komunikasi pada orang tua dengan

KOMUNIKASI DENGAN ORANG TUA
DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Yuyun Affandi, Lc. Ma

Disusun oleh :
Muhammad Asep Bachtiar

(121211069)

Nur Afifah Ghoida

(121211074)

Nur Latif

(121211075)

Nur Ma’shumah


(121211076)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

I.

LATAR BELAKANG
Al-quran merupakan kalam Allah yang benar. Al-quran dijadikan pegangan
hidup bagi umat manusia, karena didalamnya mengandung segala sumber hukum
yang menyangkut ibadah, tauhid, akhlaq, ilmu pengetahuan, serta sejarah-sejarah
orang terdahulu.
Lisan merupakan alat komunikasi oral yang dimiliki manusia dalam
menyampaikan gagasan, pikiran, unek-unek, dll. Bentuk-bentuk komunikasi ada
banyak, diantaranya Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga. Menurut
Pratikto (dalam Prasetyo, 2000), salah satunya adalah komunikasi orangtua
dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu

ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah,
disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang
tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba menafsirkan ayat yang
berkenaan dengan adab berkomunikasi kepada orang tua yaitu QS. Al-Israa : 23.
Komunikasi yang santun dan sehat kepada kedua orang tua merupakan salah satu
ciri-ciri dari anak yang shaleh. Seorang anak haruslah berkomunikasi yang santun
kepada kedua orang tuanya, tidak boleh kasar atau membentak.

II.

PEMBAHASAN
A. Teks Utama













     
      
       

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
hendaklah kamu berbuat bai pada Ibu, Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ’ah’, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23)1
1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah 7 (Jakarta: Lentera Hati 2002). Hal 442

1


B. Mufrodat


: Memberi keputusan dan perintah



: Nama suara untuk menyatakan kejengkelan dan sakit.



: Mulia

C. Korelasi Ayat
      
     
        
      
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi

bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". (ash-Shaffat ayat 102)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan suatu jenis
kalimat dengan makna yang berbeda. Tidak jarang, kalimat perintah
digunakan untuk melarang. Contoh, seorang ibu yang melarang anaknya
memanjat pohon dengan menggunakan kata, “Panjat, panjatlah!” Kalimat ini
jenisnya kalimat perintah karena terdapat partikel lah. Tetapi dalam konteks
percakapan ibu dan anak, kalimat itu bermakna larangan. Si anak sebagai
peserta komunikasi sadar kalau kalimat itu adalah larangan walau bentuknya
kalimat perintah.2
Dari uraian di atas, dapat diambil point-point sebagai acuan dalam
berkomunikasi kepada anak.
1. orang tua hendaknya selalu melakukan kegiatan bersama sehingga
terbentuk kesamaan frame of reference (kerangka acuan) dan filed of
experience (bidang pengalaman) antara orang tua dan anak.

2http://www.dakwatuna.com/2014/04/15/49631/meniru-gaya-komunikasi-ibrahim-analisawacana-pragmatik-surat-ash-shafat-ayat-102/#ixzz34niLHp4x


2

2. Kedua, menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan. Hal inilah yang
akan meningkatkan kredibilitas orang tua di mata anak. Tan menyebutkan
kredibilitas adalah penilaian komunikan terhadap komunikator bahwa
komunikator memiliki pengetahuan dan tidak memihak atas pesan yang
disampaikan. Penilaian komunikan ini bisa terwujud jika komunikator
(orang tua). menyelaraskan antara perkataan dengan perbuatanya. Ketiga,
menyesuaikan pesan/informasi yang disampaikan kepada anak sesuai
dengan usia sang anak. Seringkali, orang tua tidak menyesuaikan
perkataan (informasi) yang disampaikan dengan usia anak. Kondisi ini
membuat anak tidak mampu menalar pesan yang disampaikan dengan
baik. Hasilnya, tujuan komunikasi tidak akan tercapai.
3. Ketiga point di atas hendaknya bisa menjadi acuan para orang tua dalam
berkomunikasi kepada anaknya. Jika hal ini dilakukan, penulis yakin
komunikasi yang dilakukan akan berhasil. Hal itu telah dibuktikan oleh
Ibrahim. Pertanyaan yang muncul, apakah orang tua mampu mengikuti
gaya komunikasi yang dicontohkan Ibrahim itu.
D. Tafsir
a. Tafsir menurut para ahli.

