PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PROGRAM JTV PADA MATERI SPLDV PADA KELAS VIII-3 SMPN 5 PENAJAM PASER UTARA Fitrawati SMPN 5 Penajam Paser Utara

  JMP Online Vol 2, No. 8, 819-829. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PROGRAM JTV PADA MATERI SPLDV PADA KELAS VIII-3 SMPN 5 PENAJAM PASER UTARA Fitrawati SMPN 5 Penajam Paser Utara

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 20 Agustus 2018 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembelajaran Revisi pertama : 30 Agustus 2018 matematika yang masih berpusat pada guru dan Diterima : 31 Agustus 2018 rendahnya capaian hasil belajar matematika. Penelitian Tersedia online : 31 Agustus 2018 ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dengan program JTV pada materi sistem persamaan linear dua variabelpada kelas VIII-3 SMPN 5 Penajam Paser Utara. Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, Program JTV Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, dengan setiap siklus terdiri dari 1 pertemuan. Email : Setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, Pengerjaan Lembar Kegiatan Peserta Didik, tes, dan dokumentasi. Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi sistem persaaan linear dua variabel. Hal ini ditunjukkan melalui tes di setiap siklus.

  Dari pra siklus terdapat 50% yang nilainya diatas KKM (80) dan 89,04% pada akhir siklus 2. Sehingga dapat disimpulkan melalui program JTV dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi sistem persamaan linear dua variabel dua variabeldi kelas VIII-3 SMPN 5 Penajam Paser Utara.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan pendidikan. Salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan pendidikan. Pendidikan adalah aktifitas pembelajaran yang ditandai dalam bentuk interaksi edukatif dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan, masih juga pendidikan dipersyaratkan untuk penunaian yang mengarah pada upaya membari arah dan watak pada peserta didik (Jumali dkk, 2008:18).

  Dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas hendaknya mampu menarik perhatian Peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari. Guru sebagai pendidik mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian dalam proses pendidikan tidak semua tanggungjawab dibebankan kepada guru, untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang lebih yang efektif diperlukan suatu peran yang mendukung dari peserta didik juga.

  Motivasi sangat besar perannya dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga boleh jadi Peserta didik yang memiliki tingkat intelegensi yang cukup tinggi mmenjadi gagal karena kurangnya motivasi. Sebab hasil belajar akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Oleh karena itu, bila Peserta didik mengalami kegagalan dalam belajar hal itu bukan semata-mata karena kesalahan Peserta didik, tetapi mungkin juga karena guru tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi belajar.

  Dewasa ini matematika sudah berkembang sedemikian sehingga terlalu sulit untuk dapat dikuasai seluruhnya oleh seorang pakar. Matematika yang selama ini dipelajari dijenjang pendidikan dasar dan menengah masih bertumpu pada logika hanya bernilai benar dan salahserta himpunan intuitif yang klasik.

  Ciri-ciri matematika adalah (1) memiliki objek kejadian yang abstrak, (2) berpola pikir yang edukatif, (3) bertumpu pada kesepakatan, (4) memiliki simbol yang kosong dalam arti, (5) memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6) konsisten dalam sistemnya. Dari ciri matematika di atas terdapat dua ciri yang penting adalah (1) memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir yang edukatif (2) berpola pikir yang edukatif. Adapun fungsi pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan bilangan dan angka. Dalam proses pembelajaran matematika hendaknya diusahakan Peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan matenatika dalam kelompok-kelompok, adanya alat peraga yang mendukung memanfaatkan teknlogi informasi dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat menarik peserta didik untuk belajar matematika.

