ASUHAN KEPERAWATAN LIMFOMA MALIGNA pada

ASUHAN KEPERAWATAN LIMFOMA
MALIGNA

A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran
kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat
juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus
digestivus, paru, kulit, dan organ lain.
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik
yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma
malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh.
Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan
menyebabkan pembengkakan.
2. Epidemiologi
Di negara maju, limfoma relatif jarang, yaitu kira-kira 2% dari jumlah kanker yang ada.
Akan tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia, tumor ini merupakan
terbanyak setelah kanker serviks uteri, payudara, dan kulit.
3. Etiologi

Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti
virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya.
4. Faktor predisposisi
a. Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu antara 18-35 tahun
dan pada orang diatas 50 tahun.

b. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita.
c. Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak
hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
d. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena limfoma maligna
adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida
dan pelarut organik.

5. Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ
tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar

getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai
Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.
Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin
tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama
beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari
atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
6. Pathway
Terlampir
7. Klasifikasi
a. Klasifikasi Penyakit
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH)
dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya
dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed
Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.

b. Klasifikasi Patologi

Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Pada
tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma maligna

menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi
klasifikasi ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation
yang membagi limfoma maligna menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan
klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi
terbaru pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American classification of
Lymphoid Neoplasms (REAL classification).

c.

1)
2)
3)
4)

Stadium Limfoma Maligna
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering
dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV

dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
Stadium I: Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah bening.
Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening,
tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening,
serta pada dada dan perut.
Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu organ
lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak.

8. Gejala klinis
a. Pembengkakan kelenjar getah bening.
Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening leher, kelenjar ini tidak
lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain. Pada limfoma non-Hodgkin, dapat
tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening lain misalnya pada traktus digestivus atau pada
organ-organ parenkim.
b. Demam tipe pel Ebstein dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi
dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu.
c. Gatal-gatal
d. Keringat malam
e. Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.

f. Nafsu makan menurun.
g. Daya kerja menurun
h. Terkadang disertai sesak nafas
i. Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)
j. Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih lambat,
sedangkan pola perluasan pada limfoma non-Hodgkin tidak sistematis dan relatif lebih cepat
bermetastasis ke tempat yang jauh.
Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma antar lain:

a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 °C.
b. Sering keringat malam.
c. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
9. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah yaitu hemogran dan trombosit. LED sering meninggi dan kemungkinan
ada kaitannya dengan prognosis. Keterlibatan hati dapat diketahui dari meningkatnya alkali
fosfatase, SGOT, dan SGPT.
b. Radiologi
1) Foto thoraks
2) Limfangiografi

3) USG
4) CT scan
10. Prognosis
Kebanyakan pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat rendah bertahan hidup lebih
dari 5-10 tahun sejak saat didiagnosis. Banyak pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat
tinggi yang terlokalisasi disembuhkan dengan radioterapi. Dengan khemoterapi intensif, pasien
limfoma maligna tingkat tinggi yang tersebar luas mempunyai perpanjangan hidup lebih lama
dan dapat disembuhkan.
11. Therapy
a. Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor keganasan
tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan pengobatan awal jika mereka
tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.
b. Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat
disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada pasien yang
dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar harus
dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika
penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran seluruh
tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.

c. Khemoterapi
1) Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten yang dapat
memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna keganasan tingkat rendah yang
membutuhkan terapi karena penyakit tingkat lanjut.
2) Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga dapat
digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumnya.

Tanda

12. Penatalaksanaan
Penanganan terutama ditentukan oleh stadium penyakitnya, dan bukan oleh jenis
histologinya. Penyakit Hodgkin potensial dapat disembukan dengan radioterapi, selama masih
terbatas pada rangkaian nodus limfe, limfa dan orofaring. Pasien yang penyakitnya belum
menyebar harus mendapat rasiasi “kuratif” dengan dosis yang cukup tinggi untuk
menghancurkan tumor tidak hanya pada nodus tumor yang jelas tampak tetapi juga pada nodus
di sekitarnya dan rangkaian nodus limfatikus. Bila ada tanda penyebaran di luar daerah yang
dapat ditangani tentu saja secara otomatis tidak memungkinkan pasien untuk menjalani program
tersebut dimana pada kasus tersebut dapat diberikan kombinasi kemoterapi dan radioterapi
paliatif.


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera
dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis
virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Kebutuhan dasar
a. Aktifitas /istirahat
Gejala
: Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan.
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih banyak.
:Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan.
b. Sirkulasi
Gejala
:Palpitasi, angina/nyeri dada.
Tanda
:Takikardia, disritmia.

Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang jarang).
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu
dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut).
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c.

Integritas ego
Gejala
:Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga.

Tanda

Tanda

Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati.
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi
radiasi).
Masalah finansial biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan sehubungan
dengan kehilangan waktu kerja.

Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada keluarga.
Tanda
:Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif.
d. Eliminasi
Gejala
:Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa
retroperitoneal).
:Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali).
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).
e. Makanan/cairan
Gejala
:Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat
badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
:Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi
venakava superior oleh pembesaran nodus limfa).

Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin).
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal).

f.

Gejala

Tanda

Gejala

Neurosensori
:Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa pada
brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral.
Kelemahan otot, parestesia.
:Status mental letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal).
g. Nyeri/kenyamanan
:Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri
dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).

h.

anda

i.

Gejala

Tanda

j.

a

a

k.

Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
:Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
Pernafasan
Gejala
:Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
:Distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot
bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
Keamanan
:Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pencetus untuk infeksi virus herpes
sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial).
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus EpsteinBarr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel
Ebstei
n) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum.
:Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum terkena,
lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal).
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo).
Seksualitas
:Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi).
Penurunan libido.
Penyuluhan/pembelajaran
:Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari pada
populasi umum).
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia).

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen injuri biologi.
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi.

3. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih sedikit dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia/ penurunan nafsu
makan .
4. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema jalan
nafas.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi.

3. Intervensi
No
1

2

Tujuan dan kriteria
hasil
Dx 1
Setelah
diberikan
1.
asuhan keperawatan
selama
(...x...)
diharapkan
nyeri
klien
berkurang/
hilang dengan KH : 2.
a. Skala nyeri 0-3
b. Wajah klien tidak
meringis .
c. Klien
tidak
memegang
daerah
nyeri.
3.
No. Dx

Dx 2

Setelah
diberikan
1.
asuhan keperawatan
selama
(...x...)
diharapkan
suhu
tubuh klien turun /
dalam
keadaan
normal
dengan
kriteria hasil : suhu
2.
tubuh dalam batas
normal
(35,9-37,5
derajat celcius).
3.

Intervensi

Rasional

Kaji skala nyeri
1. Untuk mengetahui skala
dengan PQRST.
nyeri klien dan untuk
mempermudah
dalam
menentukan intervensi
selanjutnya.
Ajarkan klien teknik
2. Teknik relaksasi dan
relaksasi
dan distraksi yang diajarkan
distraksi.
kepada
klien,
dapat
membantu
dalam
mengurangi
persepsi
klien terhadap nyeri yang
dideritanya.
Kolaborasi
dalam
3. Obat analgetik dapat
pemberian
obat mengurangi
atau
analgetik.
menghilangkan
nyeri
yang diderita oleh klien
Observasi
suhu
1. Dengan memantau suhu
tubuh klien.
tubuh
klien
dapat
mengetahui
keadaan
klien dan juga dapat
mengambil
tindakan
dengan tepat.
Berikan
kompres
2. Kompres
dapat
hangat pada dahi, menurunkan suhu tubuh
aksila, perut dan klien.
lipatan paha.
Anjurkan
dan
3. Dengan banyak minum
berikan minum yang diharapkan
dapat
banyak kepada klien membantu
menjaga

4.
3

Dx 3

Setelah
diberikan
1.
asuhan keperawatan
selam (...x...) jam
diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat
2.
terpenuhi
dengan
criteria hasil :
a. Menunjukkan
3.
peningkatan BB/ BB
stabil.
b. Nafsu makan klien
meningkat
4.
c. Klien menunjukkan
perilaku perubahan
pola hidup untuk
mempertahankan
berat badan yang
5.
sesuai.

4

Dx 4

Setelah
diberikan
1.
asuhan keperawatan
selama (...x...) jam
diharapkan bersihan
jalan nafas klien
efektif/normal dengan
criteria hasil :
a. Klien dapat bernafas
2.
dengan
normal/efektif.
b. Klien bebas dari
dispnea, sianosis.
c. Tidak terjadi tanda

