Produksi Benih pada Tanaman Kultur jarin

Produksi Benih pada Tanaman Kultur jaringan

Di susun oleh :
1. Kristaliyas Ginting

155040207111074

2. .Noval Fiki Yoga P.

165040200111146

3. Fadila Nurlaily

165040201111004

4. Palupi Dwi Ramadhani

165040201111013

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Tujuan.............................................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Pengertian Kultur Jaringan.............................................................................4
2.2 Macam- Macam Kultur Jaringan....................................................................4
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan..................................................6
BAB III ISI...............................................................................................................8
3.1 Tahapan Kultur Jaringan Mawar dan Wortel..................................................8
3.2 Prinsip Genetik...............................................................................................9
3.3 Prinsip Agronomi..........................................................................................11

BAB IV PENUTUP...............................................................................................17
4.1 Kesimpulan...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi produksi benih tanaman dengan menggunakan teknologi kultur
jaringan vitro dengan mengisolasi bagian tanaman kemudian menumbuhkannya di
media dalam kondisi steril sering disebut dengan Kultur jaringan.

Pada era

modern ini perbanyakan benih tidak hanya sebatas dari biji namun juga
mengembangkan perbanyakan benih sevcara vegetatif dengan metode yang lebih
modern, lebih cepat dan efisiensi lebih tinggi. Faktor penting dalam kultur
jaringan adalah bagian tanaman yang dikulturkan dan medianya. Jaringan
tanaman yang sering digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah kalus, sel, dan
protoplasma, dan organ tanaman meliputi pucuk, bunga, daun, batang, dan akar.

Dengan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan ini, diharapkan benih yang
akan dihasilkan terjamin mutunya maupun kesehatan benih itu sendiri.

1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan (tissue culture) yaitu suatu teknik mengisolasi bagianbagian tanaman (sel, sekelompok sel, jaringan, organ, protoplasma, dan
sebagainya), ditumbuhkan secara tersendiri, dipacu untuk memperbanyak diri,
akhirnya diregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap yang mempunyai
sifat sama seperti induknya dalam suatu lingkungan yang aseptik

atau steril

(bebas hama dan penyakit) (Yuliani, R., 2014).
2.2 Macam- Macam Kultur Jaringan
1. Kultur Meristem

Kultur meristem adalah pertumbuhan aseptik ujung tunas atau meristem secara
in vitro yang bertujuan untuk menghasilkan tanaman yang bebas virus atau untuk
konservasi plasma nutfah. Kultur meristem telah banyak digunakan dalam
tanaman seperti pisang, kentang, krisan, dan stroberi. Penggunaan kultur meristem
yang paling meononjol yaitu untuk memproduksi tanaman yang bebas virus
seperti pada tanaman kentang, anggrek, dan tebu.

2. Kultur Kalus
Kultur kalus adalah pertumbuhan aseptik kalus secara in vitro yang bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang telah diperbaiki sifat genetiknya atau tanaman
baru. Tujuan dari kultur kalus yaitu menghasilkan varian genetik yang berguna,
penyaringan sel-sel secara in vitro bagi tipe-tipe yang memiliki karakter berguna,
dan memproduksi produk kimia yang berguna.

4

3. Kultur Anter
Kultur anter adalah perkembangan kultur kalus haploid dari polen secara in
vitro. Tujuan dari kultur anter antara lain produksi haploid untuk memproduksi
dengan cepat homozigot dan sleksi bentuk-bentuk mutan.


4. Kultur Embrio
Kultur embrio merupakan pertumbuhan aseptik embrio yang bertujuan untuk
mendapatkan tanaman yang viabel. Tujuan dari kultur embrio antara lain
mempercepat siklus pemuliaan melalui pengkulturan in vitro bagi embrio yang
lambat berkembang, pematahan dormansi bagi biji-biji yang sulit berkecambah,
dan mendapatkan tanaman yang viabel setelah persilangan sendiri.
5. Kultur Protoplas
Kultur protoplas adalah isolasi steril protoplas yang bertujuan untuk
memodifikasi genetik sel. Sumber protoplas yang umum untuk diisolasi adalah:
daun (paling sering digunakan), pucuk, buah, akar, nodul akar. Jaringan mesofil
daun (diutamakan berasal dari in vitro) yang paling mudah diisolasi karena
susunannya yang jarang sehingga penetresi enzim lebih cepat.

