BUKU 1 KTSP UPDATE 2017 LISTRIK.New

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok input pendidikan. Kualitas
Kurikulum

menentukan

kualitas

proses

pendidikan.

Kurikulum

adalah

keseluruhan program aktivitas pembelajaran baik terstruktur maupun hidden
yang terdokumentasi dengan rapi, digunakan sebagai acuan pelaksanaan

pembelajaran untuk memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna
dan berdampak bagi peserta didik dan diatur oleh sekolah. Pengalaman
belajar harus terprogram dan berpusat pada peserta didik “student is the
central focus of the curriculum”. Keluasan dan kedalaman level kompetensi
sebagai pengalaman dan aktivitas pembelajaran terstruktur dan terukur
dengan baik.
Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK) berisi seperangkat program
pencapaian tujuan PMK yaitu terwujudnya

Standar Kompetensi Lulusan

(SKL), kompetensi dasar dalam setiap Mata Pelajaran, dan bahan pelajaran
serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran. Defnisi ini menunjukkan bahwa setiap satuan pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
membutuhkan kurikulum implementatif yang relevan dan cocok dengan
kebutuhan

peserta


diimplementasikan

didik

oleh

dan

seluruh

SMK/MAK

guna

stakeholders

memberi

serta


pengalaman

siap
belajar

bermakna dan berdampak besar bagi peserta didik.
Memperhatikan kondisi riil SMK Tamansiswa Kota Sukabumi yang berada di
tempat yang strategis di tengah jantung kota, depan jalan raya utama,
berdekatan dengan beberapa SMP Negeri yaitu SMP 5, SMP 1 dan SMP 2 dan
berada ditengah-tengah lingkungan penduduk yang sudah lebih maju
dibanding

dengan

sebagian

daerah

lain


di

Kota

Sukabumi,

maka

pengembangan kurikulum juga harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Kurikulum dikembangkan untuk memberi solusi tantangan internal dan
eksternal. Tantangan internal yang mendasar adalah: SMK Tamansiswa
mempunyai fasilitas sarana dan prasarana yang cukup memadai dan untuk
tahun pelajaran 2017/2018 mendapatkan tambahan peminat baru sebanyak
 60 siswa yang ingin belajar di SMK Tamansiswa yang berasal dari beragam
latar belakang keluarga. Keragaman tersebut harus diadaptasi dalam rangka
peningkatan
meningkatkan

relevansi


mutu

kesejahteraan

PMK

sebagai

kehidupan

upaya

mencerdaskan

masyarakat

di

setiap


dan

daerah

Sukabumi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun

2005

tentang

Standar

Nasional

Pendidikan,

mengamanatkan


tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah, mengacu kepada Standar Kompetensi Lulusan,

Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Terkait dengan
pembangunan PMK, maka idealnya SMK Tamansiswa memerlukan kurikulum
yang sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah atau potensi SMK.
Kurikulum tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
implementatif. KTSP SMK Tamansiswa dengan jumlah kegiatan belajar dan
pengalaman siswa di bawah arahan sekolah (the sum of the learning
activities and experiences a student under directions of the school) perlu
dikembangkan dan diimplementasikan secara dinamis kontekstual dan
auotentik untuk merespon kebutuhan peserta

didik, masyarakat dan

pemerintah daerah, dan dunia kerja. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional:
1. Pasal 36 ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang

dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifkasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
2. Pasal 36 ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai
dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b)
peningkatan akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan
minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e)
tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja;
(g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama;
(i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilainilai kebangsaan.
3. Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di
bawah

koordinasi

dan

supervisi


dinas

pendidikan

atau

kantor

departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah.
Dari amanat undang-undang tersebut dapat ditegaskan bahwa:
1. KTSP SMK Tamansiswa Kota Sukabumi dikembangkan dengan prinsip
diversifkasi dengan maksud agar memungkinkan adanya kesesuaian
program-program pendidikan di sekolah dengan situasi, kondisi dan
kekhasan potensi yang ada di daerah dan potensi sekolah, serta
potensi peserta didik;
2. KTSP SMK Tamansiswa Kota Sukabumi dikembangkan, diterapkan,
dimonitor dan dievaluasi secara terus menerus oleh pemangku
kebijakan dan Dinas Pendidikan sebagai bentuk penjaminan mutu PMK;

3. KTSP SMK Tamansiswa Kota Sukabumi merupakan salah satu sekolah
yang sesuai dengan standar akreditasi BAN SM.

Tantangan eksternal pengembangan KTSP SMK Tamansiswa

adalah

adanya globalisasi industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat

di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) Economic Community (AEC), Asia-Pacifc Economic Cooperation
(APEC), dan ASEAN FreeTrade Area(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait
dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Pendidikan Menengah Kejuruan ditantang turut memberi andil menyiapkan
modal manusia kompeten untuk bersaing di pasar tenaga kerja global.
Kurikulum implementatif dikembangkan dan dilaksanakan oleh SMK
Tamansiswa Kota Sukabumi diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang disebut dengan KTSP SMK Tamansiswa
Kota Sukabumi yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) paling rendah setara dengan jenjang 2 KKNI untuk setiap
Kompetensi Keahlian Program Pendidikan 3 tahun dan paling rendah setara
dengan jenjang 3 KKNI untuk setiap Kompetensi Keahlian Program
Pendidikan 4 tahun, Standar Isi (SI), Standar Proses (SPr), Standar Penilaian
(SPn) setiap satuan pendidikan SMK sebagaimana diharapkan.

