2. Konsep Tongkonan - Tongkonan Maya Toraya.doc

Jejaring Sosial Internet, Tongkonan Baru Komunitas Toraja di Dunia Maya
Oleh: Stepanus Wilfrid Bo’do’
Orang Toraja adalah salah satu komunitas teraktif berinteraksi di jejaring sosial Internet
saat ini. Tersebar di seluruh dunia, tetapi bisa "terkoneksi" satu sama lain. Teknologi
berflatform Internet memudahkan membentuk komunitas maya. Selain itu, mereka yang
di tanah rantau kembali menjadi bagian dinamika di daerah asalnya. Caranya, dengan
berbagi informasi secara cepat, mudah dan gratis menggunakan fasilitas milis, jejaring
sosial, webjournal, dan forum online. Internet telah menjadi berkah tersendiri bagi Orang
Toraja yang, memang dikenal, memiliki ikatan kerabat kuat.
1. Pengantar
Tengah malam terjadi kebakaran di pusat pertokoan Rantepao. Seorang warga yang
tinggal tak jauh dari lokasi, segera mengabarkan peristiwa itu dan dengan cepat
menyebar di blog yang terkoneksi ke halaman Faceboook. Dalam waktu singkat reaksi
berdatangan. Mereka ingin mengetahui di mana persisnya kebakaran itu terjadi. Apakah
masih berlangsung,apa pemadam kebakaran sudah tiba di tempat, bagaimana dampak
kebakaran itu,bagaimana nasib keluarga mereka? Interaksi real time terjadi antara
pengirim dan penerimanya. Demikianlah peristiwa itu sudah lebih dahulu diketahui
komunitas yang terkoneksi internet, sebelum disiarkan koran dan televisi keesokan
harinya.
Perhitungan suara di TPS tempatnya memberi suara baru saja selesai ketika seorang
warga bergegas mengirim melaui fasilitas sms ke halaman Facebook dengan rincian

perolehan suara masing-masing kandidat. Dengan segera informasi itu diposting
(diterbitkan) di blog yang terkoneksi ke beberapa group dan halaman facebook.Postingan
warga itu, dengan segera disusul warga lain dari TPS yang berbeda. Mereka yang
penasaran mengetahui siapa bakal unggul, terus-menerus memonitor blog dan facebook.
Tampaknya, perolehan kandidat saling kejar.Tengah malam, seorang warga yang menjadi
bagian lembaga survey mengirim ke blog hasil hitungan cepat, beberapa saat sebelum
dirilis lembaganya secara resmi. Media blog dan facebook mendahului media lain. Pada
hari H pilkada Toraja Utara, Blog Torajacybernews.com dikunjungi puluhan ribu orang.
Jumah itu lebih banyak lagi jika digabung halaman Facebook Torajacybernews
community.
Begitulah komunitas maya berbagi informasi.Setiap saat. Realtime. Bukan saja informasi,
juga ide, pandangan, dukungan di webblog dan situs jejaring sosial. Fasilitas Video
Internet seperti YouTube, Metacafe, dan Google Video mereka manfaatkan saling
berbagi dan mengakses gambar,musik, serta lagu-lagu toraja. Selain makin mendekatkan
satu sama lain, juga dengan kampung halaman. Fitur-fitur internet ini seolah-olah
”tongkonan baru” bagi peguyuban Toraja. Di Tongkonan Maya itu, orang Toraja saling
bertemu, berbagi dan merasa saudara dalam suatu 'pa’rapauan' (pesaudaraan) yang baru.

Tulisan ini menggambarkan seperti apa komunitas maya Toraja di situs jejaring sosial
dan keserupaannya dengan Tongkonan.


