4 fungsi manajemen,
yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, dan (4) Pengendalian. Fayol percaya
4

bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi diajarkan. Manajemen bisa dipelajari dan dipraktekkan secara
efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami.
 Max Weber (1864-1920)
Max Weber adalah seorang ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi. Menurutnya,
suatu organisasi yang terdiri dari ribuan anggota membutuhkan aturan jelas untuk anggota organisasi
tersebut. Organisasi yang ideal adalah birokrasi dimana aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional

dan pembagian kerja disebut dengan jelas. Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional yang dapat
dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang jelas.
Konsep birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang cnderung
mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban, tidak reponsif
terhadap perubahan.
 Mary Parker Follet (1868-1933)
Mary Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena memasukkan elemen manusia
dan struktur organisasi kedalam analisisnya. Elemen tersebut kemudian muncul dalam teori perilaku dan
hubungan manusia. Follet percaya bahwa seseorang akan menjadi manusia sepenuhnya apabila
manusia menjadi anggota suatu kelompok. Konsekuensinya, Follet percaya bahwa manajemen dan
pekerja mempunyai kepentingan yang sama, karena menjadi anggota organisasi yang sama.
Selanjutnya Follet mengembangkan model perilaku pengendalian organisasi dimana seseorang
dikendalikan oleh tiga hal, yaitu :
a. Pengendalian diri (dari orang tersebut);
b. Pengendalian kelompok (dari kelompok);
c. Pengendalian bersama (dari orang tersebut dan dari kelompok).
 Chester I Barnard (1886-1961)
Bernard mengambangkan teori organisasi, menurutnya orang yang datang keorganisasi formal (seperti
perusahaan) karena ingin mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendiri. Pada waktu mereka
berusaha mencapai tujuan organisasi, mereka juga akan berusaha mencapai tujuannya sendiri.

Organisasi bisa berjalan dengan efektif apabila keseimbangan tujuan organisasi dengan tujuan
anggotanya dapat terjaga.
Bernard percaya bahwa keseimbangan antara tujuan organisasi dengan individu dapat dijaga apabila
manajer mengerti konsep wilayah penerimaan (zone of acceptance), dimana pekerja akan menerima
instruksi atasannya tanpa mempertanyakan otoritas manajemen.
(3) Teori Manajemen Kontemporer.
Beberapa pendekatan sudah dibicarakan dimuka, dimana pendekatan-pendekatan tersebut mengalami
perkembangan. Ada beberapa perkembangan yang cenderung mengintegrasikan pendekatanpendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas pendekatan yang telah dibicarakan menjadi tidak
jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu.
Bagian berikut ini akan membicarakan pendekatan baru dalam manajemen :
1) Pendekatan Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan. Organisasi sebagai
suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (subsistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan.
2) Pendekatan Situasional (Contingency)
Pendekatan ini menganggap bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi yang
melatarbelakanginya. Prinsip manajemen yang sukses pada situasi tertentu, belum tentu efektif apabila
digunakan di situasi lainnya. Tugas manajer adalah mencari teknik yang paling baik untuk mencapai
tujuan organisasi, dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu yang tertentu.
Pendekatan situasional memberikan “resep praktis” terhadap persoalan manajemen. Tidak
mengherankan jika pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan, atau peneliti yang banyak
berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini menyadarkan manajer bahwa kompleksitas situasi
5

