PRESENTASI SEJARAH Peradaban Islam Khula

PRESENTASI SEJARAH
KERAJAAN SINGASARI
&
KERAJAAN MAJAPAHIT
Kelompok 5:
1.

Gracyana Yunita

( XD / 18 )

2.

Jennie Caroline

( XD / 20 )

3.

Yafet Setiawan


( XD / 43 )

4.

Yesaya Renaldi

( XD / 44 )

SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN
SINGASARI


Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi
kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.



Diceritakan bahwa pada waktu masih bayi, Ken Arok diletakkan oleh ibunya di
sebuah makam, dan akhirnya ditemukan dan dibesarkan oleh pencuri bernama

Lembong, sehingga Ken Arok sering menjadi buronan Kerajaan Kediri. Suatu ketika
Ken Arok bertemu dengan pendeta Lohgawe. Ken Arok berkata bahwa ia ingin
menjadi orang baik. Lewat perantaraan Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada
seorang Akuwu (bupati) Tumapel, bernama Tunggul Ametung.



Setelah beberapa lama mengabdi di Tumapel, Ken Arok memiliki keinginan untuk
memperistri Ken Dedes, istri dari Tunggul Ametung. Akhirnya Ken Arok membunuh
Tunggul Ametung dengan keris Empu Gandring dan memperistri Ken Dedes yang
pada saat itu sudah mengandung 3 bulan, anak dari Tunggul Ametung dan dirinya .



Pada waktu itu, Tumapel hanya daerah bawahan Raja Kertajaya dari Kediri. Ken
Arok ingin menyerang Kediri dan menjadi raja. Pada tahun 1222 M, Ken Arok
melaksanakan penyerangan terhadap Kerajaan Kediri. Raja Kertajaya dapat
ditaklukan oleh Ken Arok dalam pertempurannya di Ganter, dekat Pujon, Malang.
Setelah Kediri berhasil ditaklukan, seluruh wilayah Kediri dipersatukan dengan
Tumapel dan lahirlah Kerajaan Singasari.


RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH DI
KERAJAAN SINGASARI
1. Ken Arok (1222-1227 M)
 Setelah berdiri Kerajaan Singasari, Ken Arok tampil sebagai raja pertama,
bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Ken Aok memerintah selama 5
tahun. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh seorang pesuruh, atas perintah
Anusapati. Anusapati adalah anak dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung.
Jenazah Ken Arok dicandikan di Kagenengan dalam bangunan perpaduan
Syiwa-Buddha. Bersama Ken Umang, Ken Arok memiliki 4 orang anak, yaitu
Panji Tohjoyo, Panji Sudatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Bersama Ken
Dedes, Ken Arok mempunyai putra bernama Mahesa Wongateleng.
2. Anusapati (1227-1248 M)
 Tahun 1227 M, Anusapati naik tahta menjadi raja Singasari. Ia memerintah
selama 21 tahun. Lambat laun, berita kematian Ken Arok sampai ke telinga
Tohjoyo, anak Ken Arok dan Ken Umang. Karena Tohjoyo mengetahui bahwa

pembunuh ayahnya adalah Anusapati, ia pun ingin membalas dendam dengan
membunuh Anusapati. Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati suka menyabung
ayam, maka ia mengajak Anusapati menyabung ayam dan membunuhnya pada

saat itu juga. Anusapati dicandikan di Candi Kidal. Anusapati meninggalkan
seorang putra yang bernama Ronggowuni.
3. Tohjoyo (1248 M)
 Setelah berhasil membunuh Anusapati, Tohjoyo naik tahta. Masa
pemerintahannya sangat singkat. Ronggowuni yang merasa berhak atas tahta
kerajaan, menuntut tahta kepada Tohjoyo dibantu oleh Mahesa Cempaka, anak
dari Mahesa Wongateleng. Menghadapi tuntutan itu, Tohjoyo mengirimkan
pasukannya di bawah Lembu Ampal untuk menyerang Ronggowuni. Kemudian,
terjadilah pertempuran antara pasukan Tohjoyo dan Ronggowuni. Akan tetapi di
tengah pertempuran, Lembu Ampal berbalik memihak Ronggowuni. Serangan
pasukan Ronggowuni semakin kuat dan akhirnya berhasil menduduki Singasari.
Tohjoyo berhasil meloloskan diri dan akhirnya meninggal akibat luka-luka yang
dideritanya.

4. Ronggowuni (1248-1268 M)
 Ronggowuni naik tahta Kerajaan Singasari tahun 1248 M, dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana. Dalam memerintah, ia didampingi oleh Mahesa Cempaka
sebagai Ratu Anggabaya, bergelar Narasimhamurti. Pada tahun 1254 M,
Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai raja
muda atau Yuwaraja. Singasari di bawah kepemimpinan Ronggowuni dan

Mahesa Cempaka hidup aman dan tentram.Raja memerintahkan untuk
membangun benteng pertahanan di Canggu Lor. Tahun 1268 M, Ronggowuni
meninggal dunia dan dicandikan di dua tempat, yaitu sebagai Syiwa di Waleri
dan sebagai Buddha Amogaphasa di Jajagu (Candi Jago). Tak lama kemudian,
Mahesa Cempaka pun meninggal dunia. Ia dicandikan di Kumeper dan Wudi
Kucir.
5. Kertanegara (1268-1292 M)
 Tahun 1268 M, Kertanegara naik tahta, dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri
Kertanegara. Kertanegara merupakan raja yang terkenal di Singasari. Ia bercitacita ingin menjadikan Singasari sebagai kerajaan yang besar. Untuk
mewujudkan cita-citanya, ia melakukan berbagai usaha seperti Ekspedisi
Pamalayu.

PERLUASAN DAERAH SINGASARI


Pada masa pemerintahan Kertanegara, beberapa daerah berhasil ditaklukan, seperti
Bali, Maluku, Sunda, dan Pahang. Penguasaan daerah-daerah di luar Jawa
merupakan pelaksanaan politik luar negeri yang bertujuan untuk mengimbangi
pengaruh Kubilai Khan dari Cina. Pada tahun 1275 M, Raja Kertanegara mengadakan
Ekspedisi Pamalayu di bawah pimpinan Mahesa Anabrang untuk menguasai Sriwijaya.