2. Konsep Tongkonan
Para ahli dan pakar mengajukan banyak defenisi mengenai Tongkonan. Saya
menganggap uraian paling komprehensif (walaupuan belum tentu disepakati) mengenai
Tongkonan telah dilakukan oleh Theodorus Kobong dalam bukunya berjudul: Injil dan
Tongkonan: inkarnasi, kontekstualisasi, transformasi. Buku ini dapat diakses di
Googlebooks!
Merujuk Kamus Bahasa Toraja-Indonesia, istilah Tongkonan berasal dari kata ”tongkon”
yang berarti ”duduk”, "menyatakan belasungkawa". Tongkonan berarti tempat duduk,
rumah, terutama rumah para leluhur, tempat keluarga besar bertemu untuk melaksanakan
ritus-ritus adat secara bersama-sama.
Menurut Kobong, Tongkonan bukan sekadar rumah adat, yakni tempat orang
membicarakan atau menyelenggarakan urusan-urusan adat. Bukan juga sekadar rumah
keluarga besar, yakni tempat orang memelihara persekutuan kaum kerabat. Tongkonan
mencakup kedua aspek di atas. Karena itu, menurut Kobong, Tongkonan tidak bisa
disamakan dengan istilah "rumah adat" atau "rumah marga", sebagaimana banyak dipakai
peneliti luar Toraja.
a. Persekutuan
Dasar persekutuan Toraja ialah hubungan darah daging, yang disimbolkan dengan
Tongkonan. Dasar Tongkonan ialah setiap pasangan suami istri harus membangun rumah

sendiri, yang kemudian dipelihara keturunannya. Rumah itu menjadi pusat persekutuan
bagi setiap orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan pendirinya, khususnya
keturunan dalam hubungan vertikal. Melalui Tongkonan orang toraja dengan mudah
menyatakan identitasnya. (lih. T Kobong hal 88 )
b. Struktur Tongkonan
Sebuah bangunan rumah menjadi Tongkonan bila terdapat struktur kemasyarakatan, yang
berdasarkan geneaologi dan tatanan penciptaan serta adanya bukti kepemimpinan yang
berjasa bagi masyarakat.
c. Fungsi Tongkonan
Kobong menegaskan, fungsi pertama dan utama Tongkonan ialah membina persekutuan
pa'rapuan. "Rapu" adalah keluarga berdasarkan hubungan darah, baik secara vertikal
maupun horisontal. Vertikal menyangkut keturunan (bati'). Pa'rapuan adalah bentuk
panjang dari kata ”rapu”, artinya tempat "rapu" terjadi. Pa'rapuan adalah bentuk abstrak
"rapu", yang menampakkan diri secara konkret dalam persekutan tongkonan atau dalam
hubungan darah. (lih. T. Kombong hal 92)

Tongkonan juga berfungsi sebagai pusat adat, tempat persekutan tongkonan
membicarakan soal-soal adat. Kobong, merujuk tulisan A. Rumpa: Tongkonan dan
Peranannya, membagi tongkonan berdasarkan fungsinya sebagai pusat adat.
1. Tongkonan layuk, tongkonan yang mulia, berada di tampuk pimpinan

2. Tongkonan anak patalo, artinya tongkonan keturunan tongkonan layuk
3. Tongkonan pesio' aluk, yaitu tongkonan yang bertanggung jawab atas
implementasi ketentuan-ketentuan aluk dan adat.
4. Tongkonan pebalian, tongkonan yang membantu, artinya yang mendampingi
tongkonan yang berada di atasnya.
5. Tongkonan Patulak, yaitu tongkonan yang membantu dengan tugas-tugas tertentu
6. Tongkonan bulo dia'pa', yaitu tongkonan orang merdeka, orang kebanyakan.
7. Tongkonan kaunan, yaitu tongkonan para budak
Nomor 6 dan 7 termasuk struktur Tongkonan, tetapi tidak diikutsertakan dalam
kepemimpinan dan fungsi-fungsi kemasyarkatan yang diemban oleh Tongkonan.
(lih.T.Kobong hal 98)
Ada dua poin penting dari pembahasan Kobong mengenai Tongkonan. Pertama, melalui
Tongkonan orang toraja dengan mudah menyatakan identitasnya. Kedua, sebuah
bangunan rumah menjadi Tongkonan bila terdapat struktur kemasyarakatan, yang
berdasarkan geneaologi dan tatanan penciptaan serta adanya bukti kepemimpinan yang
berjasa bagi masyarakat. Tidak semua rumah dikategorikan sebagai Tongkonan.
Berdasarkan dua point di atas, bisakah kita mengkategori komunitas maya Toraja
sebagai Tongkonan? Ini juga berlaku untuk kerukunan-kerukunan Toraja di perantauan
(jika kita juga menggolongkannya sebagai Tongkonan).
d. Tongkonan dan Identitas

