LATAR BELAKANG GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM (1)

LATAR BELAKANG GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM di INDONESIA

Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat bahwa
penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India.
Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat
Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di
Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam
lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan
mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai
organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di Jawa
oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat sangat
dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang
datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh
Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya agama itu
di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama kenal akan
ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan Mistik.
Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang meluaskan
pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi
toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum

tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.

Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha. Setelah
kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu mereka
masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat
kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad,
sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau
peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan “Tradisi
Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke
1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali,
mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.

AWAL KELAHIRAN GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM di INDONESIA

Melihat keadaan di lapangan bahwa pengamalan agama Islam di Indonesia yang masih banyak
bercampur dengan tradisi Hindu-Budha tersebut dan jelas sekali merusak kemurnian ajarannya,
maka tampillah beberapa ulama mengadakan pemurnian dan pembaharuan faham keagamaan
dalam Islam. Pada mulanya lahir Gerakan Padri di daerah Minangkabau yang dipelopori oleh
Malim Basa, pendiri perguruan di Bonjol, yang kemudian dikenal dengan sebutan Imam Bonjol.
Sejak kembali dari Mekah, Imam Bonjol melancarkan pemurnian aqidah Islam seperti yang telah

dilakukan oleh gerakan Wahabi di Mekah. Karena kaum tua yang masih sangat kuat berpegang
teguh pada adat menentang dengan keras terhadap gerakan Imam Bonjol maka timbulah perang
Padri yang berlangsung antara tahun 1821-1837.
Pemerintahan Kolonial Belanda, sesuai dengan politik induknya “Devide et empera” akhirnya
membantu kaum adat untuk bersama-sama menumpas kaum pembaharu. Sungguh pun kaum
militer Padri dapat dikalahkan, tetapi semangat pemurnian Islam dan kader-kader pembaharu
telah ditabur yang kemudian pada kenmudian hari banyak meneruskan usaha dan perjuangan
mereka. Diantaranya, Syekh Tohir Jalaludin, setelah kembali dari Mekah dan Mesir bersamasama dengan Al Khalili mengembangkan semangat pemurnian Agama Islam dengan
menerbitkan majalah Al Imam di Singapura.
Pada saat itu juga, di Jakarta berdiri Jami’atul Khair pada tahun 1905, yang pada umumnya
beraggotakan peranakan Arab. Organisasi Jami’atul Khair ini dinilai sangat penting karena

dalam kenyataanya dialah yang memulai dalam bentuk organisasi dengan bentuk modern dalam
masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat berkala) dan
mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern. Di bawah
pimpinan Syekh Ahmad Soorkati, Jami’atul Khair banyak mengadakan pembaharuan dalam
bidang pengajaran bahasa Arab, pendidikan Agama Islam, penyiaran agama, dan banyak
berusaha mewujudkan Ukhuwah Islam.
Sementara itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan pemurnian Agama Islam di
beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain mempunyai penonjolan perjuangan dan sifat

yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka mempunyai cita-cita yang sama dan
tunggal yaitu “Izzul Islam wal Muslimin” atau kejayaan Agama Islam dan Kaum Muslimin. Di
antara gerakan-gerakan tersebut adalah: Partai Sarekat Islam Indonesia, Muhammadiyah,
Persatuan Islam, dan Al Irsyad.
Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu Gerakan Modernis dan
Gerakan Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis ialah gerakan yang menggunakan
organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi semua Gerakan Islam tersebut dapat digolongkan
sebagai gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan Reformis, berarti di samping gerakan ini
menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha memurnikan Islam dan
membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru, sehingga Islam dapat mengarahkan dan
membimbing umat manusia dalam kehidupan mereka. Misalnya: Muhammadiyah, Persatuan
Islam, dan Al Irsyad.

GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

A.

GERAKAN POLITIK ISLAM

1.


PARTAI SAREKAT ISLAM INDONESIA

Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal organisasi dagang yang bernama Sarekat
Dagang Islam. Didirikan pada 1911 oleh seorang pengusaha batik terkenal di Sala, yaitu Haji
Samanhudi. Anggota-anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik, sebagai
usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan monopoli bahanbahan batik oleh para pedagang Cina. Kemudian akibat pelarangan terhadap Sarekat Dagang
Islam oleh Residen Surakarta, maka pada 1912 kedudukannya dipindah ke Surabaya dan
namanya pun berganti menjadi Sarekat Islam.
Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah kepemimpinannya
Sarekat Islam berkembang mewnjadi sebagai organisasi besar dasn berpengaruh, anggotaanggotanya semakin Banyak dan meliputi seluruh lapisan masyarakat dan cabang-cabangnya
berdiri dimana-mana. Tujuannya diperluas, tidak saja urusan dagang dan perekonomiannya,
melainkan lebih luas dan besar yaitu: menentang politik kolonial Belandadalam segala seginya

dengan menggunakan dasar perjuangan islam. Dengan tujuan tersebut akhirnya Sarekat Islam
memasuki bidang politik dan menginginkan suatu pemerintahan yang bebas dari penjajahan
Belanda.
Karena Sarekat Islam diselundupi oleh orang-orang komunis yang tergabung dalam organisasi
Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) pimpinan Sneevliet, seorang kader komunis
yg berasal dari negeri Belanda, akhirnya tak dapat mengelakkan diri dari perpecacahan, dan

menjadilah SI Putih SI Merah yang beraliran komunis . Sarekat Islam Putih kemudian
meningkatkan diri menjadi satu organisasi politik Partai Sarekat Islam Indonesia yang
diresmikan pada tahun 1929.
2.

