Bedah Buku Dan Filsafat Pendidikan

BAB I
PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM ILMU
PENGETAHUAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA
A. Pengertian Filsafat Secara Keseluruhan
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos
(kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin
tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan). Menurut Ciceros (106-43
SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah
Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang
menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa
pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap
orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun
menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi
pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa
mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan,
melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta
dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha
mencapai yang diinginkannya . ”Sofia artinya kebijaksanaan artinya pandai,
mengerti dengan mendalam. Datangnya hikmah bukan dari penglihatan saja,
tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata-kata lain , dengan mata hati

dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada disekeling kita, banyak orang yang
melihat tetapi tidak memperhatikan.

B. Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa raguragu dan filsafat dimulai dari keduanya.Dalam berfilsafat kita didorong untuk

1

mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam
pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut:
Plato (427 – 348 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli
Aristoteles (382 – 322 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
ekonomi, politik dan estetika
Al Kindi (801 – ……m), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala
sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia
Al Farabi (870 – 950 m), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud
bagaimana hakikat sebenarnya.
Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia

menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut
1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan,
pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.
2. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.
3. Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi
4. Falsafah
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak
mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik.
Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaranpenalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik
ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada
awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apa yang disebut benar dan apa yang

2

disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap
buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabangcabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabangcabang filsafat tersebut antara lain mencakup:
Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
Etika (Filsafat Moral)

Estetika (Filsafat Seni)
Metafisika
Politik (Filsafat Pemerintahan)
Filsafat Agama
Filsafat Ilmu
Filsafat Pendidikan
Filsafat Hukum
Filsafat Sejarah
Filsafat Matematika
Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari
konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut
mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai
induk dari ilmu tersebut.

3

BAB II
PENGERTIAN PENDIDIKAN
DAN FILSAFAT PENDIDIKAN SERTA PERANANNYA
A. Pengertian Filsafat Pendidikan

Pandangan fislafat pendidikan sama dengan perananya merupakan
landasan filosofis yang menjiwai seluruk kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan.
Dimana landasan filsofis merupakan landasan yang berdasarkan atas filsafat.
Landasan filsafat menalaah sesautu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual
tentang religi dan etika yang bertumpu pada penalran. Oleh karena itu antara
filsafat dengan pendidikan sangat erat kaitannya, dimana filsafat mencoba
merumuskan citra tentang manusia dan masyarkaat sedangkan pendidikan
berusahan mewujudkan citra tersebut.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi
itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang
digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengani realita, maka dikupaslan
antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini
dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik.
Disamping


itu,

pengalaman

pendidik

dalam

menuntut

pertumbuhan

danperkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita.
Semuanya itu dapat disampaikan kepada flsafat untuk dijadikan bahan-bahan
pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri. Hubungan filsafat
dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :

4

1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat

pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja
2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang
lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam
3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,
mempersatukan dan mengkoordinasikannya
4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi
sudut pandangannya berlainan
Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seoran guru sebagai pendidik dia
mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan
menunjukkan dirinya pda masalah pendiidkan pad aumumnya serta bagaimna
amasalah itu mengganggu pada penyekolhan yang menyangkut masalah
perumusan tujuan, kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para
pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari
uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutam
adalam kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengjuian kopetensi minimal dan
kesamaan kesepakatan pendidikan.
Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan
filsafat pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya
melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat
pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk

mencapai kebijakan dankearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu
ayng pad ahakekantya jawab dari pertanyaa-pertanyaan yagn timbul dalam
lapangan pendidkan. Oleh karen aberisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat
pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap
lapangan pendidikan.

5

BAB III
PROBLEMA POKOK FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
A.

Objek Dan Sudut Pandang Filsafat

Berpikir merupakan subjek dari filsafat pendidikan. Akan tetapi, tidak
semua berpikir berarti berfilsafat. Subyek filsafat pendidikan adalah seseorang
yang berpikir atau memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan
mendalam tentang bagaimana memperbaiki pendidikan.
Obyek filsafat, obyek itu dapat berupa suatu barang atau subyek itu sendiri.
Obyek filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1)
Obyek materi, yaitu segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada (disebut
dengan absoluth/ mutlak, yaitu Sang Pencipta) dan ada yang tidak harus ada
(mahluk yang diciptakan Tuhan).
2)
Obyek formal/ sudut pandang, yaitu mencari keterangan sedalam-dalamnya,
sampai keakarnya persoalan sampai kepada sebab-sebab terakhir tentang objek
materi filsafat, sepanjang kemungkinan yang ada pada akal budi manusia.
Pandangan atau sudut pandang yang berbeda terhadap suatu obyek akan
melahirkan filsafat yang berbeda-beda. Misalnya, mengambil manusia sebagai
obyeknya. Jika dilihat dari segi jiwanya saja, maka akan muncul filsafat tentang
jiwa manusia, yang disebut Psikologi. Jika dilihat dari segi rasa, muncul filsafat
yang disebut estetika. Jika dilihat dari segi akal manusia, muncul filsafat yang
dikenal Logika.
Pandangan mengenai hasil dari usaha manusia menyangkut akal, rasa dan
kehendak dapat dijadikan satu, yang disebut filsafat kebudayaan. Sebab
kebudayaan menyangkut ketiga segi dan alat-alat kejiwaan manusia tadi.
Selanjutnya, jika ilmu pengetahuan yang menjadi menjadi objek filsafat
maka menjadi filsafat ilmu pengetahuan. Dalam rangka menggali, menyusun, dan
mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan, maka perlu diikuti

pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Adapun pola dan sistem
pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
1)
Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya
bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil
pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya
saling berhubungan.
6