5

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan
Menurut Lindsey dan Jones (1990) dalam Yusnita (2004)
a. Kelebihan pada perbanyakan melalui kultur jaringan antara lain:
 Tidak membutuhkan ruangan yang luas Perbanyakan dilakukan pada

botol-botol kultur sehingga tidak membutuhkan ruangan yang luas.
 Bebas penyakit, hama, dan virus Karena perbanyakan dilakukan dalam
keadaan aseptik, maka bibit yang dihasilkan terbebas dari bakteri,
cendawan, nematoda, maupun hama lain.
 Waktu untuk perbanyakan cepat dan tidak terbatas Kondisi untuk
perbanyakan melalui kultur jaringan (cahaya, komposisi media,
konsentrasi zat pengatur tumbuh, dan suhu) dapat dikontrol, sehingga
bibit dapat dihasilkan dalam jumlah banyak pada waktu yang relatif
singkat dan tidak terbatas.
 Tidak tergantung musim atau iklim Perbanyakan bibit dapat dilakukan
secara kontinu karena tidak tergantung musim atau iklim.
 Menghemat tenaga Karena tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit
seperti: penyiraman, pengendalian gulma, hama, dan penyakit, maka
akan menghemat tenaga.
 Tanaman induk dapat disimpan secara in vitro Tanaman induk dapat
disimpan secara in vitro (dalam kultur) sehingga tidak membutuhkan
pemeliharaan di lapang.
 Menghemat waktu, tenaga, dan biaya Apabila telah ditemukan
teknologi (media, eksplan, zat pengatur tumbuh, dsb.) yang tepat,
maka untuk perbanyakan selanjutnya hanya tinggal mengulang saja.

Dengan demikian akan menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
6

 Bibit yang dihasilkan telah berakar (planlet) Bibit hasil kultur jaringan
telah memiliki akar sehingga akan cepat tumbuh di lapang, selain itu
apabila aklimatisasi dilakukan secara serentak akan diperoleh bibit
yang seragam.
b. Kekurangan pada perbanyakan melalui kultur jaringan antara lain:
 Untuk tahap awal diperlukan fasilitas-fasilitas yang cukup mahal
(misal: ruang kultur, laminar air flow dll.)
 Dibutuhkan tenaga ahli yang terampil karena harus bekerja pada
kondisi steril dan harus mengetahui kapan kultur harus ditransfer ke
media segar (subkultur).
 Jika terjadi kontaminasi oleh bakteri atau cendawan, maka akan
kehilangan bahan tanaman yang potensial.
 Dibutuhkan metode khusus untuk perbanyakan yang efisien, termasuk
kondisi untuk pembentukan akar dan planlet.
 Ukuran planlet yang dihasilkan kecil.
 Dibutuhkan metode khusus untuk menjaga kestabilan genetik (misal:
perbanyakan harus secara langsung tidak melalui kalus).

 Karena fasilitas yang digunakan mahal dan tenaga harus ahli, maka
planlet yang dihasilkan akan menjadi mahal.

