Tuberculosis: Never Ending Story Refleksi Perjalanan Panjang Penanggulangan Tuberkulosis di Jawa Tengah

TUBERCULOSIS:
NEVER ENDING STORY
Refleksi Perjalanan Panjang
Penanggulangan TuberKulosis
Di Jawa Tengah

Reviono

i

Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak

Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).

ii

TUBERCULOSIS:
NEVER ENDING STORY
Refleksi Perjalanan Panjang
Penanggulangan TuberKulosis

Di Jawa Tengah

Reviono

UNS PRESS
iii

TUBERCULOSIS:
NEVER ENDING STORY
REFLEKSI PERJALANAN PANJANG PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI JAWA TENGAH
Hak CiptaReviono. 2018
Penulis
Dr. dr. Reviono, Sp.P (K)
Editor
Dr. dr. Harsini, Sp. P (K)
Ilustrasi Sampul
Arif Hasanudin
Penerbit dan Percetakan
Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

Jalan Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126
Telepon (0271) 646994 Psw. 341 Fax. (0271) 7890628
Website : www.unspress.uns.ac.id
Email : unspress@uns.ac.id
Cetakan 1, Edisi 1, Agustus 2018
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

All Rights Reserved

ISBN 978-602-397–219-7
iv

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang cukup
akrab di masyarakat. Penyakit menular ini sering dikaitkan
dengan status sosial yang rendah, walaupun kenyataannya
tidak

sepenuhnya


benar.

Indonesia

termasuk

dalam

kelompok High Burden Country untuk kasus TB. Posisi
Indonesia tidak pernah diluar 5 besar sebagai negara
dengan insidensi terbanyak, bahkan pada dua tahun
terakhir yaitu tahun 2016 dan 2017 menduduki urutan
kedua, diatasnya hanya ada negara India.
Kisah perjalanan penyakit TB ini memang sangat
panjang. Kemunculannya sudah ada sejak ribuan tahun
yang lalu. Cukup banyak upaya yang dilakukan oleh para
ilmuan untuk mengetahui dan mengidentifikasinya. Upaya
lain yang dilakukan adalah untuk menemukan terapi
terhadap


penyakit

ini.

Penyebab

penyakit

ini

sudah

diketahui lebih dari 130 tahun yang lalu, demikian juga
obat anti TB sudah ditemukan lebih dari 50 tahun yang
lalu. Akan tetapi sampai saat ini TB tetap menjadi masalah
kesehatan secara global. Meskipun tatalaksana TB sudah
dirasa efektif tetapi kenyataannya penerapannya tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pasti ada
masalah, selain masalah klinis TB dalam penanggulangan

TB saat ini tentunya ada masalah lain yang menyertai
program penanggulangan penyakit ini. .

v

Pada buku ini disampaikan sebagian besar tentang
masalah

TB

dari

sisi

kesehatan

masyarakat

dan


managemen unit pelayanan kesehatan. Memang tidak
dapat dipungikri juga terdapat masalah klinis pada TB,
tetapi masalah klinis ini terjadi saat paien dalam keadaan
immunocompromised,

misalnya

TB

bersama

dengan

penyakit lain: TB-HIV, TB-DM dan sebagainya. Masalah TB
dari

sisi

kesehatan


masyarakat

tidak

kalah

besar.

Pengobatan penyakit ini cukup lama, bila tanpa komplikasi
atau penyakit penyerta adalah 6 bulan. Bagi sebagian besar
masyarakat menganggap terapi 6 bulan ini terlalu lama,
sehingga banyak yang tidak sabar sehingga terjadi kasus
putus berobat (default), apalagi dalam waktu pengobatan 2
bulan saja kondisi klinis sudah membaik sehingga merasa
sudah sembuh. Demikian juga jangka waktu 6 bulan ini
dapat saja pasien TB karena mobilitasnya yang tinggi akan
pindah pekerjaan atau melanjutkan sekolah, sehingga
harus berpindah tempat sekaligus berpindah berobat ke
fasilitas kesehatan lain. Persoalan ini kelihatannya sepele
tetapi


dari

sisi

pemantauan

pengobatan

menjadi

bermasalah, apabila pasien TB tersebut tidak dilaporkan
hasil akhir pengobatannya, apakah memang sudah sembuh
atau jangan–jangan tidak melanjutkan pengobatan.
Selain masalah pengobatan, juga masalah penemuan
kasus. Pola perjalanan penyakit TB itu kronik, gejala
klinisnya berjalan lambat, berminggu minggu baru terasa
memberat. Hal ini menyebabkan tubuh sudah beradaptasi,
sehingga pasien suadah terbiasa dengan gejala penyakit
vi


tersebut. Akibatnya pasien tidak segera berobat, sehingga
panemuan kasus menjadi berkurang atau juga juga terjadi
keterlambatan pengobatan. Pasien yang terlambat berobat
akan menjadi sumber penularan dimasyarakat, sehingga
akan

mempersulit

pengendalian

TB.