Menurut Imam Al Qurtubi dalam tafsir Al- Qurtubi
membahas 16 masalah :
1. Pertama ‫ ضقضضى‬: “ Memerintahkan “. Maksudnya , memerintahkan,
mengharuskan dan mewajibkan.
2. Kedua: Allah SWT memerintahkan bertauhid dan beribadah kepada-Nya.
Dan menjadikan bakti kepada kedua orang tua selalu dibarengkan dengan
beribadah kepada-Nya. Sebagaimana telah membarengkan terimakasih
kepada keduanya dengan bersyukur kepada-Nya. Allah berfirman, ‫ضوضقضضى‬
‫“ ضربيهضك أ ض ي ضلا تضحعبههدوا إإ ي ضلا إإ يضياهه ضوإبال حضوالإضدي حإن إإححضساننا‬Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”.
3. Ketiga: Termasuk berbakti kepada kedua orang tua adalah ihsan (berlaku
baik) kepeda keduanya dengan tidak menunjukan pertentangan atau
durhaka kepada keduanya. Karena tindakan seperti itu disepakati termasuk
dosa besar. Hal tersebut dijelaskan dalam sunnah sebagaimana tercantum
3

dalam shahih dari Abdullah bin amru, “Sesungguhnya di antara dosa
besar itu adalah seseorang yang mencaci kedua orang tuanya”. Para
sahabat berkata, “Wahai Rasulullah apakah (ada) seseorang yang

mencaci orang tuanya sendiri?”. Beliau menjawab, “ Ya (ada),yaitu
seseorang yang mencaci ayah orang lain berarti ia mencaci ayahnya
sendiri, kemudian ia mencaci ibu orang lain berarti ia telah mencaci
ibunya sendiri.3
4. Keempat: Durhaka terhadap orang tua adalah menentang maksud
keduanya yang bersifat mubah. Sebagaimana berbakti kepada keduanya
adalah menuruti apa yang menjadi maksud keduanya. Dengan demikian
jika keduanya atau salah satu dari keduanya memerintahkan suatu perintah
kepada anaknya, mak ia wajib menaatinya jika perintah itu bukan suatu
kemaksiatan dan selama yang diperintahkan itu merupakan hal hal yang
mubah (boleh) dan termasuk mandub (dianjurkan). Sebagia ulama
berpandangan

bahwa

perintah

kedua

orang


tua

untuk

hal-hal

yang mandub maka menjadi bertambah kuat ke mandubnya itu.
5. Kelima: At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata,” Aku
memiliki seorang istri yang aku cintai. Sedangkan ayahku membencinya
sehingga memerintahkanku agar aku menceraikannya namun aku
menolaknya.
6. Keenam: Dalam Ash-Shahih terlansir riwayat dari Abu Hurairah, ia
berkata, “Datang seorang pria kepadanya Nabi SAW lalu berkata,
“Siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan denga biak ?”
Beliau menjawab, “Ibumu”. Ia bertanya lagi, “ Kemudian siapa lagi?”
Beliau menjawab, “Ibumu”. Ia bertanya lagi, “ Kemudian siapa lagi?”
Beliau menjawab, “Ibumu”. Ia bertanya lagi, “ Kemudian siapa lagi?”
Beliau menjawab, “Ayahmu”.4
Hadist ini menunjukan bahwa kecintaan dan kasih sayang kepada ibu

harus tiga kali lipat dari kecintaan terhadap ayah. Hal itu karena Nabi
SAW menyebutkan ibu Sampai tiga kali, sementara Ayah hanya sekali
saja.