7

BAB III ISI
3.1 Tahapan Kultur Jaringan Mawar dan Wortel
1. Kultur Mawar
Planlet mawar steril hasil kultur mata tunas dibawa ke dalam LAFC (Laminar
Air Flow Cabinet)

Planlet dikeluarkan dari botol kultur lalu diletakkan dalam cawan petri

Planlet dipotong dengan pisau bedah pada bagian nodus/buku

Eksplan nodus ke-1 sampai ke-5 dipisah sesuai urutan nodus

Eksplan ditanam pada media perlakuan. Tiap botol ditanam lima eksplan dari
masing-masing bagian nodus


Botol kultur ditutup plastik dan aluminum foil lalu diikat karet gelang

Kultur nodus mawar disimpan di ruang inkubasi pada suhu 24-25°C
dengan pencahayaan 16 jam terang dan 8 jam gelap

Pengamatan dilakukan setiap 14 hari sebanyak enam kali

8

2. Kultur Wortel
 Tahap pertam yaitu perkecambahan biji wortel in-vitro. Biji wortel
(Daucus carota L) cultivar New Nantes disterilisasi dengan cara merendam
di dalam larutan sodium hipoklorit (Sunklin) yang diencerkan dengan
aquadest steril perbandingan 1:1 selama 10 menit sambil sesekali
digoyang-goyangkan, selanjutnya dicuci dengan cara merendam dalam
aquadest steril sebanyak 2 kali masing-masing selama 5 menit. Biji wortel
yang telah disterilisasi ditanam pada medium ¼ MS (Murashige & Skoog,
1962) selama 9 hari. Parameter yang diamati pada tahap ini adalah
persentase perkecambahan dan panjang hipokotil kecambah wortel.
 Tahap ke dua yaitu induksi dan pemeliharaan kalus. Bagian hipokotil

kecambah wortel dipotong dengan ukuran 1 cm, kemudian dikulturkan
pada medium MS dengan perlakuan 2,4-D 2 mg/l, selama 5 minggu.
Parameter yang diamati selama masa kultur adalah efisiensi pembentukan
dan kenampakan visual kalus (tekstur dan warna).
3.2 Prinsip Genetik
A. Kultur Jaringan Mawar
1. Menggunakan media yang cocok untuk pertumbuhan kultur jaringan
mawar.
Sebelum dilakukan proses pemotongan pada eksplan terlebih dahulu
menyiapkan media yang akan digunakan. Menurut Marina dan Rohayati (2009),
dalam penelitiannya media dasar yang digunakan adalah MS dan B5 (Gamborg)
yang terdiri atas unsur hara makro dan mikro, vitamin, sukrosa dan Fe khelat,
dengan penambahan zat pengatur tumbuh sitokinin. Ke dalam media yang
ditambahkan agar-agar 7 gram sebagai pemadat dan sukrosa 30 gram. Media MS
memiliki unsur-unsur dan persenyawaan yang lebih lengkap dibandingkan
dengan media yang lain. Kadar mineral dalam media MS relatif lebih
tinggi dibandingkan media lain. Umumnya mineral-mineral ini dapat mendukung
pertumbuhan sel-sel tanaman dalam kultur in vitro.
Jumlah tunas terbanyak diperoleh pada perlakuan media dasar MS dengan
penambahan BAP 0,30 mg/l sedangkan tunas terendah diperoleh pada perlakuan

media dasar B5 dengan penambahan BAP 2 mg/l. Hasil ini menunjukkan bahwa

9

media MS mengandung unsur hara makro dan mikro yang lebih tinggi
dibandingkan dengan media B5, sehingga dengan pemberian sitokinin yang
rendah, jumlah tunas yang dihasilkan paling banyak.
Planlet tertinggi diperoleh pada perlakuan media dasar B5 (Gamborg)
dengan penambahan BAP 2 mg/l sedangkan planlet terendah dihasilkan perlakuan
media dasar MS dengan penambahan BAP 0,30 mg/l. Hasil ini menunjukkan
bahwa pemberian sitokinin dengan konsentrasi tinggi pada media B5 dapat
menginisiasi penambahan tinggi planlet.
2. Menghindari kontaminasi pada kultur jaringan mawar
Pencegahan