  Pada umumnya hasil belajar matematika Peserta didik SMPN 5 Penajam Paser Utara masih belum menggembirakan. Pengalaman penulis sebagai guru matematika, nilai sesuai dengan KKM, tetapi tetap saja masih banyak Peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM. Ketika guru meminta Peserta didik untuk memberikan jawaban atau alasan banyak Peserta didik yang hanya menggelengkan kepala yang menandakan ketidakinginan peserta didik memberi jawaban. Peserta didik yang berprestasi baik biasanya memiliki motivasi belajar yang tinggi dan sebaliknya peserta didik yang merasa kurang berhasil atau bahkan bisa dikatakan gagal memiliki motivasi yang rendah. Banyak peserta didik yang merasa segan dan malu dalam bertanya materi yang dianggap kurang, walaupun guru sudah menyiapkan waktu bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar matematika. Hal tersebut mungkin anggapan peserta didik bahwa lebih baik bertanya pada teman sendiri yang mereka anggap cocok untuk bertanya.

  SMP Negeri 5 Penajam Paser Utara merupakan salah satu sekolah yang berada di tengah kota kabupaten Penajam Paser Utara, yang menggunakan kurikulum Nasional 2013. Buku matematika yang yang mengacu pada kurikulum 2013 masih terbatas, sehingga siswa hanya sedikit referensinya. Walaupun buku pendukung di perpustakaan banyak, tapi karena kurangnya minat baca para peserta didik sehingga sangat kurangnya penguaasaan konsep paserta didik. Banyaknya siswa kelas VIII yang terdiri atas enam kelas yaitu Kelas VIII-1 dan VIII-6 membuat siswa mengalami kekurangan buku pendukung. Hal inilah yang mendorong guru untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan Lembar Kegitan Peserta Didik (LKPD) sebagai sarana untuk pembelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum 2013.

  Adapun fakta di lapangan, kelas VIII-3 siswanya cenderung kurang aktif, sulit menyampaikan pendapat, dan memiliki hasil belajar yang relatif rendah. Selama ini, pembelajaran matematika cenderung masih menggunakan pola yang lama, yaitu pembelajaran sistem tradisional ceramah, memberikan contoh soal dan penyelesaian kepada siswa di kelas dan menggunakan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Siswa lebih banyak menerima pembelajaran dari guru dan kurang aktif saat pembelajaran berlangsung. Pada saat pembelajaran berlangsung hasil yang dicapai siswa saat mengerjakan tugas atau soal nilainya kurang maksimal. Pencapaian yang kurang maksimal ini dikarenakan pemahaman konsep siswa yang rendah pada aspek pengetahuan dan konsep. Menurut Effandi (2007: 86) tahap pemahaman suatu konsep matematika yang abstrak akan dapat ditingkatkan dengan mewujudkan konsep tersebut dalam pengajaran. Siswa dapat dikatakan telah memahami konsep apabila ia mampu mengabstraksikan sifat yang sama, yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep tersebut.

  Pemahaman konsep siswa kelas VIII-3 relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar pra siklus untuk tingkat pemahaman konsep per indikator diperoleh: menyatakan ulang suatu konsep 50% kategori kurang baik, dari tes pra siklus tersebut, diperoleh banyaknya siswa yang tuntas atau nilainya lebih dari KKM matematika yaitu 80 sebanyak 13 siswa dari 26 siswa yang ikut tes atau mencapai 50%.

  Bertolak dari permasalahan tersebut, perlu diupayakan suatu cara atau metode untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika dengan menggunakan model Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dan JTV (Junior Teach Visits) salah satu model yang bisa membuat peserta didik lebih aktif karena tidak merasa takut dan merasa lebih diperhatikan.

  Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dengan Program JTV Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas VIII-4 SMPN 5 Penajam Paser Utara Tahun Ajaran 2017/2018 ”.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana peranan guru kecil dalam upaya peningkatan hasil belajar matematika bagi Peserta didik SMPN 5 PENAJAM PASER UTARA khususnya kelas VIII-4?

  2. Bagaimana langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru matematika SMPN 5 Penajam Paser Utara untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan program JTV?

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Mengetahui peranan guru kecil dalam upaya peningkatan motivasi hasil belajar matematika bagi Peserta didik SMPN 5 Penajam Paser Utara khususnya kelas VIII- 4? 2. Mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru matematika SMPN 5

  Penajam Paser Utara untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan program JTV?

  Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Peserta didik a.

  Meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika.

  b.

  Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik untuk tidak malu bertanya atau menjawab permasalahan yang ada c.

  Mengurangi kejenuhan peserta didik dalam proses belajar d.

  Menjadikan matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan dan bukan lagi mata pelajaran yang ditakuti

  2. Bagi Guru a.

  Memotifasi guru untuk berinovasi dalam pembelajaran matematika b.

  Guru kecil dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran matematika

  KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pembelajaran.

  Menurut Dimyati (2009:3) menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi kegiatan belajar dan kegiatan mengajar. Dari sisi guru, tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Abu Ahmadi (2004:4) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha. Dalam hal ini usaha belajar dalam mewujudkan prestasi belajar Peserta didik yang dapat dilihat dalam setiap mengikuti tes.

  Hasil belajar yang dicapai Peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama (Sudjana, 2010:39) yaitu; 1.

  Faktor dari dalam diri Peserta didik, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri Peserta didik atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

  Hasil belajar yang dicapai Peserta didik melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri Peserta didik. Peserta didik tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai

  2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreatifitasnya.

  4. Hasil belajar yang diperoleh Peserta didik secara menyeluruh yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap), ranah Psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

  Kemampuan Peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

  Pembelajaran Matematika

  Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan (Trianto, 2009:85). Sedangkan dalam UU No. 2 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Dalam buku Indah Kosmiyah, 2012:4). Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan dalam Pembelajaran Berbasis PAIKEM (2010: 7) tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) terjadi secara sadar, dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan. Berdasarkan teori di atas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk memajukan peserta didik dalam menerima pembelajaran di lingkungan sekolah

  Istilah mathematics (Inggris) mathematic (Jerman) atau mathematick (Belanda) berasala dari kata mathematica, yang pertama diambil dari bahasa Yunani,

  

mathematike yang berarti relating to learning. Kata tersebut mempunyai dasar kata

mathema yang berarti pengetahuuan atau ilmu.

  “Matematika” lebih tepat digunakan daripada “ilmu pasti”. Karena, dengan menguasai matematika orang akan dapat belajar untuk mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar menambah kepandaiannya. Dengan kata lain, belajar matematika sama halnya dengan belajar logika, karena kedudukan matematika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar atau ilmu alat. Sehingga, untuk dapat berkecimpung di dunia sains, teknologi, atau disiplin ilmu lainnya, langkah awal yang harus ditempuh adalah menguasai alat atau ilmu dasarnya, yakni menguasai matematika secara benar. (Moch Masykur Ag,dkk. 2008).

  Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas, yaitu Aritmetika, Aljabar, Geometri, dan Analisis. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain. Menurut Depdiknas (2006:346) bahwa matematika meliputi aspek-aspek bilangan, aljabar, gemetri, dan pengukuran serta statistika dan peluang.

  Dari definisi-definisi diatas, dengan menggabungkan definisi-definisi maka gambaran pengertian matematika pun sudah nampak. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang dapat ditinjau dari segala aspek, dan matematika itu sendiri memasuki seluruh segi kehidupan manusia, dari segi paling sederhana sampai yang paling rumit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dengan struktur-struktur edukatif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Pembelajaran matematika bagi para Peserta didik merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahamn suatu pengertian maupun dalam penalaran suatuhubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para Peserta didik dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melaluipengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Peserta didik diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyerderhanaan dari soal-soal serita atau soal-soal uraian matematika lainnya.

  JTV (Junior Teachs Visit) atau Kunjungan Guru Kecil

  Tahap-tahap perkembangan seseorang menurut perkembangan kognitif Piaget terbagi menjadi empat tahap, yaitu :

1. Tahap sensori motor, berlangsung mulai lahir hingga berumur sekitar 2 tahun;

2. Tahap pra operasional, berlangsung mulai kira-kira 2 tahun sampai 6 atau 7 tahun; 3.

  Tahap operasional konkrit, berlangsung mulai 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 4. Tahap operasional formal, berlangsung usia 11 atau 12 tahun ke atas.