Dalam rangka memperkuat politik luar negerinya, Kertanegara menjalin hubungan
dengan kerajaan-kerajaan lain di luar Indonesia, misalnya dengan Raja
Jayasingawarman III dari Kerajaan Campa.



Kertanegara memandang Cina sebagai saingan. Berkali-kali utusan Kaisar Cina
memaksa Kertanegara mengakui kekuasaan Cina tetapi ditolak oleh Kertanegara.
Terakhir pada tahun 1289 M datang utusan Cina yang dipimpin oleh Meng Chi untuk
menuntut upeti. Kertanegara menolak membayar upeti dan mempermalukan utusan
tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Hal inilah yang
membuat marah Kaisar Cina yang bernama Kubilai Khan, lalu mengadakan ekspedisi
besar ke Jawa tahun 1293.

PERKEMBANGAN POLITIK DAN
PEMERINTAHAN



Untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan teratur, Kertanegara telah
membentuk badan-badan pelaksana. Raja sebagai penguaasa tertinggi. Kemudian
Raja mengangkat tim penasihat yang terdiri atas Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan,
dan Rakryan i Halu. Untuk membantu raja dalam pelaksanaan
pemerintahan,diangkat beberapa pejabat tinggi kerajaan yang terdiri atas Rakryan
Mapatih, Rakryan Demung, dan Rakryan Kanuruhan. Selain itu, juga ada pegawaipegawai rendahan.



Untuk menciptakan stabilitas politik dalam negeri, Kertanegara melakukan penataan
di lingkungan para pejabat. Orang-orang yang tidak setuju dengan cita-cita
Kertanegara diganti. Sebagai contoh, Patih Raganata (Kebo Arema) diganti oleh
Aragani.

KEHIDUPAN EKONOMI


Tidak banyak sumber prasasti dan berita dari negeri asing yang dapat memberi
keterangan secara jelas kehidupan perekonomian rakyat Singasari. Akan tetapi,

berdasarkan analisis bahwa pusat Kerajaan Singasari berada di sekitar Lembah
Sungai Brantas dapat diduga bahwa rakyat Singasari banyak menggantungkan
kehidupan pada sektor pertanian. Keadaan itu juga didukung oleh hasil bumi yang
melimpah sehingga menyebabkan Raja Kertanegara memperluas wilayah terutama
tempat-tempat yang strategis untuk lalu lintas perdagangan. Keberadaan Sungai
Brantas dapat juga digunakan sebagai sarana lalu lintas perdagangan dari wilayah
pedalaman dengan dunia luar.

KEHIDUPAN BUDAYA


Kehidupan kebudayaan masyarakat Singasari dapat diketahui dari peninggalan
candi-candi dan patung-patung yang berhasil dibangunnya. Candi hasil peninggalan
Singasari, di antaranya adalah Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari.Adapun
arca atau patung hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Patung Ken
Dedes sebagai perwujudan dari Prajnyaparamita lambang kesempurnaan ilmu dan
Patung Kertanegara dalam wujud Patung Joko Dolog.

KEHIDUPAN SOSIAL DAN AGAMA



Rakyat Singasari mengalami pasang surut kehidupan sejak zaman Ken Arok sampai
masa pemerintahan Wisnuwardhana. Pada masa-masa pemerintahan Ken Arok,
kehidupan sosial masyarakat sangat terjamin. Tetapi, pada masa pemerintahan
Anusapati kehidupan masyarakat mulai terabaikan. Hal itu disebabkan raja sangat
gemar menyabung ayam hingga melupakan pembangunan kerajaan.Keadaan rakyat
Singasari mulai membaik setelah Wisnuwardhana naik takhta Singasari. Pada masa
pemerintahan Kertanegara, kerajaan dibangun dengan baik. Dengan demikian,
rakyat dapat hidup aman dan sejahtera.Dengan kerja keras yang tidak henti-henti,
cita-cita Kertanegara “ingin menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah
naungan Singasari” tercapai juga walaupun belum sempurna. Daerah kekuasaannya,
meliputi Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Melayu, Semenanjung Malaka,
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.



Pada masa pemerintahan Kertanegara, agama Hindu dan Buddha berkembang
dengan baik. Bahkan terjadi Sinkretisme antara agama Hindu dan Buddha, menjadi
bentuk Syiwa-Buddha. Sebagai contoh, berkembangnya aliran Tantrayana, yang
dianut oleh Kertanegara.


RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI


Usaha untuk memperluas wilayah dan mencari dukungan dari berbagai daerah terus
dilakukan oleh Kertanegara. Banyak pasukan Singasari yang dikirim ke berbagai
daerah, sehingga kekuatan ibu kota kerajaan melemah. Keadaan ini diketahui oleh
pihak-pihak yang tidak senang terhadap kekuasaan Kertanegara, satu di antaranya
adalah Jayakatwang, penguasa Kediri. Ia berusaha menjatuhakan kekuasaan
Kertanegara.



Pada saat Kertanegara melakukan upacara keagamaan dengan pesta pora, tiba-tiba
pasukan Jayakatwang menyerang Singasari. Serangan Jayakatwang dibagi menjadi
2 arah yaitu dari arah utara dan dari arah selatan. Untuk menghadapi serangan
Jayakatwang, Kertanegara mengirimkan pasukan yang ada di bawah pimpinan
Raden Wijaya dan Pangeran Ardaraja. Pasukan Kediri yang datang dari utara dapat
dikalahkan oleh Raden Wijaya, namun pasukan inti yang bergerak dari selatan
dengan leluasa masuk dan menyerang istana, serta menewaskan Kertanegara.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1292 M.



Raden Wijaya dan pengikutnya kemudian meloloskan diri setelah mengetahui istana
sudah dihancurkan oleh pasukan Kediri.Sedangkan Ardaraja berbalik dan memihak
pasukan Kediri.



Jenazah Kertanegara kemudian dicandikan d idua tempat, yaitu Candi Jawi di
Pandaan dan Candi Singosari di daerah Singosari, Malang. Sebagai raja yang
besar,Kertanegara diabadikan dalam bentuk arca yang dinamakan Arca Joko Dolok.
Dengan terbunuhnya Kertanegara, maka berakhirlah Kerajaan Singasari.