PARTAI ISLAM MASJUMI

Partai Islam Masjumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 sebagai hasil keputusan Muktamar
Umat Islam Indonesia I yang berlangsung di Yogyakarta (Gedung Madrasah Mualimin
Muhammadiyah) pada tanggal 7-8 November 1945. Kongres ini dihadiri oleh hampir semua
tokoh dari berbagai organisasi Islam dari masa sebelum perang serta pada masa pendudukan
Jepang, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam, al-Wasliyah, Persis, al-Irsyad,
serta tokoh intelektual muslim yang pada zaman Belanda aktif dalam Jong Islamiten Bond dan
Islam Study Club dan sebagainya. Dalam kongres tersebut disepakati dan diputuskan untuk
mendirikan Majlis Syura Pusat bagi umat Islam Indonesia.
Sesungguhnya Partai Masjumi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan politik organisasi Islam
pada akhir zaman penjajah Belanda yang dikenal dengan nama MIAI (Majlis Islam A’la
Indonesia). MIAI adalah suatu wadah federasi dari semua organisasi Islam, baik yang bergerak
dalam bidang politik praktis maupun yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan yang


didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya atas inisiatif KH Mas Masyur
(Muhammadiyah), KH Wahab Hasbullah (NU), dan Wondo Amiseno (Sarekat Islam). Kemudian
pada masa pendudukan Jepang gabungan gerakan Islam yang juga bersifat federasi semacam
MIAI ini dinamakan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masjumi).
Partai Masjumi yang mencanangkan tujuannya dengan rumusan “Terlaksananya syari’at Islam
dalam kehidupan orang-seorang, masyarakat, dan Negara Republik Indonesia” dalam kiprah
politiknya sepanjang masa hidupnya, baik dalam bentuk program maupun kebijakan-kebijakan
partai menampakan sikap yang tegar, istiqomah, konsisten terhadap prinsip-prinsip Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
Politik yang dianut oleh Partai Masjumi adalah politik yang menggunakan parameter Islam,
artinya bahwa semua program atau kebijakan partai harus terukur secara pasti dengan nilai-nilai
Islam. Ungkapan bahwa politik itu kotor, menurut keyakinan Partai Masjumi tidak mungki
terjadi manakala sikap, langkah, dan pola perjuangannya selalu berada di atas prinsip-prinsip
ajaran Islam. Masjumi mengakui terhadap realitas yang terjadi di tengah-tengah arena politik
bahwa politik itu memang kotor, kalau politik itu didasarkan pada “politik bebas nilai” atau
politik yang diajarkan oleh Nicollo Machiavelli bahwa “tujuan menghalalkan semua cara”.
Politik Islam sebagaimana yang dianut oleh Partai masjumi adalah politik yang mengharamkan
tujuan yang ditempuh dengan semua cara. Islam mengajarkan bahwa “Tujuan yang baik harus
dicapai dengan cara-cara yang baik pula”.
Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan Pemilu, Partai Masjumi mendapatka 57 kursi di

pemerintahan. Akan tetapi karena Bung Karno termakan oleh bujukan dari Komunis sehingga
pada tanggal 17 Agustus 1960 mengeluarka Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 200 tahun
1960 untuk membubarkan Partai Islam Masjumi dari pusat sampai ranting di seluruh wilayah

NKRI. Pada tanggal 13 September 1960 DPP Masjumi membubarkan Masjumi dari pusat
sampai ke ranting-rantingnya.

B.

GERAKAN SOSIAL KEMASYARAKATAN ISLAM

Merupakan gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar yang dalam ajarannya konsisten
berpegang pada :
1.

Kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah secara murni.

2.

Membuka pintu ijtihad selebar-lebarnya kepada siapa pun yang telah berhak

melakukannya.

3.

Mengamalkan ajaran Islam secara konsisten, bersih dari segala kemusyrikan,
khurafat, bid’ah, dan taqlid
Contoh: Gerakan Al Islah wal Irsyad, Persatuan Islam dan Muhammadiyah
1.

MUHAMMADIYAH

Sejak tahun 1905, Kyai Haji Ahmad Dahlan telah banyak melakukan dakhwah dan pengajianpengajian yang berisi faham baru dalam islam dan menitik beratkan pada segi alamiyah.
Baginya, Islama adalah agama amal, suatau agama yang mendorong umatnya untuk banyak
melakukan kerja dan berbuat sesuatu yang bermanfaat. Dengan bekal pendalaman beliau
terhadap Al- Qura’an dan sunannah Nabi, sampai pada pendirian dan tindakana yang banyak
bersifat pengalaman Islam dalam kehidupan nyata.
Dari kajian – kajian Kyai Haji Ahmad Dahlan ,akhirnya timbul pertanyaan kenapa banyak
gerakan-gerakan islamyang tidak berhasil dalam usahanya? Hal ini tidak lain di sebabkan banyak

orang yang bergerak dan berjuang tetapi tidak berilmu luas serta sebaliknya banyak orang yang

berilmu akan tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.
Atas dasar keyakinannya itulah, Kyai Haji Ahmad Dahlan ,pada tahun 1991 mendirikan “sekolah
Muhammadiyah” yang menempati sebuah ruangan dengan meja dan papan tulis. Dalam sekolah
tersebut, di masukkan pula beberapa pelajaran yang lazim di ajarkan di sekolah-sekolah model
Barat, seperti Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat dan sebagainya. Begitu pul;a di perkenalkan
cara-cara baru dalam pengajaran ilmu-ilmu keagamaan sehingga lebih menarik dan lebih
menyerap. Dengan murid yang tidak begitu banyak,jadilah sekolah Muhammadiyah tersebut
sebagai tempat persemaian bibit-bibit pembaruan dalam Islam Indonesia.
Dan sebagai puncaknya berdirilah gerakan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 yang
bertepatana dengan tanggal 18 November 1992, yang di dalam Anggaran Dasarnya yang pertama
kali bertujuan: “ Menyebarkan Pengajarn Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk
bumi putera,di dalam residensi yogyakarta” serta “ Memajukan hal agama Islam kepada sekutusekutunya.
2.

AL-IRSYAD

Dalam jami’at khair, timbul suatu perbedaan pendapat yang cukup tajam, terutama persoalan
“kafa’ah”, yaitu sah tdaknya golongan Arab keturunan Sayid (keluarga Nabi) kawin dengan
golongan lainnya. Dalam hal ini Syeh Sukarti berpendapat boleh,dan tetap kufu atau seimbang.
Ia mengemukakan alasan dengan ayat Al-Qur’an bahwa: “yang paling mulia diantara kamu

sekalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa” (Al Hujarat 13). Selain itu terdapat banyak bukti
bahwa para sahabat kawin satu sama lain tanpa memandang keturunan Sayyid atau tidaknya.
Ternyata pendapat ini menimbulkan ketidaksenangan golongan Arab seketurunan dengan

Syaidina Ali, keluarga Nabi, dan berakhir dengan perpecahan. Kemudian Syekh Ahmad Sukati
pada tahun 1914 mendirikan perkumpulan Al Ishlah Wal Irsyad. Maksudnya ialah memajukan
pelajaran agama Islam yang murni di kalangan bangsa Arab di Indonesia. Dan sebagai
amaliyahnya berdirilah beberapa perguruan Al-Irsyad di mana-mana, di antaranya pada tahun
1915 di jakarta. Selain itu banyak bergerak dalam bidang sosial dan dakwah Islam dengan dasar
Al-Qur’an dan sunnah Rosul secara murni dan konsekuen.
3.

