di bandung mencapai cita CITA (7)

CITA-CITA
Nama saya Nurul Lailiyatus Sa’diyah, saya tinggal bersama keluarga yang terdiri dari
Ayah, Ibu, dan dua Saudara Perempuan, saya berasal dari desa Ngujungrejo- Turi- Lamongan,
Ayah saya bekerja sebagai guru dan Ibu sebagai Ibu rumah tangga, saya berusia 18 tahun
dan sekarang sedang kuliah di Universitas Islam Lamongan semester dua di jurusan
pendidikan agama islam, meskipun saya dari keluarga yang sederhana tetapi alhamdulillah
orang tua saya sampai sekarang bisa menyekolahkan saya sampai jenjang kuliah.
Setiap dari kita pasti mempunyai impian, cita-cita,dan harapan. cita-cita dan impian
sudah ditanam sejak dini dalam diri kita bagaimana supaya kita bisa menjadi pribadi yang
baik dan sukses di masa depan, dari kecil saya mempunyai cita-cita dan ketika dewasa nanti
saya harus bisa menunjukkan kepada orang tua bahwa saya bisa meraih cita-cita dan dapat
bermanfaat bagi semua orang.
Pada waktu sekolah TK dulu kalau saya dan teman-teman di tanya oleh Guru tentang apa
cita-cita kalian? Pasti kita semua spontan dan asal-asalan untuk menjawabnya ada yang ingin
jadi pilot, polisi, tentara, dokter, guru, dan yang lainnya. Dan saya pribadi hanya bisa ikut
untuk menjawab saya ingin jadi dokter bu, karena diwaktu ini saya masih belum tau apa arti
sesungguhnya tentang cita-cita dan saya menganggap menjadi dokter itu enak karna bisa
menyembuhkan orang sakit dan bisa membantu orang.
Menginjak sekolah MI saat guru bertanya tentang cita-cita, pikiran saya tentang cita-cita
berubah yang semula ingin jadi dokter dan sekarang ingin menjadi guru karna saya
menganggap guru merupakan pekerjaan yang mulia dan guru juga disebut sebagai pahlawan

tanpa tanda jasa disisi lain juga Ayah saya seorang guru MI maka dari hal inilah saya ingin
jadi guru karna bisa mengabdi ke sekolah selain itu juga mempunyai murid-murid yang
banyak dan dihormati oleh semua muridnya.
Setelah meninggalkan bangku sekolah MI dan menginjak ke sekolah yang lebih tinggi di
MTS dan MA dijenjang ini kalau saya ditanya tentang apa cita-citamu saya hanya diam dan
mulai bingung menjawabnya karna saya merasa diwaktu ini saya tidak tau ketika besar nanti
saya ingin jadi apa karna saya menganggap di waktu ini saya belum mempunyai cita-cita
karna berbeda dengan waktu kecil dulu ketika MI atau TK yang asal-asalan bisa menjawab

apa cita-cita saya. Diwaktu MTS dan MA ini kalau ditanya tentang cita-cita saya hanya bisa
menjawab melantur bahwa cita-cita saya adalah “ingin membahagiakan orang tua”, “ingin
menjadi orang sukses”, “ingin memberangkatkan kedua orang tua untuk pergi haji” tetapi
jawaban itu semua bukan sebuah cita-cita melainkan sebuah keinginan yang dimiliki oleh
semua orang.
Pada saat waktu sekolah MA kelas tiga saya mulai mengerti arti dari sebuah cita-cita,
cita-cita bukan hanya sebuah harapan tentang profesi tetapi cita-cita adalah impian dan
harapan yang berguna dimasa depan nanti, maka dari pemikiran inilah ketika akan lulus SMA
saya ingin melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya yaitu dibangku kuliah.
Pada saat semua universitas membuka penerimaan mahasiswa baru melalui jalur
SNMPTN disinilah saya mencoba ikut daftar tetapi saya mulai bingung untuk memilih

universitas dimana dan mengambil jurusan apa, tetapi ada salah satu guru Madrasah aliyah
yang memberi saran kepada saya untuk mengambil jurusan bahasa arab karna menurut
beliau selama mengajar saya cukup mengerti dan faham tentang pelajaran bahasa arab dan
disisi lain sejak MI saya juga suka pelajaran bahasa arab. Dan akhirnya saya mencoba
mendaftar di Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya dan mengambil jurusan bahasa
arab, dan pada saat inilah muncul di benak saya bahwa cita-cita saya sekarang yaitu ingin
menjadi guru bahasa arab. Tetapi ketika pengumuman kelulusan SNMPTN mungkin Allah
berkehendak lain dan mempunyai rencana yang lain terhadap saya karna saya tidak berhasil
lolos melalui jalur SNMPTN ini.
Setelah jalur SNMPTN ada jalur SBMPTN tapi saya tidak mempunyai keinginan untuk ikut
daftar kuliah di universitas yang berada di luar kota Lamongan lagi karna saya tidak bisa jauh
dari keluarga. Maka dari sinilah saya memutuskan untuk kuliah di lamongan saja kemudian
saya mulai mencari info ke universitas di lamongan yang ada jurusan bahasa arab tetapi
universitas di lamongan yang saya pilih antara Universitas Islam Darul ulum dan Universitas
Islam Lamongan tetapi keduanya juga tidak ada jurusan kusus bahasa arab, yang akhirnya
saya memilih Universitas Islam Lamongan dan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam
karna saya menganggap di jurusan itu nantinya pasti ada pelajaran bahasa arab karna
berbasis agama sambil saya bisa mendalami pelajaran- pelajaran agama dan benar mulai
semester satu sudah ada pelajaran bahasa arabnya.


Dari sinilah saya bisa belajar dan mendalami pelajaran bahas arab lagi dan bisa
mendalami bahasa arab yang berkaitan dengan Nahwu dan Shorof, memang sejak MI
sampai MTS saya sudah pernah mempelajari Nahwu dan Shorof karna pada waktu MTS saya
mondok di Pesantren Mamba’us Sholihin Gresik yang pelajaran di pondoknya banyak
pelajaran Bahasa arabnya tetapi ketika saya sekolah MA pelajaran Nahwu dan Shorof saya
mulai hilang dan lupa karna saya sudah tidak berada di pondok lagi tetapi ketika saya kuliah
di Universitas Islam Lamongan saya sangat senang karna bisa mempelajari bahasa arab yang
berkaitan dengan Nahwu dan Shorof lagi karna dalam pikiran saya sekarang bahwa cita-cita
yang semula ingin jadi guru bahasa arab sekarang berubah jadi seorang dosen bahasa arab
maka dari itu saya harus bersungguh-sungguh dan semangat dalam menjalani kuliah
meskipun banyak sekali tugas yang numpuk karna saya ingin cita-cita saya bisa tercapai dan
tidak putus di tengah jalan.
Saya ingin menjadi dosen bahasa arab, ya,dosen di sebuah perguruan tinggi istimewa,
termasuk dosen bagi kehidupanku dimasa yang akan datang dengan pengabdianku hanya
untuk masyarakat dan Allah semata-mata dosen yang bisa bermanfaat bagi siapapun, dan
bisa membanggakan kedua orang tua, semoga Allah menijabahi. Amin
Akhirnya, semoga pengisahan ini menjadi inspirasi untuk siapa pun mungkin ini Hanya
mimpi, tetapi saya percaya bahwa mimpi itu akan terwujud selagi ada usaha keras. Karena
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri.
Belajar dan berubah menjadi lebih baik.

“Semua berawal dari impian dan indah pada waktunya, hiduplah dengan mempunyai
impian dan harapan bukan hidup dalam mimpi”.