3 Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal.590
4 Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),hal.591

4

Jika makna ini dihayati maka akan tearlihat jelas bahwa kepayahan
mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik hanya khusus pada
diri.
7. Ketujuh: Bakti kepada orang tua tidak khusus ketika kedua orangtua itu
muslim. Bahkan sekalipun keduanya kafir,berbakti dan berbuat baik
kepada keduanya tetap wajib,apalagi jika keduanya kafir dzimmi (yang
berhak hidup damai). Allah SWT berfirman “Allah tidak melarang kamu
untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadp orang-orang yang tiada
memerangimu kaerna agam dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu.” (Qs.Al Mumtahanah [60]: 8)
8. Kedalapan: Diantara berbuat baik kepada orang tua adalah jika ditentukan

untuk berangkat berjihad maka hendaknya berjihad dengan izin keduanya.
”ada seorang pria datang kepada Nabi SAW meminta izin untuk
berjihad.Maka beliau menjawab ,”Ya”.beliau bersabda,”Berjihad dengan
berbakti pada keduanya.”5
Sedangkan lafazh Muslim di selain Ash-Shahih :
Ia

berkata,”Ya,aku

meninggalkan

keduanya

dalam

keadaan

menangis”.Beliau bersabda ,”Kembalilah dan buat keduanya tertawa
sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.”
9. Kesembilan: Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan kedua orang
tua yang musyrik, apakah anaknya harus keluar dengan izinnya , jika jihad
adalah salah satu fardhu kifayah. Ats-Tsauri mengatakan,” tidak boleh
berperang melainkan dengan izin kedunya.”
Asy-Syafi’i berkata, “ boleh baginya berperang dengan tanpa izin
keduanya.”
Ibnu Al Mundir berkata, “ para kakek adalah para ayah sedangkan para
nenek adalah para ibu, sehingga seseorang tidak boleh beperang dengan
izin mereka. Dan aku tidak mengetahui adanya indikasi yang mewajibkan
itu kepada saudara dan kerabat lainnya.”
Sedangkan Thawus melihat bahwa berbuat baik kepada saudara-saudara
lebih baik dari pada jihad dijalan Allah ‘Azza wa Jalla.’.
10. Kesepuluh: Diantara faktor menyempurnakan bakti kepada kedua orang
tua adalah menyambung silaturrahim kepada para sahabat atau temannya.
5 Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),hal.592

5

Rasulullah juga memberikan hadiah kepada kawan-kawan Khadizah
sebagai bakti beliau kepadanya dan memenuhi janjinya, karena dia adalah
istri beliau. Maka apalagi apalagi dengan kedua orang tua 11.
11. Kesebelas: Firman Allah SWT: “jika salah seorang diantara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu.”
Dikhususkan ketika masa lanjut usia karena ini adalah masa di mana
keduanya sangat membutuhkan baktinya karena perubahan kondisi pada
keduanya yang melemah faktor usia yang tua. Karena keduanya dalam
kondisi ini telah menjadi tanggung jawab anaknya. Keduanya sangat
membutuhkan perhatian dari orang yang dulu pernah diurusinya diwaktu
kecil, yaitu dari anak-anaknya.
Selain itu juga masa yang lama berada bersama seseorang kadangkadang menimbulkan kebosanan dan kejenuhan sehingga menstimulasi
emosi terhadap keduia orang tuanya. Untuk mengantisipasi situasi ini,
maka dianjurkan agar sianak tetap berbicara dengan baik dan lemah
lembut terhadap kedua orang tuanya,dengan demikian dia akan selamat
dari segala cela dan aib. Maka Allah SWT berfirman: “Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.”
Orang bahagia adalah orang yang segera menggunakan kesempatan
untuk berbakti kepada kedua orang tuanya agar tidak terkejar dengan
kematian keduanya sehingga akan menyesali semua itu. Sedangkan orang
sengsara adalah orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Apalagi
bagi orang yang telah sampai kepadanya perintah untuk berbakti kepada
kedua orang tua.
12. Keduabelas: Firman Allah SWT: “maka sekali kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’.”Maksudnya, jangan katakan
keduanya ucapan-ucapan yang di dalamnya sekecil apapun yang
menyedihkan., Dari Abu Raja’ Al- Utharidi “Ah, adalah ucapan yang
buruk lagi kasar.”