1.2. Landasan Hukum
1.2.1. Landasan Filosofs
Landasan

flosofs

penting

kedudukannya

dalam

pengembangan

kurikulum. Landasan flosofs memberi arah ideal dan pemikiran yang
mendasar tentang isi suatu kurikulum, konsep pembelajaran yang tepat,
posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik
dengan masyarakat dan lingkungan kerja serta lingkungan alam di
sekitarnya. KTSP SMK Tamansiswa

dikembangkan dengan landasan

flosofs sebagai berikut:
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
KTSP SMK Tamansiswa dikembangkan berdasarkan budaya bangsa
Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan
masa kini dan untuk membangun dasar-dasar kehidupan bangsa yang
lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk
kehidupan masa depan selalu menjadi tujuan dasar KTSP SMK
Tamansiswa.

Hal

ini

mengandung

makna

bahwa

KTSP

adalah

rancangan program pembelajaran untuk mempersiapkan kehidupan
generasi muda sebagai human capital bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan

generasi

muda

bangsa

menjadi

tenaga

kerja

menengah yang handal juga merupakan tugas utama SMK Tamansiswa.
Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta
didik,

mengembangkan

pengalaman

kesempatan luas bagi peserta didik

belajar

yang

memberikan

untuk menguasai

berbagai

kompetensi. Kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan pada SMK
Tamansiswa diprogramkan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga
kerja (labour market), hal ini sejalan dengan pandangan filsafat
esensialisme. Di sisi lain dalam pandangan filosofi pragmatisme

PMK diselenggarakan untuk maksud memenuhi seluruh kebutuhan
individu peserta didik dalam mempersiapkan diri menjalani dan
memecahkan permasalahan-permasalahan kehidupan sehari-hari di
masyarakat dan keluarga.
2. KTSP SMK Tamansiswa disusun untuk membangun budaya tekno-sainsosio-kultural yaitu suatu budaya masyarakat yang secara sosial baik
di sekolah, dunia kerja, keluarga, maupun di masyarakat secara sinergi
tumbuh budaya pemecahan masalah secara terencana, terprogram,
produktif, terdesain dan dijelaskan atau diberi eksplanasi melalui
proses inkuiri dan diskoveri. Budaya teknologi melakukan rekayasa
pemecahan

masalah

pengembangan
Tamansiswa

kehidupan

disain

dan

dan

masalah

temuan-temuan

mengembangkan kemampuan

pekerjaan
baru.

peserta

melalui

KTSP
didik

SMK

sebagai

pewaris budaya bangsa dan peduli terhadap permasalahan dunia kerja,
masyarakat dan bangsa masa kini dan masa depan.
3. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif, belajar
membangun pengalaman diri dalam memecahkan permasalahanpermasalahan secara kreatif. Untuk itu peserta didik SMK Tamansiswa
perlu memiliki pengalaman belajar berpikir kreatif, bekerja kreatif
sendiri-sendiri maupun dengan orang lain, dan menerapkan inovasiinovasi dalam setiap pemecahan masalah kerja dan kehidupan.
Menurut pandangan flosof ini, proses pendidikan kejuruan adalah
suatu proses pemberian dan fasilitasipengalaman dan kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan proses mind on, hands on, dan
heart on secara seimbang melalui penguatan kemampuan milihat,
mendengar, membaca, bertindak secara matang dan cermat.
4. Pendidikan menengah kejuruan membutuhkan penumbuhan atitude
pokok (core attitudes) yaitu disiplin diri (self-discipline), keterbukaan
terhadap pengalaman diri dan orang lain (openness to experience),
kemampuan

pengambilan

resiko

(risk-taking),

toleran

terhadap

dualisme (tolerance for ambiguity), dan kepercayaan kelompok (group
trust).
5. Pendidikan

menengah

kejuruan

mengembangkan

kecerdasan

emosional-spiritual, sosial-ekologis, intelektual, kinestetis, ekonomika,
teknologi,

seni-budaya,

dan

kecerdasan

pengembangan kecerdasan (Sudira, 2015).

belajar

sebagai

pusat

Filosof ini menentukan

bahwa isi KTSP SMK Tamansiswa mencakup kecerdasan ganda dan
bersifat kontekstual, memberi pengalaman belajar yang utuh dan
menyeluruh dalam mengembangkan kecerdasan peserta didik.
6. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan belajar
yang

cerdas

dalam

menumbuhkan

kemampuan

intelektual,

kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi

untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism).
Merujuk enam flosof tersebut,

maka KTSP SMK Tamansiswa Kota

Sukabumi dikembangkan dengan maksud untuk mengembangkan seluruh
potensi kecerdasan peserta didik agar kompeten dalam memecahkan
masalah-masalah kerja, masalah-masalah sosial di masyarakat secara
kreatif, memiliki kemampuan berpikir kreatif, bekerja kreatif dengan
orang lain dan mampu menerapkan inovasi serta dilandasi disiplin diri
yang tinggi, keterbukaan terhadap pengalaman diri dan orang lain
(openness to experience), kemampuan pengambilan resiko (risk-taking),
dan toleran terhadap dualisme untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.

1.2.2.Landasan Teoritis
Dua tokoh pendidikan kejuruan berbeda aliran sangat kuat mewarnai
teori-teori pendidikan kejuruan dunia. Tokoh tersebut adalah Charles
Prosser dan John Dewey. Teori Prosser menyatakan bahwa Pendidikan
Kejuruan membutuhkan lingkungan pembelajaran menyerupai dunia kerja
dan peralatan yang memadai sesuai kebutuhan pelaksanaan pekerjaan di
dunia

kerja. Agar efektif Pendidikan Kejuruan harus melatih dan

membentuk kebiasaan kerja sebagai suatu kebutuhan yang harus dimiliki
bagi setiap individu yang mau bekerja. Penguatan kemampuan dan skill
kerja dapat ditingkatkan melalui pengulangan cara berpikir dan cara
bekerja yang efsien. Pendidikan Kejuruan harus melakukan seleksi bakat
dan minat. Guru Pendidikan Kejuruan akan berhasil jika telah memiliki
pengalaman sukses dalam menerapkan skill dan pengetahuan sesuai
bidang

yang

diajarkan.