  Peserta didik SMP rata-rata mempunyai usia antara 12 tahun sampai 16 tahun, yang dalam psikologi perkembangan menurut Piaget, mengatakan bahwa Peserta didik-Peserta didik tersebut memasuki tahap operasional formal. Pada tahap ini seseorang mulai mampu berpikir logis tanpa kehadiran benda-benda konkrit sebagai media pembelajaran, atau dalam kata lain dalam tahap ini seorang anak mulai dapat berpikir tentang hal-hal yang abstrak. Namun perlu diperhatikan bahwa usia tersebut masih dalam tahap awal operasional formal, sehingga proses berpikirnya belum sepenuhnya dapat berpikir anstrak dan dalam pembelajarannya masih memerlukan benda-benda konkrit.

  JTV merupakan salah satu program yang direncanakan dengan memberikan pengalaman kepada peserta didik menjadi guru bagi teman sebayanya atau lebih dikenal dengan kunjungan guru kecil atau lebih dikenar dengan tutor sebaya. Namun dalam hal ini, Peserta didik dituntut untuk mampu berkomunikasi karena Peserta didik dikondisikan dengan kegiatan bermain peran sebagai guru di depan kelas seperti halnya peer teachs.

  Tutor sebaya adalah bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada orang lain dengan umur yang sebaya. Belajar bersama dalam kelompok dengan tutor sebaya merupakan salah satu ciri pembelajaran berbasis kompetensi, melalui kegiatan berinteraksi dan komunikasi, siswa menjadi aktif belajar, mereka menjadi efektif. Kerjasama dalam kelompok dengan tutor sebaya dapat dikaitkan dengan nilai sehingga kerjasama makin intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya. Dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar secara berkelompok dengan tutor sebaya mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi. Menurut Thomson proses belajar tidak harus berasal dari guru ke siswa, melainkan dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lainnya. (Ratno, 2007 hal 43)

  Bayu Mukti (2009:4) mengemukakan“Tutor sebaya adalah suatu pembelajaran yang jadi murid dan yang jadi guru adalah teman sebaya juga atau umumnya itu sebaya. Pengajaran tutor sebaya yang pada dasarnya sama dengan program bimbingan yang bertujuan memberikan bantuan dari dan kepada siswa supaya dapat mencapai belajar secara optimal Edward L.Dejnozken Daven E Kopel dalam American

  

Education Engcyclopedia menyebutkan “tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa

  mengajar siswa lainya, tipe satu pengajar dan pembelajar dari usia yang sama ”.

  Dalam perencanaan pelaksanaan JTV setiap Peserta didik diberikan waktu untuk berkonsultasi tentang segala hal yang menyangkut kelancaran pelaksanaan termasuk di dalamnya tentang materi ajar. Layaknya seorang gur, Peserta didik harus mampu menguasai materi ajarsehingga dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam memberikan konsepdasar pada materi ajar tersebut. Untuk membangkitkan rasa percaya diri maka kegiatan JTV di SMPN 5 Penajam Paser Utara dilaksanakan dengan Team Teachs yang terdiri dari 2 sampai 4 orang Peserta didik sebagai guru model dan dipandu oleh seorang guru sebagai pemonitor, evaluator, mediator, dan fasilitator. Berorientasi dari hal-hal tersebut diatas, penulis beranggapan bahwa JTV mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik (fokus utama guru kecil) dalam mata secara langsung sebagaimana yang diperlukan, yaitu nilai pengetahuan dan nilai keterampilan. Program JTV juga diharapkan dapat memberikan keteladanan bagi Peserta didik lain, membuka keberanian untuk mencari lebih jauh tentang kedalaman materi yang diajarkan oleh guru kecilnya karena tidak adanya jenjang tingkatan sosial diantara mereka. Singgih D. Gunarso menyatakan bahwa di dalam kelompok mereka sendiri tidak akan terdengar omelan. Si remaja tidak akan ditertawakan oleh tfeman- teman bila kurang berhasil di dalam usaha-usaha bergaul .