6

Mujahid berkata.”Artinya: Jika anda, mendapatkan kedua orang tau
dalam kondisi lanjut usia lalu ia buangt aiar besardan aie kecil, maka
janganlah anda keduanya lalu anda ucapkan ah.” Sedangkan maksud ayat
ini lebih luas dari makna ini.
Uff dan tuff adalah kotoran kuku, dan juga dikatakan terhadap apa-apa
yang menggelisahkan dan memberati.
Al Azhari berkata,”Uff juga sesuatun yang snagat hina. dengan
kasratain sebagaimana macam-macam sauar yang di kasratain kan.
Sedangkan Abu Amru bun Al Ala’berkata,”Uf adalah kotoran di sela-sela
kuku sedangkan tuff adalah potongannya.”
Az-Zujjaj berkata.”Arti uff dalah busuk,”.
Para ulama kuita berkata,”ucapan ‘ah’ terhadap kedua orang tua adalah
ucapan yang paling hina karena dengan ucapan itu menolak keduanya
dengan penolakan yang termasuk kufur nikmat,kufur dan menolak wasiat
Al-Quran.
13. Ketigabelas: firman Allah SWT “Dan janganlah kamu membentak
mereka.” An-Nahru : Membentak dan berbicara kasar kepadanya.“Dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. ” Maksudnya,yang
lembut dan indah. Seperti: Wahai bapakku dan hai ibuku,dengam tidak
menyebut nama atau julukannya.Demikian dikatakan oleh Atha’.
Sedangkan Ibnu Al Baddah[7] At-Tujibi berkata, “ Saya katakan
kepada Said bin Al Musayyab bahwa semua yang ada di dalam Al-Qur’an
mengenai berbakti kepada kedua orang tua telah saya ketahui, kecuali
firman-Nya,” Dan

ucapkanlah

kepada

mereka

perkataan

yang

mulia”. Apakah perkataan yang mulia itu?. Ibnu Al Musayyab
menjawab,”ucapan seorang hamba yang bersalah kepada kedua orang
tuanya yang kasar dan keras.”
14. Keempatbelas: Firman Allah SWT,
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan .“Ini adalah bahasa kiasan yang berkenaan dengan lemah
lembut dan kasih sayang serta merendah diri dihadapan kedua orang tua
sebagaimana rendah diri seorang rakyat terhadap seorang pemimpin
sebagaimana di tunjukan kepadanya oleh Sa’id bin Al Musayyab. Hafsh

7

mengambil gambaran dengan ‘sayap’ dan menjadikannya rendah adalah
serupa dengan sayap burung ketika merendahkan sayap untuk anaknya.
15. Kelimabelas: Dan didalam ungkapan adalah untuk menjelaskan jenis.
Maksudnya, sungguh rendah diri adalah bagian dari rahmat yang kokoh
bersemayam didalam jiwa. Dan juga bisa untuk menunjukan tujuan akhir.
Kemudian Allah SWT memerintahkan para hambanya agar berkasih
sayang kepada orang tua mereka dan mendo’akan mereka. Hendaknya
engkau menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangimu dan
juga lemah lembut kepada keduanya sebagaimana keduanya lemah lembut
kepadamu. Karena keduanya telah menolongmu ketika kamu masih kecil,
bodoh dan sangat membutuhkan sehingga keduanya mengutamakanmu
dari pada diri mereka sendiri. Keduanya begadang dimalam hari, keduanya
lapar demi mengenyangkanmu,keduanya berpakaian compang-camping
demi memberikan pakaian untukmu, maka kamu tidak akan bisa mebalas
kebaikan keduanya kecuali ketika keduanya telah lanjut usia sampai batas
usia mereka tidak berdaya seperti kamu masih kecil,lalu kamu
mengurusinya dengan baik sebagaimana keduanya telah mengurusmu
dengan baik pula. Dengan demikian kedua orang tua memiliki hak untuk
diutamakan.
16. Keenambelas: Firman Allah SWT: “sebagaimana mereka berdua telah
mendidiku.” Pendidikan secara khusus disebutkan agar para hamba ingat
bahwa kasih sayang kedua orang tua dan kelelahan kedua orang tua adalah
dalam mendidik. Sehingga hal itu dapat menambah kasih sayang dan sikap
lemah lembut kepada keduanya. Semua ini untuk kedua orang tua yang
mukmin6
Menurut Ahmad Al-Ansori Al-Qurtubi dalam tafsirnya Al-Jami’ul Ahkam
Al-Qurtubi, beliau menafsirkan kata (qoulan karima) yaitu kata atau
ungkapan dengan lemah lembut, seperti memanggil kedua orang tua
dengan panggilan yang sopan, semisal Ayahanda atau Ibunda, bukan justru
sebaliknya memanggil dengan panggilan namanya maupun dengan
ungkapan atau perkataan yang semisalnya, baik berupa sindiran atau
kiasan. Lebih jauh lagi beliau menjelaskan (qoulan karima) yaitu kata-kata
yang santun, sopan dan bukan kata-kata yang kasar seperti halnya kata6 Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal.605

