Analisis perilaku konsumen pada presfekt

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang Masalah
Islam adalah agama sempurna yang memuat berbagai persoalan
kehidupan manusia baik diungkapkan secara global maupun secara rinci. Di
dalam ajaran Islam terdapat pengeluaran perilaku manusia. Baik katainnya
dengan Tuhan-Nya maupun kaitannya dengan sesama manusia salah satu
bentuk dari hubungan antara sesama manusia adalah kegiatan ekonomi, dalam
bagian yang komprehensif Islam telah menerangkan tentang aturan–aturan
perekonomian baik di dalam produksi, distribusi, dan konsumsi.
Islam adalah agama yang mengatur segenap perilaku manusia. Sebagai
khalifah bagi dirinya sendiri manusia mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pemenuhan kebutuhan untuk mengarungi kehidupan didunia. Demikian
pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat
melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi
kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi
terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah. Perilaku konsumsi yang sesuai
dengan ketentuan Al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan membawa pelakunya
mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.
Batasan konsumsi dalam Syari’ah, dalam Islam konsumsi tidak dapat
dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur

penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung
mempengaruhi kepribadian manusia, yang dalam bentuk perilaku, gaya hidup,
selera, sikap – sikap terhadap sesama manusia, sumberdaya, dan ekologi.
Keimanan sangat mempengaruhi sifat kuantitas, dan kulitas konsumsi baik
dalam bentuk kepuasan materil maupun spiritual. Namun dari itu semua,
seorang muslim yang baik haruslah mengerti tentang teori-teori konsumsi
menurut Islam demi kebahagiaan didunia dan diakhirat. Dalam konteks inilah
kita dapat berbicara tentang bentuk – bentuk halal dan haram, pelarangan
terhadap israf, pelarangan terhadap bermewah – mewahan dan bermegah –
megahan, konsumsi sosial, dan aspek – aspek normatif lainnya. Kita melihat
batasan konsumsi dalam Islam sebagaimana diurai dalam Alqur’an surah AlBaqarah [2]: 168 -169 :

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah – langkah setan;
karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Sesungguhnya setan
hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui.
Sedangkan untuk batasan terhadap minuman merujuk pada firman
Allah dalam al qur’an surah Al-Maidah[5] : 90 :
“Hai orang – orang yang beriman, sesungguhnya (minuman khamer,

berjudi,(berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan – perbuatan itu agar
kamu beruntung.
Konsumsi umumnya didefinisikan sebagai pemakaian barang-barang
hasil industri (pakaian, makanan dan sebagainya), atau barang-barang yang
langsung memenuhi keperluan kita. Barang-barang seperti ini disebut sebagai
barang konsumsi.

Kata yang berhubungan dengan konsusmsi dalam Al-

Qur’an dan Hadits, adalah makanan (al-ukul), yang mencakup juga di
dalamnya minuman (asy-syarab). Serta hal-hal lainnya seperti pakaian (alkiswan) dan perhiasan, seperti tercantum di dalam surat Al- A’raaf ayat 31-32:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makanlah dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba_Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?’ Katakanlah: ‘Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu

bagi orang-orang yang mengetahui.”
Konsumsi bukan hanya sekedar makan atau minum, tetapi merupakan
setiap penggunaan atau pemakaian barang-barang dan jasa-jasa yang secara
langsung dapat memuaskan kebutuhan seseorang. Objeknya segala macam
barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memenuhi atau memuaskan
kebutuhan manusia. Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam
perekonomian, karena tiada kehidupan tanpa konsumsi. Pengabaian terhadap
konsumsi berarti mengabaikan kehidupan sekaligus tugas dalam kehidupan.
Manusia diperintahkan untuk mengkonsumsi pada tingkat yang layak bagi
dirinya, keluarganya dan orang paling dekat di sekitarnya.
Ekonomi Islam bukan hanya berbicara tentang pemuasan materi yang
bersifat fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang pemuasan materi yang

bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan dengan posisi manusia sebagai
hamba Allah Swt.
Dapat kita simpulkan prinsip dasar perilaku konsumen Islami diantaranya:
1. Prinsip syariah, yaitu menyangkut dasar syariat yang harus terpenuhi
dalam melakukan konsumsi di mana terdiri dari: Prinsip akidah, yaitu
hakikat konsumsi adalah sebagai sarana untuk ketaatan untuk
beribadah sebagai perwujudan keyakinan manusia sebagai makhluk