Salah satu isu paling krusial komunitas maya (internet) adalah soal identitas. Tetapi,
Tongkonan justru menegaskan identitas serta prinsip dasar kehidupan orang Toraja.
Potensi ini bisa memperkaya komunitas maya.
Para peneliti tampaknya sepakat bahwa Rumah Tongkonan merupakan "alam-kecil"
(mikrokosmos) dari 'alam-raya' (makrokosmos) sebagai pandangan kosmologi yang
berdasarkan Aluk Todolo (alukta) yang penjabarannya ada pada tiap bagian maupun
fungsinya. Aluk Todolo mengkonsepsikan alam raya terbagi tiga bagian, yakni dunia
atas, dunia tengah, dan dunia bawah.
Bagian atas rumah Tokonan adalah simbolisasi dari dunia atas (atap dan bagian muka
berbentuk segitiga dinamakan "sondong para" atau "lindo puang" (wajah dewa-dewa),
melambangkan dunia atas. Ini adalah tempat bersemayam Puang Matua (Tuhan yang
maha tinggi), yang menjaga keseimbangan siang dan malam (matahari),diidentifikasikan
sebagai laki-laki, berada di atas, terang dan baik.

Bagian badan rumah Tongkonan adalah simbolisasi dunia tengah (dunia manusia) berada
di bumi tempat manusia hidup (padang) dan wajib melaksakan upacara dan pemujaan
dalam tiap fase kehidupannya. Ini adalah tempat pertemuan antara dunia atas dan dunia
bawah (dikonotasikan sebagai kerukunan, gotong royong, harmoni:keseimbangan timurbarat, perintah dan larangan)
Bagian kaki rumah Tongkonan adalah simbolisasi dunia bawah. Berada di bawah air,
diidentifikasi sebagai bawahan yang buruk (neraka). Bagian ini ditopang di atas kepala

dewa (Puang Tulak Padang), yang mendukung dan memberika spirit (semangat) pada
Tongkonan dan kehidupan manusia di bumi. (bdk. Said, hal.28)
e. Indentitas Toraja
Jika Identitas adalah gambaran mengenai siapa kita maka ia menyangkut visi, misi, citra
diri dan nilai. Secara garis besar, identitas orang Toraja adalah sebagi berikut:
Misi: marendeng,kaparadesan, kasiayokan,
Visi: situndan-sipakilala, solaki’ torro sitondong sirau-rau, matottongan lan mintu’
penggauran, unsattuan kale),
Citra diri: manarang,kinaa,angga’ kale,
Nilai-Nilai Utama: kelengkapan, kebersamaan, keberlangsungan.
Apakah komunitas maya bisa semakin menegaskan Identitas Toraja atau malah
sebaliknya? Apakah identitas Toraja menjadi semangat dasar interaksi komunitas maya
itu, atau justru mengaburkan identitas karena menggiring kita jadi komunitas eksklusif?
Menjauhkan kita dari lingkungan real sekitar?
f. Kepemimpinan dan Kontribusi
Corak atau struktur kepemimpinan di dunia maya tentu punya cirinya sendiri. Tetapi,
kwalitas kepemimpinan dan kontribusi tetaplah menjadi kuncinya. Komunitas-komunitas
maya itu hanya bisa eksis dan mempunyai banyak members (anggota) bila ada yang
mengurusnya dengan baik, dan konsisten. Selain itu, members hanya ingin bergabung
lebih lama jika group itu memberi manfaat, kontribusi bagi setiap members. Grup

semakin dikenal dan penting jika turut memberi kontribusi kepada masyarakat, terutama
kampung halaman.
Bersamaan dengan itu, secara alamiah, muncullah sejumlah figure menonjol karena
kemampuan membangun grup/jejaring pertemanan. Mereka memiliki kemampuan:
management, konsistensi,bekerja sama, menggalang partisipasi publik, memotivasi
members mengekspresikan diri. Tongkonan Maya berpotensi memunculkan struktur
kepemimpinan di masa depan.
3. Konsep Komunitas Maya
Menurut Wikipedia, Komunitas maya (virtual) diciptakan untuk saling berkomunikasi di
antara pengguna internet. Komunitas maya bisa berupa mailing list, newsgroup atau
bulletin board.