8

kata yang diungkapkan oleh orang-orang jahat. Ayat di atas menegaskan
perintah untuk berkata kepada orang tua dengan perkataan yang pantas,
kata-kata yang mulia, kata-kata yang keluar dari mulut orang yang beradab
dan bersopan santun.7
Menurut ahmad mustafa Al-Maragi ,
mengatakan bahwasanya tidak ada karunia yang samapai kepada
manusia yang lebih banyak dibandingkan karunia Allah yang diberikan
kepadanya, kemudian karunia dua orang tua. Oleh karena itu Allah memulai
dengan memerintah supaya bersyukur atas nikmatnya. Kemudian Allah
menerangkan lebih jelas perbuatan baik, apa yang wajib dilakukan terhadap
kedua orang tua, dengan firman-nya:
“apabila dua orang tua atau salah satu seorang diantaranya berada disisimu
hingga mencapai keadaan lemah, tidak berdaya dan tetap berada disisi mereka
berdua pada awal umurmu, maka harus memperlakukan kepada keduanya.
Kamu harus memperlakukan kepada keduanya sebagaimana orang yang
bersyukur kepada terhadap orang yang telah memberi karunia kepadanya.
Perlakuan itu akan menjadi nyata bila kamu lakukan kepada keduanya lima
hal sebagai berikut:
a. Pertama: Jangan kamu jengkel terhadap sesuatu yang kamu lakukan oleh
salah satu dari orangtuamu atau oleh kedua-duanya yang menyakitkan hati
orang lain, tetapi bersabarlah menghadapi semua itu dari mereka berdua
dan mintalah pahala Allah atas hal itu, sebagaimana kedua orang itu
pernah bersikap kepadamu
b. Kedua: Janganlah kamu menyusahkan keduanya dengan sesuatu perkataan
yang membuat mereka berdua merasa tercela. Hal ini merupakan larangan
menampakkan perselisihan terhadap mereka berdua dengan perkataan
yang disampaikan dengan nada menolak atau mendustakan mereka berdua,
di samping ada larangan untuk menampakkan kejemuan, baik sedikit
maupun banyak.
c. Ketiga: Ucapkanlah dengan ucapan yang baik kepada orangtua dan
perkataan yang manis, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan,
7 Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),hal.608

9

sesuai dengan kesopanan yang baik, dan sesuai dengan tuntutan
kepribadian yang luhur. Seperti ucapan: Wahai ayahanda, Wahai Ibunda.
Dan janganlah kamu memanggil orangtua dengan nama mereka, jangan
pula kamu meninggikan suaramu di hadapan orangtua, apalagi kamu
memelototkan matamu terhadap mereka berdua. Menurut Ibnu ‘IMusayyab, perkataan mulia yaitu seperti perkataan orang budak yang
berdosa di hadapan tuannya yang galak.
d. Keempat: Bersikaplah kepada orangtua dengan sikap tawadlu’ dan
merendah diri dan taatlah kamu kepada mereka berdua dalam segala yang
diperintahkan terhadapmu, selama tidak berupaya kemaksiatan kepada
Allah. Yakni sikap yang ditimbulkan oleh belas kasih dan sayang mereka
berdua, karena mereka benar-benar memerlukan orang yang bersifat butuh
pada mereka berdua. Dan sikap itulah, puncak ketundukan dan kehinaan
yang bisa dilakukan.
e. Kelima: Hendaklah kamu berdo’a kepada Allah agar Dia merahmati kedua
orangtuamu dengan rahmat-Nya yang abadi, sebagai imbalan kasih sayang
mereka berdua terhadap dirimu ketika kamu masih kecil dan belas kasih
mereka yang baik terhadap dirimu.8
Menurut M. Quraish shihab dalam tafsir Al-Misbah.
Ayat di atas menyebut secara tegas kedua orang tua atau salah seorang
diantara keduanya saja dalam firmannya: “ jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-dunya mencapai ketuaan disisimu walaupun kata
mencapai ketuaan ( usia lanjut ) berbentuk tunggal. Hal ini untk menekankan
bahwa apapun keadaan mereka, berdua atau sendiri, maka masing-masing
harus mendapatkan perhatian anak. Memang boleh jadi keberadaan orang tua
sendirian atau keberadaan mereka berdua memang boleh jadi menimbulkan
sikap acuh kepadanya. Boleh jadi juga kalau keduanya masih berada disisi
anak, maka sang anak yang segan atau cinta pada salah satunya terpaksa
berbakti kepada keduanya karena keseganan dan kecintaan pada salah seorang
diantara mereka saja. Dan ini menjadikan ia tidak lagi berbakti kalau yang
disegani dan di cintai sudah tidak ada9
8 Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi 13, (Semarang:CV. Toha putra, 1994), Hlm 62-63
9 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah 7 (Jakarta: Lentera Hati 2002). Hal 445