dan khalifah yang nantinya diminta pertanggungjawaban oleh
Pencipta. (QS. Al-An’am : 165). Prinsip ilmu, yaitu seseorang ketika
akan mengkonsumsi harus mengetahui ilmu tentang barang yang akan
dikonsumsi dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya apakah
merupakan sesuatu yang halal atau haram baik ditinjau dari zat, proses,
maupun tujuannya. Prinsip amaliah, sebagai konsekuensi akidah dan
ilmu yang telah diketahui tentang konsumsi Islami tersebut, seseorang
dituntut untuk menjalankan apa yang sudah diketahui, maka dia akan
mengkonsumsi hanya yang halal serta menjauhi yang haram dan
syubhat.
2. Prinsip kuantitas, yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang telah
dijelaskan dalam syariat Islam, di antaranya: Sederhana, yaitu
mengkonsumsi secara proporsional tanpa menghamburkan harta,
bermewah-mewah, mubazir, namun tidak juga pelit (QS. Al-Isra: 2729, Al-A’raf:31). Sesuai antara pemasukan dan pengeluaran, artinya
dalam mengkonsumsi harus disesuaikan dengan kemampuan yang
dimilikinya, bukan besar pasak daripada tiang. Menabung dan
investasi, artinya tidak semua kekayaan digunakan untuk konsumsi
tapi juga disimpan untuk kepentingan pengembangan kekayaan itu
sendiri.
3. Prinsip prioritas, di mana memperhatikan urutan kepentingan yang

harus diprioritaskan agar tidak terjadi kemudharatan, yaitu: Primer,
adalah konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar manusia dapat hidup
dan menegakkan kemaslahatan dirinya dunia dan agamanya serta
orang terdekatnya, seperti makanan pokok. Sekunder, yaitu konsumsi
untuk menambah/meningkatkan tingkat kualitas hidup yang lebih baik,

jika tidak terpenuhi maka manusia akan mengalami kesusahan. Tersier,
yaitu konsumsi pelengkap manusia.
4. Prinsip sosial, yaitu memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya
sehingga tercipta keharmonisan hidup dalam masyarakat, di antaranya:
Kepentingan umat, yaitu saling menanggung dan menolong sehingga
Islam

mewajibkan zakat bagi yang mampu juga menganjurkan

sadaqah, infaq dan wakaf. Keteladanan, yaitu memberikan contoh yang
baik dalam berkonsumsi baik dalm keluarga atau masyarakat . Tidak
membahayakan orang yaitu dalam mengkonsumsi justru tidak
merugikan dan memberikan madharat ke orang lain seperti merokok.
5. Kaidah lingkungan, yaitu dalam mengkonsumsi harus sesuai dengan

kondisi potensi daya dukung sumber daya atam dan kebertanjutannya
atau tidak merusak lingkungan.
Dasar hukum perilaku konsumen, Hasan sirry menyatakan bahwa
sumber hukum konsumsi yang tercactum dalam Al-Qur’an adalah,
“Makanlah dan minumlah,namun janganlah berlebih – lebihan,
Sesungguhnya Allah itu tidak menyukai orang – orang berlebih – lebihan.
Sumber yang berasal dari Hadits Rasul adalah,
“Abu Said Al – Chodry r.a. berkata: ketika kami dalam bepergian
bersama Nabi saw. Mendadak datang seseorang berkendara, sambil menoleh
kekanan kekiri seolah – olah mengharapkan bantuan makanan, maka
bersabda Nabi: “siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus
dibantukan pada yang tidak mempunyai kendaraan. Dan siapa yang
mempunyai kelebihan bekal harus dibantu kepada yang tidak berbekal.”
Kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan hingga kita
merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhan
hajatnya.
Dalam bidang konsumsi, Islam tidak menganjurkan pemenuhan
keinginan yang tak terbatas. Secara hirarkisnya, kebutuhan manusia dapat
meliputi ; keperluan, kesenangan dan kemewahan. Dalam pemenuhan
kebutuhan manusia, Islam menyarankan agar manusia dapat bertindak

ditengah–tengah (moderity) dan sederhana (simpelicity). Pembelanjaan yang
dianjurkan dalam Islam adalah yang digunakan untuk memenuhi “kebutuhan”
dan melakukan dengan cara rasional. isharf dilarang dalam Al– Qur’an.