Kemampuan

produktif

sebagai

standar

performance dikembangkan berdasarkankebutuhan industri sesuai actual
jobs. Pendidikan Kejuruan membutuhkan biaya pendidikan dan pelatihan
yang harus terpenuhi dan jika tidak sebaiknya tidak diselenggarakan.
Pendidikan Kejuruan dalam pandangan teori John Dewey menegaskan
bahwa

Pendidikan

Kejuruan

menyiapkan

peserta

didik

memiliki

kemampuann memecahkan permasalahan sesuai perubahan-perubahan
dalam cara-cara berlogika dan membangun rasional melalui proses
pemikiran

yang

semakin

terbuka

dalam

menemukan

berbagai

kemungkinan solusi dari berbagai pengalaman. Dampak pokok dari TVET
yang diharapkan oleh Dewey adalah masyarakat berpengetahuan yang
mampu beradaptasi dan menemukan kevokasionalan dirinya sendiri
dalam berpartisipasi di masyarakat, memiliki wawasan belajar dan
bertindak dan melakukan berbagai perubahan sebagai proses belajar
sepanjang hayat. Belajar berlangsung selama jiwa masih dikandung
badan. Dewey juga mengusulkan agar Pendidikan Kejuruan dapat
mengatasi permasalahan diskriminasi pekerjaan, diskriminasi
perempuan,

dan

minoritas.

Dewey

memberi

kaum

advokasi

modernisasikurikulum Pendidikan Kejuruan menjadi "scientifc-technical".
Studi ini mengkaitkan cara-cara bekerja yang didukung pengetahuan
yang jelas dan memadai.
Dewey

berargumen

bahwa

sekolah

tradisional

yang

tumpul

dan

mekanistis harus dikembangkan menjadi pendidikan yang demokratis
dimanapeserta didik mengeksplorasi kapasitas dirinya sendiri untuk
berpartisipasi

dalam

segala

aspek

kehidupan

masyarakat.

Dewey

memberi wawasan bahwa sekolah harus mampu melakukan proses
transmisi dan transformasi budaya dengan peningkatan dan kesetaraan
posisi dalam ras, etnik, posisi sosial ekonomi di masyarakat. Setiap
individu memiliki pandangan positif terhadap satu sama lain. Pendidikan
Kejuruan tidak hanya fokus pada bagaimana memasuki lapangan
pekerjaan, tetapi juga fokus pada peluang-peluang pengembangan karir,

adaptif terhadap perubahan lapangan kerja dan berbasis pengetahuan
atau ide-ide kreatif.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan menurut Dewey memuat kemampuan
akademik

yang

interpersonal,

luas

dan

dan

kompetensi

karakter

kerja.

generik,

Kurikulum

skill

teknis,

Pendidikan

skill

Kejuruan

mengintegrasikan pendidikan akademik, karir, dan teknik. Ada artikulasi
di antara pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi, dandekat
dengan dunia kerja. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu
membangun

komunitas

masyarakat

secara

bersama-sama

menjadi

anggota masyarakat yang aktif mengembangkan budaya. Menurut Dewey
hanya pengalaman yang benar dan nyata yang dapat membuat peserta
didik

dapat

pendidikan

menghubungkan
demokratis

Dewey

pengetahuan
cocok

yang

dengan

dipelajari.

tuntutan

Teori

Pendidikan

Kejuruan Abad XXI.
Selain dua teori induk Pendidikan Kejuruan yaitu Teori Efsiensi Sosial dari
Charles Prosser dan Pendidikan Vokasional Demokratis dari John Dewey,
adaTeori Tri Budaya sebagai pemikiran awal yang dapat digunakan untuk
pengembangan kompetensi kevokasionalan (Sudira, 2011). Teori Tri
Budaya menyatakan Pendidikan Kejuruan akan berhasil jika mampu
mengembangkan budaya berkarya, budaya belajar, dan budaya melayani
secara

simultan.

Pendidikan

Kejuruan

dalam

melakukan

proses

pendidikan dan pelatihan harus membangun budaya berkarya, belajar,
dan menerapkan hasil-hasil karya inovatif sebagai bentuk-bentuk layanan
kemanusiaan. Karya sebagai hasil inovasi belajar harus digunakan untuk
kesejahteraan bersama melayani orang lain.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMK Tamansiswa adalah
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran yang membangun
performa

peserta

didik

“individual

ability

to

perform”

mencakup

penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara terpadu.
Pendekatan pembelajaran ini harus menganut pembelajaran tuntas
(mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), pengetahuan
(knowledge)

dan

keterampilan

(skills)

agar

dapat

bekerja

sesuai

profesinya. Agar peserta didik dapat belajar secara tuntas, dikembangkan
prinsip pembelajaran sebagai berikut.
1. Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, otentik,
kontekstual

yang

memberikan

pengalaman

belajar

bermakna),

dikembangkan menjadi pembelajaran berbasis produksi, pembelajaran
berbasis

pemecahan

masalah,

pembelajaran

berbasis

kerja,

pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis diskoveri;
2. Individualized learning yakni pembelajaran dengan memperhatikan
keunikan setiap individu dan dilaksanakandengan sistem modular.
3. Team work learning adalah pembelajaran yang mengembangkan
kemampuan bekerja secara tim dengan penguatan kompetensi diri
bertanggung-jawab dengan tugas-tugas dan memahami posisi dan
fungsinya dalam tim. Pembelajaran kejuruan tidak cukup belajar

menguasai kompetensi secara individu tetapi perlu belajar dalam
kelompok.
Pendidikan Kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja sangat penting
fungsi dan posisinya dalam memenuhi tujuan kebijakan ketenagakerjaan.
Kebijakan ketenagakerjaan suatu negara diharapkan mencakup lima hal
pokokyaitu: (1) memberi peluang kerja untuk semua angkatan kerja yang
membutuhkan; (2) pekerjaan tersedia seimbang dan merata di setiap
daerah dan wilayah; (3) memberi penghasilan yang mencukupi sesuai
dengan kelayakan hidup dalam bermasyarakat; (4) pendidikan dan
pelatihan mampu secara penuh mengembangkan semua potensi dan
masa depan setiap individu; (5) matching man and jobs dengan kerugiankerugian

minimum,

pendapatan

tinggi

dan

produktif.