Keterlambatan

pengobatan juga akan mengakibatkan kasus sudah berat
sehingga akan mempersulit pengobatan.
Ilustrasi diatas merupakan masalah yang nyata di
masyarakat dan juga terjadi di Jawa Tengah. Permasalahan
tersebut diteliti dan dievaluasi pada penelitian ini, mulai

tahun

2000-2016.

Evaluasi

dilakukan

berdasarkan

indikator program baik input maupun output. Hasil
evaluasi ini merupakan refleksi diri, karena WHO telah
mencanangkan

eliminasi

TB

pada

tahun

2035.

Visi

kedepan WHO ini harus dapat diikuti oleh Jawa Tengah.
Berbagai langkah sudah pernah dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mulai dari penerapan
strategi DOTS, terlibat dalam jejaring Public Private Mix
(PPM) dan upaya lain yang melibatkan seluruh stakeholder
yang terlibat. Pada penelitian ini juga dikembangkan
konsep modal sosial dalam usaha meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk ikut serta dalam mensukseskan program
pengendalian TB dengan tujuan eliminasi TB.
Selama penyusunan buku ini saya banyak dibantu
oleh Mahasiswa PPDS Pulmonologi dan Kedokteran FK
UNS, serta dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
yang telah memperbolehkan kami untuk mengakses data-

vii

data program pengendalian TB di Jawa Tengah. Buku ini
juga menjadi catatan saya pribadi yang selama ini ikut
terlibat dalam pelaksanaan program pengendalian TB
dengan Strategi DOTS. Semoga buku ini dapat menjadi
masukan untuk pelaksanaan program dimasa mendatang,
terutama untuk para sejawat yang terlibat program ini baik
di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota serta yang
bekerja di Rumah Sakit. Akhirul kalam, mohon maaf bila
masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini,
semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua. Aamiin

Surakarta 17 Agustus 2018

Reviono

viii

Daftar Isi
Cover ................................................................................................
Kata Pengantar ................................................................................
daftar Isi ...........................................................................................
Daftar Tabel .....................................................................................
Daftar Gambar .................................................................................

i
v
ix
xi
xii

BAB I

Pendahuluan ..................................................
A. Masalah Tuberkulosis Secara Global .......
B. Masalah Tuberkulosis di Tingkat Nasional
C. Masalah Tuberkulosis di Jawa Tengah .....

1
2
3
5

BAB II

Penanggulangan Tuberkulosis di Dunia ...........
A. Tuberkulosis Pada Awal Peradaban .........
B. Masa Ditemukannya Penyebab TB...........
C. Masa Kemoterapi .....................................
D. Penanggulangan TB Periode 1994 – 2005
E. Penanggulangan TB Periode 2006 – 2015
F. Penanggulangan TB Periode 2016 – 2035

7
8
11
16
21
27
35

BAB III Penanggulangan TB di Indonesia .....................
A. Masa Penjajahan ......................................
B. Masa Kemerdekaan .................................
C. Masa Penerapan Strategi DOTS .................
D. Masa Penerapan Public Private Mix (PPM) ..

41
42
46
50
53

BAB IV Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian .....
A. Desain Penelitian ......................................
B. Cara Kerja ................................................

61
62
63

BAB V Hasil Evaluasi Program ..................................
A. Data Demografi........................................
B. Capaian Indikator Input Program ............
C. Capaian Indikator Output Program .........

65
66
68
72

ix

D. Perbandingan Antara Puskesmas
dan Fasilitas Rujukan .............................
BAB VI Pembahasan dan Refleksi Program ..................
A. Dinamika Pencapaian Indikator TB
di Jawa Tengah........................................
B. Indikator Input Program ...........................
C. Indikator Output Program .......................

76
81
82
84
88

BAB VII Public – Private Mix (PPM)..............................
99
A. Public – Private Mix Dalam Memperkuat
Strategi DOTS .......................................... 100
B. Keterlibatan Sektor Swasta Pada PPM ....... 102
C. Permasalahan Pelaksanaan Program
Pengendalian TB di Rumah Sakit ............ 108
BAB VIII Peran Serta Masyarakat ................................
A. Gerakan Lintas Sektor dalam
Penanggulangan TB .................................
B. Modal Sosial ............................................
C. Dimensi Modal Sosial ...............................
D. Peran Kader Kesehatan ............................
E. Peran Tokoh Masyarakat ..........................
BAB IX

115
116
117
120
127
132

Penutup dan Rekomendasi ............................ 135

Daftar Pustaka ............................................................. 138
Lampiran .................................................................... 147
Daftar Singkatan .......................................... 149
Ethical Clearance .......................................... 150

x

Daftar Tabel

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Indikator untuk memantau program
pengendalian TB ..........................................

32

Tonggak pencapaian utama dalam
pengendalian TB di Indonesia ......................

50

Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menerapkan Strategi DOTS pada tahun
2010 secara nasional. ..................................

56

Sasaran Strategi Nasional pengendalian TB
per tahun 2010-2014...................................

57

Demografi penduduk dan fasilitas kesehatan
pada kasus TB di Jawa Tengah pada tahun
2000 -2016 ..................................................