manajerial, membuat manajer fleksibel atau sensitif dalam memilih teknik-teknik manajemen yang
terbaik berdasarkan situasi yang ada.
Namun pendekatan ini dalam perkembangannya dikritik karena tidak menawarkan sesuatu yang baru.
Pendekatan ini juga belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin manajemen baru, yang
mempunyai batas-batas yang jelas.
3) Pendekatan Hubungan Manusia Baru (Neo-Human Relation)
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan sis positif manusia dan manajemen ilmiah. Pendekatan ini
melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif, dan kreatif. Dengan memahami
kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat dikembangkan lebih lanjut. Tokoh yang dapat
disebut mewakili aliran ini adalah W. Edwadr Deming, yang mengembangkan prinsip-prinsip manajemen
seperti Fayol yang berfokus pada kualitas kerja dan hubungan antar karyawan.
Dalam perjalanannya pendekatan ini masih membutuhkan waktu untuk sampai dikatakan sebagai aliran
manajemen baru. Meskipun demikian pendekatan tersebut cukup populer baik dilingkungan akademis
maupun praktis. Ide-ide pendekatan tersebut banyak mempengaruhi praktek manajemen saat ini.
C. STUDI KASUS DI INDONESIA
1. Penerapan Manajemen Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia pada dasarnya
2. Beberapa Masalah Manajemen di Indonesia
Sejak zaman orde lama, orde baru sampai sekarang zaman reformasi, sistem pendidikan Nasional kita
masih belum mempunyai perubahan yang signifikan. Persoalan pendidikan di Indonesia dewasa ini
sangat kompleks. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut persoalan mutu pendidikan,
pemerataan pendidikan, dan manajemen pendidikan. Mengenai mutu pendidikan menurut Paul Suparno
adalah masalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan
prasarana. Termasuk pemerataan pendidikan adalah masih banyaknya anak umur sekolah yang tidak
dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Sedang persoalan manajemen pendidikan adalah
menyangkut segala macam pengaturan pendidikan seperti otonomi pendidikan, birokrasi, dan
transparansi agar kualitas dam pemerataan pendidikan dapat terselesaikan. [11]
Inilah persoalan yang besar sebenarnya, karena bagaimanapun juga ketika sebuah intitusi pendidikan
tidak mempunyai sistim manajemen pendidikan yang baik, maka dapat dipastikan mutu pendidikannya
pun bisa jadi tidak baik pula. Sebagaimana yang dirasakan dalam sistem manajemen pendidikan kita
dewasa ini, dengan munculnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dimungkinkan akan sedikit
menjawab persoalan tersebut.
Di atas juga sudah diterangkan tentang manajemen secara umum yang itu diterapkan dalan manajemen
pendidikan kita. Seperti halnya sistem manajemen yang ditemukan oleh tokoh-tokoh manajemen, yaitu
(POAC) Planning, Organizing, Actuating, dan Controling. Adalah sistem manajemen yang sangat luar
biasa ketika itu dilakasanakan dengan sempurna.
Sistem Manajemen Pendidikan yang terjadi di Indonesia sejak zaman orde baru (yang masih
menggunakan manajemen pendidikan sentralistik) sampai kemudian muncul Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yang sudah cenderung kepada otomisasi lembaga-lembaga pendidikan (desentralisasi
pendidikan), mempunyai arti yang sangat luas. Disamping mempunyai kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Persoalan inilah yang akan kita bahas selanjutnya.
3. Analisis
Sejak zaman Orde Baru telah banyak yang di capai dalam pembangunan nasional termasuk bidang
pendidikan. Kemajuan ini juga mendapat pengakuan dari seluruh dunia dengan diberikannya
penghargaan Avisiena kepada Presiden Republik Indonesia karena keberhasilan melaksanakan wajib
belajar sekolah dasar. Namun ditengah-tengah kesuksesan yang telah dicapai tersebut masih banyak
permasalahan yang perlu diselesaikan, seperti halnya pengangguran tenaga-tenaga terdidik hasil dari
sistem pendidikan kita. Disatu pihak pendidikan kita telah melahirkan lulusan pendidikan tinggi dan
menengah tetapi dilain pihak menambah pengangguran. [12]
Sebagaimana dijelaskan oleh H.A.R Tilaar, bahwa di dalam sistem pendidikan sekurang-kurangnya
berisi faktor-faktor biaya, pengelola, institusi, dan sistem manajemennya. [13] Sistem manajemen
pendidikan kita (era orde lama dan orde baru) masih terlalu sentralistik (pemerintah pusat),
6