PERSATUAN ISLAM

Persatuan Islam (Persis) didirikan di Bandung pada 17 September 1923 oleh K.H. Zamzam,
seorang ulama berasal dari Palembang. Persis beeertujuan mengembalikan kaum muslimin
kepada pimpinan AL-Qur’an dan sunnah Nabi dengan jalan mendirikan madrasah-madrasah,
pesantren dan tabliqh pidato ataupun tulisan. Selain itu, menerbitkan pula majalah yang cukup
menonjol pada zamannya, yaitu “Pembela Islam” dan majalah Al Muslimin.
Persis sangat menonjol dalam usahanya memberantas segala macam bid’ah dan khufarat ,

dengan cara-cara radikal dan tidak tanggung- tanggung. Lebih-lebih setelah Persis berda dalam
kepemimpinan ustadz A. Hasan, yang terkenal tajam pena dan lidahnya menegakkan kemurnian
agama, maka Persis semakin hari semakin bertambah luas dan berkembang. Diantara alumni
pendidikan Persis yang terkemuka adalah M.Natsir, seorang tokoh cendikiawan dan pemimpin
Islam Indonesia yang juga pernah menjadi Perdana Menteri RI dan menduduki jabatan-jabatan
penting dalam Lembaga Islam International.

Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia

A. Bentuk-Bentuk Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia
Islam telah mengalami sejumlah pergerakan kebangkitan kembali yang
cukup besar dalam dua abad terakhir, dimulai dengan gerakan wahabiah yang
dipimpin oleh Ibn’Abd-al-Wahhab pada abad ke-18 di Arab. Sementara suatu
dorongan moral dan spiritual umum seperti yang ada di balik Wahabisme masih
tetap berpengaruh selama abad ke-19 di Afrika dan anak benua India, ketika itu
pula pergerakan intelektual yang kuat lahir selama pertengahan terakhir abad ke19 (Azra, 1985, p. 20). Hal ini pula yang membawa pengaruh besar dalam
pergerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang ada di negara-negara muslim
khususnya Indonesia yang mengalami gerakan moderenisme dalam Islam.
Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia menurut tidaklah dimulai pada
tahun 1911 dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam atau juga tahun 1912 dengan
berdirinya Muhammadiyah bukan juga tahun 1906 dengan terbitnya majalah AlIman dan ada juga lembaga pendidikan yang didirikan tahun 1905 di jakarta
dengan nama Jami’at Khair (Noer, 1980, hal. xi). Hal ini memang benar karena
tahun-tahun yang tercantum diatas merupakan tahun resmi berdirinya organisasi,
berdirinya sekolah maupun terbitnya majalah Islam. Namun, untuk awal gerakan
entah berupa ajakan maupun anjuran dalam pembaharuan Islam telah jauh terjadi
sebelum itu.
Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak
terlepas dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan
pembaharuan Islam ini timbul akibat pemikiran Jamaludin al-Afgani mengenai PanIslamisme atau pembaharuan dalam Islam untuk menjadikan satu dalam kekuatan.
Perkembangan Pan-Islamisme itu sendiri mencuat ke permukaan sekitar awal
abad ke-20 akibat kemunduran dunia Islambsmentara dunia barat mengalami
kemajuan yang sangat pesat.
Tentu saja perkembangan pergerakan yang terjadi di dunia Islam ini
mendorong Indonesia juga untuk ikut bagian dalam gerakan pebaharuan ini. Selain
di Indonesia pengaru dari pemikiran pembaharuan Islam ini juga sampai ke negaranegara Islam lainnya sperti Mesir, Libya, Irak, Iran dan Pakistan.
Sementara itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan
pemurnian Agama Islam di beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain
mempunyai penonjolan perjuangan dan sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi,
secara keseluruhan mereka mempunyai cita-cita yang sama dan tunggal yaitu
“Izzul Islam wal Muslimin” atau kejayaan Agama Islam dan Kaum Muslimin. Di
antara
gerakan-gerakan
tersebut
adalah Sarekat
Islam
yang
nantinya

bertransformasi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama danPersatuan Islam (UMY, 2012).
Ada banyak bentuk pembaharuan dalam dunia Islam yang terjadi setelah
perkembangan Islam yang mantap pula di Indonesia, hal ini di dorong oleh sudah
banyaknya golongan intelektual di kalangan rakyat Indonesia akibat diterapkannya
politik etis oleh pemerintah kolonial. Pembaharuan Islam yang ada di Indonesia
cukup menarik karena Ada yang bergerak dalam bidang politik dan ada juga yang
bergerak dalam sosial kemasyarakatan.
Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu
Gerakan Modernis dan Gerakan Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis
ialah gerakan yang menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi
semua Gerakan Islam tersebut dapat digolongkan sebagai gerakan Modernis.
Sedangkan Gerakan Reformis, berarti di samping gerakan ini menggunakan
organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha memurnikan Islam dan
membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru, sehingga Islam dapat
mengarahkan dan membimbing umat manusia dalam kehidupan mereka (UMY,
2012).

B. GERAKAN POLITIK ISLAM
1. Sarekat Islam
Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal organisasi dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam. Didirikan pada 1911 oleh
seorang pengusaha batik terkenal di Sala, yaitu Haji Samanhudi. Anggota-anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik, sebagai
usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan monopoli bahan-bahan batik oleh para pedagang Cina. Kemudian akibat
pelarangan terhadap Sarekat Dagang Islam oleh Residen Surakarta, maka pada 1912 kedudukannya dipindah ke Surabaya dan namanya pun berganti
menjadi Sarekat Islam.
Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah kepemimpinannya Sarekat Islam berkembang mewnjadi sebagai
organisasi besar dasn berpengaruh, anggota-anggotanya semakin Banyak dan meliputi seluruh lapisan masyarakat dan cabang-cabangnya berdiri
dimana-mana. Tujuannya diperluas, tidak saja urusan dagang dan perekonomiannya, melainkan lebih luas dan besar yaitu: menentang politik
kolonial Belandadalam segala seginya dengan menggunakan dasar perjuangan islam. Dengan tujuan tersebut akhirnya Sarekat Islam memasuki
bidang politik dan menginginkan suatu pemerintahan yang bebas dari penjajahan Belanda.
Karena Sarekat Islam diselundupi oleh orang-orang komunis yang tergabung dalam organisasi Indische Social Democratische Vereniging
(ISDV) pimpinan Sneevliet, seorang kader komunis yg berasal dari negeri Belanda, akhirnya tak dapat mengelakkan diri dari perpecacahan, dan
menjadilah SI Putih SI Merah yang beraliran komunis . Sarekat Islam Putih kemudian meningkatkan diri menjadi satu organisasi politik Partai Sarekat
Islam Indonesia yang diresmikan pada tahun 1929.