2)
Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya
menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
3)
Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan
yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi
bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan
umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
4)
Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya
pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris

atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai
obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu
realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup
yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
1)
Cosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan
dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai
makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan perkembangan hidup
manusia di alam nyata dan sebagainya.
2)
Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta,
dari mana dan kearah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya
akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah
pencipta itu satu zat (monisme) ataukah dua zat (dualisme) atau banyak zat
(pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat
kebendaan, maka paham ini disebut materialisme.

B.


Sikap Manusia Terhadap Filsafat

Sesuai dengan macam-macam dan perbedaan pengertian mereka terhadap
arti kata filsafat, maka dapat digolongkan menjadi :
1)
Pandangan yang berpendapat bahwa setiap mendengar kata “ filsafat “ maka
yang ada dalam bayangan mereka adalah sesuatu yang ruwet dan sulit. Yang
dalam yang hanya dapat dipahami oleh orang tertentu saja.
2)
Pandangan yang bersifat skeptis, yakni orang-orang yang berpendapat
bahwa filsafat adalah sesuatu perbuatan yang tidak ada gunanya.

7

3)
Pandangan yang bersifat negatif karena mengambil manfaat secara
negatif, dengan mengatakan dengan berfilsafat adalah bermain api atau
berbahaya.Karena pengertian filsafat hanya dibatasi pada pengertian mencari
hakikat Tuhan.
4)
Golongan yang memandang dari sudut positif, yakni filsafat adalah suatu
lapangan studi, tempat melatih akal untuk berpikir. Jadi setiap manusia
mempunyai kemungkinan untuk berfilsafat.
Filsafat sebagai lapangan studi banyak memberikan nilai kegunaan bagi
yang mempelajarinya, antara lainnya:
1)
Ilmu filsafat dapat dijadikan pedoman dalam kenyataan kehidupan seharihari baik sebagai individu ataupun sebagai anggota masyarakat.
2)
Bila memiliki filsafat hidup, pandangan hidup akan menjadi mantap yang
akhirnya menentukan criteria baik buruknya tingkah laku, yang dipilih atas dasar
keputusan batin sendiri. Jadi manusia telah memiliki kebebasan dan kepribadian
sendiri.
3)
Kehidupan dan penghidupan ke arah gejala yang negatif dalam keadaan
masyarakat yang serba tidak pasti akan dapat dikurangi.
4)
Tingkah laku manusia pada dasarnya ditentukan oleh filsafat hidupnya,
maka manusia terus berusaha memiliki filsafat agar tingkah lakunya berguna.

C.

Problem Esensial Filsafat Dan Pendidikan

Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia.
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup
dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang
satu. Lodge mengatakan bahwa seluruh proses dan kehidupan manusia adalah
proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan
memberikan pendidikan baginya.
Kependidikan memiliki ruang lingkup yang luas, karena menyangkut seluruh
aspek hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ada banyak permasalah
pendidikan yang dihadapi. Permasalahan pendidikan ada yang sederhana yang
menyangkut praktik dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi ada pula di antaranya yang
menyangkut masalah ang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan
bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga banyak
menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan

8

menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan
pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Beberapa contoh permasalahan pendidikan yang memerlukan analisa filsafat
dalam memahami dan memecahkannya adalah:
1)
Apakah pendidikan bermanfaat atau berguna membina kepribadian manusia
atau tidak? Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor
luar? Mengapa anak yang potensi hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan
lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana
diharapkan?
2)
Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya? Apakah pendidikan berguna
bagi individu sebdiri atau untuk kepentingan sosial; apakah pendidikan itu
dipusatkan pada pembinaan manusia pribadi atau masyarakat?
3)
Apakah hakikat masyarakat itu dan bagaimanakah kedudukan individu di
dalam masyarakat?
4)
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah pendidikan yang
diutamakan, yang relevan dengan pembinaan kepribadian sehingga cakap
memangku suatu jabatan di masyarakat?
5)
Bagaimana asas penyelengaraan pendidikan yang baik, sentralisasi,
desentralisasi atau otonomi?
Masalah-masalah tersebut hanyalah sebagian dapi problematika pendidikan, yang
dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan
sistematis. Dalam memecahkan masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan
berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Di antaranya
pendekatan yang digunakan antara lain:
1)

Pendekatan secara spekulatif

Pendekatan ini disebut juga pendekatan reflektif, yang berrati memikirkan,
mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Dengan teknik
pendekatan ini, dimaksudkan adalam memikirkan, mempertimbangkan, dan
menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya.
Masalah pendidikan memang berhubungan dengan hal-hal yang harus diketahui
hakikatnya, seperti apakah hakikat mendidik dan pendidikan, hakikat manusia,
hakikat manusia, masyarakat, kepribadian, kurikulum, kedewasaan, dan
sebagainya.