Bentuk-bentuk peninggalan kerajaan
singasari
1.

Prasasti Mula Malurung (1255)
 Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan
penganugrahan desa Mula dan desa Malurung untuk
tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa
lempengan-lempengan tembaga yang diterbitkan
Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di
Kadiri, atas perintah ayahnya Wisnuwardhana raja
Singhasari.
 Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung
ditemukan pada dua waktu yang berbeda. Sebanyak
sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat
kota Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Mei
2001, kembali ditemukan tiga lempeng di lapak penjual
barang loak, tak jauh dari lokasi penemuan
sebelumnya. Keseluruhan lempeng prasasti saat ini
disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

2.

Prasasti Singosari (1351)
 Prasasti Singhasari, yang bertarikh tahun
1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten
Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan
di Museum Gajah. Ditulis dengan Aksara
Jawa.
 Prasasti ini ditulis untuk mengenang
pembangunan sebuah caitya atau candi
pemakaman yang dilaksanakan oleh
Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama
prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal
yang
sangat
terperinci,
termasuk
pemaparan letak benda-benda angkasa.
Paruh kedua mengemukakan maksud
prasasti ini, yaitu sebagai pariwara
pembangunan sebuah caitya.

3.

Candi Singosari
Candi Singhasari atau Candi Singasari atau
Candi Singosari adalah candi Hindu Buddha peninggalan bersejarah Kerajaan
Singhasari yang berlokasi di Desa
Candirenggo,
Kecamatan
Singosari,
Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Cara pembuatan candi Singhasari ini
dengan sistem menumpuk batu andhesit
hingga ketinggian tertentu selanjutnya
diteruskan dengan mengukir dari atas baru
turun
ke
bawah.
(Bukan
seperti
membangun rumah seperti saat ini). Candi
ini berlokasi di Desa Candirenggo,
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang,
(sekitar 10km dari Kota Malang) terletak
pada lembah di antara Pegunungan
Tengger dan Gunung Arjuna di ketinggian
512 m di atas permukaan laut.

4.

Candi Kidal
Candi Kidal adalah salah satu candi warisan
dari kerajaan Singasari. Candi ini dibangun
sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar
Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang
memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248).
Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji
Tohjaya sebagai bagian dari perebutan
kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai
bagian dari kutukan Mpu Gandring.
Candi Kidal secara arsitektur, kental dengan
budaya Jawa Timuran, telah mengalami
pemugaran pada tahun 1990. Candi kidal juga
memuat cerita Garudeya, cerita mitologi
Hindu, yang berisi pesan moral pembebasan
dari perbudakan. Sampai sekarang candi
masih terjaga dan terawat.

5.

Candi Jago

 Candi Jago berasal dari kata "Jajaghu", didirikan
pada masa Kerajaan Singhasari pada abad ke-13.
Berlokasi di Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang, atau sekitar 22 km dari Kota Malang, pada
koordinat 8°0′20,81″LU 112°45′50,82″BT.
 Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya
tersisa sebagian dan menurut cerita setempat
karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna
dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Sengan
keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas
bahan batu andesit.
 Pada candi inilah Adityawarman kemudian
menempatkan Arca Manjusri seperti yang disebut
pada Prasasti Manjusri. Sekarang Arca ini tersimpan
di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.
214.

SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN
MAJAPAHIT


Setelah Singasari jatuh, berdirilah Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur.
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang
pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di
Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350
hingga 1389.



Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai
Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah
Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra,
Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.



Berdirinya kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa
Jayawardhana (Raden Wijaya) yang ingin melanjutkan kemegahan Singasari yang
saat itu hampir runtuh.



Ketika itu, Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara menemukan sebuah
hutan bernama Tarik yang ia gunakan untuk membangun sebuah desa yang menjadi
awal mula sejarah Berdirinya kerajaan Majapahit. Ketika pasukan Mongol tiba,
Raden Wijaya langsung memilih untuk membantu mereka menghancurkan
Jayakatwang. Setelah kekuasaan Jayakatwang runtuh, Raden Wijaya menyerang
pasukan Mongol. Kebingungan, pasukan Mongol tersebut terpaksa mundur dan
mengikuti tiupan angin monsoon terakhir pada musim itu.



Pada tahun 1293, Raden Wijaya mendirikan benteng dan kota Majapahit. Tahun ini
juga menjadi tahun lahirnya Majapahit serta hari dimana Raden Wijaya menjadi raja.
Pada pengangkatannya, ia diberikan sebuah nama formal yaitu Kertarajasa
Jayawardhana. Raja Kertarajasa kemudian menjadikan keempat anak perempuan
Kertanegara menjadi istri-istrinya. Pendirian kerajaan ini dipenuhi dengan kesulitan
dimana beberapa orang terpercaya Kertarajasa termasuk Ranggalawe, Sora, dan
Nambi bersekongkol untuk melakukan pemberontakan yang sayangnya gagal.
Setelah diselidiki, ternyata mahapati Halayudha lah yang disangka menjadi dalang
konspirasi ini agar ia sendiri mampu menduduki posisi yang paling tinggi di
pemerintahan kerajaan Majapahit. Halayudha akhirnya berhasil ditangkap dan
dihukum mati sebagai balasan atas penipuan yang ia lakukan.

RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH DI
KERAJAAN MAJAPAHIT
1. Raden Wijaya (1293-1309)
 Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga Raden Wijaya adalah pendiri
Kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama Majapahit yang memerintah pada
tahun 1293-1309, bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardana, atau lengkapnya
Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.
 Menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatan Raden Wijaya terjadi pada tanggal 15
bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau bertepatan dengan 12 November 1293.
 Dalam memerintah Majapahit, Wijaya mengangkat para pengikutnya yang dulu
setia dalam perjuangan. Nambi diangkat sebagai patih Majapahit, Lembu Sora
sebagai patih Daha, Arya Wiraraja dan Ranggalawe sebagai pasangguhan.
Pada tahun 1294 Wijaya juga memberikan anugerah kepada pemimpin desa
Kudadu yang dulu melindunginya saat pelarian menuju Pulau Madura.

