Jurnal Pembelajaran Matematika Realistik Realistik

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
DI KELAS IX MTs AL-WASHLIYAH TEMBUNG
TAHUN AJARAN 2014/ 2015
Chairul Riva’i
FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia
chairulrv@gmail.com
Edy Surya
FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia
Edy_surya71@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to determine whether the increased student learning outcomes with realistic
mathematics education on the material side of the curved geometry in class IX MTs Al-Washliyah
Tembung Academic Year 2014/2015. This type of research is a classroom action research. Subjects
in this study were 32 students of class IX-D MTs Al-Washliyah Tembung and the object of this study
is an effort to improve student learning outcomes with realistic mathematics education. The
instruments used in the study was the observation and tests. The result is an average 2,9
observations of category realistic mathematics learning process on the material side of the curved
geometry including well, data obtained average percentage be 75.01125%, aspects of student

activity number 1, 2, 3 and 4 are also achieved. An increase in the percentage achieving the ideal
time active activity of 11.32375% between cycle I and II, and through the provision of test results
obtained by 30 students studying II (93.75%) of 32 student have achieved mastery learning (value
65), while 2 students (6.25%) has not been completed. Based on the descriptions above concluded
that increased student learning outcomes with realistic mathematics education on the material side
of the curved geometry in class IX MTs Al-Washliyah Tembung Academic Year 2014/2015.
Keywords: realistic mathematics education, learning, secondary school, classroom action
research, activity.
1. PENDAHULUAN
Peserta didik sekolah yang masih
menganggap matematika adalah pelajaran
yang bikin stres, membuat fikiran bingung,
menghabiskan waktu dan cenderung hanya
mengotak-atik rumus yang tidak berguna
dalam kehidupan. Akibatnya, matematika
dipandang sebagai ilmu yang tidak perlu
dipelajari dan dapat diabaikan. Selain itu, hal
ini juga didukung oleh proses pembelajaran
di sekolah yang masih hanya berorientasi
pada pengerjaan soal-soal latihan saja. Jarang

dijumpai proses pembelajaran matematika
dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata.
Sedangakan Palling (dalam Abdurrahman,
2009) mengatakan:
Ide manusia tentang matematika berbedabeda, tergantung pada pengalaman dan

pengetahuan masing-masing. Ada yang
mengatakan bahwa matematika hanya
perhitungan yang mencakup tambah, kurang,
kali, bagi; tetapi ada pula yang melibatkan
topik-topik seperti aljabar, geometri, dan
trigonometri. Banyak pula yang beranggapan
bahwa matematika mencakup segala sesuatu
yang berkaitan dengan berfikir logis.
Kontradiksi ini tentu akan membuat
pembelajaran matematika menjadi tanpa
makna,
sehingga
siswa
menganggap

matematika merupakan hal yang tidak
penting. Hal ini tentu saja akan berdampak
terhadap hasil belajar matematika siswa
tersebut. Seperti yang dikatakan Fauzy
(2013) “lemahnya penguatan matematika
pelajar Indonesia disebabkan sejumlah faktor.
Diantaranya karena pengaturan kelas yang

monoton dimana murid hanya menghadap ke
papan tulis, dan pembelajaran kelas kurang
dinamis. Rutinitas seperti inilah yang
membuat siswa menjadi bosan belajar
matematika. Bahkan materi matematika yang
diajarka jauh dari konteks dunia nyata.
Sebagau ilmu pasti, matematika justru
memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan
manusia, bukan hanya teori.”
Oleh karena itu, diperlukan penguatan
peran
matematika