9

2)

Pendekatan normatif

Yaitu nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam
hidup dan kehidupan, juga merupakan masalah kependidikan. Dengan pendekatan
ini, diharapkan untuk berusaha memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam
hidup dan kehidupan manusia dalam proses kehidupan, serta bagaimana hubungan
nilai dan norma tersebut dengan pendidikan. Sehingga dapat dirumuskan
petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan akan diarahkan.
3)

Pendekatan analisa konsep

Artinya, pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap suatu obyek. Setiap orang
memiliki pengertian atau penangkapan yang berbeda-beda mengenai suatu hal
yang sama. Dengan pendekatan ini, diharapkan untuk memahami konsep dari para
ahli pendidikan tentang bagaimana masalah yang berhubungan dengan
pendidikan.
4)

Analisa ilmiah

Sasaran pendekatan ini adalah masalah-masalah kependidikan yang aktual, yang
menjadi problema di masa kini. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah,
dapat didiskripsikan dan kemudian dipahami permasalah-permasalahan yang
hidup dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang
berhubungan dengan pendidikan.
Selanjutnya, menurut Harry Schofield, sebagaimana dikemukakan oleh Imam
Bernadib dalam bukunya Filsafat Pendidikan, menekankan bahwa analisa filsafat
terhadap masalah-masalah pendidikan digunakan dua macam pendekatan, yaitu:
1)

Pendekatan filsafat historis

Yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang
diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli filsafat
sepanjang sejarah. Dari jawaban-jawaban yang ada, dapat dipilih jawaban mana
yang sekiranya sesuai dan dibutuhkan.
2)

Pendekatan filsafat kritis

Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan
jawabannya secara filosofis pula. Analisa dalam pendekatan filsafat kritis adalah:
1)

Analisa bahasa (linguistik)

Analisa bahasa adalah usaha untuk mengadakan interpretasi yang menyangkut
pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya.
10

2)

Analisa konsep

Sedangkan analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah (kata-kata)
yang mewakili gagasan.

BAB IV

PROSES HIDUP SEBAGAI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN
PROSES HIDUP SEBAGAI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Keterkaitan antara Proses Pendidikan dan
Kehidupan
Pendidikan adalah masalah yang memerlukan perhatian khusus demi
keberlangsungan hidup seseorang. Semua pengalaman yang dialami seseorang
semenjak dia lahir sampai dewasa atau meninggal dapat dikatakan sebagai
proses yang mengarah ke pendidikan.
Pendidikan formal yang ada di sekolah sejatinya hanyalah salah satu
bagian terkecil dari beberapa bagian yang harus dipenuhi dalam kehidupan
sebab pendidikan yang sesungguhnya yakni ketika seseorang berada di
lingkungan keluarga dan masyarakat yang lebih nyata dalam mendapatkan
pendidikan secara alami. Namun hal tersebut tidak menjadikan pendidikan
formal tidak serta merta harus ditinggalkan. Ia tetap diperlukan sebagai bagian
dari proses pendidikan bagi seseorang.
Dalam keluarga misalnya, seorang anak dengan berinteraksi
bersama orangtua dan saudara-saudaranya maka secara alami atau tidak
langsung ia sudah menjalani proses pendidikan. Keluarga biasanya disebut
sekolah pertama bagi anak karena lingkungan keluarga lah yang paling
pertama tersentuh oleh seseorang. Belum lagi ketika mereka sudah diserahi
tanggung jawab mulai dari yang paling ringan misalnya diminta untuk
mengambilkan sesuatu, mengerjakan apa-apa yang diperintahkan oleh orang

11

tua atau penghuni rumah, semua itu adalah bentuk pendidikan yang sedang
dijalani dalam lingkungan keluarga.
Pengertian pendidikan berarti usaha manusia dewasa secara sadar dalam
membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai dan pandangan
hidup kepada manusia yang belum dewasa. Tujuannya, agar menjadi manusia
dewasa, bertanggung jawab, dan mampu mandiri sesuai sifat, hakikat, dan
ciri-ciri kemanusiaannya. Masalah kependidikan mempunyai ruang lingkup
yang luas pula, yang meliputi segala aspek kehidupan dan pengalaman yang
dialami manusia sejak lahir sampai mati. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses kehidupan
manusia seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai kedudukan
penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Sebagaimana dikemukakan oleh John Dewey dalam analisisnya sebagai
berikut:
1.

Education as a necessity on life

2.

Education as social function.

3.

Education as direction.

4.

Education as growth.

5.

Preparation, unfolding and formal discipline.

Atau dengan kata lain pendidikan sebagai:
1.

Salah satu kebutuhan hidup.

2.

Salah satu fungsi sosial.

3.

Bimbingan.

4.

Sarana pertumbuhan.

5.

Mempersiapkan, mengembangkan, dan membentuk kedisiplinan.