 Pada tahun 1295 seorang tokoh licik bernama Mahapati menghasut Ranggalawe
untuk memberontak. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan Nambi
sebagai patih, dan menjadi perang saudara pertama yang melanda Majapahit.
Setelah Ranggalawe tewas, Wiraraja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
pasangguhan. Ia menagih janji Wijaya tentang pembagian wilayah kerajaan.
Wijaya mengabulkannya. Maka, sejak saat itu, wilayah kerajaan pun hanya
tinggal setengah, di mana yang sebelah timur dipimpin oleh Wiraraja dengan ibu
kota di Lamajang (nama lama Lumajang).
 Pada tahun 1300 terjadi peristiwa pembunuhan Lembu Sora, paman
Ranggalawe. Dalam pemberontakan Ranggalawe, Sora memihak Majapahit.
Namun, ketika Ranggalawe dibunuh dengan kejam oleh Kebo Anabrang, Sora
merasa tidak tahan dan berbalik membunuh Anabrang. Peristiwa ini diungkitungkit oleh Mahapati sehingga terjadi suasana perpecahan. Pada puncaknya,
Sora dan kedua kawannya, yaitu Gajah Biru dan Jurudemung tewas dibantai
kelompok Nambi di halaman istana.Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya
meninggal dunia pada tahun 1309. Ia dimakamkan di Antahpura dan dicandikan
di Simping sebagai Harihara, atau perpaduan Wisnu dan Siwa.

2. Jayanegara (1309-1328)
 Jayanagara (lahir: 1294 - wafat: 1328) adalah raja kedua Kerajaan Majapahit
yang memerintah pada tahun 1309-1328, dengan bergelar Sri Maharaja
Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara. Pemerintahan
Jayanagara terkenal sebagai masa pergolakan dalam sejarah awal Kerajaan
Majapahit. Ia sendiri meninggal akibat dibunuh oleh tabib istananya.
 Menurut Pararaton, nama asli Jayanagara adalah Raden Kalagemet putra
Raden Wijaya dan Dara Petak. Jayanagara naik takhta menjadi raja Majapahit
menggantikan ayahnya yang menurut Nagarakretagama meninggal dunia tahun
1309.
 Dari Piagam Sidateka yang bertarikh 1323, Jayanagara menetapkan susunan
mahamantri katrini dalam membantu pemerintahannya, yaitu sebagai berikut:
 Rakryan Mahamantri Hino: Dyah Sri Rangganata
 Rakryan Mahamantri Sirikan: Dyah Kameswara
 Rakryan Mahamantri Halu: Dyah Wiswanata

 Sewaktu menjadi raja, Jayanegara masih berusia muda sehingga dimanfaatkan
orang-orang yang merasa tidak puas untuk memberontak. Mereka merasa tidak
puas terhadap kebijakan Raja terdahulu, yaitu Raden Wijaya, yang menurut
ukuran mereka tidak memberikan kedudukan yang mereka inginkan, dianggap
tidak sepadan dengan jasanya sewaktu berjuang bersama Raden Wijaya. Maka,
timbullah beberapa pemberontakan pada masa Raja Jayanegara, diantaranya
adalah:
 Pemberontakan Ranggalawe (1309) => Ranggalawe sangat kecewa karena
tidak diberi kedudukan Patih di Istana Majapahit, dia hanya diberikan kedudukan
yang lebih rendah sebagai penguasa wilayah. Pemberontakannya dapat segera
dihancurkan.
 Pemberontakan Lembu Sora (1311) => Lembu Sora memberontak karena
mendapat hasutan dari seorang pejabat Majapahit yang bernama Mahapati.
Mahapati sebenarnya juga musuh dalam selimut bagi Raja Jayanegara, yang
selalu membuat intrik dan konspirasi dalam Istana. Pemberontakan Lembu Sora
dapat digagalkan pihak Istana.

 Pemberontakan Nambi (1316) => Nambi memberontak karrena ambisi ayahnya
Aria Wiraraja agar Nambi menjadi raja. Sehingga meskipun Nambi sudah diberi
kedudukan yang tinggi sebagai Patih istana, tetap saja ia memberontak. Dia
bersama ayahnya sempat membuat pertahanan di Pajarakan, tetapi akhirnya
dapat dihancurkan juga.
 Pemberontakan Kuti (1319) => Kuti dapat menduduki istana kerajaan sehingga
Raja Jayanegara terpaksa meninggalkan Istana. Oleh para Bhayangkari
Kerajaan di bawah pimpinan Gajah Mada, raja disembunyikan di tempat yang
sangat dirahasiakan yaitu di desa Badander. Atas inisiatif dan usaha dari Gajah
Mada maka akhirnya pihak kerajaan dapat menyusun kekuatan dan merebut
kembali istana. Akhirnya raja Jayanegara dapat kembali lagi ke istana.
 Jayanegara akhirnya dibunuh oleh Ra Tanca yang merupakan seorang tabib
istana pada tahun 1328. Jenazah Jayanegara dimakamkan dalam candi
Srenggapura di Kapopongan dengan arca di Antawulan, gapura paduraksa
Bajang Ratu kemungkinan besar adalah gapura yang tersisa dari kompleks
Srenggapura. Jayanagara meninggal dunia tanpa memiliki keturunan. Oleh
karena itu takhta Majapahit kemudian jatuh kepada adiknya, yaitu Dyah Gitarja
yang bergelar Tribhuwana Tunggadewi.

3. Tribhuanatunggadewi (1328-1351)
 Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi (atau disingkat Tribhuwana) adalah
Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri. Memiliki adik
kandung bernama Dyah Wiyat dan kakak tiri bernama Jayanagara. Pada masa
pemerintahan Jayanagara (1309-1328) ia diangkat sebagai penguasa bawahan
di Jiwana bergelar Bhre Kahuripan.
 Menurut Pararaton, Jayanagara merasa takut takhtanya terancam, sehingga ia
melarang kedua adiknya menikah. Setelah Jayanagara meninggal tahun 1328,
para ksatriya pun berdatangan melamar kedua putri. Akhirnya, setelah melalui
suatu sayembara, diperoleh dua orang pria, yaitu Cakradhara sebagai suami
Dyah Gitarja, dan Kudamerta sebagai suami Dyah Wiyat.
 Cakradhara bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel. Dari perkawinan itu lahir
Dyah Hayam Wuruk dan Dyah Nertaja. Hayam Wuruk kemudian diangkat
sebagai yuwaraja bergelar Bhre Kahuripan atau Bhre Jiwana, sedangkan Dyah
Nertaja sebagai Bhre Pajang.