dan
pendidikan
matematika, yaitu tentang perencanaan
kegiatan pembelajarannya. Terutama kualitas
pengajarannya, tiap guru matematika harus
diberi pelatihan dan pengenalan model,
metode serta pendekatan pembelajaran yang
baik dan benar demi mencapai hasil belajar
matematika yang baik pula.
Dari hasil wawancara yang dilakukan
peneliti terhadap Wahyudi sebagai guru
matematika MTs Al-Washliyah Tembng,
diperoleh bahwa hasil belajar siswa masih
sangat rendah pada pelajaran matematika
secara keseluruhan. Dalam keseharian siswa,
hanya beberapa siswa yang antusias terhadap
pelajaran matematika. Siswa masih kurang
aktif dalam proses pembelajaran. Mereka
hanya mendengar ceramah guru dan
mengerjakan soal tanpa adanya kritik ,

komentar ataupun pertanyaan kepada guru.
Jika mereka kurang mengerti penjelasan
guru, merekapun enggan bertanya kepada
guru. Hal ini terjadi hampir pada setiap
materi matematika termasuk bangun ruang
sisi lengkung, ketika siswa diberikan
masalah, mereka kesulitan menuliskannya ke
dalam bahasa matematika.
Hal ini sejalan dengan tes yang
diberikan peneliti kepada siswa kelas IX D
di sekolah tersebut. Tes yang diberikan
mengenai materi prasyarat bangun ruang sisi
lengkung yaitu bangun ruang sisi datar dan
lingkaran. Banyak siswa masih melakukan
kesalahan misalnya tidak memahami konsep
juring dan tidak mampu menerapkan
pengetahuan mereka dalam memecahkan
soal. Berikut kesimpulan tes awal siswa kelas
IX-D :


Tabel 1. Ketuntasan Klasikal Kelas IX-D
Kriteria
≥ 65
¿ 65
klasikal
IX D
68,75 % 31,25%
Tidak Tuntas
Sampai saat ini masih banyak guru
menggunakan pembelajaran secara langsung
dimana pembelajaran berpusat terhadap guru
dan kurangnya variasi pembelajaran yang
dilakukan guru. Hal ini membuat siswa
cenderung pasif dalam proses pembelajaran.
Siswa hanya terbiasa menerima dan
menghafal apa yang disampaikan guru tanpa
termotivasi untuk memahami materi-materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru,
akibatnya siswa kurang memahami konsep
matematika tersebut, siswa hanya dapat

menyelesaikan soal yang sama persis dengan
contoh soal yang diberikan oleh guru.
Merupakan tantangan bagi guru
matematika untuk senantiasa berpikir dan
bertindak kreatif untuk memilih model,
metode, serta pendekatan pembelajaran demi
memenuhi peran tersebut. Sejalan dengan
kata-kata Subandi (2013) “ materi
matematika yang diajarkan jauh dari konteks
dunia nyata. Sebagau ilmi pasti, matematika
justru memiliki keterkaitan erat dengan
kehidupan manusia, bukan hanya teori”.
Dari gambaran-gambaran di atas,
disimpulkan bahwa untuk mempertahankan
pengetahuan berdiam lebih lama di ingatan
siswa, perlu diadakan pebelajaran yang
melibatkan aktivitas maksimal siswa. Untuk
itu sebaiknya guru memberikan pembelajaran
yang melibatkan pengalaman siswa yang
berkaitan dengan materi yang disertai arahan

terbimbing dari guru.
Salah satu alternatif dari persoalan ini
adalah dengan Pembelajaran Matematika
Realistik. Karena hal ini sesuai dengan
karakter Pembelajaran Matematika Realistik,
yaitu pembelajaran matematika dari masalahmasalah yang ada di kehidupan sehari-hari,
yang bersumber dari pengalaman masingmasing siswa. Pembelajaran ini juga
mengharuskan siswa berperan aktif dalam
pembelajaran.