Sebuah komunitas maya ( virtual) adalah jaringan social, di mana individu berinteraksi
melalui media tertentu, berpotensi melintasi batas-batas geografis dan politik untuk
mengejar kepentingan atau tujuan-tujuan bersama. Salah satu tipe yang paling banyak di
komunitas virtual adalah layanan jejaring sosial, yang terdiri dari komunitas online.
4. Komunitas(Tongkonan) Maya Toraja
Komunitas maya tidak tercipta dengan sendirinya. Ia terbentuk melalui beragam layanan/
fitur jaringan social internet. Berikut ini pokok-pokok teknologi internet yang ”berjasa”
membawa orang Toraja terbentuk dalam komunitas-komunitas maya, dengan identitas

Toraja.
a. Milis
Milis (mailing list) adalah sarana berkelompok menggunakan e-mail. Saat ini, banyak
situs besar yang menyediakan layanan milis secara gratis, misalnya Yahoo!Groups dan
Google Groups. Salah satu milis teraktif komunitas Toraja, Milis Toraya berbasis
Yahoo!Groups. Dibentuk pada 23 Februari 1999, dan kini anggotanya tercatat sudah 800
orang (Des 2010).
b. Situs komunitas/Jaringan sosial
Situs komunitas / jejaring sosial (social network) adalah sebuah fenomena internet yang
mewakili generasi muda. Situs-situs ini sering digunakan untuk mencari jodoh (online
dating). Pada perkembangannya, juga digunakan untuk mencari teman. Jenis situs seperti
ini yang populer adalah Friendster, Myspace,Facebook dan Twitter. Toraja Community
(TorCom), Komunitas oline Toraja pertama, mulanya berawal dari Friendster, namun
kini berpindah ke Facebook (FB).
Facebook (FB) memicu kencangnya penetrasi jejaring social Internet. Daya tarik FB
terutama pada kemudahan dan keragaman aplikasi berinteraksi bagi siapa saja. Fitur FB
yang menjadi daya magis bagi komunitas Toraja adalah layanna group/halaman
komunitas. Di dalamnya, members dapat saling berinteraksi dan mengundang temanteman bergabung.
Saat tulisan ini disusun, tercatat lebih dari 500 group/halaman FB terkait Toraja dengan
total members puluhan ribu. Ini dengan kemungkinan satu orang dapat menjadi member

di beberapa group berbeda. Tentu saja, jumlahnya akan terus bertambah.
Group terbesar dan teraktif masih didominasi group/halaman papan atas. Di antaranya,
Gereja Toraja ( 6.584 members),Toraja Tourism (5.931 members), Orang Toraja (4.378)
Toraja Cyebernews Community (4.658),Komunitas Orang Toraja di Perantauan( 3.685
members), Toraja Community (3.637 members).
Frekuensi interaksi di group-group ini sangat tinggi, punya ciri khas sendiri-sendiri dan
masih sulit dikejar oleh yang lain. Diskusi di group sangat beragam. Event Lovely
December, Pemilukada di Tana Toraja dan Toraja Utara menjadi ”hot topik” group.