12

Jadi, pendidikan merupakan suatu aktivitas manusia terhadap manusia dan
untuk manusia, atau yang berhubungan dengan kehidupan manusia dengan
segala problematikanya.
B.

Proses Hidup Manusia dan Filsafat Pendidikan
Manusia sebagai penghuni alam jagat ini ternyata banyak mengikut kepada

hukum yang berlaku di alam jagat ini. Namun sebagai makhluk, dia bukanlah
sebagai makhluk-makhluk lain. Ia diberi oleh Tuhan ciri-ciri khusus untuk
membolehkannya memegang jabatan sebagai wakil atau khalifah Allah di atas
bumi.
Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia,
bahwa mereka harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang dilaksanakan dan
ditunaikan dengan baik dan sempurna, sejak zaman kehidupan mereka yang
sederhana, dihutan rimba dan digoa batu, atau ditempat lainnya, sampai
kehidupan umat abad 21 ini. Di dalam kehidupan manusia yang sederhana,
mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam menghadapi
perjuangan hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dalam
memperebutkan

makanan

dan

tempat

tinggal.

Kita sebagai orang awam sudah puas dengan jawaban pancaindra, karena
sudah menyaksikan dengan mata sendiri, bahwa manusia itu ada. Tetapi, ahli
pikir seperti H.V.Loon tidak puas dengan hal demikian. Ia ingin hakikat, yakni
hakikat hidup. Sehingga timbul beberapa pertanyaan darinya yang mungkin
bagi orang lain sangat tidak perlu untuk dipertanyakan.
Yang nyata itu belum tentu benar. Berapa banyak orang yang dikelirukan
oleh pandangan mata dan pendengaran telinganya. Tanggapan panca indera
manusia terbatas, oleh karena itu, tidak dapat dijadikan pegangan yang kuat
dan meyakinkan. Karena kurang percaya pada alat panca indera itulah, maka
Descartes(1596-1650), Filosof beraliran Rasionalisme yang berkebangsaan
Prancis yang dalam usianya yang sudah lanjut mempertanyakan tentang ada
atau tidak ada dirinya. Dia bertanya, justru karena dia mengerti barang-barang

13

yang infra human, artinya di bawah taraf manusia, seperti hewan dan tumbuhtumbuhan, tidak dapat bertanya karena tidak mengerti. Manusia mengerti,
manusia menangkap dirinya. Dalam tangkapan itu, timbullah pertanyaan
tentang diri sendiri dan arti hidupnya.
Oleh karena itu, wajib bagi manusia menyadari dengan sungguh-sungguh
akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi. Proses pemikiran manusia
seperti ini dalam kehidupan manusia, juga mendasari perkembangan filsafat
pendidikan atau sebagai dasar filsafat pendidikan. Dalam perkembangan
sejarah umat manusia, maka tampillah manusia-manusia unggul yang
mengadakan perenungan, pemikiran, penganalisisan terhadap problem hidup
dan kehidupan, dan alam semesta.
Proses kehidupan umat manusia pada abad ke-XX telah mengalami
perubahan drastis. Pembangunan yang luar biasa dari ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mendorong kehidupan umat manusia, prosesnya lebih maju
100 tahun dari sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi, maka jarak
antarbenua terasa semakin dekat, baik melalui hubungan transportasi,
telekomonikasi, dan lain-lain. Peristiwa yang terjadi disuatu Negara telah
dapat diketahui pada saat itu juga, atau relative cepat diketahui oleh negara
lain. Dan masih banyak lagi dalam penggunaan teknologi canggih yang ada di
negara kita, yang semula dianggap mustahil dan ajaib sekarang sudah menjadi
barang biasa.

Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut
1.

Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya.

2.

Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat,

yaitu ada zat yang masuk dan keluar.
3.

Memberikan tanggapan terhadap rangsangan ari dalam dam luar.

14

4.

Memiliki potensi untuk berkembang.

5.

Tumbuh dan berkembang.

6.

Berinteraksi dengan lingkungannya.

7.

Bergerak.

Apabila dibandingkan dengan tubuh hewan tingkat tinggi lainnya, seperti
gajah, harimau, burung dan buaya, tubuh manusia lebih lemah. Gajah dapat
mengangkat balok yang berat, harimau dapat berjalan cepat, burung dapat
tebang, dan buaya dapat berenan cepat. Sekalipun demikian, rohani manusia,
yaitu akal budi dan kemauannya, manusia dapat menggembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan kedua alat tersebut, manusia dapat
menguasai dan mengungguli makhluk lain.
Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial, yaitu berpikir, dan
lahirnya filsafat pendidikan tentang manusia berasal dari pemikiran manusia
tantang jati dirinya yang unik dan misterius.
C.