Seperti yang dikatakan Zainurie (dalam
Soviawati, 2011):
Matematika realistik adalah matematika
sekolah
yang
dilaksanakan
dengan
menempatkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal pembelajaran. Masalahmasalah realistik digunakan sebagai sumber
munculnya konsep-konsep matematika atau

pengetahuan matematika formal.
Jadi tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa dan meninjau bagaimana aktivitas
belajar siswa selama berlangsungnya
pembelajaran
dengan
menggunakan
Pembelajaran Matematika Realistik.
Pembelajaran Matematika
Sutiyono (dalam Wijayanti, 2009)
mengatakan
“pembelajaran
matematika
adalah suatu proses atau kegiatan guru mata
pelajaran matematika dalam mengajarkan
matematika kepada
siswanya, yang
didalamnya terkandung upaya guru untuk
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan siswa tentang matematika yang
amat beragam agar terjadi interaksi optimal
antara guru dengan siswa serta antara sisea
dengan siswa dalam mempelajari matematika
tersebut”.
Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22
Tahun 2006, mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berikut:
1. Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akutrat, efisien, dan tepat,
dalam pemacahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan
memahami
masalah,
merancang
model
matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan
simnbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan masalah.
Hasil Belajar
Menurut Benjamin S. Bloom (dalam
Abdurrahman, 2009) ada tiga ranah hasil
belajar, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Menurut A.J. Romiszowski
(dalam Abdurrahman, 2009) hasil belajar
merupakan keluaran (output) dari suatu
sistem
pemrosesan
masukan
(input).
Masukan dari sistem tersebut berupa
bermacam-macan
informasi
sedangkan
keluarannya adalah perbuatan atau kinerja
(performance).
Dalam pembelajaran, hasil belajar
diketahui dengan adanya evaluasi. Alat
evaluasi yang dimaksud di sini adalah tes.
Menurut Norman (dalam Asmin dan
Mansyur, 2012) “tes adalah salah satu
prosedur evaluasi yang komprehensif,
sistematik dan obyektif yang hasilnya dapat
dijadikan
dasar
dalam
pengambilan
keputusan atas proses pengajaran yang
dilakukan oleh guru”. Menurut Gronlund &
Linn (dalam Asmin dan Mansyur, 2012) “tes
merupakan suatu alat ukur atau instrumen
berupa suatu prosedur sistematis untuk
mengukur suatu sampel perilaku”.
Aktivitas Belajar
Sardiman (2011), menyatakan “aktivitas
belajar adalah kegiatan yang bersifat
fisik/jasmani maupun mental/rohani yang
berkaitan dengan kegiatan belajar”. Belajar
dengan beraktivitas sendiri kesannya tidak
akan mudah berlalu melainkan akan
dipikirkan dan diolah kemudian akan
dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus
menimbulkan aktivitas siswa baik dalam
berfikir maupun berbuat.
Edgar Gale (Sani 2013), mengatakan :
”Untuk materi pelajaran yang berbeda maka
berbeda pulalah aktivitas yang dilakukan.
Dalam hal ini maka dituntut guru harus
kreatif
memilih
aktivitas
yang
mengefektifkan proses belajar.” Aktivitas
belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan
tujuan. Tujuan dalam belajar adalah

terjadinya perubahan dalam individu
seutuhnya.
Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran
matematika
realistik
(PMR) dikembangkan berdasarkan pemikiran
Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa
matematika merupakan aktivitas insani
(human activity) dan harus dikaitkan dengan
realitas. Berdasarka pemikiran tersebut, PMR
mempunyai ciri bahwa, dalam proses
pembelajaran peserta didik harus diberikan
kesemmpatan untuk menemukan kembali (to
reinvent) matematika melalui bimbingan
guru dan penemuan kembali (reinvention) ide
dan konsep matematika tersebut harus
dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan
persoalan “dunia riil”.
Karakteristik Matematika Realistik
Treffers
(dalam
Wijaya,
2012)
merumuskan lima karakteristik Pendidikan
Matematika Realistik, yaitu:
a) Penggunaan konteks
Konteks atau permasalahan realistik
digunakan sebagai titik awal pembelajaran
matematika. Konteks tidak harus berupa
masalah dunia nyata namun bisa dalam
bentuk permainan, penggunaan alat peraga,
atau situasi lain seelama hal tersebut
bermakna dan bisa dibayangkan dalam
pikiran siswa.
b) Penggunaan model untuk matematisasi
progresif
Dalam pendidikan matematika realistik,
model
digunakan
dalam
melakukan
matematisasi secara progresif. Penggunaan
model berfungsi sebagai jembatan (bridge)
dari pengetahuan dan matematika tingkat
konkrit menuju pengetahuan matematika
tingkat formal.
c) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Mengacu pada pendapat freudenthal
bahwa matematika tidak diberikan kepada
siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai
tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun
oleh siswa maka dalam pendidikan
matematika realistik siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar.
d) Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya
suatu proses individu melainkan juga secara