 Menurut Nagarakretagama, Tribhuwana memerintah didampingi suaminya,
Kertawardhana. Pada tahun 1331 ia menumpas pemberontakan daerah Sadeng
dan Keta. Menurut Pararaton terjadi persaingan antara Gajah Mada dan Ra
Kembar dalam memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng. Maka,
Tribhuwana pun berangkat sendiri sebagai panglima menyerang Sadeng,
didampingi sepupunya, Adityawarman.
 Peristiwa penting berikutnya dalam Pararaton adalah Sumpah Palapa yang
diucapkan Gajah Mada saat dilantik sebagai rakryan patih Majapahit tahun
1334. Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati makanan enak (rempahrempah) sebelum berhasil menaklukkan wilayah kepulauan Nusantara di bawah
Majapahit.
 Pemerintahan Tribhuwana terkenal sebagai masa perluasan wilayah Majapahit
ke segala arah sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa. Tahun 1343 Majapahit
mengalahkan raja Kerajaan Pejeng (Bali), Dalem Bedahulu, dan kemudian
seluruh Bali. Tahun 1347 Adityawarman yang masih keturunan Melayu dikirim
untuk menaklukkan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Malayu. Ia
kemudian menjadi uparaja (raja bawahan) Majapahit di wilayah Sumatera.
Perluasan Majapahit dilanjutkan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di
mana wilayahnya hingga mencapai Lamuri di ujung barat sampai Wanin di ujung
timur.

 Tribhuwana Wijayatunggadewi diperkirakan turun takhta tahun 1351 (sesudah
mengeluarkan prasasti Singasari). Ia kemudian kembali menjadi Bhre Kahuripan
yang tergabung dalam Saptaprabhu, yaitu semacam dewan pertimbangan agung
yang beranggotakan keluarga kerajaan. Adapun yang menjadi raja Majapahit
selanjutnya adalah putranya, yaitu Hayam Wuruk.
 Tidak diketahui dengan pasti kapan tahun kematian Tribhuwana. Pararaton
hanya memberitakan Bhre Kahuripan tersebut meninggal dunia setelah
pengangkatan Gajah Enggon sebagai patih tahun 1371.
 Menurut Pararaton, Tribhuwanotunggadewi didharmakan dalam Candi
Pantarapura yang terletak di desa Panggih. Sedangkan suaminya, yaitu
Kertawardhana Bhre Tumapel meninggal tahun 1386, dan didharmakan di Candi
Sarwa Jayapurwa, yang terletak di desa Japan.

4. Hayam Wuruk (1350-1389)
 Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun
1350-1389, bergelar Maharaja Sri Rajasanagara. Di bawah pemerintahannya,
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.
 Nama Hayam Wuruk artinya "ayam yang terpelajar". Ia adalah putra pasangan
Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Kertawardhana alias Cakradhara. Ibunya
adalah putri Raden Wijaya pendiri Majapahit, sedangkan ayahnya adalah raja
bawahan di Singhasari bergelar Bhre Tumapel.
 Hayam Wuruk dilahirkan tahun 1334. Peristiwa kelahirannya diawali dengan
gempa bumi di Pabanyu Pindah dan meletusnya Gunung Kelud. Pada tahun itu
pula Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
 Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit menaklukkan Kerajaan Pasai
dan Aru (kemudian bernama Deli, dekat Medan sekarang). Majapahit juga
menghancurkan Palembang, sisa-sisa pertahanan Kerajaan Sriwijaya (1377).

 Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kitab Kakawin Sutasoma (yang
memuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa) digubah
oleh Mpu Tantular, dan kitab Nagarakretagama digubah oleh Mpu Prapanca
pada tahun 1365.
 Pada tahun 1364, Mahapatih Gajah Mada meninggal tanpa keterangan jelas
mengenai penyebabnya.
 Tahun 1367 Hayam Wuruk mengangkat Gajah Enggon sebagai patih.
 Tahun 1372, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat baginya.
 Tahun 1377 kembali menundukkan Swarnabhumi karena pelanggaran yang
dilakukan penguasanya. Setelah ini, Majapahit memasuki era damai dengan
menjalin hubungan baik dengan negara tetangganya.
 Tahun 1389 Hayam Wuruk mangkat dan dimakamkan di Tajung. Diganti oleh
menantunya Wikramawardhana.
 Tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak: Kusumawardhani
(yang bersuami Wikramawardhana), serta Wirabhumi yang merupakan anak dari
selirnya. Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya,
Wikramawardhana.

5. Wikramawardhana (1389-1427)
 Wikramawardhana adalah raja kelima Majapahit yang memerintah
berdampingan dengan istri sekaligus sepupunya, yaitu Kusumawardhani putri
Hayam Wuruk, pada tahun 1389-1427.
 Wikramawardhana dalam Pararaton bergelar Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama.
Nama aslinya adalah Raden Gagak Sali. Ibunya bernama Dyah Nertaja, adik
Hayam Wuruk, yang menjabat sebagai Bhre Pajang. Sedangkan ayahnya
bernama Raden Sumana yang menjabat sebagai Bhre Paguhan, bergelar
Singhawardhana.
 Saat Nagarakretagama ditulis tahun 1365, Kusumawardhani masih menjadi putri
mahkota sekaligus Bhre Kabalan. Sedangkan Wikramawardhana menjabat Bhre
Mataram dan mengurusi masalah perdata.
 Menurut Pararaton, sepeninggal Hayam Wuruk tahun 1389, Kusumawardhani
dan Wikramawardhana naik takhta dan memerintah berdampingan. Jabatan
Bhre Mataram lalu dipegang oleh selir Wikramawardhana, yaitu putri Bhre
Pandansalas alias Ranamanggala