  METODE PENELITTIAN Jenis Penelitian

  Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom Action Research) bersifat kualitatif dan kuantitatif, untuk mengetaui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VIII-3 SMPN 5 Penajam Paser Utara.

  Jenis penelitian ini yang digunakan adalah studi kasus (case study). Dalam studi kasus ini peneliti mencoba mencermati secara mendalam tentang strategi pembelajaran matematika. Dari hasil kasus ini diharapkan peneliti memperoleh gambaran yang luas dan lengkap dari subjek yang melibatkan guru serumpun untuk membantu dalam memperoleh data sehingga diharapkan hasil maksimal dari penelitian ini.

  Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian

  Tempat penelitian ini adalah SMPN 5 Penajam Paser Utara. Jumlah kelas pada sekolah tersebut adalah 6 kelas setiap tingkatan dengan jumlah guru matematika sebanyak 4 orang. Subjek penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VIII-3 berjumlah 26 orang pada semester genap tahun ajaran 2017/2018.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

  1. Data mengenai perubahan sikap, kehadiran, keaktifan/kesungguhan peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar diperoleh melalui format observasi

2. Data peningkatan hasil belajar peserta didik diperoleh dengan memberikan tes pada akhir siklus.

  Analisis data dilakukan secara terus-menerus, yaitu analisis dilakukan sambil mengumpulkan data, data setelah data terkumpul. Untuk kepentingan penelitian ini digunakan teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu triangulasi dan auditing.

  Teknik Analisis Data

  Data yang diperoleh dari hasil pengamatan perilaku dan tanggapan peserta didik selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data hasil belajar peserta didik dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan. Sebelum dilaksanakan pembelajaran, guru memberikan terlebih dahulu tes pra siklus diakhir pembelajaran setelah berakhirnya ulangan harian materi persamaan garis lurus. Presentase indicator permahaman konsep tersaji dalam table 1 berikut.

  

Table 1. Analisi Data Peserta Didik Pra Siklus

No Ketuntasan Jumlah

  1 Tuntas

  13

  2 Tidak Tuntas

  13 Rata-Rata 71,46 Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan analisis hasil prasiklus yang telah dilakukan, tampak bahwa dari 26 peserta didik hanya 13 orang yang dapat dinyatakan tuntas belajar artinya memperoleh nilai diatas 80 karena KKM yang ada di SMPN 5 Penajam Paser Utara semua mata pelajaran adalah 80.

  Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terdiri dari 1 pertemuan. Dipertemuan tersebut terdiri dari 3 tahap, yakni tahap 1 orientasi belajar, tahap 2 adalah organisasi belajar dan tahap 3 monitoring kerja peserta didik. Analisis data dari hasil tes siklus 1 tersaji pada table 2.

  

Table 2. Analisi Data Peserta Didik Siklus I

No Ketuntasan Jumlah

  1 Tuntas

  20

  2 Tidak Tuntas

  6 Rata-Rata 83,46 Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan analisis data hasil siklus 1 yang telah dilakukan, tampak bahwa dari 26 peserta didik hanya 20 orang yang dapat dinyatakan tuntas belajar artinya memperoleh nilai diatas 80, selebihnya tidak tuntas belajar.

  Siklus II

  Pelaksanaan siklus 2 juga 1 pertemuan. Setelah refleksi di siklus I dengan melihat kekuatan dan kelemahan guru kecil, maka disusun rencana untuk siklus 2. Dipertemuan tersebut terdiri dari 3 tahap, yakni tahap 1 orientasi belajar, tahap 2 adalah organisasi belajar dan tahap 3 monitoring kerja peserta didik. Analisis data dari hasil tes siklus I tersaji pada table 3.