2.

Partai Islam Masjumi

Partai Islam Masjumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 sebagai hasil keputusan Muktamar Umat Islam Indonesia I yang berlangsung
di Yogyakarta (Gedung Madrasah Mualimin Muhammadiyah) pada tanggal 7-8 November 1945. Kongres ini dihadiri oleh hampir semua tokoh dari
berbagai organisasi Islam dari masa sebelum perang serta pada masa pendudukan Jepang, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam,
al-Wasliyah, Persis, al-Irsyad, serta tokoh intelektual muslim yang pada zaman Belanda aktif dalam Jong Islamiten Bond dan Islam Study Club dan
sebagainya. Dalam kongres tersebut disepakati dan diputuskan untuk mendirikan Majlis Syura Pusat bagi umat Islam Indonesia.
Sesungguhnya Partai Masjumi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan politik organisasi Islam pada akhir zaman penjajah Belanda yang
dikenal dengan nama MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia). MIAI adalah suatu wadah federasi dari semua organisasi Islam, baik yang bergerak dalam
bidang politik praktis maupun yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan yang didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya atas
inisiatif KH Mas Masyur (Muhammadiyah), KH Wahab Hasbullah (NU), dan Wondo Amiseno (Sarekat Islam). Kemudian pada masa pendudukan Jepang
gabungan gerakan Islam yang juga bersifat federasi semacam MIAI ini dinamakan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masjumi).
Partai Masjumi yang mencanangkan tujuannya dengan rumusan “Terlaksananya syari’at Islam dalam kehidupan orang-seorang,
masyarakat, dan Negara Republik Indonesia” dalam kiprah politiknya sepanjang masa hidupnya, baik dalam bentuk program maupun kebijakankebijakan partai menampakan sikap yang tegar, istiqomah, konsisten terhadap prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada Al-Qur’an maupun AlHadits.

Politik yang dianut oleh Partai Masjumi adalah politik yang menggunakan parameter Islam, artinya bahwa semua program atau kebijakan
partai harus terukur secara pasti dengan nilai-nilai Islam. Ungkapan bahwa politik itu kotor, menurut keyakinan Partai Masjumi tidak mungki
terjadi manakala sikap, langkah, dan pola perjuangannya selalu berada di atas prinsip-prinsip ajaran Islam. Masjumi mengakui terhadap realitas
yang terjadi di tengah-tengah arena politik bahwa politik itu memang kotor, kalau politik itu didasarkan pada “politik bebas nilai” atau politik yang
diajarkan oleh Nicollo Machiavelli bahwa “tujuan menghalalkan semua cara”. Politik Islam sebagaimana yang dianut oleh Partai masjumi adalah
politik yang mengharamkan tujuan yang ditempuh dengan semua cara. Islam mengajarkan bahwa “Tujuan yang baik harus dicapai dengan cara-cara
yang baik pula”.
Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan Pemilu, Partai Masjumi mendapatka 57 kursi di pemerintahan. Akan tetapi karena Bung Karno
termakan oleh bujukan dari Komunis sehingga pada tanggal 17 Agustus 1960 mengeluarka Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 200 tahun 1960
untuk membubarkan Partai Islam Masjumi dari pusat sampai ranting di seluruh wilayah NKRI. Pada tanggal 13 September 1960 DPP Masjumi
membubarkan Masjumi dari pusat sampai ke ranting-rantingnya.

B.
1.

GERAKAN SOSIAL KEMASYARAKATAN ISLAM
Muhammadiyah

Sejak tahun 1905, Kyai Haji Ahmad Dahlan telah banyak melakukan dakhwah dan pengajian-pengajian yang berisi faham baru dalam
islam dan menitik beratkan pada segi alamiyah. Baginya, Islama adalah agama amal, suatau agama yang mendorong umatnya untuk banyak
melakukan kerja dan berbuat sesuatu yang bermanfaat. Dengan bekal pendalaman beliau terhadap Al- Qura’an dan sunannah Nabi, sampai pada
pendirian dan tindakana yang banyak bersifat pengalaman Islam dalam kehidupan nyata.
Dari kajian – kajian Kyai Haji Ahmad Dahlan ,akhirnya timbul pertanyaan kenapa banyak gerakan-gerakan islamyang tidak berhasil dalam
usahanya? Hal ini tidak lain di sebabkan banyak orang yang bergerak dan berjuang tetapi tidak berilmu luas serta sebaliknya banyak orang yang
berilmu akan tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.
Atas dasar keyakinannya itulah, Kyai Haji Ahmad Dahlan ,pada tahun 1991 mendirikan “sekolah Muhammadiyah” yang menempati
sebuah ruangan dengan meja dan papan tulis. Dalam sekolah tersebut, di masukkan pula beberapa pelajaran yang lazim di ajarkan di sekolahsekolah model Barat, seperti Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat dan sebagainya. Begitu pul;a di perkenalkan cara-cara baru dalam pengajaran ilmuilmu keagamaan sehingga lebih menarik dan lebih menyerap. Dengan murid yang tidak begitu banyak,jadilah sekolah Muhammadiyah tersebut
sebagai tempat persemaian bibit-bibit pembaruan dalam Islam Indonesia.
Dan sebagai puncaknya berdirilah gerakan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 yang bertepatana dengan tanggal 18
November 1992, yang di dalam Anggaran Dasarnya yang pertama kali bertujuan: “ Menyebarkan Pengajarn Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada
penduduk bumi putera,di dalam residensi yogyakarta” serta “ Memajukan hal agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
2. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama merupakan salah satuorganisasi Islam besar lainnya di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan
bergerak di bidangpendidikan, sosial, dan ekonomi. Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsaIndonesia, akibat
penjajahan maupun akibat tradisi yang sudah menjadi adat kehidupan masyarakat Islam yang ada di Indonesia di Jawa khususnya telah menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang
muncul 1908tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat
pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan
pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi
pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga
dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian
didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan
adanyaNahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat
pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Dalam menjalankan organisasinya Nahdlatul Ulama dalam Wikipedia memiliki tujuan utama yakni, menegakkan ajaran Islam menurut
paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.