Fungsi Pendidikan dalam Kehidupan Manusia

Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia, terlebih dalam
zaman modern sekarang ini yang dikenal dengan abad cybernetic, pendidikan
diakui sebagai satu kesatuan yang menentukan prestasi dan produktivitas di
bidang yang lain. Karena, menurut Theodore brameld bahwa pendidikan
sebagai kekuatan berarti mempunyai kewenangan yang cukup kuat bagi kita,
bagi rakyat banyak untuk menentukan suatu dunia bagaimana yang kita
inginkan dan bagaimana mencapai dunia semacam itu. Tidak ada satu fungsi
dan jabatan di dalam masyarakat tanpa melalui proses pendidikan.
Singkatnya, seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan baik di
dalam maupun di luar lembaga formal. Hubungan dan interaksi sosial yang
terjadi dalam proses pendidikan di masyarakat mempengaruhi perkembangan
kepribadian manusia. Untuk memperoleh hakikat diri yang makin bertambah
sebagai hasil pengalaman berturut-turut sepanjang kehidupan manusia.
15

Menurut Prof. Richey tersebut, istilah pendidikan berkenaan
dengan fungsi yang luas mengenai pemeliharaan dan perbaikan kehidupan
suatu masyarakat, terutama memperkenalkan kepada warga mengenai
tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi, pendidikan adalah suatu
proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah.
Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap
ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan
mengalami proses spesialisasi dam melembaga dalam pendidikan formal, yang
senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar
sekolah.
Menurut Prof. Lodge tersebut, perkataan pendidikan terkadang dipakai dalam
pengertian yang luas dan kadang dalam arti yang lebih sempit. Dalam
pengertian yang lebih luas, semua pengalaman dapat dikatakan sebagai
pendidikan. Sebagai contoh, seorang anak dapat mendidik orang tuanya
sebagaimana halnya seorang murid dapat pula mendidik gurunya.
Segala sesuatu yang kita katakan, pikiran, atau kerjakan dapat mendidik
kita. Demikian pula, apa yang dikatakan atau dilakukan sesuatu kepada kita,
baik dari benda-benda mati maupun benda-benda hidup. Dalam pengertian
yang lebih luas ini, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah proses
hidup dan kehidupan yang berjalan bersama, tidak terpisah satu sama lain
karena berlangsung di dalam dan oleh proses masyarakat, sehingga sekurangkurangnya tiap pribadi manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan. Jadi
pendidikan meliputi seluruh umat manusia, sepanjang sejarah adanya manusia
dan sepanjang hidup manusia.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit, diuraikan oleh lodge
bahwa pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu di dalam masyarakat yang
terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan latar belakang sosialnya
dengan pandangan hidupnya dari masyarakat ke generasi berikutnya, dan
demikian seterusnya. Selanjutnya, dalam praktiknya “pendidikan” identik

16

dengan sekolah yaitu pengajaran formal dalam kondisi dan situasi yang diatur,
yang hanya menyangkut pribadi yang secara suka rela mengikutinya.
D.

Tujuan Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memiliki tujuan di antaranya sebagai berikut :
1.

Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses

pelaksanaan pendidikan;
2.

Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan;

3.

Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan

tersebut;
4.

Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan;

Tujuan

filsafat

pendidikan

memberikan

inspirasi

bagaimana

mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi
kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai
tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan
tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan
tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan
praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik.
Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi
atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah
konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

17

BAB V
TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN
A. Tujuan Hidup
Mengetahui tujuan hidup tidak akan terlepas dari siapa yang memberikan
kehidupan sebagai asal kehidupan itu sendiri, dan mengetahui asal dari kehidupan
tidak bisa terlepas dari pengenalan terhadap diri sendiri, sebagai mana dijelaskan
oleh Imam Ali a.s. dalam Nahjul Balaghah bahwa, “Awwaluddiin
ma’rifatuhuu…” artinya “Awal agama adalah mengenal Allah”. Yang telah
memberikan kehidupan.
Dalam kesempatan yang lain Imam Ali a.s. menyatakan, “Siapa yang
mengenal dirinya pasti mengenal Tuhannya”. karan diri adalah ego yang sering
membuat manusia itu egois dengan dirinya, lupa akan siapa dirinya yang tercipta
dari segumpal darah menjadi segumpal daging serta tanah tak tak bernilai, jika
manusia sadar mengapa dia tercipta dari tanah yang rendah dan slalu diinjak injak
pasti dia akan menyadari bahwa hidupnya hanyalah seorang budak yang setiap
saat tunduk serta merendahkan diri dan siap untuk menerima injakan dan cobaan
dari Penciptanya. Dalam hal ini Self-managing sangat berperan untuk lebih
mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai, selanjutnya adalah mengelola
diri kita untuk mencapai tujuan tersebut.
Manusia itu Ada dari tiada menjadi ada dan akan tiada untuk ada, manusia
lahir dalam keadaan lemah kemudian tumbuh besar menjadi kuat, sakit dikit
menjadi lemah sembuh merasa kuat tua menjadi lemah, manusia itu dari lahir
bodoh kemudian belajar menjadi pintar semakin blajar semakin merasa bodoh dan
ahirnya akan menjadi pintar, tua renta akan semakin pelupa dst. Daur kehidupan
haruslah difikirkan dan direnungkan agar lebih mengetahui tujuan dari hidup ini.
Daur kehidupan ini akan terjawab setelah kita merenungi dan memahami ” Dari
mana dan akan ke mana?” yang menuntut kita untuk mencari jawabannya. Di
dalam Alquran ditegaskan bahwa, “… Sesungguhnya kita semua kepunyaan Allah
dan akan kembali kepada-Nya” menunjukan bahwa tujuan kita hidup semata mata
untuk kembali kepadaNya Sang Maha Pencipta, kata kasarnya, tujuan hidup kita
adalah Mati, Namun kita tidak bisa melupakan atau mengenyampingkan Apa
Tugas yang dibebani oleh Allah S.W.T dalam mengisi hidup di dunia untuk
dipertanggungjawabkan setelah mencapai tujuan hidup nanti.
18