10

E. Hukum
1. Berbakti kepada orang tua hukumnya adalah wajib.
F. Hikmah
Hikmah yang terkandung dalam surat Al- Isra ayat 23 di antaranya adalah :
1. Berbakti kepada orang tua adalah salah satu sifat mengesakan Allah.
2. Perintah agar berbakti kepada orang tua, derajatnya sejajar dengan
perintah mengesakan Allah.
3. Generasi muda dan orang tua sepatutnya membangun hubungan dengan
landasan iman.
4. Berbakti kepada orang tua, tidak diisyaratkan bahwa orang tua harus
muslim.
5. Berbakti kepada kedua orang tua harus dilakukan oleh seorang anak tanpa
perwakilan.
6. Berbakti bisa berarti mencintai, mendidik, menghargai, berkomunikasi
dengan baik.
7. Barbaki kepada orang tua adalah kewajiban yang tidak pernah selesai
ditunaikan.
8. Jangan titipkan orang tua yang sudah tua renta dipanti jompo atau
semacamnya, anak-anaknya yang bertanggung jawab mengasuhnya.
9. Perbuatan dan ucapan yang baik sama-sama pentingnya.
10. Manusia harus berkata santun dan berbuat baik kepada kedua orang tua
tanpa pamrih dan tanpa mengharap balasan.
11. Berbakti kepada orang tua berbanding lurus dengan perintah agar manusia
mengesakan Allah.
12. Doa anak terhadap orang tua sangat mustajab
13. Mendoakan orang tua adalah ungkapan terima kasih seorang anak.
14. Penderitaan orang tua ketika merawat anaknya sewaktu kecil adalah
perjuangan yang harus mendapatkan penghargaaan setinggi-tingginya.
15. Orang tua harus mendidik anaknya penuh dengan kasih sayang.
16. Manusia harus menghargai para pendidiknya.
III.

KESIMPULAN
Seorang anak, sudah semestinya untuk selalu berlaku sopan dan santun kepada
orang tua. Tidak tanpa terkecuali karena sudah jelas bahwa orang tualah yang
11

sudah memberi sepenuhnya kasih sayang kepada anak. Sebagai orang tua pun juga
harus memberikan didikan yang baik serta sesuai dengan nilai-nilai agama, karena
semua itu demi kebaikan orang tua serta anak. Dengan demikian suatu karakter
pendidikan dalam islam bisa tercipta dengan baik jika kedua pihak saling
menunjukan keharmonisasian hubungan dengan dasar-dasar pendidikan yang
dibentuk sebaik-baiknya.
IV.

PENUTUP
Demikian pembahasan makalah kami mengenai kebaikan dan keburukan
dalam Q.S Al - Isra ayat 23, yang dapat kami tulis. Kami menyadari bahwa masih
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepannya.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semu

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008
Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi 13, Semarang:CV. Toha putra, 1994
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah 7 , Jakarta: Lentera Hati 2002
http://www.dakwatuna.com/2014/04/15/49631/meniru-gaya-komunikasi-ibrahim-analisawacana-pragmatik-surat-ash-shafat-ayat-102/#ixzz34niLHp4x.

12

13

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5