sebagaimana kita tahu bahwa suatu sistem yang sentralistik dan birokratik, maka ruang-gerak untuk
inovasi sangat terbatas. Demikian pula kreativitas dari para pendidiknya boleh dikatakan menjadi hilang
karena segala sesuatu telah ditentukan menurut garis-garis yang ditentukan. Sehingga apa yang
diinginkan daerah (lembaga pendidikan) tidak tercapai karena sifat yang sentralistik tersebut. Hasilnya
adalah jumlah out-put banyak namun itu menambah pengangguran yang banyak pula.
Pada era reformasi mulai muncul Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seiring dengan bergulirnya
otonomi daerah (pelimpahan wewenang pemerintah pusat pada pemerintah daerah). Konsep
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam bahasa Inggris disebut ”School Based Management”
merupakan strategi yang jitu untuk mencapai manajemen sekolah yang efektif dan efisien. Konsep ini
pertama kali muncul di Amerika Serikat, latar belakangnya adalah ketika itu masyarakat
mempertanyakan apa yang dapat diberikan sekolah kepada masyarakat dan juga apa relevansi dan
korelasi pendidikan dengan tuntutan maupun kebutuhan masyarakat. [14]
Model MBS ini adalah suatu ide dimana kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar, yakni sekolah.
Konsep ini didasarkan pada “Self Determination Theory” yang menyatakan bahwa apabila seseorang
atau kelompok memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau kelompok
tersebut akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan
tersebut. [15] Dalam pelaksanaan MBS tersirat adanya tugas sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan menggunakan strategi yang lebih memberdayakan semua potensi sekolah secara optimal.
Sisi kelebihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dibandingkan dengan model sentralistik adalah
sekolah memiliki kekuasaan, antara lain : (1) mengambil keputusan berkaitan dengan pengelolaan
kurikulum; (2) keputusan berkaitan dengan rekruitmen dan pengelolaan guru dan pegawai administrasi;
(3) keputusan berkaitan dengan pengelolaan sekolah. Dengan demikian dapat dilihat sekaligus
ditegaskan bahwa model MBS ini pada hakekatnya adalah memberikan otonomi yang lebih luas kepada
sekolah, dengan tujuan akhir meningkatkan mutu hasil penyelenggaraan pendidikan melalui
peningkatan kinerja dan partisipasi semua stakeholdernya.
Demikian pula yang disampaikan Mulyasa bahwa kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan
inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan
berikut : (1) Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta
didik, orang tua, dan guru; (2) Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal; dan (3) Efektif
dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat
putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah. [16]
Disamping itu dalam sebuah sekolah, tanggung jawab pokok untuk pembentukan moral dan intelektual
akhirnya tidak terletak pada salah satu prosedur atau kegiatan baik intra-kurikuler maupun ekstrakurikuler; akan tetapi terletak pada pengajarnya. Sekolah merupakan kebersamaan bersemuka, tempat
hubungan personel otentik antara pengajar dan pelajar dapat berkembang. Tanpa persahabatan ragam
itu banyak kekuatan dari pendidikan dan pengajaran akan menghilang. Hubungan saling percaya dan
persahabatan otentik antara pengajar dan pelajar merupakan syarat mutlak pertumbuhan sejati dari
komitmen kepada nilai-nilai. Proses itu semua akan terwujud ketika berada dalam ruang lingkup
manajemen yang baik, dan ini menurut J. Drost, SJ akan terwujud dalam Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) [17].
D. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
a. Manajemen Pendidikan sebenarnya berkembang dan mengadopsi dari teori Manajemen di bidang
ekonomi. Teori Manajemen pada awalnya dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang bergerak dalam bidang
bisnis.
b. Dalam perkembangannya Teori Manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1) Teori
Manajemen Kuno; (2) Teori Manajemen Klasik (tokohnya antara lain Robert Owen (1771-1858) &
Charles Babbage (1792-1871) ); dan (3) Teori Manajemen Kontemporer.
c. Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde baru sangat diwarnai dengan
manajemen yang sentralistik, kemudian pada perkembangannya pada era reformasi berkembang
menjadi desentralisasi atau dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang intinya sekolah
diberi wewenang untuk mengatur semua kegiatan sekolah. Ini seiring dengan pemberian wewenang
pemerintah pusat pada pemerintah daerah (otonomi daerah).
7