Kebijakan

ketenagakerjaan tidak boleh memihak hanya pada sekelompok atau
sebagian dari masyarakatnya. Jumlah dan jenis-jenis lapangan pekerjaan
tersedia, tersebar merata, seimbang, dan layak untuk kehidupan seluruh
masyarakat. Pendidikan kejuruan menjadi tidak efsien jika lapangan
pekerjaan tidak tersedia merata dan seimbang bagi lulusannya.
KTSP SMK Tamansiswa dikembangkan atas teori Efsiensi Sosial dan
Pendidikan Demokratis, “pendidikan berdasarkan standar” (standardbased education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competencybased curriculum), pembelajaran berbasis kerja, pembelajaran berbasis
produksi, danpembelajaran berbasis pemecahan masalah. Pendidikan
berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
standar minimal warga negara yang dirinci menjadi standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Kurikulum

berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
KTSP SMK Tamansiswa menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru
dalam bentuk proses belajar mengajar yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran teori di kelas, pembelajaran pembuktian teori di
laboratorium, pembelajaran skill di bengkel/studio/workshop/kebun dsb,
pembelajaran ketrampilan kerja di tempat kerja (DU-DI, Teaching factory,
Business centre); dan (2) pengalaman belajar langsung di dunia kerja
untuk membangun kebiasan kerja. Demikian juga dengan pembelajaran
langsung di masyarakat sesuai dengan latar belakang, karakteristik,
kompetensi keahlian dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman
belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi
dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.
1.2.3.Landasan Yuridis

Landasan yuridis pengembangan KTSP SMK/MAK antara lain:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
4. Peraturan

Pemerintah

Nomor

32

Tahun

2013

Perubahan

Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMK-MAK
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 60 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
10.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
11.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstra Kurikuler
Dasar dan Pendidikan Menengah
12.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan
Sebagai Ekstrakurikuler Wajib
13.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 64 tahun 2014 tentang Peminatan Pada Pendidikan
Menengah
14.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013
15.

Peraturan

Indonesia

Menteri

Nomor

103

Pendidikan
tahun

2014

dan

Kebudayaan

tentang

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Republik

Pembelajaran

Pada

16.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
17.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 114 tahun 2014 tentang Kriteria Kelulusan Peserta
Didik

dari

Satuan

Pendidikan

Penyelenggara

Ujian

Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional.
18.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 158 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem
Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
19.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
20.

Panduan Penilaian Hasil Belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan

tahun 2014, 2015, 2016, dan 2017
21.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Menengah Kejuruan;
22.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan
Menengah Kejuruan;
23.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Menengah Kejuruan;
24.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Menengah Kejuruan;
25.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
26.

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4678/D/KEP/MK/2016
tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan;
27.

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 130/D/KEP/KR/2017
tentang Struktur Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah.
28.

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Nomor

330/D.D5/KEP/KR/2017 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar

Bidang Keahlian (C1), Dasar Program Keahlian (C2), dan Kompetensi
Keahlian (C3).
29.

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 17 tahun 2017 tentang tentang Penerimaan Peserta
Didik

Baru

pada

Taman

Kanak-Kanak,

Sekolah

Dasar,

Sekolah

Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah
Kejuruan, atau Bentuk Lain yang sederajat.
30.

Kebijakan Pemerintah Provinsi Jaw Barat.

31.

RKS dan RKAS Tahun Pelajaran 2017/2018

1.3. Tujuan Pengembangan
Kurikulum SMK Tamansiswa Kota Sukabumi disusun agar sekolah memiliki
pedoman

penyelenggaraan

kegiatan

pembelajaran

dan

pemenuhan

8

Standar Nasional Pendidikan (SNP) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Oleh sebab itu pengembangan Kurikulum SMK Tamansiswa Kota
Sukabumi memperhatikan unsur-unsur:
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, ini menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum yang
disusun memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Khusus untuk
peningkatan keimanan dan ketakwaan ini

di SMK

Tamansiswa

dilaksanakan kegiatan pendalaman agama Islam yang diisi dengan
kegiatan pengajian, akhlak dan budi pekerti. Selain itu peringatan harihari besar keagamaan dilaksanakan dengan mengundang penceramah
yang

kompeten

atau

memanfaatkan

warga

sekolah

juga

melaksanakan qurban dan bantuan sosial terhadap warga sekitar
sekolah yang kurang mampu.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan

dan

kemampuan

peserta

didik.