Tabzir berarti membelanjakan uang untuk sesuatu yang dilarang menurut
hukum Islam. Perilaku ini sangat dilarang oleh Allah swt.
Fenomena tersebut di atas banyak ditemukan ditengah-tengah
kehidupan masyarakat sekarang ini, diantaranya yaitu banyak masyarakat
tidak pandai mengatur pendapatan yang diperoleh. Sebagian besar dari
pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi barang-barang mewah
yang berada diluar kebutuhan serta tidak adanya perhatian terhadap etika
konsumsi.
Menurut pendapat Yusuf Qaradawi dalam teori konsumsi Islami
dibutuhkan pengarahan mendasar bagi para konsumen tentang penggunaan
hasil produk, dalam aktifitas tersebut diperlukan adanya penjelasan
bagaimana, mengapa dan kapan para konsumen membutuhkan dan

bisa

manfaatkan hasil produksi, karena dalam ekonomi Islam kegiatan ekonomi

selalu bersamaan dengan semangat spiritualitas yang merupakan acuan pokok
dalam melakukan aktifitas ekonomi termasuk didalamnya cara dan pola
konsumsi

yang

Islami.

Diantara

moral

dalam

berkonsumsi

adalah

membelanjakan harta pada hal-hal atau barang yang baik secara hemat dan
kewajiban muslim untuk berinfak baik dijalan Allah atau untuk diri dan

keluarganya. Sedangkan menurut Yusuf Qardawi ada beberapa norma dasar
dalam

perilaku

konsumsi

seorang

muslim

yang

beriman

dalam

membelanjakan harta hendaknya untuk kebaikan, yaitu menjauhi sifat kikir,
tidak melakukan kemubadziran, dan selalu bersikap sederhana.
Kecendrungan dalam perilaku konsumsi yang tidak baik dapat

ditemukan dalam bentuk sikap boros, royal, dan suka menghambur-hanburkan
uang yang cendrung dilakukan oleh sebagian besar wanita khususnya di kotakota besar saat ini, banyak dari mereka yang menganggap bahwa uang yang
mereka miliki memang sudah menjadi hak mereka yang digunakan semaunya
saja.
Perilaku seperti ini merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam, karena Al-Qur’an melarang kita membelanjakan harta serta
menikmati kehidupan ini dengan boros. Sikap boros yang mereka lakukan
antara lain dalam hal pembelanjaan harta untuk kebutuhan hidup seperti
makan, pakaian dan tempat tinggal. Perilaku tersebut muncul karena kondisi
yang memungkinkan dan juga didorong banyak faktor pendapatan,

lingkungan, faktor psikologis, faktor budaya dan lain-lainnya. Yang
menyebabkan mereka berperilaku konsumtif. Sehingga tidak mengherankan
jika seseorang ditanya mengenai tujuan mereka berkonsumsi maka akan kita
temukan jawaban yang bervariasi/ beragam antara satu individu dengan yang
lain.
Hal tersebut memberikan kesempatan kepada penyusun untuk meneliti
bagaimana perilaku konsumsi Muslim khususnya masyarakat yang ada dikota
Banjarmasin yang merupakan bagian dari masyarakat yang tinggal dikota
besar, meliputi kebiasaan masyarakat yang menjadi ibu rumah tangga ataupun

secara

pribadi

kehidupannya

tersebut
sehari-hari,

saat

mengkonsumsi

apakah

sudah

barang-barang

memenuhi

secara

dalam
wajib,

sunnah,mubah atau kah haram. Dan keseimbangan antara pendapatan mereka
untuk mengkonsumsi yang mereka butuhkan apakah sudah sesua dengan
hukum Islam.
Hal ini mengingat dikota Banjarmasin moyoritas beragama Islam jadi
secara tidak langsung dalam masalah konsumsi sangat berpengaruh termasuk
di dalam ajaran Islam untuk hidup sederhana, tidak boros dan mengkonsumsi
yang halal. yakni diantaranya: yang Wajib diperlukan seperti bahan pokok dan
kebutuhan sehari-hari, yang Sunnah seperti Zakat, infaq,dan shadaqah Mubah
seperti berlebihan yang tidak dibutuhkan dibeli seperti orang yang mempunyai
mobil lebih dari satu dan hanya untuk koleksi saja, dan yang Haram seperti
orang yang mengkonsumsi yang dapat merusak dirinya seperti konsumsi
minum-minuman, berjudi dan lain hal. Sedangkan berkah yang diharapkan
didapat dari aktivitas konsumsi tersebut yaitu: Kehalalan barang dan jasa yang
dikonsumsi,