bersamaan merupakan suatu proses sosial.
Proses belajar akan menjadi lebih singkat dan
bermakna
ketika
siswa
saling
menkomunikasikan hasil kerja dan gagasan
mereka.
e) Keterkaitan
Konsep-konsep dalam metematika tidak
bersifat parsial, namun banyak konsep
metematika yang memiliki keterkaitan.
Langkah-Langkah Matematika Realistik
Amin (dalam Warli, 2009) memaparkan
langkah-langkah
dalam
kegiatan
pembelajaran matematika realistik sebagai
berikut:
1. Mengkondisikan siswa untuk belajar.
Guru mengkondisikan siswa untuk belajar
dengan menyampaikan tujuan pelajaran
yang akan dicapai, memotivasi siswa,
mengingatkan materi prasyarat yang harus
dimiliki siswa, dan mempersiapkan
kelengkapan belajar/alat peraga yang
diperlukan dalam pembelajaran.
2. Mengajukan masalah kontekstual. Guru
selalu mengawali pembelajaran dengan
mengajukan
masalah
kontekstual.
Masalah kontekstual tersebut sebagai
pemicu terjadinya penemuan kembali
matematika
oleh
siswa.
Masalah
kontestual yang diajukan oleh guru
hendaknya masalah yang divergen.
Masalah tersebut juga memberi peluang
untuk memunculkan berbagai strategi
pemecahan masalah.
3. Membimbing siswa untuk menyelesaikan
masalah kontekstual. Dalam memahami
masalah, mungkin ada siswa yang
kesulitan. Guru hanya memberi petunjuk
seperlunya terhadap bagian-bagian situasi
dan kondisi masalah (soal) yang belum
dipahami siswa. Dengan demikian
terdapat keesatuan pemahaman terhadap
masalah kontekstual. Guru juga dapat
meminta
siswa
menjelaskan
atau
mendeskripsikan masalah kontekstual
dengan bahasa mereka sendiri.
4. Meminta siswa menyajikan penyelesaian
atau selesaian masalah. Siswa secara
individu atau kelompok menyelesaikan
masalah kontekstual yang disajikan oleh
guru dengan cara mereka sendiri,