STUDI KASUS MANAJEMEN PENDIDIKAN
1. Jika keuangan kurang dalam pengelolaan pendidikan makasistem yang berjalan dalam manajemen
pendidikan tidak berjalan dengan optimal, sebagaimana sekolah memiliki kewenang mencari dan
memanfaatkan sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah, mengingat dunia
pendidikan biasanya dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apalagi semenjak kondisi krisis
menerpa perekonomian Indonesia. Karena komponen produksi yang menentukan terlaksananya
kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar disekolah bersama komponen-komponen lain tidak berjalan
dengan secara efektif karena dana yang penyelengaraan pendidikan , keuangan (yang didalamnya
mencakup pembiayaan) merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.
2. Jika sekolah tidak ada system manajemen maka sekolah tersebut tidak akan menghasilkan produk
(siswa) yang berkualitas karena jelas dalam penddidikan (sekolah) terdapat sistem/kegiatan yang
mengelola dan menghasilkan siswa yang berkualitas, sedangkan system merupakan keseluruhan yang
terdiri dari bagian-bagian yang selalu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan
menjadi keluaran sesuai dengan tujuan. Dan jika manajemen pendidikan tidak ada dalam sekolah
bagaiaman kita bias mengatur suatu sistematik pendidikan yang benar dan manajemen pendidikan itu
harus ada supaya mengatur suatu pendidikan yang efektif dan efisian.
3. Jika dalam manajemen pendidikan tidak ada perencanaan maka system pendidikan di sekolah
tersebut tidak akan berkembang, karena sesuai dengan fungsi dari pada perencanaan ialah sebagai
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan
di mas dating dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Ada sebuah kata-kata bijak
yang mengatakan“ jika seseoran ggagal dalam merencanakan suatu perencanaan maka sesungguhnya
dia telah merencanakan kegagalannya. karena dalam pilar manajemen pendidikan sudah dicantumkan
perencanaan jadi dalam melakukan sebuah kegiatan yang jelas harus ada perencanaan terlebih dahulu
.
4. Jika pemimpin otoraktis maka dapat membelokkan organisasi menuju kegagalan, serta organisasi
yang berjalan tidak akan berlangsung dengan efektif dan efisien. Sebagaimana pemimpin yang otoraktis
menganggap organisasi sebagai milik pribadi dan tidak mau menerima saran dan kritik.
5. Jika tidak ada perubahan dalam diri kita maka tidak akan tercipta kualitas diri, sehingga dalam hal ini
diperlukan sebuah motivasi/dorongan untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik, sebagaimana
Tuhan telah menciptakan hambanya dengan kemampuan yang berbeda-beda.
6. Jika terjadi konflik interpersonal maka akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota
organisasi yang tidak bias tidak akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut.Karena setiap ruang social dengan berbagai komplek sitasinteraksi individu, di dalamnya
memiliki potensi untuk memunculkan konflik.
7. Jika fungsi manajemen ada 5, jika tidak ada perencanaan maka system pendidikan di sekolah
tersebut tidak akan berkembang, karene perencaan adalah awal dari semua kegitan sehingga
berkembangan dengan baik.
8. Karena sesuai dengan fungsi dari pada perencanaan ialah sebagai keseluruha proses pemikiran dan
penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di mas datang dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Ada sebuah kata-kata bijak yang mengatakan“ jika seseorang
gagal dalam merencanakan suatu perencanaan maka sesungguhnya dia telah merencanakan
kegagalannya.
9. Jika tidak ada motivasi maka tidak akan percaya diri dalam mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya serta tidak akan adanya suatu perubahan menjadi lebih baik dalam diri seseorang, Karena
motivasi adalah proses mendorong kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang atau kelompok untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
8