Kurikulum

SMK

Tamansiswa disusun dengan memperhatikan keragaman potensi,
minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik
peserta didik agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat

perkembangannya

yang

mencakup

domain

sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan, yang
memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman.
Oleh karena itu kurikulum SMK Tamansiswa memuat keragaman
tersebut

untuk

menghasilkan

lulusan

yang

dapat

memberikan

kontribusi bagi pengembangan daerah, terutama dalam bidang seni
dan peduli lingkungan, serta keterampilan sesuai dengan tuntutan

Kompetensi

Dasar

pada

kelompok

mata

pelajaran

Muatan

Kewilayahan, Produk Kreatif dan Kewirausahaan.
4. Tuntutan daerah dan nasional, untuk memperhatikan keseimbangan
keduanya maka dilaksanakan Mulok Bahasa Sunda serta ICT

yang

merupakan kebutuhan dan ciri khas Sukabumi tetapi tidak melupakan
kebutuhan

Nasional

dan

global

yang

ditandai

dengan

adanya

pembinaan ICT yang lebih praktis.
5. Tuntutan

dunia

kerja,

yang

memuat

kecakapan

hidup

untuk

membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang secara berkala
dan

berkesinambungan

sejalan

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni, serta perubahan kurikulum yang
berlaku.
7. Agama, untuk membekali perkembangan spiritual peserta didik agar
mempunyai prilaku yang baik.
8. Dinamika perkembangan global, dikembangkan agar peserta didik
mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan
bangsa lain dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan minatnya.
9. Penerapan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifk dan
penilaian autentintik dengan mancakup domain sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
10. Pengembangan

kegiatan

ekstra

kurikuler,

diharapkan

dapat

mengembangkan potensi diri peserta didik, serta pengembangan
kegiatan pramuka sebagai ekstra kurikuler wajib yang harus diikuti.
11. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, dikembangkan untuk
mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional
agar peserta didik dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
12. Karakteristik sosial budaya masyarakat setempat, dikembangkan
untuk menunjang kelestarian keragaman budaya
13. Kesetaraan Gender, agar peserta didik mendapatkan pendidikan yang
berkeadilan

dan

mendorong

tumbuh

mempermasalahkan perbedaan gender.

kembangnya

tanpa

14. Karakteristik satuan pendidikan, agar sesuai dengan visi, misi, tujuan,
kondisi, dan ciri khas SMK Tamansiswa.
15. Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa, baik dalam pembelajaran di kelas
maupun

dalam

kehidupan

kehidupan di luar sekolah.

sekolah

ataupun

dalam

lingkungan

BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN

Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk
melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah kejuruan
mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah
menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang
disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 1990).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003).
SMK memiliki banyak program keahlian. Program keahlian yang dilaksanakan
di SMK menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Program
keahlian pada jenjang SMK juga menyesuaikan pada permintaan masyarakat
dan

pasar.

Pendidikan

kejuruan

adalah

pendidikan

menengah

yang

mempersiapkan peserta didik terutama agar siap bekerja dalam bidang
tertentu. Peserta didik dapat memilih bidang keahlian yang diminati di SMK.
Kurikulum SMK dibuat agar peserta didik siap untuk langsung bekerja di
dunia kerja. Muatan kurikulum yang ada di SMK disusun sedemikian rupa
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Hal ini dilakukan agar
peserta didik tidak mengalami kesulitan yang berarti ketika masuk di dunia
kerja. Dengan masa studi sekitar tiga atau empat tahun, lulusan SMK
diharapkan mampu untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang telah
ditekuni.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
2.1. Tujuan Umum Pendidikan Menengah Kejuruan
Tujuan Umum Pendidikan Menengah Kejuruan adalah sebagai berikut :

1. meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan
Yang Maha Esa;
2. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara
yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
demokratis dan bertanggung jawab;
3. mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan
kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya
bangsa Indonesia; dan
4. mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian
terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan
melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam
dengan efektif dan efsien.
2.2. Tujuan Khusus Pendidikan Menengah Kejuruan
Tujuan Khususus Pendidikan Menengah Kejuruan adalah sebagai berikut:
1. menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu
bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga
kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program
keahlian yang dipilihnya;
2. menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih
dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang
diminatinya;
3. membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri
maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan
4. membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai
dengan program keahlian yang dipilih.
2.3. Visi SMK Tamansiswa Kota Sukabumi
Terwujudnya sekolah yang didasari Iman dan Taqwa, sebagai model SMK
dengan tamatan yang kompeten untuk bekerja atau mengikuti pendidikan
lebih lanjut serta mampu bersaing di tingkat regional dan nasional.

2.4. Misi SMK Tamansiswa Kota Sukabumi
1) Mengembangkan sikap dan prilaku peserta didik yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Mengembangkan kurikulum dan menyelenggarakan pembelajaran
berstandar nasional.
3) Mengembangkan kesadaran tentang pentingnya kedisiplinan dan
kesehatan kerja serta lingkungan yang bersih, dan sehat.
4) Menerapkan Teknologi Informasi (TI) dalam kegiatan manajemen
sekolah dan kegiatan pembelajaran.
2.5. Tujuan SMK Tamansiswa Kota Sukabumi
1) Menghasilkan peserta didik yang mempunyai sikap dan prilaku beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Memiliki kurikulum dan menyelenggarakan pembelajaran berstandar
nasional
3) Menghasilkan lulusan yang memiliki kesadaran tentang pentingnya
kedisiplinan dan kesehatan kerja serta lingkungan yang bersih, dan
sehat
4) Menghasilkan lulusan yang kompeten di bidangnya masing masing
yang dapat bersaing dalam dunia kerja dan mampu menggunakan
Teknologi Informasi sebagai penunjang profesionalisme di bidangnya
2.6. Tujuan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Otomotif
(TKRO) di SMK Tamansiswa Kota Sukabumi
Selaras dengan tujuan SMK Tamansiswa, maka Kompetensi Keahlian
Teknik Kendaraan Ringan Otomotif mempunyai tujuan :
1) Menghasilkan lulusan TKRO yang mempunyai sikap dan prilaku beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Mempunyai kurikulum dan menyelenggarakan pembelajaran pada
Kompetensi Kejuruan TKRO yang berstandar nasional
3) Menghasilkan lulusan TKRO yang mempunyai kesadaran tentang
pentingnya kedisiplinan dan kesehatan kerja serta lingkungan yang
bersih, dan sehat
4) Menghasilkan lulusan TKRO yang mampu menggunakan Teknologi
Informasi sebagai penunjang profesionalisme dibidangnya
5) Membekali siswa TKRO dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap
agar kompeten dalam bidang :
a. perawatan dan perbaikan mesin otomotif;
b. perawatan dan perbaikan chasis otomotif;
c. perawatan dan perbaikan system kelistrikan otomotif.