Persatuan Islam

Persatuan Islam (Persis) didirikan di Bandung pada 17 September 1923 oleh K.H. Zamzam, seorang ulama berasal dari Palembang. Persis
bertujuan mengembalikan kaum muslimin kepada pimpinan AL-Qur’an dan sunnah Nabi dengan jalan mendirikan madrasah-madrasah, pesantren
dan tabliqh pidato ataupun tulisan. Selain itu, menerbitkan pula majalah yang cukup menonjol pada zamannya, yaitu “Pembela Islam” dan majalah
Al Muslimin. Selain itu juga Persis memiliki tujuan lain yakni untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh
Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan
budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh

karena itu, lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam
yang hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).
Persis sangat menonjol dalam usahanya memberantas segala macam bid’ah dan khufarat , dengan cara-cara radikal dan tidak tanggungtanggung. Lebih-lebih setelah Persis berda dalam kepemimpinan ustadz A. Hasan, yang terkenal tajam pena dan lidahnya menegakkan kemurnian
agama, maka Persis semakin hari semakin bertambah luas dan berkembang. Diantara alumni pendidikan Persis yang terkemuka adalah M.Natsir,
seorang tokoh cendikiawan dan pemimpin Islam Indonesia yang juga pernah menjadi Perdana Menteri RI dan menduduki jabatan-jabatan penting
dalam Lembaga Islam International.

Daftar Pustaka
Azra, H. N. (1985). Perkembangan Modern Dalam Islam . In F. Rahman, Gerakan
Pembaharuan Dalam Islam Dewasa Ini (pp. 19-44). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Noer, D. (1980). Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.
UMY, I. F. (2011). Retrieved
from [online]http://immfkikumy.wordpress.com/2011/11/10/gerakan-pembaharuanislam-di-indonesia/html. diakses tanggal 10 Mei 2012.
Wikipedia. (n.d.).Nahdlatul Ulama. [online] Retrieved from
http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_Ulama. diakses tanggal 10 mei 2012.

BAB I
Pendahuluan
1.
Kata Pengantar
Segala pujian dan permohonan hanya ditujukan kepada Allah SWT yang ditangan-Nya lah islam dapat berjaya hingga berabad-abad lamanya dan
karena meninggalkan-Nya lah islam mengalami kemunduran. Shalawat serta salam kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAWW, keluarganya
yang suci dan sahabtnya yang terpilih, karena merekalah pembaharu pertama dalam Islam dan membekas hingga kini.
Kami ingin berterima kasih kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, Bapak Dani Nurfajar yang telah memberikan kami kesempatan untuk
belajar dan menemukan hal-hal baru dalam ilmu dan pengetahuan. Kami juga berterima kasih kepada seluruh komponen yang telah membantu
terwujudnya makalah ini. Semoga dapat berguna sekarang maupun di masa mendatang. Amien.
2.
Latar belakang
Setelah islam mengalami kekalahan dalam perang salib, banyak yang terjadi kemunduran pada umat islam. Perubahan besar pun terjadi pada Barat
dari segala aspek, mulai dari ilmu pengetahuan hingga sistem kemiliteran. Barat dan islam menjadi dua sisi yang berlawanan karena masing-masing
memiliki dua perbedaan mencolok. Barat mengambil komponen-komponen penting dalam islam, tanpa meninggalkan sisa sedikitpun. Terbukti dengan
pembakaran perpustakaan-perpustakaan islam dan perampasan buku-buku ilmu pengetahuan, hingga akhirnya islam memasuki era kegelapan. Umat
muslim sedikit demi sedikit tersingkirkan dari pergerakan zaman, sampai pada akhirnya umat muslim;sebagian dari mereka namun tidak semua,
merasa bahwa hal yang terjadi pada islam ini berupa kemunduran dan masa kegelapan haruslah diakhiri.
Umat islam pun melakukan semacam ‘Renaisance’. Tapi bagi umat islam, tidak hanya ilmu yang dikedepankan, namun juga dari segi keagamaan
yang tentunya orang Barat tidak punya. Perlahan-lahan umat islam mulai meneliti faktor-faktor kemunduran dan komponen apa saja yang harus
diperbaiki untuk kembali pada masa yang cerah. Satu persatu muncul tokoh-tokoh berpendidikan dari umat islam, mulai dari Jamaluddin Al-Afghani,
Hasan Al-Banna, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, sampai pada Sayyid ‘Amir Ali. Masing-masing dari mereka melakukan remedi atau perbaikan
pada hampir seluruh komponen yang dapat membantu kembalinya kejayaan umat islam. Seperti membentuk organisasi yang berlandaskan keislaman
untuk memperjelas tujuan umat muslim dalam berjuang melawan Barat dan racun-racunnya.
Hingga pada masa kini dampak dari pergerakan mereka masih tercermin dalam organisasi-organisasi islam yang bergerak untuk membela islam dan
membangun generasi islam. Namun pembahasan pada makalah ini lebih pada ide-ide dan pembaharuan yang dilakukan pada pembaharu tersebut,
juga apa sumbangan nyata yang mereka berikan dan dapat kami manfaatkan hingga sekarang.
BAB II
Isi
1.
A. Latar Belakang Terjadinya Pembaharuan Islam
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat islam , pada abad inilah daerah-daerah islam meluas di Barat melalui Afrika Utara
sampai Spanyol, di Timur melalui Persia sampai ke India.
Daerah-daerah ini tunduk karena kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian Damskus dan terakhir di
Bagdad. Dari situlah banyak lahir pemikir-pemikir hebat. Dari lahirnya pemikir dan para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan berkambang pesat
sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, non agama dan bidang kebudayaan lainya.
Para pemikir dan ulama islam pada saat itu bukan hanya dapat mengislamisasikan pengetahuan-pengetahuan Persia kuno dan warisan-warisan
Yunani, akan tetapi kedua kebudayaan itu di sesuaikan pula dengan kebutuhan dan perkembangan pemikiran pada masa itu. Ilmu pengetahuan yang
telah di tampung dan diolah oleh para pemikir islam.