kontaminasi

dikhususkan

pada

bagian

utama

sumber

kontaminan berdasarkan deteksi kontaminan tahap 1 dan 2. Menurut Sinta et.al
(2015), pencegahan kontaminasi dilakukan secara fisik dengan perlakuan (1)
kontrol yakni sterilisasi pada autoklaf setelah dirangkai, (2) sterilisasi
menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang 245nm selama 45 menit lalu
diautoklaf, (3) sterilisasi dengan diautoklaf terpisah sebelum dirangkai dan
diautoklaf kembali setelah dirangkai, dan (4) sterilisasi dengan direndam dalam
larutan alkohol 70% selama 10 menit sebelum dirangkai lalu diautoklaf.
B. Kultur Jaringan Wortel
1. Menggunakan media yang cocok
Sebelum melakukan penanaman eksplan,terlebih dahulu menyiapkan media.
Media yang digunakan untuk induksi kalus yaitu media MS. Sebelum induksi
kalus menyiapkan perkecambahan biji wortel in-vitro merupakan tahapan awal
dari penelitian untuk menghasilkan kecambah wortel steril, yang selanjutnya
digunakan sebagai eksplan pada tahap induksi kalus. Indrianto (2003),
menyatakan bahwa eksplan terbaik untuk induksi kalus adalah jaringan dari
bagian-bagian semai (seedling) yang dikecambahkan secara invitro. Keuntungan
dari

eksplan yang dikecambahkan secara in-vitro diantaranya adalah kondisi

eksplan yang dihasilkan steril, selain itu pada umumnya semua bagian dari
kecambah menunjukkan responsifitas yang tinggi untuk diinduksi menjadi kalus
karena sifatnya yang masih meristematik.
Pada tahap induksi dan pemeliharaan kalus, hipokotil kecambah wortel ukuran
1 cm digunakan sebagai eksplan yang dikultur selama 5 minggu pada medium MS

10

dengan zat pengatur tumbuh 2,4-D 2 mg/l. Minggu pertama setelah dikultur,
eksplan tampak mengalami penebalan terutama pada bagian yang luka dan kontak
langsung dengan medium sehingga ukurannya bertambah besar. Penebalan
eksplan ini merupakan hasil interaksi yang sangat kompleks antara eksplan,
komposisi medium, zat pengatur tumbuh dan kondisi lingkungan selama periode
inkubasi. Pembentukan kalus mulai tampak pada kedua ujung eksplan (bagian
yang luka akibat pemotongan), setelah diinkubasi selama dua minggu pada
medium MS + 2,4-D 2 mg/l, meskipun tidak semua eksplan serentak membentuk
kalus pada minggu kedua. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat responsifitas
eksplan terhadap medium kultur yang tidak sama. George et al., (2008)
menyatakan 2,4-D umum digunakan sebagai sumber auksin eksogen terutama
untuk menginisiasi pembentukan kalus embriogenik pada proses embriogenesis
somatik, tetapi embrio somatik tidak dapat berkembang lebih lanjut sebelum
konsentrasi auksin dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali dari medium
kultur. Hasil ini menunjukkan bahwa media MS cocok digunakan untuk media
induksi kalus.
3.3 Prinsip Agronomi
a. Perbandingan Kuantitas Benih Mawar Secara Konvensional dan Kutur
Jaringan
Tanaman mawar dapat diperbanyak dengan setek, cangkok, okulasi, dan
penyambungan. Petani umumnya memperbanyak tanaman mawar dengan
penyambungan. Namun, perbanyakan dengan penyambungan menghadapi
masalah batang bawah banyak yang terserang penyakit yang disebabkan oleh
virus. Produksi benih mawar secara konvensional memerlukan waktu yang lama
dan proses yang panjang yaitu selama 4-5 bulan, tanaman mawar akan melakukan
penyerbukannya sendiri yang biasanya dibantu oleh serangga atau penyerbukan
sendiri dalam beberapa varietas. Lalu mahkota bunga mawar tersebut mati pada
tanamannya sehingga pada nantinya akan tumbuh buah mawar yang didalamnya
terdapat biji mawar. Mawar yang lebih mudah menghasilkan buah/biji biasanya
mawar dari varietas Playboy (Red Blend Floribunda), Hurdy Gurdy (Red Blend
Miniature), Peggy T dan Fairhope (Light Yellow Miniature). Setelah bunga mawar
menghasilkan biji masih ada proses yang hasus di lakukan pada biji bunga mawar