Manusia tidak tahu kapan akan mencapai tujuan hidupnya yaitu mati,
karena itu siapkanlah diri untuk menghadapi kematian dengan sebaik-baiknya.
Dengan kata lain, “Belajarlah mati sebelum mati” (Mutuu qabla an tamuutuu),
yaitu belajar dan berusaha agar kita selalu siap, agar sewaktu-waktu bila telah
sampai pada tujuan, kembalilah dengan selamat dan bahagia. yaitu matinya orang
orang yang bertakwa, yang hatinya selalu berzikir dan ingat kepada Allah dalam
keadaan apa pun, dalam Al qur’an dijelaskan ” Wajah-wajah mereka (orang-orang
beriman) pada hari itu berseri-seri. Mereka melihat kepada Tuhannya.

B. Tujuan Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller,
1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak
dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan
dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu
mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh
buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa
berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu
dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi
mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai
tujuan hidup bersama.
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik
(guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses
belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan
menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana
dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

19

Kalau kita berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak akan terlepas dari masalah
apa sih sebenarnya tujuan pendidikan itu. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika
sudah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakantindakan yang jelas pula. Di Indonesia sendiri, dari masalah pendidikan ini
akhirnya muncul polemik-polemik yang harus segera dipecahkan. Kalau boleh
bicara jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini masih dapat dikatakan belum
berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di setiap
tahunnya.

BAB VI
FUNGSI PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGI
A. Fungsi Pendidikan dalam Hidup dan kehidupan Manusia
Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia terlebih-lebih
dalam jaman modern sekarang ini yang dikenal dengan abad cybemetica,bahwa
pendidikan diakui sebagi satu kekuatan (education as power) yang menentukan
prestasi dan produktivitas di bidang yang lain,karena menurut Theodore Brameld
bahwa: Education as power means compement and strong enough to enable us,
themajority of people,to decide what kind of a word we want and how to acheve
that kind world atau dengan kata lain pendidikan sebagai kekuatan berati
mempunyai wewenang dan cukup kuat bagi kita,bagi rakyat banyak (khalayak)
untuk menentukan satu dunia yang macam apa yang kita

inginkan dan

bagaimana mencapai dunia semacam itu.dan tidak ada satu fungsi dan jabatan di
dalam masyarakat tanpa melalui proses pendidikan baik didalam maupun di luar
lembaga formal .Hubungan dan interaksi sosial yang terjadi dalam proses
pendidikan

di

masyrakat

mempengaruhi

perkembangan

kepribadianmanusia.untuk memperoleh hakekat diri yang makin bertambah
sebagai hasil pengalaman berturut-turut sepanjang kehidupan masyarakat.

20

Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat
tetap ada dan berkembang.

Didalam masyarakat yang kompleks,fungsi

pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan
formal yang senantiasa tetap behubungan dengan proses pendidikan informal di
luar sekolah.
Menurut Prof.Lodge tersebut bahwa perkataan pendidikan di pakai
kadang-kadang dalam pengertian yang lebih luas dan dalm arti sempit .Dalam
pengertian yang lebih luas: semua pengalaman

dapat dikatakan sebagai

pendidikan,sebagai

mendidik

contoh:seorang

anak

dapat

orang

tuanya

sebagaimana halnya seorang murid dapat pula seorang murid dapat pula
mendidik gurunya,bahkan seekor anjing pun dapat pula mendidik tuannya. segala
sesuatu yang kita katakan ,pikiran atau kerjaan,dapat mendidim kita,demikian
pula apa yang dikatakan atau dilakukukan sesuatu kepada kita,baik dari bendabenda mati maupun benda-benda hidup.Dalam pengertian yang lebih luas
ini,bahwa hidup adalah pendidikan ,dan pendidikan adalah proses hidup dan
kehidupan,yang berjalan sama,tidak terpisah satu sama lainnya.
sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit,di uraikan selanjutnya
olehLodge bahwa pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu di dalam masyarakat
yang terdiri atas penyerahan

adat istiadat(tradisi) dengan latar belakang

sosialnya,dan demikianlah seterusnya.
B. Peranan Lembaga Pendidikan
Sebenarnya adanya aktivitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan
jawaban manusia juga atas problema dari perkembangan manusia itu sendiri.
pendidikan yang akan membentuk dan membina bentuk-bentuk tertentu dengan
tingkah laku tertentu dalam keadaan tertentu pula .Maka lembaga-lembaga
pendidikan menghendaki perlakuan tertentu pula.jika pendidikan itu di katakan
sebagai suatu propesi, maka anggota pengelola pendidikan yang menekuninya
adalah karena dorongan tertentu pula demikian pula dalam propesi-propesi
lainnya.