sehingga mungkin terjadi perbedaan
dalam penyelesaian masalah antara siswa
yang satu dengan yang lain. Guru
mengamati dan memotivasi siswa
memperoleh penyelesaian soal.
5. Membandingkan dan mendiskusikan
penyelesaian atau selesaian masalah. Guru
memberikan waktu dan kesempatan
kepada siswa untuk membandingkan dan
mendiskusikan jawaban soal secara
berkelompok,
untuk
selanjutnya
dibandingkan dan didiskusikan dalam
kelas. Kemudian guru sebagai fasilitator
dan moderator mengarahkan siswa
berdiskusi dan membimbing siswa
sehingga diperoleh jawaban yang benar.
6. Bernegosiasi. Berdasarkan hasil diskusi
kelompok atau diskusi kelas yang telah
dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk
menarik kesimpulan tentang suatu konsep
matematika yang terkait dengan masalah
kontekstual yang baru diselesaikan.
Kerangka Konseptual
Salah satu penyebab rendahnya hasil
belajar
adalah
penerapan
strategi
pembelajaran yang kurang tepat. Masalah
timbul dikarenakan pembelajaran yang
diterapkan selama ini menitikberatkan guru
sebagai sumber informasi dalam jumlah
besar. Kurangnya peran siswa dalam
pembelajaran mengakibatkan siswa kurang
memahami konsep-konsep matematika. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi rendahnya hasil belajar tersebut
adalah dengan menerapkan pembelajaran
yang sesuai, sehingga dituntut kemampuan
guru untuk dapat mengupayakan metode
pembelajaran yang tepat sesuai dengan
tingkat perkembangan mental siswa. Metode
pembelajaran dalam penelitian ini adalah
Pembelajaran Matematika Realistik.
Pembelajaran Matematika Realistik
adalah salah satu pembelajaran yang dapat
mendorong siswa lebih aktif belajar
matematika melalui soal-soal yang disajikan
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang
dekat dengan siswa, sehingga siswa
dimungkinkan lebih mudah memahami
konsep materi karena menemukannya sendiri.
Sebab pada hakekatnya, Pembelajaran

Matematika Realistik mengutamakan proses
pembelajaran
pada
keaktifan
siswa
menemukan konsep matematika dari
masalah-masalah kontekstual. Dimana hal ini
tanpa disadari siswa, perlahan namun pasti
akan meningkatkan hasil belajar matematika
siswa itu sendiri.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang telah
dideskripsikan dan kerangka berfikir di atas,
hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa
hasil belajar siswa kelas IX MTs AlWashliyah akan lebih meningkat dengan
menggunakan
model
pembelajaran
matematika realistik.
2. METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs AlWashliyah Tembung. Sedangkan waktu
penelitian ini dilaksanakan pada semester I
(Ganjil) Tahun Ajaran 2014/2015.
Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
IX-D MTs Al-Washliyah tahun ajaran 2014/
2015. Dimana jumlah siswa yaitu 32 orang.
Objek Penelitian.
Objek penelitian ini adalah hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika pada
materi bangun ruang sisi lengkung dengan
menerapkan
pembelajaran
matematika
realistik.
Defenisi Operasional.
Penelitian ini berjudul “Penerapan
Pembelajaran Matematika Realistik untuk
MeningkatkanHasil Belajar Siswa pada
materi bangun ruang sisi lengkung di kelas
IX MTs Al-Washliyah Tembung TahunAjaran
2014/2015. Istilah-istilah yang memerlukan
penjelasan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
matematika
realistik
adalah pembelajaran dengan pemberian
masalah oleh guru tentang materi yang
akan dipelajari, dimana permasalahan
sangat
erat
kaitannya
dengan
pengalaman siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap siswa akan dibentuk
dalam beberapa kelompok yang akan
membahas permasalahan tersebut dan
mempresentasikannya. Kemudian setiap

kelompok diberi kesempatan untuk
saling mengajukan pertanyaan mengenai
kesulitan-kesulitan yang dialami dalam
memahami bahan ajar.
2.

Hasil belajar adalahnilai siswa dalam
mata pelajaran matematika pada materi
bangun ruang sisi lengkung
yang
diperoleh melalui tes yang diberikan
pada sampel penelitian.
Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (classroom action research)
dengan
menerapkan
pembelajaran
matematika
realistik
dengan
tujuan
memperbaiki mutu proses pembelajaran di
kelas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap kendala dan kesulitan yang
dialami
siswa
dalam
menyelesaikan
permasalahan bangun ruang sisi lengkung
serta menjelaskan upaya-upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pada materi bangun ruang sisi
lengkung.
Prosedur Penelitian.
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu
penelitian tindakan kelas makapenelitian ini
memiliki beberapa tahap yang merupakan
suatu siklus. Setiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang akan dicapai.
Pada penelitian ini jika siklus pertama tidak
berhasil, yaitu proses belajar mengajar belum
meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum
melaksanakan penelitianpeneliti memberi tes
materi prasyarat kepada siswa mengenai
materi prasyarat kubus dan balok yaitu materi
persegi dan persegi panjang. Permasalahan
yang diperoleh dari tes prasyarat tersebut
adalah hanya terdapat 52,5% dari 32 orang
yang tuntas (mendapat nilai ≥ 65%). Target
peningkatan yang kedua dalam penelitian ini
adalah meningkatkanjumlah siswa yang
tuntas menjadi ≥ 85%. Untuk mencapai
target itu, adapun langkah-langkahnya:
SIKLUS I
a. Tahap Perencanaan Tindakan I.
Tahap perencanaan tindakan I dilakukan
setelah tes awal diberikan.Pada tahap
perencanaan tindakan ini, hal-hal yang
dilakukan adalah :

1. Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang berisikan
langkah-langkah
kegiatan
dalam
pembelajaran
yang
menggunakan
pembelajaran matematika realistik.
2. Mempersiapkan sarana pendukung
pembelajaran
yang
mendukung
pelaksanaan tindakan, yaitu (1) Lembar
aktivitas siswa, (2) buku mata pelajaran
untuk peneliti.
3. Mempersiapkan instrumen penelitian,
yaitu (1) tes untuk melihat hasil belajar
siswa, (2) lembar observasi untuk
mengamati bagaimana peran guru ketika
proses belajar mengajar berlangsung.
4. Menyusun daftar pertanyaan wawancara
untuk mengetahui letak kesulitan
memecahkan masalah siswa setelah
dilakukan kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan I.
Setelah tahap perencanaan tindakan I
disusun, maka tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan tindakan I, yaitu sebagai
berikut:
1. Melakukan
kegiatan
pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran
matematika realistik. Dalam hal ini,
peneliti
bertindak
sebagai
guru,
sedangkan
guru
mata
pelajaran
matematika kelas IX
Al-Washliyah
Tembung bertindak sebagai pengamat
yang akan memberi masukan selama
pembelajaran berlangsung.
2. Pada akhir tindakan, diberikan tes hasil
belajar kepada siswa untuk melihat letak
kesulitan belajar siswa dan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan
hasil belajar siswa.
c. Observasi I
Observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini
observasi yang dilakukan yaitu observasi
terhadap guru dan siswa. Observasi
dilakukan oleh guru matematika kelas IX
MTs Al-Washliyah Tembung. Untuk memberi
masukan terhadap pembelajaran yang sedang
berlangsung dan melihat aktivitas siswa.
Observasi kegiatan terhadap peneliti yang
dalam hal ini bertindak sebagai guru,
meliputi:

a. Membuka pelajaran.
b. Menyajikan
materi
dengan
menggunakan pembelajaran matematika
realistik
c. Melibatkan siswa dalam pembelajaran.
d. Berkomunikasi dengan siswa.
e. Mengelola
waktu
dan
metode
pembelajaran.
f. Menutup pelajaran.
d. Analisis Data.
Data penelitian bersumber dari peneliti
dan siswa. Data kuantitatif (dari siswa)
diperoleh dari hasil tes hasil belajar.
Sedangkan data kualitatif yang diperoleh
melalui observasi kemudian dianalisis dan
kemudian peneliti menarik kesimpulan sesuai
dengan tujuan penelitian.
e. Refleksi I.
Tahap ini dilakukan untuk mengambil
keputusan perencanaan tindakan selanjutnya
berdasarkan hasil analisis data dari
pemberian tindakan pada siklus I yang
mencakup :
a. Kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan materi bangun ruang sisi
lengkung.
b. Hasil observasi terhadap guru dan siswa.
Dalam refleksi ditariklah kesimpulan
yang kemudian digunakan sebagai dasar
untuk tahap perencanaan pada siklus
berikutnya.
SIKLUS II
Setelah dilaksanakan siklus I dan hasil
perbaikan yang diharapkan belum tercapai
terhadap tingkat penguasaan yang telah di
tetapkan peneliti maka tindakan masih perlu
dilanjutkan pada siklus II. Siklus II
dilaksanakan di kelas yang sama namun
dengan materi yang berbeda. Siklus II
diadakan perencanaan kembali dengan
mengacu pada hasil refleksi pada siklus I.
Pada siklus II ini peneliti merencanakan
tindakan pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaaran matematika realistik dengan
membagi siswa dalam beberapa kelompok
yang memiliki kemampuan bervariasi. Hal
ini bertujuan agar dapat menigkatkan hasil
belajar siswa. Sama halnya dengan siklus I,
dalam siklus II juga terdapat penentuan