11

agar dapat digunakan sebagai bibit, yaitu dengan stratifikasi, stratifikasi
merupakan upaya meniru keadaan asli tanaman ini yang melalui musim dingin.
Tanpa melalui tahapan stratifikasi biji bunga mawar akan sulit untuk
berkecambah.
Bila dibandingkan dengan produksi benih menggunakan metode kultur
jaringan dapat dibedakan dengan kuantitas biji yang jauh berbeda. Kultur jaringan
merupakan salah satu alternatif dalam perbanyakan tanaman mawar. Perbanyakan
tanaman dengan kultur jaringan dapat menghasilkan benih dalam jumlah banyak
dalam waktu singkat, seragam, dan bebas penyakit. Keberhasilan teknik kultur
jaringan dipengaruhi antara lain oleh jenis eksplan, yaitu bagian tanaman yang
digunakan sebagai bahan untuk inisiasi suatu kultur, dan komposisi media yang
digunakan. Pada dasarnya, semua tanaman dapat diregenerasikan menjadi
tanaman sempurna bila ditumbuhkan pada media yang sesuai. Salah satu
komponen media yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah jenis dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan. Sitokinin digunakan untuk
menumbuhkan dan menggandakan tunas aksiler atau merangsang pertumbuhan
tunas adventif (Yusnita 2004). Selain itu teknik perbanyakan dengan kultur
jaringan mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan cara tradisional
(Santoso dan Nursandi, 2003), antara lain:
a. Budidayanya dimulai dengan sedikit bahan tanaman (eksplan), kemudian
dimultiplikasi menjadi sejumlah tunas. Ini berarti hanya diperlukan sedikit
bahan untuk penggandaan sejumlah besar tanaman.
b. Perbanyakan ini menggunakan pendekatan lingkungan yang aseptik, bebas
dari patogen sehingga merupakan awal seleksi bahan tanaman yang bebas
dari penyakit.
c. Meningkatkan efektivitas perbanyakan klonal pada tanaman yang hampir
punah dan sulit perbanyakan vegetatifnya.
d. Produktivitas perbanyakan klonal dengan kultur jaringan dapat dilakukan
sepanjang tahun tanpa tergantung pada kondisi perubahan iklim.
e. Hanya memerlukan areal yang tidak begitu luas untuk keperluan propagasi
dan pengelolaan stok tanaman.

12

b. Perbandingan Kuantitas Benih Wortel Secara Konvensional dan Kutur
Jaringan
Pada produksi benih wortel tidak jauh berbeda dengan produki benih mawar,
kita harus menunggu hingga bunga mengering dan menghasilkan biji, hal tersebut
membutuhkan waktu selama ± 2 bulan dengan jumlah setiap gram benih berisi ±
200 biji. Agar dapat menghasilkan benih tanaman wortel tanaman wortel
memilliki persyataran tubuh sebagai berikut :
1. Tanah
Sifat fisik tanah yang diperlukan untuk budidaya wortel adalah tanah yang
memiliki tekstur struktur tanah yang baik. Jenis tanah yang sesuai adalah andosol,
alluvial, regosol dan latosol yang kebanyakannya terdapat di dataran tinggi,
namun tidak menutup kemungkinan di dataran rendah dapat diusahakan. Derajat
keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya wortel adalah 5.5 – 6.5. Tanah
dengan topografi/tingkat kemiringan kurang dari 30% masih dapat dianggap
layak untuk budidaya wortel, sedangkan pada kemiringan di atas 30% dianggap
tidak menguntungkan.
2. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman baik
respirasi, fotosintesis, transpirasi, aktifitas enzim, absorpsi (penyerapan air), hara,
pembelahan sel, dll. Suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
pembentukan umbi yang normal adalah 15.6 – 21.1 °C, namun demikian pada
suhu 26 °C dengan ketinggian 500 m dpl, namun produksi umbi kurang
memuaskan. Pada suhu yang terlalu tinggi, tanaman wortel akan menghasilkan
umbi yang pendek dan kecil-kecil.
3. Curah Hujan
Keadaan curah hujan memegang peran penting dalam produktifitas tanaman.
Curah hujan berkaitan dengan ketersediaan air tanah. Kekurangan air akan
menghambat pertumbuhan tanaman sedangkan jika kelebihan air juga tidak baik
karena tanaman mudah terserang penyakit. Daerah yang sesuai untuk budidaya
wortel adalah daerah yang memiliki iklim basah (1.5 – 3 bulan kering dalam satu
tahun) dan iklim agak basah ( 3 - 4.5 bulan kering dalam 1 tahun). Meskipun