Pada abad selanjutnya pemikiran islam memasuki benua Eropa melalui Spayol dan Sisilia dan inilah yang menjadi dasar ilmu yang menguasai alam
pikiran Barat.
Dipandang dari sisi sejarah dan kebudayaan maka tugas meme-lihara dan menyebarkan ilmu pengetahuan tidaklah kecil nilainya dibanding mencipta
ilmu pengetahuan. Jika tugas-tugas penelitian diadakan oleh Aristoteles, Galinus dan para ilmua lainnya tidak ditampung maka dunia akan miskin
dengan ilmu. Puncak kemegahan dunia islam itu akhirnya menurun, islam mulai mengalami kemunduran pada abad ke-10 dan tenggelam berabadabad lamanya.
Faktor penyebab kemunduran umat islam:

Isu pintu ijtihad tertutup telah meluas dikalangan umat islam. Berpaling pikiran untuk menggali secara langsung pada sumber pertama dan



utama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Apabila mereka menemukan persoalan baru, pikiran mereka hanya terpusat pada kepentingan mazhab.
Praktek bermazhab dan ta’assuk terhadap mazhab tertentu sangat marak dilakukan. Karena itulah ilmu pengetahuan mulai berkurang, kehidupan
berkelompok dengan pengaruh negatifnya tersebar hampir disemua tempat di dunia islam.
Keutuhan umat islam dalam bidang politik mulai terpecah, kekuasaan khalifah menurun, masyarakat islam yang berbentuk persatuan dan



kesatuan dalam seiman telah pindah. Tidak ada satu ikatan di dalamnya kecuali nama dan tatanan. Umat Islam terpecah belah dan saling
bermusuhan, masyarakat islam berubah dan kerajaan islam telah mewariskan kota-kota dan kerajaan yang telah bertikai selama berabad-abad,
dalam sekejap mata sejarah kemanusiaan telah dirobek-robek oleh kelemahan strategi politik.
Adanya perang salib dibawah arahan gereja katolik Roma dan serbuan tentara barbar. Karena itu khalifah sebagai lambang kesatuan
politik umat islam hilang. Tentara salib ingin menguasai baitul maqdis untuk menyebarkan pengaruhnya dan mengajak bersatu dalam keyakinan.
Masa kemunduran ini berlangsung berabad-abad lamanya hingga muncul gerakan yang dikumandangkan oleh pelopor-pelopor pembaharuan seperti
Ibnu Taimiyah dengan muridnya Ibnu Al-Qoyyim, Muhammad Ibnu ‘Abdul Wahab, Muhammad Ibnu Ali Sanusi Al-Kabir, dan lain-lain.
Diantara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan islam adalah:
v Paham tauhid yang dianut kaum muslimim yang bercampur dengan kebiasaan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, pemujaan terhadap
orang-orang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
v Sifat jumud membuat umat islam berhenti berpikir dan berusaha. Umat islam maju dikarenakan pada saat itu mereka mementingkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu selama umat islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk berijtihad maka mereka tidak mungkin mengalami
kemajuan. Untuk itu perlu diadakan pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
v Umat islam selalu berpecah belah, mereka tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak adanya persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali
ajaran islam. Karena itulah, bangkit suatu gerakan pembaharuan.
v Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia islam dan barat. Dengan adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran
dibandingkan dengan barat. Terutama sekali saat terjadinya peperangan antara kerajaan ustmani dengan kerajaan eropa, yang biasanya tentara
kerajaan utsmani selalu menang dalam peperangan dan pada akhirnya mengalami kekalahan ditangan barat. Hal ini membuat pembesar-pembesar
utsmani menyelidiki rahasia kekuatan militer eropa yang baru muncul. Ternyata rahasianya adalah kekuatan militer modern yang dimiliki eropa
sehingga pembaharuan juga dipusatkan pada bidang militer.
Pembahuran dalam islam berbeda dengan renainsans Barat. Kalau renainsans Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan
islam sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran agama islam. Islam bukan hanya mengajak maju ke depan untuk melawan segala
kebodohan dan kemajuan islam itu sendiri.
1.
B. Tokoh-tokoh pembaharuan Islam
Berawal dari kemunduran yang di alami oleh umat islam dan Barat semakin menunjukan Eksistensinya sebagai pusat peradaban. Akhirnya munculah
banyak pemikir-pemikir islam yang tersadar bahwa keadaan umat islam saat itu sangat terbelakang. Maka mereka melakukan suatu gerakan yang
menghasilkan gagasan untuk membangkitkan umat islam dari ketepurukan itu. Dan sangat banyak tokoh-tokoh yang memberikan jasa nya. Di
makalah ini kita hanya memaparkan beberapa tokoh yang paling berpengaruh bagi islam.
1.
a.
Hasan Al-banna
Perintis Negara Islam Modern
Dunia islam mengenal Hasan Al-banna sebagai pejuang dan pembangkit umat islam. Para pengamat mengaitkan Al-banna dengan pembaru juga
yang juga berasal dari Mesir yaitu Muhammad Abduh, mereka bagai satu badan dan ruh. Abduh yang senior dari Al-bannah sebagai kepalanya
sementara Al-banna sebagai ekornya. Abduh sebagai revolusinya sedangkan Al-banna sebagai penggerak revolusi kebangkitan perjuangan umat
islam internasional . Keduanya memang tidak bertemu secara fisik tapi pemikiran dan visi mempersatukan keduanya dalam tujuan yang sama.
Hasan Al-banna dilahirkan didesa Mahmudiyah kawasanBuhairah, Mesir tahun 1906 M, sejak kecil Al-banna sudah menunjukan kecemerlangan
otaknya. Pada usia 12 tahun dia telah menghafal separuh isi al-Quran. Ayahnya, Syaikh ahmad Al-bannna yang ulama fiqih dan hadits, terus menerus
melengkapi hafalanya. Sejak itu dia mendisiplinkan waktunya menjadi 4 tahap; siang hari dipergunakan untuk belajar disekolah , kemudian belajar dan
memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore, sore hari digunakan untuk mengulang pelajaran sekolah hingga malam, dan shubuh untuk
menghafal al-Quran. Pada usia 14 tahun dia telah menghafal al-Quran.
Hasan Al-banna lulus sekolah dengan predikat terbaik di sekolahnya dan lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun dia telah menjadi
mahasiswa di perguruan tinggi di Kairo. Selain prestasinya dibidang akademik, Al-banna memiliki bakat sebagai leadership yang sangat cemerlang.
Dia selalu terpilih menjadi ketua dalam organisasi siswa di sekolahnya. Pada usia 21 tahun Al-banna telah menamatkan studinya di Dar Al-Ulum dan
di tunjuk menjadi guru Ismai’liyah.
Hasan Al-banna sangat prihatin dengan kelakuan koloni yang memperbudak bangsanya. Pada masa itu adalah masa dimana uamt islam sedang
mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifaan Utsmaniyah di Turki sebagai pengayom umat islam di seluruh dunia runtuh. Sementara kaum penjajah
mempermainkan umat islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki , Kemal Attaturk membengarus islam . ini adalah salah satu penyebab kemunduran
islam dan umat islam bodoh terhadap ajaran islam.