10. Jika salah satu ruang lingkup manajemen tidak terpenuhi maka proses organisasi tidak akan
berjalan sesuai yang diharapkan, sebagaimana ruang lingkup manajemen ada7, diantaranya tatausaha,
perbekala, keuangan, kesiswaan, kurikulum, kepegawaian, dan hubungan dengan masyarakat, yang
dimana ruang lingkup manajemen ini sangat berkaitan guna untuk mencapai tujuan bersama.
11. Jika tidak ada perbekalan dalam ruang lingkup manajemen maka proses pendidikan atau pengajaran
di sekolah tidak akan berjalan sesuai dengan yang direncanakan, karena manajemen perbekalan
mempunyai fungsi mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memeberikan
kontribusi secara optimal dan bermanfaat pada jalannya proses pendidikan.
12. jika di kelas tidak dibuat komisaris maka kondisi kelas tidakakan terawatt dan siswa yang berada
dalam kelas tersebut tidak akan merasa nyaman, disinilah pentingnya seorang guru membentuk sebuah
komisaris untuk pesertadidik agar mereka peduli terhadap kebersihan, sehingga akan tercipta suasana
belajar yang menyenangkan.
13. Jika organisasi berupa lembaga pendidikan maka organisasi tersebut harus mewujudkan sebuah
kemitraan dalam pendidikan sebagai bentuk kerja sama saling menguntungkan antar pihak dengan
menempatkan pihak dalam posisi yang sederajat. Dengan demikian, sebagai organisasi, sebuah
lembaga pendidikan dapat mengembangkan visi dan misi organisasi dengan jelas, dapat merumuskan
tujuan pendidikan dengan baik dan terukur ketercapaiannya, juga mampu merumuskan langkah
strategis dan operasional proses pendidikan.
14. Jika tidak ada manajemen perubahan maka sulit suatu organisasi mendapatkan keberhasilan,
segala yang sudah di rencanakan sepertihalnya perubahan dalam tanggung jawab pekerjaan untuk
disesuaikan dengan struktur-struktur baru atau merancang kembali (redesain).
15. Jika manajemen pendidikan tidak ada maka proses pendidikan tidak berjalan dengan efektif dan
efisien, didapatkan dengan melakukan pengelolaan manajemen pendidikan agar terarah dan terencana
sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai. Karena manajemen adalah seseorang yang mengatur,
membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan dengan mendaya gunakan seluruh sumber daya
alam yang kompetensi pemimpin sangat menentukan arah dan mencapai sebuah satuan pendidikan
bagaimana mengelolah elemen-elemen dan potensi yang dimiliki terlebih diera otonomi pendidikan.
16. Jika ruang lingkup tatausaha pendidikan mengalami kegagalan maka kegiatan organisasi tidak akan
berlangsung dengan baik sebagai mana mestinya, kinerja sebuah manajemen harus diarahkan pada
upaya terwujudnya sinergitas yang harmonis di antara unsur-unsurny adengan melibatkan secara aktif
segenap komponennya.
KESIMPULAN
Manajemen sering didefinisikan sebagai "pencapaian tujuan melalui orang lain". Maksudnya adalah
pertama berkaitan dengan "pencapaian tujuan".Manajemen selalu berkaitan dengan sebuah usaha
untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan semata-mata sebuah posisi atau jabatan di dalam
perusahaan.Kedua adalah berkaitan dengan aspek "melalui orang lain". Sebagaisebuahaktivitas,
manajemen selalu menyangkut orang-orang lain, yaknibawahan-bawahan; dan pada usaha untuk
mengarahkan atau mengkoordinasi kerja dari orang-orang tersebut.
Secara umum fungsi-fungsi yang dijalankan manajemen adalah perencanaan(planning),
pengorganisasian(organizing),kegiatan(actuating),pengawasan(contolling),danpenilaian(evaluation).Sela
njutnya dalam manajemen pendidikan terdapat sebuah ruang lingkupnya, salah satu bagian dari
organisasi manajemen pendidikan diantaranya, tatausaha, perbekala, kurikulum, kesiswaan,
kepegawaian, keuangan, dan hubungan dengan masyarakat.Keberhasilan sebuah manajemen
pendidikan sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepalasekolah yang dimaksud adalah kemampuannya
bekerja sama dengan dan atau melalui komunitasnya untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan
efisien.
Disamping itu motivasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat kemampuan pemimpin untuk
mendorong perilaku bawahan serta berkaitan pula dengan kemampuan organisasi dalam menyediakan
reward dan punishment yang berkaitan dengan upaya motivasi yang dilakukan oleh suatu organisasi.
Setiap ruang social dengan berbagai komplek sitasinteraksi individu, di dalamnya memiliki potensi untuk
9