masalah, perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, analisis data serta refleksi.
Instrumen Pengumpul Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah tes dan
nontes.
Tes
Tes yang diberikan berbentuk tes esai
agar bisa melihat kesulitan siswa Pemberian
tes dilakukansetelah pemberian tindakan.
Hal yang diperhatikan oleh peneliti
sebelum menyusun naskah tes, yaitu :
 Menentukan ruang lingkup pertanyaan.
 Menentukan apa yang diukur meliputi
aspek kognitif, yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), dan penerapan (C3)
 Menyusun kisi-kisi tes
 Dalam kisi-kisi tampak ruang lingkup
materi yang diujikan, bentuk soal, dan
jumlah soal.
 Menyusun soal berdasarkan kisi-kisi
yang telah dibuat dan penyelesaian soal.
Observasi
Observasi yang dilakukan merupakan
pengamatan terhadap aktivitas dan proses
yang terjadi pada saat diberikan tindakan.
Terdapat dua observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu:
Observasi terhadap Proses Pembelajaran
Dalam hal ini yang bertindak sebagai
guru adalah peneliti. Adapun observasi
terhadap guru ini dilakukan oleh guru
matematika kelas IX D MTs Al-Washliyah
Tembung yang bertujuan untuk memberikan
masukan terhadap pembelajaran yang
berlangsung. Aspek yang menjadi fokus
observasi ini adalah:
a. Keterampilan membuka pelajaran
b. Penyajian materi lewat LAS
c. Strategi pembelajaran
d. Pengelolaan kelas
e. Komunikasi dengan siswa
f. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
matematika realistik
g. Keaktifan siswa dalam bertanya,
menjawab dan mengemukakan ide
h. Melaksanakan evalalusi terhadap hasil
kerja kelompok
i. Keterampilan menutup pelajaran dan
j. Efisiensi penggunaan waktu

Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Untuk mengetahui bagaimana aktivitas
belajar siswa dilakukan observasi. Dalam hal
ini, observasi dilakukan oleh dua orang
observer.Observer melakukan pengamatan
setiap 5 menit selama proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran
matematika realistik. Tujuan dari observasi
ini adalah untuk melihat persentase waktu
aktivitas. Aktivitas yang akan diobservasi
pada penelitian ini adalah :
a. Aktivitas Belajar Aktif
Aktivitas
belajar
secara
aktif
indikatornya adalah belajar pada setiap
situasi, menggunakan kesempatan untuk
meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan
partisipatif dalam setiap kegiatan, seperti :

Membaca buku siswa, LAS dan
sumber lain

Menulis penjelasan guru, mencatat
dari guru atau dari teman menyelesaikan
masalah pada LAS, merangkum hasil
kerja kelompok

Berdiskusi/bertanya/berpendapat
antara siswa dengan temannya dan
kepada guru
b. Aktivitas Belajar Pasif
Aktivitas belajar pasif indikatornya
adalah tidak dapat melihat adanya
kesempatan
belajar,
mengabaikan
kesempatan, membiarkan segalanya terjadi,
menghindar dari kegiatan, seperti :
 Mendengarkan atau memperhatikan
penjelasan guru
 Melakukan sesuatu yang tidak relevan
dengan
pembelajaran
misalanya
percakapan
diluar
pembelajaran,
mengerjakan sesuatu di luar topik dan
berjalan-jalan di luar kelompoknya
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa diukur
dari tes hasil belajar.
 Ketuntasan belajar siswa (individual)