13

demikian tanaman wortel masih toleran terhadap iklim sangat basah ( 0 – 1.5
bulan kering dalam satu tahun).
4. Kelembaban
Kelembaban udara yang sesuai bagi pertumbuhan wortel adalah 80 – 90%.
Kelembaban yang terlalu tingigi akan merangsang pertumbuhan cendawan
penyebab penyakit. Kelembanan yang terlau tinggi juga stomata tertutup
sehingga

penyerapan

CO2terhambat. Terbatasnya

penyerapan

CO2 akan

membatasi proses fotosintesis tanaman yang pada gilirannya akan menghambat
pertumbuhan tanaman.
5. Intensitas Penyinaran Matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energy dalam proses fotosintesis.
Kekurangan sinar matahari menyebabkan proses fotosintesis terganggu sehingga
proses pembelahan organ vegetative dan generative terganggu. Gejala tanaman
yang kurang sinar matahari akan menujukan gejala etiolasi sehingga tanaman
akan tumbuh memanjang, kurus, lemah dan pucat. Kondisi seperti ini
menyebabkan tanaman tidak akan membentuk umbi. Semakin besar energy
cahaya matahari yang dapat diterima tanaman, semakin besar pula pengaruhnya
terhadap kenaikan hasil. Semakin besar intensitas cahaya matahari yang diterima
tanaman, semakin besar pula pengaruhnya dalam mempercepat proses
pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Untuk kegiatan fotosintesis, tanaman
wortel memerlukan penyinaran cahaya matahari penuh selama 9 – 10 jam per
hari.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus
memenuhi syarat sebagai berikut:


Tanaman tumbuh subur dan kuat.



Bebas hama dan penyakit(sehat).



Bentuknya seragam.



Dari jenis yang berumur pendek.



Berproduksi tinggi.

Sedangkan bila dibandingan dengan produksi benih wortel secara kultur
jaringan hanya memerlukan waktu yangrelatif lebih singkatdengan bahan yang
tidak banyak. Eksplan yang umum digunakan dalam kultur kalus tanaman wortel