21

sekolah adalam lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga,yang
berfungsi

juga

membantu

keluarga

untuk

medidik anak-anak.anak-

anak mendapatkan pendidikan di lembaga ini,apa yang tidak di dapat di dalam
keluarga atau karena kedua orang tuanya tidak mempunyai kesempatan untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya.Dan salah satu
tugas pendidik utuk anak-anak ,oleh orang tua diserahkan kepada guru sebagai
pendidik propesional untuk memberikan ilmu pengetahuan,keterampilan, jiwa
beragama kepada anak dan sebagainya.
Bagi sekolah-sekolah negri yang di kelola oleh pemerintah ,maka
masyarakat memperoleh banyak kemudahan dan keuntungan .adanya kewajiban
belajar di tingkat bawah bagi tiap-tiap warga negara adalah

merupakan

perwujudan urgensi pendidikan bagi manusia buat keluarga,masyarakat dan
negara .artinya negara sebagai lembaga hidup bersama lebih menyadari urgensi
pendidikan bagi kepentingan warga negara ,berdasarkan nilai-nilai dan tujuan
pendidikan yang berlaku di negara itu.Demikepentingan warga negara untuk
membina kesejahteraan hidup brsama di dalam negara,maka pendidikan menjadi
tanggung jawab dan kewajiban negara
C. pendidikan adalah suatu keharusan bagi manusia sebagai makhluk
biologis.
Bahwa didik dan mendidik adalah hal yang unik bagi makhluk manusia
yang tidak dapat di sangkal lagi.namun juga kita seringmendengar bahwa istilah
mendidik itu juga di pergunakan dalam dunia kehewanaan,seperti yang di
kemukakaan

olehProf.Lodge dalam

bukunya

“Philosophy

of

Education”

mengtakan :the dog educates his master)( seekor anjing dapat mendidik
tuannya).ungkapan profesor Lodge tersebut rupannya dapat pula kita amati pada
seekor kucing. seekor kucing yang beranak,pada waktu anak-anaknya masih
lemah,disusuinya anaknya itu dan di bersihkannya badan anaknya dengan air
ludahnya.sementra anaknya menjadi besar,di ltihnya ananknya itu dengan

22

berbagai macam gerakan ,menerkam dan lari seperti kepandaian yang di milki
induknya.
Dari contoh

tadi rupanya yangmelantar belakangi pendapat Lodge

tersebut,bahwa bintang juga mendidik anak-anaknya .Binatang juga memelihara
melindungi dan mengajarkan anak-anaknya,sehingga anak-anaknya itu dapat
berdiri sendiri lepas dari induknya.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa pendidikan itu bersaha untuk
mengembangkan ptensi-potensi yang utuh yang merupakan aspek-aspek
kepribadian termasuk didalamnya aspek individulualitas,moralitas,seimbanmg
dengan kebutuhan jasmani dan rohani dan atara duniawi dan kubrowi.dan sebagai
mana pada umumnya manusia selalu ingin terpenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Tetapi karena kehidupan ini selalu berubah atau bersifat nisbi sesuai dengan
perkembangan social budaya sebagai diri manusia modern yang tak pernah
berhenti menakhlukan kondisi lingkungan yang baru,maka kemampuan dan
kebtuhan biologis fisikis social dan bersifat paedagogis semakin Nampak
bertambah.

BAB VII
DEMOKRASI PENDIDIKAN
A. Pengertian Demokrasi Pendidikan
Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di
sekolah sesuai dengan kemampuannya. Pengertian demokratik di sini
mencakup arti baik secara horizontal maupun vertikal. Maksud demokrasi
secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya,
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah.
Hal ini tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu : “Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran”. Sementara itu, demokrasi secara
23

vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk
mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya sesuai dengan
kemampuannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam
pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha
pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan
sosial, dan sebagainya). Di kalangan Taman Siswa dianut sikap tutwuri
handayani, suatu sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh
dan berkembang menurut kodratnya.
Dengan

demikian,

tampaknya

demokrasi

pendidikan

merupakan

pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara
pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengelola pendidikan. Sedangkan
demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal yaitu :
1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia
Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk
menjamin persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis
kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa. Dalam pendidikan,
nilai-nilai inilah yang ditanamkan dengan memandang perbedaan
antara satu dengan yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta
didik atau hubungan dengan gurunya yang saling menghargai dan
menghormati.
2. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat
Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik,
karena dengan pendidikan itu manusia akan berubah dan berkembang
ke arah yang lebih sehat, baik dan sempurna. Oleh karena itu, sekolah
sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat mengembangkan

24

kemampuan anak didik untuk berpikir dan memecahkan persoalanpersoalannya sendiri secara teratur, sistematis dan komprehensif serta
kritis sehingga anak didik memiliki wawasan, kemampuan dan
kesempatan yang luas.
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh
kepentingan individu-individu lain. Dengan kata lain, seseorang
menjadi bebas karena orang lain menghormati kepentingannya. Oleh
sebab itu, tidak ada seseorang yang karena kebebasannya berbuat
sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain atau
kebebasannya

sendiri.