 Menurut Pararaton, Wikramawardhana kembali menjadi raja, karena
Kusumawardhani meninggal dunia. Kusumawardhani dicandikan di Pabangan,
bernama Laksmipura.
 Pada tahun 1401 Wikramawardhana berselisih dengan Bhre Wirabhumi,
saudara tiri Kusumawardhani. Perselisihan antara penguasa Majapahit Barat
dan Majapahit Timur itu memuncak menjadi perang saudara tahun 1404, yang
disebut perang Paregreg.
 Pada tahun 1406 pasukan istana barat dipimpin Bhre Tumapel menghancurkan
istana timur. Bhre Wirabhumi tewas di tangan Raden Gajah alias Bhra Narapati.
Wikramawardhana kemudian memboyong Bhre Daha putri Bhre Wirabhumi
sebagai selir.
 Perang Paregreg membawa kerugian besar bagi Majapahit. Banyak daerahdaerah bawahan di luar Jawa melepaskan diri ketika istana barat dan timur sibuk
berperang.
 Wikramawardhana juga berhutang ganti rugi pada kaisar Dinasti Ming penguasa
Cina. Ketika terjadi penyerbuan ke timur, sebanyak 170 orang anak buah
Laksamana Ceng Ho ikut terbunuh. Padahal waktu itu Ceng Ho sedang menjadi
duta besar mengunjungi Jawa.

 Menurut kronik Cina tulisan Ma Huan (sekretaris Ceng Ho), Wikramawardhana
diwajibkan membayar denda pada kaisar sebesar 60.000 tahil. Sampai tahun
1408 baru bisa diangsur 10.000 tahil saja. Akhirnya, kaisar membebaskan
hutang tersebut karena kasihan.
 Pada tahun 1426 terjadi bencana kelaparan melanda Majapahit. Bhre Tumapel
sang putra mahkota meninggal dunia tahun 1427. Candi makamnya di Lokerep
bernama Asmarasaba. Disusul kemudian kematian istri dan putra Bhre Tumapel,
yaitu Bhre Lasem dan Bhre Wengker.
 Wikramawardhana akhirnya meninggal pula akhir tahun 1427. Ia dicandikan di
Wisesapura yang terletak di Bayalangu.
6. Suhita (1427-1447)
 Prabu Stri Suhita atau ejaan China Su King Ta adalah ratu Majapahit yang
memerintah tahun 1427-1447, bersama suaminya yang bernama Bhra Hyang
Parameswara Ratnapangkaja. Suhita memerintah berdampingan dengan
Ratnapangkaja bergelar Bhatara Parameswara. Pada tahun 1433 Suhita
membalas kematian Bhre Wirabhumi dengan cara menghukum mati Raden
Gajah alias Bhra Narapati. Dari berita ini terasa masuk akal kalau hubungan
Bhre Wirabhumi dan Suhita adalah kakek dan cucu, meskipun tidak disebut
secara tegas dalam Pararaton.

 Nama Suhita juga muncul dalam kronik Cina dari Kuil Sam Po Kong sebagai Suking-ta, yaitu raja Majapahit yang mengangkat Gan Eng Cu sebagai pemimpin
masyarakat Cina di Tuban dengan pangkat A-lu-ya. Tokoh Gan Eng Cu ini
identik dengan Arya Teja, kakek Sunan Kalijaga.
 Pada tahun 1437 Bhatara Parameswara Ratnapangkaja meninggal dunia.
Sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun 1447 Suhita meninggal pula. Pasangan
suami istri itu dicandikan bersama di Singhajaya.
 Karena tidak memiliki putra mahkota, Suhita digantikan adiknya, yaitu Dyah
Kertawijaya, sebagai raja selanjutnya.
7. Kertawijaya (1447-1451)
 Dyah Kertawijaya adalah raja Majapahit yang memerintah tahun 1447-1451
dengan gelar Sri Maharaja Wijaya Parakramawardhana.
 Menurut Pararaton, Kertawijaya adalah putra Wikramawardhana dari selir. Putra
Wikramawardhana yang lain adalah Hyang Wekasing Sukha, Bhre Tumapel, dan
Suhita. Sebelum menjadi raja, Kertawijaya pernah menjadi Bhre Tumapel, yaitu
menggantikan kakaknya yang meninggal awal tahun 1427.

 Kertawijaya naik takhta menggantikan Suhita tahun 1447. Pada masa
pemerintahannya sering terjadi gempa bumi dan gunung meletus. Juga terjadi
peristiwa pembunuhan penduduk Tidung Galating oleh keponakannya, yaitu
Bhre Paguhan putra Bhre Tumapel.
 Kertawijaya wafat tahun 1451. Ia dicandikan di Kertawijayapura. Kedudukannya
sebagai raja digantikan Rajasawardhana.
8. Rajasawardhana (1451-1453)
 Rajasawardhana dalam sejarah Kerajaan Majapahit merujuk pada dua orang.
Yang pertama adalah pejabat Bhre Matahun pada pemerintahan Hayam Wuruk,
sedangkan yang kedua adalah raja Majapahit yang memerintah tahun 14511453.
 Menurut Nagarakretagama, Rajasawardhana alias Bhre Matahun adalah suami
dari Indudewi alias Bhre Lasem putri Rajadewi dan Wijayarajasa. Dari
perkawinan itu, lahir Nagarawardhani yang menikah dengan Bhre Wirabhumi
putra Hayam Wuruk, raja Majapahit saat itu (1351-1389).

 Sementara itu, Rajasawardhana Sang Sinagara dalam Pararaton memiliki empat
orang anak, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan Bhre
Kertabhumi. Pemerintahan Rajasawardhana juga terdapat dalam berita Cina.
Disebutkan bahwa pada tahun 1452 Rajasawardhana mengirim duta besar ke
Cina.
 Menurut Pararaton, sepeninggal Rajasawardhana tahun 1453, Majapahit
mengalami kekosongan pemerintahan selama tiga tahun. Baru pada tahun 1456,
Bhre Wengker naik takhta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa. Tokoh ini
dianggap identik dengan Girisawardhana yang tercatat dalam prasasti Waringin
Pitu.
8. Girishawardhana (1456-1466)
 Girishawardhana Dyah Suryawikrama adalah raja Majapahit yang memerintah
tahun 1456-1466. Ia dianggap identik dengan Bhra Hyang Purwawisesa dalam
Pararaton.
 Tokoh Hyang Purwawisesa dianggap identik dengan Girisawardhana Dyah
Suryawikrama, raja Majapahit yang mengeluarkan prasasti Sendang Sedur
tahun 1463. Nama Dyah Suryawikrama sebelumnya juga muncul dalam prasasti
Waringin Pitu (1447), sebagai putra kedua Dyah Kertawijaya.