Banyak gagasan brilian muncul dari interaksi di group FB. Ide Pertemuan Akbar
Perantau Toraja (PAPT) 2010 juga bermula dari diskusi di group-group FB Toraja.
c. Jurnal berbasis web
Jurnal web/internet (weblog, blog atau online journal) menjelma jadi tempat bagi siapa
saja menulis apa saja. Livejournal, Blogger, serta Wordpress adalah yang terpopuler.
Jutaan penggunanya menuliskan catatan harian mereka setiap waktu. Ini adalah tempat
mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan, yang biasanya tidak bisa dilakukan
melalui media lainnya.
Blog menjadi kanal komunikasi interaktif, di mana warga biasa dapat menuliskan
pengalaman, pengetahuan, gagasan dan berbagai informasi. Di masa lalu, kegiatan
jurnalistik hanya boleh dilakukan oleh mereka yang berprofesi wartawan. Melalui blog,

warga biasa pun dapat melakukannya. Semua orang bisa menjadi produsen pesan-pesan.
(Bdk. Clara hal 28)
Orang-orang biasa,yang merasa tak berdaya, dapat menyuarakan pandangannya dengan
bebas. Warga kelas bawah yang sering merasa "dibungkam", bisa ngomong percaya diri.
Kalangan muda yang kerap "diabaikan", bisa menyuarakan sikapnya.
Beberapa kalangan muda Toraja mulai serius menekuni blog (blogging). Kita berharap
kemampuan mereka semakin terasah. Mereka bisa memberi umpan balik isu-isu
pelayanan public, kebijakan pemerintah, dan fenomena lain yang muncul di
lingkungannya. Situs-situs blog tentang Toraja dapat pula mengisi kekurangan dari situssitus profesional maupun resmi Toraja (dot.com/dot.id) yang sudah ada. Ini, tentu saja,
semakin meningkatkan awareness citra orang Toraja serta brand daerah Toraja sebagai
destinasi pariwisata utama Indonesia.
Inilah situs-situs professional dan utama mengenai Toraja
1.
Batusura (Images, music and culture of Tana Toraja)
http://www.batusura.de/
2.
Toraja Land Online (Komunitas Orang Toraja)
http://www.torajaland.com/)
3.
Toraja Treasures (All about Toraja. includes photo.music.video gallery,

blog, event calendar, forum discussion and more)
http://www.torajatreasures.com/
4.
Toraja Cyber News (Berita terkini Toraja diaspora)
http://torajacybernews.com/
Di mesin pencari Google, situs-situs di atas berada di halaman depan dengan kata kunci
”Toraja”.
d. Video Internet
YouTube, Metacafe, dan Google Video adalah dua dari banyak situs serupa yang
memampukan penggunanya memuat video buatan mereka sendiri, dan dapat disaksikan
hingga jutaan orang. Situs semacam ini telah menarik puluhan juta pemakai, yang pada
akhirnya membuat komunitas mereka sendiri. Lagu-lagu toraja bisa dinikmati melalui