memunculkan konflik, untuk mengatasi konflik diperlukan pihak yang dapat bersikap netral dalam
mengambil sebuah keputusan sehingga konflik dalam manajemen dapat diatasi dan diarahkan kearah
yang lebih baik.
Terkait dengan manajemen pendidikan diperlukan juga sebuah manajemen perubahan artinya
meredsain (merancangkembali) merupakan suatu proses secara sistematis dalam menerapkan
pengetahuan,sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruh zi perubahan pada orang
yang akan terkena dampak dari perubahan tersebut. Dikatakan bahwa motivasi yang ada pada diri
seseorangakan mewujudkan sesuatu perilaku yang di arahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran
kepuasan.Takterlepas dari manajemen perubahan kemitraan dalampen didikan pun juga sangat
berkaitan dengan tercapainya suatu tujuan yang efektif dan efisien.Sebagaimanadasar-dasar dari
kemitraan itu sendiri diantarnya, kepercayaan, kerjasama dan keteguhan. Perlu kita ketauhi manajemen
itu adalah sesorang yang mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan dengan
mendaya gunakan seluruh sumber daya yang ada kopetensi pemimpin sangat menentukan arah dan
mencapai sebuah satuan pendidikan bagaimana mengelola elemen-elemen dan potensi yang dimiliki
terlebih di Era otonomi pendidikan. Manfaat dan tujuan manajemen pendidikan
1)
Terwujudnya suasana belajar dan pembelajaran yang aktif. Inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangankan (PAKEM).
2) Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dan teratasinya masalah mutu
penddikan.

10

PENERAPAN MANAJEMEN KASUS
APA

dan Mengapa Case Management?

Pengertian, konsep, dan kerangka kerja case management secara holistic.
Case Management:
Sebuah metode pendekatan secara individu yang menjelaskan setiap akses pemberian pelayanan yang
ditujukan agar “seseorang” dengan permasalahan kompleks dapat memperoleh akses pelayan yang
dibutuhkan secara tepat.
Case Management juga merupakan sebuah peta yang menuntut kita, memulai pelayanan dari konsep
dasar pertama untuk membantu individu secara holistik .
Kerangka Kerja Case Management :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Analisis Kebutuhan (assessment)
Pembentukan Relasi Bantuan
Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Kelompok kecil (KPP, Konseling, dll)
Perencanaan strategi sesuai dgn kebutuhan seseorang
Intervensi dgn seseorang
Laporan kasus untuk monitoring kualitas
Evaluasi Dampak
Merencanakan Advokasi untuk Kesinambungan

Analisis Kebutuhan
a. Pahami permasalahan
b. Ketahui kelompok sasaran dan profil
c. Identifikasi kebutuhan
Pembentukan Relasi Bantuan
a. Penghargaan terhadap pribadi seseorang dan lingkungan
b. Membangun hubungan personal dan lingkungan dengan ekspresi perasaan yang bertujuan (empati)
c. Penerimaan
d. Nonjudgement (sikap tidak menghakimi)
e. Menghargai proses pilihan dan hasil keputusan individu
f. Kerahasiaan
Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Kelompok kecil
Komunikasi untuk perubahan perilaku
Konseling dasar
Pemecahan masalah
Perencanaan strategi sesuai dgn kebutuhan seseorang
a. Peran-peran CM dalam pelaksanaan
b. Mengidentifikasi sistim akses kepada pelayanan holistic Intervensi dgn seseorang
a. Kelola berdasarkan perencanaan
b. Bangun iklim jaringan yang positif dan focus pada perkembangan kebutuhan individu akan akses
pelayanan
c. Membuat laporan untuk monitoring hasil
d. Tanggapi umpan balik dengan cepat dan tepat

11

Dokumen yang terkait

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Efisiensi pemasaran kayu jenis sengon (paraserianthes falcataria) (studi kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor)

17 93 118

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

Citra IAIN dan Fakultas Dakwah pada komunitas publiknya: studi FGD terhadap sepuluh komunitas sekitar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 53 125

Keabsahan praktik wakaf (studi kasus daerah Pebayuran KM 08 Kertasari-Pebayuran KAB.Bekasi-Jawa

1 43 117