66

Output hasil pengobatan Kasus
TB BTA (+) (%)..............................................

73

Perbandingan angka sembuh, default dan
pindah antara fasilitas pelayanan
kesehatan ....................................................

76

Tabel 8. Contoh alat untuk memulai dan
mendukung PPM ......................................... 105

xi

Daftar Gambar
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

3.
4.
5.
6.

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.

Hippocrates dan ilustrasi phthisis atau
consumption............................................
9
Fransiscus Sylvius de La Boe dan
Richard Morton........................................
12
Robert Koch dan Penyebab TB .................
14
Herman Brehmer dan Sanatorium...........
15
Selman A Waksman Penemu Streptomycin 17
Karel Styblo (bersama team WHO)
pencetus ide dasar DOTS ........................
20
Progres report yang dibuat tahun 2003 ...
24
Program Sustainable Development Goals .
36
Sekilas tentang End TB Strategy..............
37
Sanatorium di Indonesia..........................
45
Model Proyek HDL ..................................
54
Case notification rate TB BTA positif dan
semua kasus di Indonesia. ......................
58
CDR Jawa Tengah 2000 – 2016 ...............
69
Pencapaian CNR total dan CNR BTA (+)
di Jawa Tengah tahun 2000 – 2016 .........
71
Dinamika Success Rate tahun
2000 – 2016.............................................
72
Diagram skema PPM ................................ 104

xii

TUBERCULOSIS: NEVER ENDING STORY

Bab I.
Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
keberadaannya seumur dengan keberadaan
manusia.
Sudah sekitar 20 tahun World Health
Organization (WHO) menerapkan strategi
Directly Observed Treatment Short-course (DOTS)
yang dianggap sebagai strategi paling tepat
dalam program penanggulangan TB,
tetapi sampai saat ini TB masih menjadi
permasalahan global (Asuquo AE, et al, 2015).

1

TUBERCULOSIS: Never ending story

A. Masalah Tuberkulosis Secara Global
Setelah 20 tahun World Health Organization
(WHO) menerapkan strategi Directly Observed Treatment
Short-course (DOTS) dalam program penanggulangan
tuberkulosis (TB), sampai saat ini TB masih menjadi
permasalahan

global

(Asuquo

AE

et

al,

2015).

Berdasarkan laporan WHO 2016, terdapat 9.600.000
kasus TB baru dengan 1.500.000 orang meninggal
(WHO, 2017). Strategi DOTS mengutamakan deteksi
kasus

TB

basil

tahan

asam

(BTA)

(+)

dengan

menggunakan pemeriksaan mikroskopik sputum dan
pengawasan langsung menelan obat anti TB dengan
paduan obat jangka pendek. Pada tahun 2006 WHO
menggulirkan strategi Stop TB yang terdiri dari 6
komponen dengan visi dunia bebas dari TB. Target
utamanya adalah menurunkan beban TB global secara
dramatis pada tahun 2015 sesuai dengan target 8
Millenium development goals (MDGs). Target tersebut
adalah kelanjutan dari target WHO sebelumnya yaitu
deteksi kasus baru TB BTA positif (70%) dan angka
kesembuhan minimal 85% yang telah disampaikan
pada tahun 2005 (WHO, 2005; Pio A, 2006)). Program
ini berlanjut dengan dituangkan dalam The End TB
Strategy

yang

merupakan

indikator

dari

tujuan

Sustainable Development Goals (SDGs) pada tujuan ke
3. The End TB Strategy mentargetkan dunia bebas TB
pada tahun 2035 (Stop TB Partnership, 2015).

2

TUBERCULOSIS: NEVER ENDING STORY

Pada tahun 1994, World Health Organization
telah

mengeluarkan

Strategi

Directly

Observed

Treatment Short Course (DOTS) yang ditujukan untuk
menanggulangi
Millenium

epidemi

Development

TB.

Untuk

Goals,

menghadapi

strategi

DOTS

dikembangkan menjadi Strategi Stop TB yang bertujuan
untuk melibatkan semua fasilitas pelayanan kesehatan
(Probandari A, 2008). Metode ini dikenal dengan Public
Private Mix (PPM) yang merupakan komponen inti dari
Strategi Stop TB (Lei X, et al, 2015).

B. Masalah Tuberkulosis di Tingkat Nasional
Program penanggulangan TB dengan Strategi
DOTS sampai tahun 2005 di Jawa Tengah sebagian
besar dilaksanakan oleh Puskesmas sekitar 98% sudah
terlibat, sedangkan untuk fasilitas pelayanan Rujukan
yaitu Rumah Sakit (RS) maupun Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BKPM) yang dahulu dikenal BP4 (Balai
Pengobatan Penyakit Paru Paru) belum mencapai 30%.
Untuk mencapai tujuan dan target penanggulangan TB
Strategi DOTS harus di diekspansi keseluruh fasilitas
pelayanan

kesehatan

(Depkes,

2008).

Target

dari

Strategi DOTS adalah case detection rate (CDR) minimal
70%, cure rate 85%, angka default (putus berobat) <
5%, angka gagal pengobatan