KB=

T
x 100
Tt

Keterangan:
KB
: ketuntasan belajar
T
: jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt

: jumlah skor total
(Depdikbud dalam Trianto, 2009)

 Ketuntasan Belajar Klasikal
Untuk melihat apakah proses belajar
telah dicapai, maka dapat dilihat melalui
kriteria ketuntasan belajar secara klasikal.

PKK =

siswa yg mencapai ≥65
x 100
byk subyek penelitian

Keterangan : PKK = persentase ketuntasan
klasikal
(Depdikbud dalam Trianto2009)
Menganalisis Hasil Observasi

Menganalisis
hasil
observasi
kegiatan pembelajaran
Untuk mengetahui proses pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran
matematika realistik pada pokok bahasan
bangun ruang sisi lengkung dilaksanakan
dengan baik, digunakan lembar observasi
sebagai alat penilaian yang diisi oleh
observer yaitu guru matematika ditempat
penelitian. Proses pembelajaran dapat dinilai
per-pertemuan setelah skor hasil pengamatan
observator diolah dengan menggunakan
rumus:

P i=

jumlah aspek yang diamati
banyaknya aspek yang diamati

Dengan
Pi = Hasil pengamatan pada pertemuan
ke-i
Untuk menentukan rata-rata penilaian :

R=

N
B

Keterangan :
R = rata-rata penilaian
N = jumlah nilai akhir
B = banyaknya observasi
 Menganalisis aktivitas siswa
Aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran dianalisis secara deskriptif
melalui hasil observasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Untuk mencari
rata – rata frekuensi nilai dan rata-rata
frekuensi waktu yang digunakan siswa
melakukan aktivitas selama kegiatan

pembelajaran
berlangsung
ditentukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menentukan
frekuensi
hasil
pengamatan aktivitas belajar siswa
untuk setiap kategori aktivitas belajar
siswa dalam satu kali pertemuan.
b.
Mencari persentase rata – rata
frekuensi setiap kategori aktivitas
dengan cara membagi rata – rata
frekuensi untuk semua kategori aktivitas
dengan banyak frekuensi pengamatan
untuk setiap pertemuan selanjutnya
ditentukan persentase waktu untuk
banyaknya
pertemuan
dan
menyediakannya dalam tabel.
Untuk menghitung persentase aktivitas
dapat digunakan rumus :

¿

akt yg d l kukan× wkt pngmtn
×100
siswa diamati ×total waktu

Selanjutnya
dihitung
jumlah
persentase waktu untuk aktivitas aktif siswa
satu siklus :

=

jumlah persentase waktu aktivitas aktif
jumlah pertemuan

Interpretasi Data
Interpretasi Tes hasil Belajar
 Ketuntasan belajar siswa (individual)
Dengan Kriteria Peningkatan Hasil Belajar
sebagai berikut:

0 ≤ KB < 65

siswa

tidak

tuntas dalam belajar

65 ≤ KB < 100

siswa

sudah

tuntas dalam belajar
(Depdikbud dalam
Trianto2009)
 Ketuntasan Belajar Klasikal
Untuk melihat apakah proses belajar telah
dicapai, maka dapat dilihat melalui kriteria
ketuntasan belajar secara klasikal. Seorang
siswa dikatakan tuntas jika KB ≥ 65%,
sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas jika
PKK ≥ 85%.
(Depdikbud dalam Trianto, 2009)

Interpretasi Hasil Observasi
 Kriteria
Hasil
Observasi
Pembelajaran
Tabel 2. Kriteria hasil observasi belajaran
Kriteria
Proses
Skor
Belajar Mengajar
Sangat buruk
0 ≤ skor ≤ 1,2
Buruk
1,2