BAB III
STRUKTUR KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULUM

Sejak tahun pelajaran 2017/2018 SMK Tamansiswa Kota Sukabumi menyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai acuan untuk menghantarkan
peserta didik agar memiliki kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yang akan dicapai berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan nomor 20 tahun 2016.
Penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi 2 (dua) Tingkat
Kompetensi, yang diartikan sebagai kriteria capaian Kompetensi yang bersifat
generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap program
pendidikan dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan.
Lulusan SMK/MAK program pendidikan 3 (tiga) tahun dan 4 (empat) tahun
memiliki kompetensi pada dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan,
sebagaimana tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Tabel 1. Dimensi Sikap
Kompetensi Lulusan
Program Pendidikan 3 Tahun
Berperilaku yang mencerminkan
sikap:
1. beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME;
2. jujur, disiplin, empati, dan
pembelajar sejati sepanjang
hayat;
3. bangga dan cinta tanah air,
bangga pada profesinya, dan
berbudaya nasional;
4. memelihara kesehatan jasmani,
rohani, dan lingkungan;
5. berpikir kritis, kreatif, beretikakerja, bekerja sama,
berkomunikasi, dan
bertanggung jawab pada
pekerjaan sendiri dan dapat
diberi tanggung jawab
membimbing orang lain sesuai
bidang dan lingkup kerja dalam
konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa,
negara, dan industri lingkup
lokal, nasional, regional, dan
internasional.

Kompetensi Lulusan
Program Pendidikan 4 Tahun
Berperilaku yang mencerminkan
sikap:
1. beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME;
2. jujur, disiplin, empati, dan
pembelajar sejati sepanjang
hayat;
3. bangga dan cinta tanah air,
bangga pada profesinya, dan
berbudaya nasional;
4. memelihara kesehatan jasmani,
rohani, dan lingkungan;
5. berpikir kritis, kreatif, beretikakerja, bekerja sama,
berkomunikasi, dan
bertanggung jawab pada
pekerjaan sendiri dan dapat
diberi tanggung jawab atas
kuantitas dan kualitas hasil
kerja orang lain sesuai bidang
dan lingkup kerja dalam
konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa,
negara, dan industri lingkup
lokal, nasional, regional, dan
internasional.

Tabel 2. Dimensi Pengetahuan
Kompetensi Lulusan
Program Pendidikan 3 Tahun
Berfkir secara faktual, konseptual,
operasional dasar, prinsip, dan
metakognitif sesuai dengan bidang
dan lingkup kerja pada tingkat
teknis, spesifk, detil, dan kompleks,
berkenaan dengan:
1. ilmu pengetahuan,
2. teknologi,
3. seni,
4. budaya, dan
5. humaniora
dalam konteks pengembangan
potensi diri sebagai bagian dari
keluarga, sekolah, dunia kerja,
warga masyarakat lokal, nasional,
regional, dan internasional.

Kompetensi Lulusan
Program Pendidikan 4 Tahun
Berfkir secara faktual, konseptual,
operasional lanjut, prinsip, dan
metakognitif secara multidisiplin
sesuai dengan bidang dan lingkup
kerja pada tingkat teknis, spesifk,
detil, dan kompleks, berkenaan
dengan:
1. ilmu pengetahuan,
2. teknologi,
3. seni,
4. budaya, dan
5. humaniora
dalam konteks pengembangan
potensi diri sebagai bagian dari
keluarga, sekolah, dunia kerja,
warga masyarakat lokal, nasional,
regional, dan internasional.

Tabel 3. Dimensi Keterampilan
Kompetensi Lulusan
Program Pendidikan 3 Tahun
Bertindak produktif, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif
dalam:
1. melaksanakan tugas dengan
menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim
dilakukan serta menyelesaikan
masalah sederhana sesuai
dengan bidang kerja, dan
2. menampilkan kinerja mandiri
dengan pengawasan langsung
atasan berdasarkan kuantitas
dan kualitas terukur sesuai
standar kompetensi kerja, dan
dapat diberi tugas membimbing
orang lain.

Kompetensi Lulusan
Program Pendidikan 4 Tahun
Bertindak produktif, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif
dalam:
1. melaksanakan tugas dengan
menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim
dilakukan serta menyelesaikan
masalah kompleks sesuai
dengan bidang kerja, dan
2. menampilkan kinerja mandiri
dengan pengawasan tidak
langsung atasan berdasarkan
kuantitas dan kualitas terukur
sesuai standar kompetensi
kerja, serta bertanggung jawab
atas hasil kerja orang lain.

3.1. Kerangka Dasar
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK)
adalah kriteria mengenai kualifkasi kemampuan lulusan yang mencakup
dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan bidang dan
lingkup

kerja,

yang

diharapkan

menyelesaikan

masa

belajar.

dapat

SKL

dicapai

dijabarkan

setelah
dalam

peserta

standar

isi

didik
dan

merupakan acuan utama dalam pengembangan Kompetensi Inti (KI),
selanjutnya Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD).
Pencapaian tingkat kompetensi lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan
dilaksanakan melalui program pendidikan 3 tahun dan 4 tahun. Masingmasing tingkat kompetensi merupakan satuan program pendidikan yang

harus dicapai secara utuh oleh peserta didik pada setiap program pendidikan
dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan.
Tabel 4. Tabel Program Pendidikan dan Kesetaraan Jenjang Kualifkasi Lulusan
PMK
No. Program Pendidikan Kesetaraan Jenjang Kualifikasi
1.

3 Tahun

Jenjang 2 pada KKNI

2.