(sesuai
dengan keseimbangan
cairan
kebutuhan
cairan dalam tubuh klien.
tubuh klien).
4. Antipiretik
dapat
menurunkan
suhu
tubuh.
Kolaborasi
dalam
pemberian
antipiretik.
Kaji riwayat nutrisi,
1. Mengidentifikasi
termasuk makanan defisiensi nutrisi dan
yang disukai.
juga untuk intervensi
selanjutnya.
Observasi dan catat
masukan
makanan
2. Mengawasi
masukan
klien.
kalori.
Timbang berat badan
klien tiap hari.
3. Mengawasi penurunan
berat
badan
dan
efektivitas
intervensi
Berikan
makan nutrisi.
sedikit
namun
frekuensinya sering.
4. Meningkatkan
pemasukan kalori secara
Kolaborasi
dalam total dan juga untuk
pemberian suplemen mencegah distensi gaster.
nutrisi.
5. Meningkatkan masukan
protein dan kalori.
Kaji
frekuensi
1. Perubahan
dapat
pernafasan,
mengindikasikan
kedalaman, irama.
berlanjutnya keterlibatan/
pengaruh pernafasn yang
membutuhkan
upaya
intervensi.
2. Pemaksimalkan ekspansi
Tempatkan
pasien paru, menurunkan kerja
pada posisi nyaman, pernafasan,
dan
biasanya
dengan menurunkan
resiko
kepala tempat tidur aspirasi.
tinggi/atau
duduk
tegak ke depan kaki

distress pernafasan.

5

digantung.
3. Bantu dengan teknik
nafas dalam dan atau
3.
pernafasan
bibir
/diafragma.
Abdomen
bila
diindikasikan.

Membantu
meningkatkan difusi gas
dan ekspansi jalan nafas
kecil, memberikan klien
beberapa
kontrol
terhadap
pernafasan,
membantu menurunkan
ansietas.

4. Kaji
respon
pernafasan terhadap
4. Penurunan
oksigenasi
aktivitas.
selular
menurunkan
toleransi aktivitas.
Dx 5
Setelah
diberikan
1. Berikan komunikasi
1. Memudahkan
dalam
asuhan keperawatan terapiutik
kepada melakukan
prosedur
selama (...x...) jam klien dan keluarga terapiutik kepada klien.
diharapkan klien dan klien.
keluarganya
dapat
2. Berikan
KIE
2. Klien dan keluarga klien
mengetahui tentang mengenai
proses dapat mengetahui proses
penyakit
yang penyakitnya kepada penyakit yang diderita
diderita oleh klien klien dan keluarga oleh klien.
dengan KH :
klien.
a. Klien dan keluarga
klien
dapat
memahami
proses
penyakit klien.
b. Klien dan keluarga
klien
mendapatkan
informasi yang jelas
tentang penyakit yang
diderita oleh klien.
c. Klien dan keluarga
klien dapat mematuhi
proses terapiutik yang
akan dilaksanakan.

4. Implementasi

a.
1)
2)
3)
b.
1)
2)
3)

Dx 1
Mengkaji skala nyeri pasien dengan PQRST
Mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi.
Memberikan obat analgetik.
Dx 2
Mengobservasi suhu tubuh klien.
Memberikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
Menganjurkan dan memberikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan
cairan tubuh klien).
4) Memberikan antipiretik.
c.
1)
2)
3)
4)
5)
d.
1)
2)
3)
4)
e.
1)
2)

Dx 3
Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai oleh klien.
Menobservasi dan catat masukan makanan klien.
Menimbang berat badan klien tiap hari.
Memberikan makan sedikit namun frekuensinya sering.
Memberikan suplemen nutrisi.
Dx 4
Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama pernafasan klien.
Menempatan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau duduk
tegak ke depan kaki digantung.
Membantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan.
Mengkaji respon pernafasan terhadap aktivitas
Dx 5
Memberikan komunikasi terapiutik kepada klien dan keluarga klien.
Memberikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien

5. Evaluasi keperawatan
a. Nyeri klien dapat teratasi sehingga kebutuhan kenyamanan klien terpenuhi.
b. Klien mampu menunjukan tidak adanya tanda-tanda hipertermy, suhu tubuh klien dalam rentang
normal.
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan poliphagi dapat dicegah sehingga tubuh tidak kekurangan
nutrient hasil metabolisme dalam bentuk glucagon dalam otot.

d. Pernafasan klien bisa kembali normal baik dari frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
pernafasan klien.
e. Klien mampu memberikan gambaran baik secara umum maupun khusus mengenai masalah
kesehatannya. Sehingga klien kooperatif dalam perawatan yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Sudarth. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 1. Jakarta:EGC
Marilynn E Doengoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan,pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta :EGC
Rosernberg, Martha Craft & Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta:
Digna Pustaka.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

6 92 18