 Prasasti Waringin Pitu juga menyebutkan Samarawijaya adalah menantu
Suryawikrama. Mungkin pada tahun 1456 persaingan antara keduanya berakhir
setelah Samarawijaya merelakan takhta Majapahit kepada Suryawikrama, yang
tidak lain adalah paman sekaligus mertuanya tersebut.
 Menurut Pararaton, Sepeninggal Rajasawardhana tahun 1453 Majapahit dilanda
kekosongan pemerintahan selama tiga tahun. Baru pada tahun 1456, Bhre
Wengker naik takhta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa. Pada tahun 1462
terjadi bencana gunung meletus mewarnai pemerintahannya.
 Pada tahun 1466 Hyang Purwawisesa meninggal dunia dan dicandikan di Puri.
Ia digantikan oleh Bhre Pandansalas sebagai raja selanjutnya.
9. Suraprabhawa (1466-1474)
 Dyah Suraprabhawa adalah raja Majapahit yang memerintah tahun 1466-1474,
bergelar Sri Adi Suraprabhawa Singhawikramawardhana Giripati Pasutabhupati
Ketubhuta. Tokoh ini identik dengan Bhre Pandansalas dalam Pararaton yang
naik takhta tahun 1466.

 Dyah Suraprabhawa yang dianggap identik dengan Bhre Pandansalas, tercatat
namanya dalam prasasti Waringin Pitu (1447) sebagai putra bungsu Dyah
Kertawijaya. Istrinya bernama Rajasawardhanadewi Dyah Sripura yang identik
dengan Bhre Singhapura. Peninggalan sejarah Suraprabhawa setelah menjadi
raja berupa prasasti Pamintihan tahun 1473.
 Pararaton tidak menyebutkan dengan pasti kapan Bhre Pandansalas alias
Suraprabhawa meninggal. Ia hanya diberitakan meninggal di dalam keraton, dan
merupakan paman dari Bhre Kertabhumi.
 Tahun kematian Suraprabhawa kemudian ditemukan dalam prasasti
Trailokyapuri yang dikeluarkan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.
Menurut prasasti tersebut, Suraprabhawa alias Singhawikramawardhana
meninggal tahun 1474.
 Jadi, pemerintahan Dyah Suraprabhawa Singhawikramawardhana berakhir
tahun 1474 dan digantikan oleh keponakannya, yaitu Bhre Kertabhumi putra
Rajasawardhana.

10. Brawijaya (1474-1478)
 Meskipun sangat populer, nama Brawijaya ternyata tidak pernah dijumpai dalam
naskah Pararaton ataupun prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit.
Oleh karena itu, perlu diselidiki dari mana para pengarang naskah babad dan
serat memperoleh nama tersebut.
 Nama Brawijaya berasal dari kata Bhra Wijaya. Gelar bhra adalah singkatan dari
bhatara, yang bermakna "baginda". Sedangkan gelar bhre yang banyak dijumpai
dalam Pararaton berasal dari gabungan kata bhra i, yang bermakna "baginda
di". Dengan demikian, Brawijaya dapat juga disebut Bhatara Wijaya.
 Mungkin Bhatara Ranawijaya inilah yang namanya tercatat dalam ingatan
masyarakat Jawa sebagai raja Majapahit yang terakhir, yang namanya kemudian
disingkat sebagai Brawijaya. Namun, karena istilah Majapahit identik dengan
daerah Trowulan, Mojokerto, maka Brawijaya pun "ditempatkan" sebagai raja
yang memerintah di sana, bukan di Daha.

 Kerajaan Majapahit yang berpusat di Trowulan menurut ingatan masyarakat
Jawa berakhir pada tahun 1478. Oleh karena itu, Brawijaya pun dikisahkan
meninggal pada tahun tersebut. Padahal Bhatara Ranawijaya diketahui masih
mengeluarkan prasasti Jiyu tahun 1486. Rupanya para pujangga penulis naskah
babad dan serat tidak mengetahui kalau setelah tahun 1478 pusat Kerajaan
Majapahit berpindah dari Trowulan menuju Daha.
 Teori yang cukup populer menyebut Bhre Kertabhumi sebagai tokoh yang
meninggal tahun 1400 Saka (1478 Masehi). Teori ini mendapat dukungan
dengan
ditemukannya
naskah kronik
Cina dari kuil
Sam
Po
Kong Semarang yang menyebut nama Kung-ta-bu-mi sebagai raja Majapahit
terakhir. Nama Kung-ta-bu-mi ini diperkirakan sebagai ejaan Cina untuk Bhre
Kertabhumi.
 Sementara itu dalam Serat Kanda disebutkan bahwa, Brawijaya adalah raja
terakhir Majapahit yang dikalahkan oleh Raden Patah pada tahun Sirna ilang
KERTA-ning BUMI, atau 1400 Saka. Atas dasar berita tersebut, tokoh Brawijaya
pun dianggap identik dengan Bhre Kertabhumi atau Kung-ta-bu-mi.
Perbedaannya ialah, Brawijaya memerintah dalam waktu yang sangat lama
sedangkan pemerintahan Bhre Kertabhumi relatif singkat.

POLITIK DAN PEMERINTAHAN


Majapahit telah mengembangkan sistem pemerintahan yang teratur.Raja memegang
kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh berbagai
badan atau pejabat berikut:
1. Rakryan Mahamantri Katrini, dijabat oleh para putra raja
2. Dewan Pelaksana terdiri atas Rakryan Mahapatih, Rakryan Tumenggung,
Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat
ini sering disebut Sang Panca ring Wilwatika. Di antara lima pejabat itu,
Rakryan Mahapatih atau Rakryan Mangkubumi menduduki posisi yang paling
penting yaitu sebagai perdana menteri. Selain itu, terdapat juga dewan
pertimbangan yang disebut Batara Sapta Prabu.



Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa dibentuklah badan
peradilan yang disebut Saptopapati. Selain itu, disusun pula kitab hukum oleh
Gajahmada yang disebut Kitab Kutaramanawa.



Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di
Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian
wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre
(pangeran atau bangsawan)
3. Watek: dikelola oleh wiyasa,
4. Kuwu: dikelola oleh lurah,
5. Wanua: dikelola oleh thani,
6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.



Berkat kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, kehidupan politik dan
stabilitas nasional terjamin. Majapahit juga menjalin hubungan dengan kerajaan lain,
seperti Siam, Birma, Kamboja, Anam, India, dan Cina. Dalam membina hubungan
yang baik dengan luar negeri, Majapahit menegenal motto Mitreka Satata, artinya
Negara Sahabat.

KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI


Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan
denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata
uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan
keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja
pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China.
Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40
kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin
tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing
ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga
bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan
kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan
dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan
tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.



Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai
Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk
pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur
irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan
Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan
pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang
dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber
pemasukan penting bagi Majapahit.



Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah
menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam,
dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semipermanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional.
Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan
Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah
Majapahit di Jawa.



Kegiatan pertanian juga dikembangkan. Tanggul-tanggul di sepanjang sungai juga
diperbaiki untuk mencegah banjir.

KEHIDUPAN AGAMA


Untuk mengatur kehidupan beragama di Majapahit, dibentuk badan yang disebut
Dharmadyaksa. Dharmadyaksa adalah pejabat tinggi kerajaan yang khusus
menangani persoalan keagamaan. Di Majapahit dikenal 2 Dharmadyaksa sebagai
berikut:
1. Dharmadyaksa ring Kasaiwan, mengurusi agama Hindu.
2. Dharmadyaksa ring Kasogatan, mengurusi agama Buddha.

 Dalam menjalankan tugas, masing-masing Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat
keagamaan yang disebut Sang Pamegat.

KEHIDUPAN SASTRA DAN BUDAYA


Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra mengalami kemajuan. Karya
sastra yang paling terkenal adalah Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Empu
Prapanca pada tahun 1365 M. Kitab penting yang lain adalah Sutasoma yang
disusun oleh Empu Tantular. Di samping itu, Empu Tantular juga menulis kitab
Arjunawiwaha.



Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan canditelah dibuat,
misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar, Candi Tigawangi dan
Surawana di dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus di Trowulan.

RUNTUHNYA KERAJAAN MAJAPAHIT


Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan oleh ketidakpuasan sebagian besar keluarga
raja setelah turunnya Hayam Wuruk. Perang Paregreg telah melemahkan unsurunsur kejayaan Majapahit. Meskipun peperangan telah berakhir, Majapahit tetap
mengalami kelemahan karena raja yang berkuasa tidak mampu lagi mengembalikan
kejayaannya.



Unsur lain yang menyebabkan runtuhnya Majapahit adalah semakin meluasnya
pengaruh Islam pada saat itu.

BENTUK-BENTUK PENINGGALAN
KERAJAAN MAJAPAHIT
1.

Prasasti Butok
 Tidak seperti Kerajaan Tarumanegara,
Kerajaan Majapahit cenderung sedikit
meninggalkan prasasti. Entah karena banyak
yang belum ditemukan atau memang Kerajaan
ini cenderung tak memikirkan pesan untuk
masa depan. Yang jelas, hanya ada beberapa
prasasti yang bisa menjadi sumber sejarah.
Adapun salah satunya adalah prasasti butok
(1244 M). Prasasti yang juga dikenal dengan
nama Prasasti Gunung Butak ini, dipercaya
dikeluarkan oleh Raden Wijaya. Setelah
Raden Wijaya berhasil naik tahta, prasasti ini
dibuat untuk mengenang peristiwa runtuhnya
kerajaan Singasari dan perjuangan sang
Raden dalam mendirikan kerajaan.

2.

Arca Harihara
 Arca ini merupakan gabungan dari Siwa
dan Wisnu yang menggambarkan Raja
Kertarajasa. Meskipun lokasinya di
Candi Simoing, Blitar, kini arca ini telah
dipindah ke Museum Nasional Republik
Indonesia.

3.

Arca Bidadari Majapahit
 Arca yang terbuat dari emas ini merupakan
arca cetakan emasapsara (bidadari
surgawi) gaya khas Majapahit yang
menggambarkan dengan sempurna zaman
kerajaan Majapahit sebagai “zaman
keemasan” nusantara.

4.

Candi Tikus
 Candi ini terletak di kompleks Trowulan,
sekitar 13 km di sebelah tenggara kota
Mojokerto. Candi Tikus yang semula telah
terkubur dalam tanah ditemukan kembali
pada tahun 1914. Penggalian situs
dilakukan berdasarkan laporan bupati
Mojokerto,
R.A.A.
Kromojoyo
Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur
candi di sebuah pekuburan rakyat.
Pemugaran secara menyeluruh dilakukan
pada tahun 1984 sampai dengan 1985.
Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan
yang digunakan masyarakat setempat.
Konon, pada saat ditemukan, tempat candi
tersebut berada merupakan sarang tikus.

5.

Gapura Bajang Ratu
 Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad ke14 dan adalah salah satu gapura besar pada
zaman keemasan Majapahit. Menurut catatan
Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala
Mojokerto, candi / gapura ini berfungsi sebagai
pintu masuk bagi bangunan suci untuk
memperingati wafatnya Raja Jayanegara yang
dalamNegarakertagama disebut “kembali ke dunia
Wisnu” tahun 1250 Saka (sekitar tahun 1328 M).
Namun sebenarnya sebelum wafatnya Jayanegara
candi ini dipergunakan sebagai pintu belakang
kerajaan. Dugaan ini didukung adanya relief “Sri
Tanjung” dan sayap gapura yang melambangkan
penglepasan dan sampai sekarang di daerah
Trowulan sudah menjadi suatu kebudayaan jika
melayat orang meninggal diharuskan lewat pintu
belakang.