Kenyataan itu yang membuat benar-benar Al-banna bergerak, khususnya dalam bidang dakwah. Dakwa Al-banna dimulai dari menggalang dari
sekolompak orang. Dia berdakwah dikedai-kedai kopi , hal ini dilakukan teratur 2minggu sekali. Dan usaha Al-banna ini mendapat banyak sambutan
dikalanga umat islam di Mesir. Tercatat kaum muslim dari kalangan buruh/petani, usahawan, ilmuan, ulama, dokter mendukung dakwahnya.
Saat berdakwah dia lebih suka menyebutkan “wahai manusia” yang mengacu pada seluruh umat tanpa memandang ras, kebanggaan, bahkan agama
dari pada menyerukan dengan kata-kata “wahai bangsa arab” atau “wahai kaum muslimin”. Bersandar pada nilai-nilai universal, masalah jarak
bukanlah kendala. Kecintaan yang universal pada nila-nilai kemanusiaan dan komitmennya pada uhkuwah islamiyah mendorong Hasan Al-banna
untuk mendirikan Komite Solidaritas bagi kemerdekaan Indonesia dan dia sendiri yang menjadi ketuanya.
Al-banna dan Ikhwan Al-Muslim
sepak terjang Hasan Al-banna dimulai sejak dia menjadi bocah tanggung. Saat kecilnya dia bergabung dengan masyarakat untuk tingkah laku moral
ini menunjukan bahwa Al-banna saat kecil sudah tertarik pada masalah keagamaan. Pada tahun 1928, Al-banna mendirikan IM. Pada 1932, dia
pindah ke Kairo. Bersama itu pula gerakannya berpindah dari isma’liyah ke Kairo. Untuk menyebarkan pemikiran dan gerakan dakwah IM ke
masyarakat pada 1352 H/ 1933 M Al-banna menerbitkan sebuah majalah mingguan ikhwan yang di pimpin oleh Muhibudin Khatib dan kemudian
banyak majalah-majalah lanjutan yang diterbitkan.
Pada awal berdirnya, IM hanya beranggotakan 100 orang yang dipilih langsung oleh Al-banna. Hingga akhirnya terus berkembang, baik
keanggotaanya maupun amal usahanya. Bahkan IM berkembang pesat di luar Mesir, seperti di Jordania dan Syiria, serta Sudan. Di bidang amal
usaha, gerakan ini banyak kesamaan dengan ormas Islam Muhammadiyah, dari mengelola amal sosial, seperti panti asuhan, rumah sakit, lembaga
pendidikan, perdagangan, hingga para kardernya kini banyak menguasai organisasi profesi seperti persatuan wartawan Mesir, organisasi kedokteran
dan organisasi pengacara, serta perdagangan. Di kancah politik, pada 1948 turut serta dalam perang palestina. Mereka masuk dalam angkatan
perang khusus.
Berkaitan dengan pemikiran dan visi IM sendiri tidak lepas dari cara pandang pendirinya. Pemahamannya bersifat universal tidak menganal
pemisahan dari satu aspek ke aspek yang lain. Kaitan dengan dakwah, Al-banna mengatakan “gerakan ikhwan adalah dakwah salafiah , thariqah
sunniyah,haqiqqah sufiyah, lembaga politik, klub olahraga, lembaga ilmiyah dan kebudayaan, peserikatan ekonomi dan pemikiran sosial”
Al-banna mengatakan bahwa ciri gerakan IM adalah: jauh dari sumber pertentangan, jauh dari riya dan kesombongan, jauh dari partai politik dan
lembaga-lembaga politik, memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah, lebih mengutamakan aspek-aspek amaliah produktif dari pada
propaganda reklame, memberi perhatian khusus kepada para pemuda, dan cepat tersebar di kampung-kampung dan si kota-kota.
Sebagaimana dakwah yang berkarakter rabbaniyah yang menyeru manusia menjauhi, menentang, melawan tirani materialisme, dan kembali beriman
kepada allah, dan selalu berada pada pengawasan nya selain itu juga mengandung dakwah yang berkarakter insaniyah yang mengajak kepada
persaudaraan di antar manusiadan berusaha membahgiakan mereka, karena dakwah ini bersifat islamiah dan islam di peruntunkan untuk setiap
manusia.
Sementara masalah ideologi IM banyak mengadopsi dakwah salafiah menjadi gerakan dakwahnya. Dia menekankan kepada pentingnya penelitian
dan pembahasan terhadap dalil serta kembali kepada al-Quran dan al-Sunnah dan membersihkan diri dari segala bentuk kemusyrikan untuk mencapai
kesempurnaan tauhid. Dakwah nya banyak di pengaruhi oleh Syaikh Abdul Wahab, Sanusiyyah dan Rasyid Ridha. Pada umumnya dakwa tersebut
lanjutan dari madrasah Ibnu Taimiyah, yang juga kelanjutan madrasah imam Ahmad Hambal. I M merupakan tasawuf sebagai sarana pendidikan dan
peningkatan jiwa seperti pernah dilakukan para ahli tasawuf terdahulu yang akidahnyabenar dan jauh dari segala bentuk bidah, khurafat, meghina diri
dan sifat negatif.
Namun, jalan yang di tempuhnya tak semulus yang dibayangkan. Serbuan fitnah seakan mengikuti langkah kaki Hasan Al-banna. Pada suatu ketika,
dia dituduh sebagai penganut komunis yang menentang negara dan Raja Fahd. K esempatan lainya, sebuah petisi seorang warga menyebutkan dia
diskriminatif dengan membeda-bedakan perlakukan terhadap murid-murid beradama islam dan kristen. Uniknya, pembelaan justru datang dari umat
kristen sendiri. Sekempulan tokoh agama Kristen pun datang dipimpin pastor Gereja Orthodoks Isma’iliyah yang menolak petisi tersebut. Salah satu
yang melakukan pembelaan ini adalah ketua Asosiasi Gereja, Jirjis Sorial Afandi.
Pada sekitar 1930 an Hasan Al-banna kenudian mengajar ke Kairo, dan IM merambah ke kegiata politik. Mereka berupaya menciptakan islam yang
bersih dan menolak sekularisasi dan westernisasi. Ketika perang dunia II, IM berkembang pesat dan menjadi elemen pentin di Mesir, dengan itu IM
banyak menarik perhatian mahasiswa, pegawai, pekerja kota dan berbagai kalangan lain nya.
Banyak anggota IM menganggap pemerintah Mesir telah berkhianat pada kepentingan nasinalisme Mesir sendiri. Demi perbaikan, Hasan Al-banna
menjalin kerja sam taktis dengan pemerintahan, sayang nya dia dan para pengikutnya terlanjur menjadi ancaman bagi pemerintahan pusat. Para
anggota IM mulai mendapatkan serangan fitnah, termasuk pada Hasan Al-bannah.
Tokoh-tokoh mereka pun di tangkapi, hingga pada akhirnya pada 1949, Al-banna di tembak oleh penembak misterius yang di yakinin penembak titipan
pemerintah. Dua karya monumentalnya yang diwariskanya adalah Muzdakariyat Al-Dakwah wa Da’iyyah dan Majmu’ah Rasail.
1.
b.
Jamaluddin al-afghani
Jiwa Rainesans Umat
Jamaluddin al-afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik islam. Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga keseluruh dunia.
Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan dunia islam, menjadikan dirinya
orang yang paling dicari oleh pemerintah kolonial ketika itu, pemerintah inggris. Tapi, komitmen dan konsistensinya yang sangat tinggi terhadap nasib
umat islam, membuatnya tak pernah kenal lelah apalagi menyerah.
Sastrawan dan pemikir besar muslim abad ke-20 sir muhammad iqbal mengatakan : “….jiwa yang tak mau diam itu selalu mengembara dari negara
islam satu ke negara islam lain… memang, jamaludin al-afghani tak pernah menuntut sebutan sebagai pembaharu, akan tetapi tidak ada seorangpun
di zaman ini yang lebih mampu mengungkapkan getaran jiwa agama islam melebihi dirinya. Semangat dan pengaruhnya masih tetep besar bagi dunia
islam, dan tak ada seorangpun tahu kapan berakhirnya…”
Dia adalah cahaya besar dalam kegelapan islam abad ke-13 hijrah. Dari afghanistan sinarnya memancar ke seantero didunia. Jamaludin al-afghani
dilahirkan 1838, tempat kelahiranya sulit dipastikan. Dia mengaku dilahirkan di asabadad, konar distrik kabil, Afghanistan. Versi lain, terutama dari