4 Tahun

Jenjang 3 pada KKNI

Kompetensi Inti merupakan tangga pertama pencapaian yang dituju semua
mata pelajaran pada tingkat kelas tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk
tiap mata pelajaran dirinci dalam rumusan Kompetensi Dasar. Kompetensi
lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi dasar dicapai melalui proses
pembelajaran dan penilaian yang dapat diilustrasikan dengan skema berikut:

Gambar 1. Skema Hubungan SKL, KI, KD, Penilaian dan Hasil Belajar

Kompetensi Inti untuk program pendidikan 3 tahun dan 4 tahun pada
SMK/MAK sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21
tahun 2016 tentang Standar Isi PMK sebagai berikut:

Tabel 5. Deskripsi Kompetensi Inti Program PMK
KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual
(KI-1)

Sikap Sosial
(KI-2)

Pengetahuan
(KI-3)

Keterampilan
(KI-4)

DESKRIPSI KOMPETENSI
3 Tahun
4 Tahun
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),
bertanggung-jawab, responsif, dan proaktif melalui
keteladanan, pemberian nasehat, penguatan, pembiasaan,
dan pengkondisian secara berkesinambungan serta
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Memahami,
menerapkan,
Memahami, menerapkan,
menganalisis,
dan
menganalisis,
dan
mengevaluasi
tentang
mengevaluasi
tentang
pengetahuan
faktual,
pengetahuan
faktual,
konseptual,
operasional
konseptual,
operasional
dasar, dan metakognitif
lanjut, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan
secara multidisiplin sesuai
lingkup kerja pada tingkat
dengan bidang dan lingkup
teknis, spesifk, detil, dan
kerja pada tingkat teknis,
kompleks,
berkenaan
spesifk,
detil,
dan
dengan ilmu pengetahuan,
kompleks,
berkenaan
teknologi, seni, budaya, dan
dengan ilmu pengetahuan,
humaniora dalam konteks
teknologi, seni, budaya,
pengembangan potensi diri
dan
humaniora
dalam
sebagai
bagian
dari
konteks
pengembangan
keluarga, sekolah, dunia
potensi diri sebagai bagian
kerja, warga masyarakat
dari
keluarga, sekolah,
nasional,
regional,
dan
dunia
kerja,
warga
internasional.
masyarakat
nasional,
regional, dan internasional.

Melaksanakan
tugas 
Melaksanakan tugas
spesifk,
dengan
spesifk, dengan
menggunakan
alat,
menggunakan alat,
informasi, dan prosedur
informasi, dan prosedur
kerja yang lazim dilakukan
kerja yang lazim dilakukan
serta
menyelesaikan
serta menyelesaikan
masalah sederhana sesuai
masalah kompleks sesuai
dengan bidang kerja.
dengan bidang kerja.

Menampilkan kinerja

Menampilkan kinerja di
mandiri dengan mutu dan
bawah bimbingan dengan
kuantitas yang terukur
mutu dan kuantitas yang
sesuai dengan standar
terukur
sesuai
dengan
kompetensi kerja.
standar kompetensi kerja.

Menunjukkan

Menunjukkan
keterampilan menalar,
keterampilan
menalar,
mengolah, dan menyaji
mengolah,
dan
menyaji
secara efektif, kreatif,
secara
efektif,
kreatif,
produktif, kritis, mandiri,
produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif,
kolaboratif,
komunikatif,
dan solutif dalam ranah
dan solutif dalam ranah
abstrak terkait dengan
abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah,
dipelajarinya di sekolah,
serta mampu
serta mampu melaksanakan
melaksanakan tugas
tugas spesifk di bawah
spesifk secara mandiri.
pengawasan langsung.

Menunjukkan

Menunjukkan
keterampilan mempresepsi,
keterampilan
kesiapan,
meniru,
mempresepsi, kesiapan,
membiasakan gerak mahir,
meniru, membiasakan

KOMPETENSI
INTI

DESKRIPSI KOMPETENSI
3 Tahun
4 Tahun
menjadikan gerak alami,
gerak mahir, menjadikan
dalam
ranah
konkret
gerak alami, sampai
terkait
dengan
dengan tindakan orisinal
pengembangan dari yang
dalam ranah konkret
dipelajarinya di sekolah,
terkait dengan
serta mampu melaksanakan
pengembangan dari yang
tugas spesifk di bawah
dipelajarinya di sekolah,
pengawasan langsung.
serta mampu
melaksanakan tugas
spesifk secara mandiri.

Hasil belajar untuk pencapaian kompetensi lulusan, KI dan KD juga
dirumuskan dalam taksonomi meliputi ranah/dimensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Pembagian taksonomi hasil belajar dilakukan untuk
mengukur perubahan perilaku peserta didik selama proses belajar sampai
pada pencapaian hasil belajar yang dirumuskan dalam aspek perilaku
(behaviour) tujuan pembelajaran. Umumnya klasifkasi perilaku hasil belajar
yang digunakan berdasarkan taksonomi Bloom yang pada Kurikulum 2013
yang

telah

disempurnakan

oleh

Anderson

dan

Krathwohl

dengan

pengelompokan menjadi : (1) Sikap (afective) merupakan perilaku, emosi
dan perasaan dalam bersikap dan merasa, (2) Pengetahuan (cognitive)
merupakan kapabilitas intelektual dalam bentuk pengetahuan atau berpikir,
(3) Keterampilan (psychomotor) merupakan keterampilan manual atau
motorik dalam bentuk melakukan.
Ranah/dimensi sikap dalam Kurikulum 2013 merupakan urutan pertama
dalam perumusan kompetensi lulusan, selanjutnya diikuti dengan rumusan
ranah pengetahuan dan keterampilan.
a. Kompetensi Inti pada ranah sikap (sikap spiritual dan sikap social)
merupakan kombinasi reaksi afektif, kognitif, dan konatif (perilaku).
Gradasi kompetensi sikap meliputi menerima, merespon/menanggapi,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