‘Idak

Israf

artinya

memberikan

kegunaan

bagi

yang

mengkonsumsinya maupun bagi yang lainnya dan mendapat Ridho Allah.
Oleh karena itu perilaku konsumsi seseorang dalam kehidupan seharihari yang sesuai dengan ajaran Islam sangat lah di butuhkan oleh setiap umat
Muslim.
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan pada
prinsip keadilan distribusi. Jika tuan A mengalokasikan pendapatannya
setahun hanya untuk kebutuhan materi, dia tidak berlaku adil karena ada pos
yang belum dibelanjakan, yaitu konsumsi sosial. Jika demikian, sesungguhnya
dia hanya bertindak untuk jalannya diakhirat nanti.

Secara sederhana Metwally (1995: 26-23) telah memberikan kontribusi
yang sangat berarti dalam perumusan keseimbangan konsumsi Islami.
Dimana :
S : Sedekah
H : Harga barang dan jasa
BR : Barang
JS : Jasa
Z : Zakat (25%)
P : Jumlah pendapatan
1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku konsumen dalam prespektif hukum Islam
dikota Banajarmasin??
2. Untuk mengetahui konsumen terhadap pendapatan yang digunakan
untuk konsumsi menurut hukum Islam,di kota Banjarmasin??
3. Bagaimana keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran
konsumen

menurut

hukum

Islam

pada

masyarakat

kota

Banjarmasin?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisi perilaku konsumen dalam prespektif hukum
Islam yang ada dikota Banjarmasin.
2. Untuk mendeskripsikan
keseimbangan pendapatan dan
pengeluaran konsumen menurut hukum Islam dikota Banjarmasin.
3. Untuk mengetahui adanya hubungan pengeluaran dan pendapatan
konsumen menurut hukum Islam dikota Banjarmasin.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
kegiatan ekonomi agar sesuai dengan prisip-prisip konsumsi ajaran
Islam.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah
dalam wacana sosial ekonomi ke Islaman, khususnya yang
berkaitan dengan perilaku konsumsi yang sesuai dengan Syari’ah.
1.5 Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriftif
kuantitatif, yaitu mengambarkan dan menjelaskan variabel
independen yaitu perilaku konsumsi masyarakat di kota

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Banjarmasin dalam kesehariannya dengan Variabel depeden
pengetahuan ajaran Islam.
Sumber data
a. Data Primer, yaitu data yang di ambil dari subjek pertama
langsung dari subyek yang diteliti.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung yaitu
dari leteratur-literatur dan dari obyek penelitian yang
berhubungan dengan penelitian.
Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciricirinya akan diduga. Karena yang akan diteliti disini adalah
populasi kecil atau jumlah responden kurang dari 100 orang maka
populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat muslim yang ada
kota Banjarmasin yang berjumlah 70 orang yang akan diberi
kreteria dari usia, pekerjaan, pendidikan dan jenis kelamin.
Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian
bertempat
di
Banjarmasin,
yang
mereprensentasikan masyarakat Indonesia mayoritas beragama
Islam.
Subyek Penelitian
Masyarakat di Banjarmasin yang akan di teliti dalam perilaku
konsumen menurut hukum Islam, pendapatan yang digunakan
untuk konsumsi menurut hukum Islam dan keseimbangan antara
pendapatan dan pengeluran.
Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah perilaku konsumen, pendapatan yang
akan digunakan, dan keseimbangan antara pendapatan dan
pengeluaran.
Metode sampling
Teknik pengumpulan data sampel tidak acak (non random
sampling)
dengan penentuan sampel purposiv (purposive
sampling) yaitu anggota sampel ditentukan berdasarkan pada ciri
tertentu yang di anggap mempunyai hubungan erat dengan ciri
populasi.
Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner,
yaitu sejumlah pertanyaan secara tertulis yang akan dijawab oleh
responden penelitian,agar penelitian memperoleh data lapangan
untuk memecahkan masalah penelitian. Kuesioner ini diberikan
dengan maksud agar responden bersedia memberikan respon sesuai
dengan permintaan dan ke inginan peneliti.
Metode analisa data
Data yang dikumpulkan dari peneliti akan di analisis dengan
menggunakan :