Kesejahteraan dan kebahagiaan hanya tercapai bila setiap warga
negara atau anggota masyarakat dapat mengembangkan tenaga atau
pikirannya

untuk

memanjukan

kepentingan

bersama

karena

kebersamaan dan kerjasama inilah pilar penyangga demokrasi.
Berkenaan dengan itulah maka bagi setiap warga negara diperlukan
hal-hal sebagai berikut :
a. pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah kewarganegaraan
(civic), ketatanegaraan, kemasyarakatan, soal-soal pemerintahan yang
penting;
b. suatu keinsyafan dan kesanggupan semangat menjalankan tugasnya
dengan mendahulukan kepentingan negara atau masyarakat daripada
kepentingan

sendiri;

c. suatu keinsyafan dan kesanggupan memberantas kecurangankecurangan dan perbuatan-perbuatan yang menghalangi kemajuan dan
kemakmuran masyarakat dan pemerintah.
B. Prinsip-Prinsip Demokrasi Dalam Pendidikan
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah
antara lain :

25

1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka
Dari prinsip-prinsip di atas dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi
pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat dan jenis
masyarakat

dimana

mereka

berada,

karena

dalam

realitasnya

bahwa

pengembangan demokrasi pendidikan itu akan banyak dipengaruhi oleh latar
belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat. Misalnya masyarakat agraris
akan berbeda dengan masyarakat metropolitan dan modern, dan sebagainya.
Apabila yang dikemukakan tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi
pendidikan yang telah diungkapkan, tampaknya ada beberapa butir penting yang
harus diketahui dan diperhatikan,diantaranya :
1. Keadilan dalam pemerataan kesempata belajar bagi semua warga negara
dengan cara danya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik yang
ada;
2. Dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik;
3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional.
Sedangkan pengembangan demokrasi pendidikan yang berorientasi pada
cita-cita dan nilai demokrasi, akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut
ini :
1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilainilai luhurnya
2. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang
bermartabat dan berbudi pekerti luhur
3. Mengusahakan suatu pemenuhan hak setiap warga negara untuk
memperoleh pendidikan dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan

26

kemampuan pribadinya, dalam rangka engembangkan kreasinya ke arah
perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain.

C. Demokrasi Pendidikan di Indonesia
Demokrasi pendidikan merupakan proses buat memberikan jaminan dan
kepastian adanya persamaan kesempatan buat mendapatkan pendidikan di dalam
masyarakat tertentu.
Pelaksanaan demokrasi pendidikan di Indonesia pada dasarnya telah
dikembangkan sedemikian rupa dengan menganut dan mengembangkan asas
demokrasi

dalam

pendidikannya,

terutama

setelah

diproklamirkannya

kemerdekaan, hingga sekarang. Pelaksanaan tersebut telah diatur dalam
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti berikut ini:
1. Pasal 31 UUD 1945;
a. Ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
b. Ayat (2): pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Dengan demikian di negara Indonesia, semua warga negara diberikan
kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan, yang penyelenggaraan
pendidikannya diatur oleh satu undang-undang sistem pendidikan nasional, dalam
hal ini tentu saja UU nomor 2 tahun 1989.
2. UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Menurut UU ini, cukup banyak dibicarakan tentang demokrasi pendidikan,
terutama yang
erkaitan dengan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan,
misalnya:
a. Pasal 5;

27

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan.
b. Pasal 6;
Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengikuti

pendidikan

agar

memperoleh

pengetahuan,

kemampuan

dan

keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
c. Pasal 7;
Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan
pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama,
suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
d. Pasal 8;
1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak
memperoleh pendidikan luar biasa.
2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
berhak memperoleh perhatian khusus.
3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan
(2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
3. Garis-garis Besar Haluan Negara di Sektor Pendidikan.
D. Prinsip-prinsip demokrasi dalam pandangan islam
Pada dasarnya, dasar-dasar demokrasi pendidikan menurut Islam
memberikan kebebasan kepada individu (anak didik) untuk mengembangkan
nilai-nilai fitrah yang ada pada dirinya untuk menyelaraskan dengan
perkembangan zaman.

28

Sebagai

acuan

pemahaman

demokrasi

pendidikan

dalam

Islam,

nampaknya tercermin pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Menuntut ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan
perempuan.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut mencerminkan bahwa di dalam Islam terdapat demokrasi
pendidikan, dimana Islam tidak membedakan antara muslim laki-laki dan
perempuan dalam hal kewajiban dan hak menuntut ilmu.
2. Adanya keharusan bertanya kepada ahli ilmu.
3. Didalam al Qur’an surat An Nahl ayat (43) Allah SWT berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus kepada mereka, kecuali orang laki-laki
yang kami berikan wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kamu
nkepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan”. (Qs. An Nahl:
43).
4. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa apabila pendidik dan anak didik
dalam proses belajar dan dalam pemahaman ilmu-ilmu tersebut
terdapat hal-hal yang kurang dipahami, maka perlu bertanya kepada
yang ahli dalam bidang tersebut.

BAB VIII
ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum, maka salam
membahas filsafat pendidikan akamn berangkat dari filsafat. Dalam arti, filsafat
pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan
menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia
tenta