lawan-lawan politiknya, menyebutkan bahwa jamaluddin dilahirkan di asabadad dekat hamadan, Iran. Menurut versi ini, jamaluddin mengaku lahir di
afghanistan dengan maksud menyelamatkan dirinya dari kesewenangan penguasa persia (Iran) yang tidak menyukainya.
Al-afghani menghabiskan masa kecil dan remajanya di Afghanistan, namun banyak berjuang di Mesir, India bahkan sampai ke Prancis. Pada usia 18
tahun di kabul, jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami ilmu falsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran,
sains, atronomi, dan astrologi. Dia seorang yang sangat cerdas jauh melampaui remaja-remaja seusianya. Etelah menguasai beberapa disiplin ilmu,
jamaluddin ke India. Dia berkelana ke negri ini. Kemampuanya berbicara dan pengetahuanya yang dalam, muda usia 18 tahun ini memukau banyak
orang. Dia orator yang tangguh. Dia mendorong rakyat india untuk bangkit melawan kekuasaan inggris. Hasilnya, pada 1857 muncul kesadaran baru
dikalangan pribumi India melawan penjajah. Perang kemerdekaan pertama di India pun meletus.
Dari India jamaluddi melanjutkan perjalananya ke Mekkah. Di Kabul, sepulang menunaikan ibadah haji, Jamaluddin diminta penguasa Afghanistan
Pangeran Dost Muhammad Khan, untuk membantunya. Tahun 1864, Jamaluddin yang progresif, menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun
kemudian diangkat menjadi perdana mentri Muhammad A’zham Khan. Namun karna campur tangan Inggris dan kekalahanya terhadap golongan yang
disokong Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris yang menilai Jamaluddin sebagai tokoh yang berbahaya karna ide-ide
pambaharunya, terus mengawasinya. Dia tidak diperkenankan melalui jalur darat, juga tidak diperkenankan bertemu dengan pemimpin-pemimpin
India. Melalui jalur laut, Jamaluddin kemudia pergi ke Kairo dan menetap disana.
Pada awalnya, Jamaluddin mencoba menjauhi diri dari politik dengan memusatkan diri mempelajari ilmu pengetehuan dan sastra Arab. Rumahnya
dijadikan tempat pertemuan para pengikutnya. Di sinilah dia memberikan kuliah dan berdiskusi dengan berbagai kalangan, termasuk intelektual muda,
mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir. Melihat
campur tangan Inggris di Mesir, Jamaluddin akhirnya kembali ke politik. Dia melihat Inggris tidak ingin melihat islam bersatu dan kuat. Jamaluddin
memasuki perkumpulan freemason, satu organisasi yang beranggotakan tokoh-tokoh politik Mesir. Dari sini, 1879, terbentuk partai politik Hizb AlWathani (partai kebangsaan). Partai ini menanamkan kesadaran berbangsa, memperjuangkan pendidikan Universal, dan kemerdekaan pers. Aktivitas
politik Jamaluddin memberikan pengaruh besar bagi umat islam. Dia mendorong bangkitnya gerakan berfikir sehingga mesir mencapai kemajuan.
Seperti juga di Kabul dan di India, Inggris memperlihatkan ketidaksenanganya terhadap Jamaluddin. Inggris menghasut kaum teolog ortodoks
melawan Jamaluddin. Ini menjadi alasan Inggris mengusir Jamaluddin dari Mesir, 1879. Jamaluddin akhirnya pergi ke Hyderabad Deccau (India). Di
sana, dia menulis risalah yang sangat terkenal, Pembukt