Gambar 2. Gradasi dan Taksonomi Ranah Sikap
Ranah sikap dalam Kurikulum 2013 menggunakan olahan Krathwohl,
dimana pembentukan sikap peserta didik ditata secara hirarkhis mulai

dari menerima, merespon/menanggapi, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan.
Tabel 6. Dimensi Afektif
Tingkatan Sikap
Deskripsi
Menerima
Kesediaan menerima suatu nilai dan
(accepting) nilai
memberikan perhatian terhadap nilai
tersebut
Menanggapi
Kesediaan menjawab suatu nilai dan
(responding) nilai ada rasa puas dalam membicarakan
nilai tersebut
Menghargai
Menganggap
nilai
tersebut
baik;
(valuing) nilai
menyukai nilai tersebut; dan komitmen
terhadap nilai tersebut
Menghayati
Memasukkan nilai tersebut sebagai
(organizing/
bagian dari sistem nilai dirinya
internalizing) nilai
Mengamalkan
Mengembangkan nilai tersebut sebagai
(characterizing/
ciri dirinya dalam berpikir, berkata,
actualizing) nilai
berkomunikasi,
dan
bertindak
(karakter)
(sumber: Olahan Krathwohl dkk.,1964)

b.Kompetensi Inti pada ranah pengetahuan (KI-3) memiliki dua
dimensi dengan batasan-batasan yang telah ditentukan pada setiap
tingkatnya.
1) Dimensi pertama adalah dimensi perkembangan kognitif (cognitive
process dimention) peserta didik: dimulai dari memahami (C2),
menerapkan (C3), menganalisis (C4), hingga kemampuan evaluasi
(C5).
2) Dimensi
kedua
adalah
dimensi
pengetahuan
(knowledge
dimention): berupa pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural atau operasional dasar/lanjut sampai metakognitif.
Ranah pengetahuan pada Kurikulum 2013 menggunakan taksonomi
Bloom olahan Anderson, dimana perkembangan kemampuan mental
intelektual peserta didik dimulai dari: 1) mengingat/remember (C1),
yakni peserta didik mengingat kembali pengetahuan dari memorinya;
2)

memahami/

understand

(C2),

yakni

merupakan

kemampuan

mengonstruksi makna dari pesan pembelajaran baik secara lisan,
tulisan maupun grafk; 3) menerapkan/apply (C3), yakni merupakan
penggunaan prosedur dalam situasi yang diberikan atau situasi baru; 4)
menganalisis/analyse (C4), yakni merupakan penguraian materi ke
dalam bagian-bagian dan bagaimana bagian-bagian tersebut saling
berhubungan satu sama lainnya dalam keseluruhan struktur; (5)
mengevaluasi/evaluate (C5), yakni merupakan kemampuan membuat
keputusan berdasarkan kriteria dan standar; dan (6) mengkreasi/create
(C6), yakni merupakan kemampuan menempatkan elemen-elemen

secara bersamaan ke dalam bentuk modifkasi atau mengorganisasikan
elemen-elemen ke dalam pola baru (struktur baru).

Dimensi pengetahuan (knowledge dimention) terdiri atas:
 Pengetahuan faktual yakni pengetahuan terminologi atau
pengetahuan detail yang spesifk dan elemen. Contoh fakta bisa
berupa kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar,
dibaca, atau diraba. Seperti mesin mobil hidup, lampu menyala,
rem yang pakem/blong. Contoh lain: Arsip dan dokumen.
 Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih
kompleks berbentuk klasifkasi, kategori, prinsip dan generalisasi.
Contohnya fungsi kunci kontak pada Mesin mobil, prinsip kerja
starter, prinsip kerja lampu, prinsip kerja rem. Contoh lain:
Pengertian Arsip dan dokumen, Fungsi Arsip dan dokumen.
 Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan bagaimana
melakukan sesuatu termasuk pengetahuan keterampilan,
algoritma (urutan langkah-langkah logis pada penyelesaian
masalah yang disusun secara sistematis), teknik, dan metoda
seperti langkah-langkah membongkar mesin, langkah-langkah
mengganti lampu, langkah-langkah mengganti sepatu rem.
Contoh lain: Langkah-langkah menyusun arsip sistem alphabet
dan geografk.
 Pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan tentang kognisi
(mengetahui dan memahami) yang merupakan tindakan atas
dasar suatu pemahaman meliputi kesadaran dan pengendalian
berpikir, serta penetapan keputusan tentang sesuatu. Sebagai
contoh memperbaiki mesin yang rusak, membuat instalasi
kelistrikan lampu, mengapa terjadi rem blong. Contoh lain: Apa
yang terjadi jika penyimpanan arsip tidak tepat?
Tabel 7. Dimensi Proses Kognitif
No

Perkembangan
Berfikir
Taksonomi Bloom
Revised Anderson (Cognitive
Process Dimension)

1.

Mengingat (C1)

2.

Memahami/Menginterprestasi
prinsip (C2)

3.

Menerapkan (C3)

4.

Menganalisis (C4)

5.

Mengevaluasi (C5)

6.

Mengkreasi (C6)

Keterangan
Lower
Thinking
(LOTS)

Order
Skills

Higher
Thinking
(HOTS)

Order
Skills

Tabel 8. Dimensi Pengetahuan
No

Dimensi Pengetahuan
(Knowledge Dimension)

1.

Pengetahuan Faktual

2.

Pengetahuan Konseptual

3.

Pengetahuan Prosedural

Keterangan
Lower
Thinking
(LOTS)

Order
Skills

4.

Pengetahuan Metakognitif

Higher
Thinking
(HOTS)

6
.

Hubungan

Dimensi

Proses

Kognitif

(cognitive

Order
Skills

process

dimention) dan Dimensi Pengetahuan (k