a. Analisi Deskriptif
Deskriptif survei yaitu analisis yang di dasarkan pada hasil
yang diberikan responden melalui survei yang dilakukan
dengan analisis deskriptif prosentase. Analisis ini bertujuan
untuk mengambarkan dan memberikan pemahaman tentang
bagaimana perilaku konsumsi yang dilakukan oleh
masyarakat yang ada dikota Banjarmasin
b. Analisis Kuantitatif
Yaitu suatu analisis yang bersifat objektif dengan
berdasarkan pada data berupa angka-angka, agar data yang
diperoleh berwujud data kuantitatif, maka setiap alternatif
jawaban diberi skor. Penentuan skor disini menggunakan
Skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapar dan persepsi seseorang atau kelompok
orang tentang penomena sosial.
Tabel 1.1
Kode Alternatif dan skor Angket untuk variabel
No
Alternatif jawaban
skor
1
Sangat sejutu
4
2
Setuju
3
3
Kurang setuju
2
4
Tidak setuju
1
Analisis Kuantitatif juga merupakan pengujian hipotesis
untuk mencari hubungan antar Variabel perilaku konsumsi
menurut hukum Islam dengan Variabel Pendapatan
konsumen dalam hukum Islam.
c. Uji Coba Instrumen
Adapun dua syarat yang penting berlaku pada kuesioner
atau angket, yaitu keharusan sebuah angket untuk valid dan
riabel. Uji Validitas adalah ukuran untuk menunjukkan
tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen
dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
dipergunakan pengukuran untuk mengukur apa yang
hendak di ukur. Validitas yang digunakan dalam menyusun
instrumen ini disusun berdasarkan pertimbangan rasional
yang didukung oleh konsep-konsep teori yang telah disusun
sebelumnya.
Denga kendala tersebut, maka setiap orang akan
selalu berusaha untuk memaksimalkan maslahah dari
kegiatan konsumsinya. Dengan kendala tersebut, maka
fungsi konsumsi Islami adalah fungsi maslahah yang secara
umum (Ikhwan A. Basri. 2009) adalah sebagai berikut:

Fungsi konsumsi = fungsi maslahah:
M = m + (Mf, B)Yd
M = m + Mf Yd + B Yd
M = maslahah dalam berkonsumsi
m = konsumsi rata-rata = kebutuhan dasar
Mf = manfaat
B = berkah atau amal saleh
Yd = pendapatan halal personal (pendapatan halal yang
siap dibelanjakan)
Secara sederhana Metwally (1995: 26-23) telah
memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam
perumusan keseimbangan konsumsi Islami.
Dimana :
S : Sedekah
H : Harga barang dan jasa
BR : Barang
JS : Jasa
Z : Zakat (25%)
P : Jumlah pendapatan

DAFTAR PUSTAKA

Rofi’ah, perilaku konsumsi siswa-siswi di madrasah aliyah nurul ummah kota
yogyakarta dalam presfektif hukum Islam.
Yusuf al-Qardawi, norma dan etika ekonomi Islam, cet ke-1(Jakarta Gema
Insani Press,1997), hlm 31.
file:///D:/TESIS%20SAYA/BAHAN%20TESIS/Dunia_ku%20%20TEORI
%20KONSUMSI%20DALAM%20EKONOMI%20ISLAM.htm
file:///D:/TESIS%20SAYA/BAHAN%20TESIS/Ekonomi%20Dunia%20Islam
%20%20Konsumsi%20Dalam%20Ekonomi%20Islam.htm

wordpress.com/2013/11/16/teori-konsumsi-Islam/
http://painoalganteng.blogspot.com/2011/05/teori-konsumsi-Islami-makalahdisusun.html
http://www.academia.edu/4083530/
PERILAKU_KONSUMEN_DALAM_PERSPEKTIF_EKONOMI_ISL
AM
file:///D:/TESIS%20SAYA/TUKAR%20%20ANALISIS%20KOMPARATIF
%20%20TEORI%20TINGKAH%20LAKU%20KONSUMEN
%20KONVENSIONAL%20DAN%20ISLAM.htm
file:///D:/TESIS%20SAYA/BAHAN%20TESIS/Jurnal%20Ekonomi%20Islam
%20%20Kerangka%20Terori%20ekonomi%20Mikro%20Islam.htm

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22