  

Table 3. Analisi Data Peserta Didik Siklus II

No Ketuntasan Jumlah

  1 Tuntas

  24

  2 Tidak Tuntas

  2 Rata-Rata 89,04 Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan analisis data hasil siklus II yang telah dilakukan, tampak bahwa dari 26 peserta didik hanya 24 orang yang dapat dinyatakan tuntas belajar artinya memperoleh

  Pembahasan

  Berdasarkan table 1, 2 dan 3 dapat dilihat aktifitas peserta didik pada pra siklus mencapai 71,46% dalam taraf kategori cukup. Sedangkan pada siklus 1 dan kedua masing-mmasing mencapai 83,46% kategori baik dan 89,04% kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas peserta didik dari pra siklus, siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan yang signifikan dan ini merupakan taraf keberhasilan yang sangat baik.

  Berdasarkan deskripsi data yang telah diuraikan, terlihat bahwa pembelajaran dengan program JTV dapat meningkatkan prosentase dalam konsep system persamaan linear dua variable saat mengerjakan LKPD.

  Adapun hasil belajar peserta didik kelas VIII-3 dalam program JTV ditunjukkan dengan meningkatnya nilai pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel seperti tertera pada tabel berikut:

  

Tabel 4. Daftar Nilai Peserta Didik Kelas VIII-4 SMPN 5 Penajam Paser Utara

Tahun Pelajaran 2017/2018 Tiap Siklus

Siklus No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

  1 Tuntas

  13

  20

  24

  2 Tidak Tuntas

  13

  6

  2

  3 Rata-Rata 71,46 83,46 89,04 Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Pada penelitian ini penulis membandingkan ketiga nilai sebagaimana dalam table dengan anggapan bahwa keberhasilan JTV dapat dilihat dengan cara tersebut.

  Nilai prasiklus berperan sebagai data yang diperoleh sebelum adanya JTV dan nilai 2 dan nilai 3 sebagai pembanding setelah dilaksanakan program JTV. Meskipun persentase peningkatan masing-masing penilaian belum mencapai 20% namun peneliti beranggapan bahwa dengan meningkatnya semua komponen penilaian dinilai dalam program JTV telah menunjukkan adanya manfaat ganda bagi semua komponen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manfaat Pelaksanaan Junior Teachs Visit (JTV) Secara umum sebagai berikut: 1.

  Meningkatkan motivasi prestasi dan hasil belajar Peserta didik yang terlibat dalam pelaksanaan program JTV

2. Menambah kepercayaan diri peserta didik 3.

  Menambah rasa tanggung jawab peserta didik

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Pelaksanaan pembelajaran dengan program JTV di kelas VIII-3 SMPN 5 Penajam Paser Utara berjalan sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan analisis data serta hasil penelitian tindakan kelas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan program JTVdapat meningkatkan hasil belajar pada materi system persamaan linear dua variabel yang ditandai dengan meningkatnya prosentase hasil belajar peserta didik. Pelaksnaan program JTV paling tidak, dapat memberi kepercayaan diri siswa dan menambah rasa tanggungjawab.

  Saran

  Berdasarkan simpulan penelitian, dengan bermaksud tidak menggurui, peneliti menyarankan:

  1. Bagi guru, khususnya guru matematika sebaiknya memahami dan mengembangkan program JTV di sekolah. Program ini akan mempunyai peran ganda, disatu sisi meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa yang dibimbing, serta disisi lain dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri guru kecil

  2. Para siswa hendaknya menanggapi secara positif program JTV. Kegiatan ini adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan diri bersama dan meningkatkan motivasi prestasi dan hasil belajar bersama 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang keefektifan program JTV, sehingga dapat diketahui manfaatnya secara lebih luas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

  Abu Ahmadi & Supriyono Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Bayumukti. 2008. http://www.bayumukti.com/tutor-sebaya Bayumukti. 2009. http://digilib.unila.ac.id/784/7/BAB%20II.pdf Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2003.

  Penelitian Tindakan Kelas , Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan

  Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Effandi Zakaria, Dkk. Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematik. 2007.

  Kuala Lumpur: Utusan Publications dan Distributors SDN BHD.

  Jumali, M. dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Moch Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani. 2008. Mathematical Intelligence.

  Jogjakarta: ArRuzz Media. Nana Sudjana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar. Sinar Baru. Bandung Ratno Harsanto. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.

  Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Kencana