You Tube: situs terbesar dan terpopuler Toraja, Batusura’
(http://www.batusura.de/)menggunakan You Tube untuk memutar video dan lagu-lagu
Toraja.
5. Potensi Internet
Trend pencarian informasi di Internet pun makin tinggi. Komunitas virtual di Internet
mengandung banyak potensi. Harusnya, bisa dimanfaatkan demi kemajuan kita,
disamping bahaya yang mesti kita waspadai. Isu-isu seputar kualitas hubungan, nilai-nilai
yang berkembang, kandungan informasi, kejahatan cyber menjadi keprihatinan karena
berpotensi meruskakan tatanan kehidupan.
a. Pemilukada di Jejaring Sosiai Internet
Pemilukada Tator dan Torut memunculkan trend menarik, yakni kompetisi atarcalon di
dunia maya. Kandidat memanfaatkan jejaring sosial internet demi menarik simpati
publik. Pertarungan pun berlangsung di tiga ranah: masyarakat, media massa dan
Internet.
Mereka berlomba memasarkan image, program, dan janji-janji demi menggaet pemilih
melalui jejaring social Internet. Interaksinya pun jauh lebih terbuka dan berani, sekalipun
tetap muncul ekses adanya perilaku komunikasi yang abai etika. Tetapi hal semacam ini
dengan sendirinya dikecam members lain secara terbuka dan langsung. Adu kuat
antarcalon pun akan berlangsung di medan maya, dan sedikit banyak turut mempengaruhi
hasil akhir. Jejaring social memang sangat menarik dan efektif menjadi saluran marketing
politik.
b. Pemda Ketinggalan
Berbeda dengan itu, Pemda Tana Toraja maupun Toraja Utara justru belum bergeming
memanfaatkan potensi Internet menunjang program-programnya. Baru-baru ini, Institute
LeDo Makassar merilis hasil kajian mereka, mengenai penilaian singkat website resmi
pemda di wilayah Sulsel. Kesimpulannya sungguh mengejutkan. Banyak website yang
tinggal nama, termasuk situs resmi Pemkab Tator, daerah tujuah wisata utama di Sulsel.
Memang, kalau kita menelusuri dengan kata kunci "website resmi pemerintah
Kabupaten Tana Toraja/Toraja Utara" di Google, hasilnya nihil, alias tae' (tidak
ditemukan). Ajaib, bila mesin pencari sehebat Google tak sanggup menemukan situs
resmi pemda kita. Situs yang semestinya menjadi sumber informasi penting bagi para
pelancong.
Belakangan, setelah mendapat reaksi di milis maupun di FB, situs Pemkab Tator mulai
muncul dengan alamat baru tetapi dengan update seadanya. Pemda Toraja Utara
kabarnya sudah membuat situs resmi, namun sampai tulisan ini dibuat belum juga bisa
diakses.
c. Keuntungan
Komunitas Virtual menawarkan keuntungan dari pertukaran informasi instan, yang tidak
mungkin dalam kehidupan nyata. Orang bisa terlibat dalam berbagai kegiatan dari rumah:
belanja, membayar tagihan, mencari informasi spesifik.

Pengguna juga memiliki akses ke ribuan kelompok diskusi tertentu di mana mereka dapat
membentuk hubungan khusus dan akses informasi dalam kategori seperti: politik,
bantuan teknis, kegiatan sosial, dan hobby.
Manfaat lain, komunitas maya memberikan rasa keanggotaan, di mana setiap orang
memberi dan menerima dukungan. (lih. Wikipedia)
d. Bahaya
Komunikasi instan dan akses cepat kadang-kadang mengabaikan kualitas informasi.
Keakuratan, kelengkapan, kebenaran, dan konfirmasi dilupakan. Sulit memilih sumber
yang dapat dipercaya karena tidak ada editor yang mereview setiap postingan dan
memastikan kualitas Informasi itu.
Situs Torajacybernews.com (TCN), misalnya, lebih banyak merujuk sumber media resmi
dengan alasan itu. Banyak pula kiriman informasi yang tidak diposting, karena tidak
dapat dikonfirmasi. Pengguna pun harus waspada
terhadap informasi online, dengan memeriksa ulang fakta-fakta yang dikemukakan.
Identitas online bisa saja anonim. Sangat umum orang menggunakan komunitas online
bertindak sebagai pribadi lain. Data personal, termasuk foto-foto bisa disalahgunakan
orang lain.
Informasi online berbeda dari informasi yang dibahas dalam sebuah komunitas kehidupan
nyata. Members harus berhati-hati terhadap informasi apa layak mereka ungkapkan,
untuk alasan keselamatan dan menghindari penyalahgunaan.
Pada ekstrim lain, anggota-anggota komunitas maya, bisa terperangkap eksklusifitas.
Sibuk dengan komunitas sendiri, dan menjauhkan dari lingkungan lain. Ini bisa
membawa komunitas maya ke dalam getto/tempurung. Jagoan di kandang sendiri,
inferior di luar kandang.
6. Visi Teknologi
Sebagaimana nenek moyang kita membangun Tongkonan dengan visi yang jelas tentang
masyarakat, adat, dan dunia, kita pun harusnya mempunyai visi tentang komunitas maya,
dan tentang teknologi internet ini.
Visi itu haruslah mencakup gambaran mengenai citra kita dan kontribusi yang bisa kita
sumbangan bagi komunitas, bangsa kita dan dunia.
Generasi kita sekarang patut bersyukur atas fasilitas teknologi ini. Terutama karena kita
memiliki model, yakni figur-figur yang mempunyai visi teknologi yang mampuni. Salah
satunya Bapak Jonathan L. Para'pak, salah satu putra terbaik Toraja dalam bidang
Telekomunikasi.
Sejak awal Jonathan Para’pak menyadari bahwa kemajuan teknologi informasi tidak
hanya mempermudah komunikasi serta mempercepat penyebaran informasi, melainkan