14

adalah bagian umbi wortel dan kecambah in vitro. Bagian umbi wortel sering
digunakan sebagai eksplan untuk meneliti biosintesis metabolit sekunder
karotenoid dalam kalus wortel dan kecambah in vitro digunakan sebagai eksplan
untuk tujuan propagasi. Hanchinal et al. (2008) melaporkan bahwa kalus dari
eksplan kambium dalam umbi wortel mengandung β-karoten. Sementara itu,
kecambah in vitro digunakan oleh Pant & Munandhar (2007) sebagai eksplan
untuk propagasi tanaman wortel melalui inisiasi tunas pada medium MS
(Murashige & Skoog) dengan penambahan BAP (Benzyl Amino Purine) dan NAA
(Naphthalene Acetic Acid).
Sel tumbuhan memiliki sifat totipoten, yaitu mampu menghasilkan satu
tanaman baru yang utuh sehingga sel tumbuhan dapat diklon untuk menghasilkan
populasi dalam jumlah besar dengan komposisi genetik yang sama dengan
tumbuhan induk (George et al., 2008). Kecambah in vitro wortel selain untuk
propagasi, mungkin berpotensi sebagai eksplan pada kultur kalus untuk
menghasilkan karotenoid sebagaimana eksplan dari umbi wortel. Rao &
Ravishankar (2002) menjelaskan bahwa sel tumbuhan juga bersifat totipoten
secara biosintetik karena sel dalam kultur menyimpan informasi genetik lengkap
sehingga mampu memproduksi berbagai senyawa kimia yang ditemukan dalam
tumbuhan induk. Penggunaan eksplan kecambah in vitro umumnya lebih praktis
untuk induksi kalus dibandingkan bagian yang lebih tua seperti bagian umbi
wortel. Menurut George et al. (2008), jaringan muda yang bersifat meristematik
merupakan sumber eksplan terbaik untuk induksi kalus. Smith (2013)
menjelaskan bahwa jaringan yang paling baru terbentuk dan lebih muda secara
fisiologis umumnya lebih responsif untuk induksi kalus, jaringan yang lebih tua
tidak akan menghasilkan kalus yang dapat beregenerasi. Eksplan berupa jaringan
kecambah dari biji yang dikecambahkan secara aseptis baik untuk induksi kalus.
Material tanaman dari ladang umumnya mengandung banyak kontaminan dan
bagian tanaman yang tumbuh dalam tanah (akar dan umbi) lebih sulit dibersihkan.
Pertumbuhan kalus biasanya dimulai dengan pembelahan sel di sekitar area
pelukaan dan secara bertahap meluas ke seluruh permukaan eksplan (Bhojwani &
Dantu, 2013). Pengamatan pertumbuhan kultur berdasarkan waktu dapat
dilakukan dengan pengukuran berat basah kalus (Chawla, 2002).

15

Hasil pengukuran periodik umumnya menghasilkan kurva pertumbuhan
sigmoid yang terdiri dari tiga fase yaitu fase lag, eksponensial, dan stasioner
(George et al., 2008) dari peroduksi benih melalui teknik kultur jaringan ini dapat
di dapatkan benih wortel dengan kualitas yang sama dengan induknya dengan
jumlah bayak benih sesuai keinginan dalam waktu yang bersamaan.

16

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kultur jaringan (tissue culture) yaitu suatu teknik mengisolasi bagianbagian tanaman (sel, sekelompok sel, jaringan, organ, protoplasma, dan
sebagainya). Teknik perbanyakan benih secara kultur jaringan lebih baik dari pada
teknik perbanyakan benih secara konvensional. Perbanyakan benih tanaman
dengan kultur jaringan dapat menghasilkan benih dalam jumlah banyak dalam
waktu singkat, seragam, dan bebas penyakit. Tetapi, teknik kultur jaringan ini
membutuhkan fasilitas yang mahal serta tenaga yang ahli.

17

DAFTAR PUSTAKA
George E.F., Hall M.A., Jan De Clerk G. 2008. Plant propagation by tissue
culture 3rd edition. Volume 1. The background. Springer. P: 183-197
Indrianto A. 2003. Kultur jaringan tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada Fakultas Biologi.
Marlina Nina dan Rohayati Euis. 2009. Teknik Perbanyakan Mawar dengan
Kultur Jaringan. Buletin Teknik Pertanian, vol. 4, no. 2 (65-67)
Sinta et.al. 2014. Identifikasi dan Pencegahan Kontaminasi pada Kultur Cair
Sistem Perendaman Sesaat. Menara Perkebunan, 82(2): 64-69
Yuliani, R. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Fakultas Farmasi
UMS. Surakarta : UMS-Press.

18

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

IbM Pemanfaatan Biopestisida untuk Mengendalikan Hama Uret (Lepidiota stigma) Pada Tanaman Tebu

8 129 1