juga memiliki nilai strategis secara ekonomis dan politis. Lancarnya komunikasi dan
informasi yang tidak lagi dibatasi oleh faktor geografis, memiliki sumbangan besar dalam
mempersatukan bangsa. (lih. www.biografiindonesia.com)
Visi itulah yang telah memotivasi Para’pak untuk bekerja tak kenal lelah
mengembangkan dunia informasi dan telekomunikasi demi bangsanya. Visi yang sama
telah menginspirasi generasi muda Toraja beriktiar unggul dalam penguasaan teknologi,
terutama di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Di pundak mereka kita letakkan
masa depan daerah, bangsa, dunia kita. Juga ”tongkonan maya” kita.
Kesimpulan
Sebagai produk teknologi, situs jejaring sosial Internet membuka banyak kemungkinan
sekaligus juga tantangan bagi kita. Ia terbukti memudahkan kita berinteraksi melintasi
batas wilayah, status sosial, agama, usia. Tetapi, kualitas kontribusi komunitas
(tongkonan) maya Toraya di masa depan dirajut melalui cara kita berbagi visi, misi, citra
dan nilai-nilai kita sebagai orang Toraja.
Industri pariwisata bertumpu pada promosi dan pemasaran. Dan, para pakar mengatakan
kekuatan utama pemasarana dan promosi di masa datang ada pada jaringan dan
pertemanan di dunia maya (komunitas virtual).
Di Internet, ”tongkonan maya” Toraja bisa ikut berbagi tugas besar membangun Citra
Toraja sebagai entitas budaya dan daerah destinasi pariwisata utama dunia. Bagaimana?
Kurre Sumanga’, Salama’ Kaboro’

Sumber Bacaan:
a. Buku Online
Tangdilintin,L.T; Tongkonan (rumah adat Toraja): arsitektur & ragam hias Toraja;
Yayasan Lepongan Bulan (YALBU) Tana Toraja, 1985, http://books.google.co.id
Said Abdul Azis; Simbolisme unsur visual rumah tradisional Toraja dan perubahan
aplikasinya pada desain modern; Ombak, 2004, http://books.google.co.id
Hitchcock,Michael; Tourism in Southeast Asia: challenges and new directions;NIAS
Press, 2009, http://books.google.co.id
Kobong, Theodorus; Injil dan Tongkonan: inkarnasi, kontekstualisasi, transformasi ;
BPKGunung Mulia, 2008, http://books.google.co.id
Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Sulawesi Selatan; Rumah adat Toraja:
tongkonan; Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Sulawesi Selatan,
1977,http://books.google.co.id
Shih, Clara; The Facebook era:
tapping online social networks to build better products, reach new audiences, and sell
more stuff; Prentice Hall, 2009, http://books.google.co.id
Syafwandi, Soimun Hp, Margariche Panannangan; Arsitektur tradisional Tana Toraja;
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat
Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian, Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai
Budaya, 1993, http://books.google.co.id.
b.Situs:
Milis Toraya: http://groups.yahoo.com/group/toraya/links/
Toraja On Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Toraja
Tana Toraja Traditional Settlemen: http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5462/.htm
Toraja Cyber News: http://www.torajacybernews.com/
Virtual Community: http://en.wikipedia.org/wiki/Virtual_community/
Biografiindonesia:http://www.biografiindonesia.com/ensiklopedi/j/jonathan-parapak/
index.shtml
Penulis
Stepanus Wilfrid Bo'do’
Admint Toraja Cyber News (TCN), Dosen Komunikasi Fisip Untad, Palu, Sulawesi
Tengah
e-mail: swilfrid2@yahoo.co.id