PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGY (1)

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2013 SEBESAR 5,40 PERSEN
 Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun 2013 yang diukur dari
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
meningkat 5,40 persen terhadap PDRB tahun 2012. Semua sektor perekonomian tumbuh positif
dan pertumbuhan tertinggi dicapai sektor industri pengolahan sebesar 7,81 persen.
 Dari sisi supplai, sumber utama pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2013 dihasilkan oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran dengan andil 1,31 persen dan diikuti sektor jasa-jasa serta
sektor industri pengolahan dengan andil masing-masing sebesar 0,98 persen.
 Nilai PDRB DIY tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 63,69 triliun, sedangkan atas
dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 24,57 triliun.
 Secara triwulanan, nilai PDRB DIY pada triwulan IV 2013 meningkat sebesar 0,02 persen
dibandingkan dengan triwulan III 2013 (q-to-q) dan meningkat 4,32 persen dibandingkan dengan
triwulan IV 2012 (y-on-y).
 Dari sisi permintaan/penggunaan, sebagian besar PDRB 2013 digunakan untuk memenuhi
konsumsi rumah tangga dengan proporsi 52,27 persen, diikuti oleh pembentukan modal tetap
bruto (PMTB) atau investasi fisik sebesar 31,26 persen, dan konsumsi pemerintah 26,39 persen .
 Hampir semua komponen PDRB penggunaan mengalami pertumbuhan positif selama tahun

2013. Pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 6,38
persen dan diikuti oleh konsumsi rumah tangga sebesar 5,82 persen, konsumsi pemerintah
sebesar 5,31 persen dan PMTB sebesar 5,02 persen.
 Sumber utama pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2013 didorong oleh konsumsi rumah
tangga dan ekspor barang dan jasa dengan andil masing-masing sebesar 2,81 persen, diikuti
PMTB 1,32 persen, dan konsumsi pemerintah 1,07 persen.
 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tahun 2013 mencapai Rp 17,98 juta dan senilai
dengan Rp 6,93 juta atas dasar harga konstan 2000.

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013
Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB) tahun 2013 tercatat sebesar Rp 63,69 triliun. Nilai tersebut setara dengan
Rp 24,57 triliun jika dihitung dengan harga konstan tahun 2000 (PDRB riil). Dibandingkan dengan PDRB
riil tahun 2012 yang mencapai Rp 23,31 triliun, maka kinerja perekonomian DIY selama tahun 2013
mampu tumbuh positif sebesar 5,40 persen (Gambar 1). Angka 5,40 persen ini menjadi angka

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

1


pertumbuhan tertinggi yang mampu dicapai DIY selama lebih dari satu dekade pasca krisis ekonomi
1997/1998.
Gambar 1.
PDRB D.I. Yogyakarta 2007-2013 Atas Dasar Harga Berlaku, Harga Konstan 2000 (Rp Triliun)
dan Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
70
5,17

5,03

5,32

4,88

60

63,69

4,43


4,31

5,40

5,00

57,03

50

51,79

4,00

45,63

40

41,41


3,00

38,10
30

6,00

32,92

20
18,29

19,21

20,06

21,04

22,13


23,31

24,57

2,00
1,00

10
0

0,00
2007

2008
PDRB ADHB (Rp Triliun)

2009

2010


2011

PDRB ADHK 2000 (Rp Triliun)

2012

2013

Pertumbuhan (Persen)

Tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai selama tahun 2013 didorong oleh
pertumbuhan positif di semua sektor perekonomian (Tabel 1). Pertumbuhan yang tertinggi terjadi di
sektor industri pengolahan yang mampu tumbuh sebesar 7,81 persen, setelah pada tahun sebelumnya
mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 2,28 persen. Golongan industri makanan,
minuman, dan tembakau; industri tekstil, produk tekstil, alas kaki dan kulit; dan industri furnitur memberi
kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan di sektor industri pengolahan yang produksinya sangat
dipengaruhi oleh permintaan domestik melalui kegiatan pariwisata maupun permintaan ekspor.
Pertumbuhan tertinggi berikutnya dihasilkan oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 6,54
persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,30 persen. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor jasa-jasa yang cukup dominan dalam struktur perekonomian DIY juga mampu

tumbuh meyakinkan masing-masing sebesar 6,20 persen dan 5,57 persen. Sektor pertanian menjadi
lapangan usaha yang memiliki laju pertumbuhan terendah, meskipun masih tumbuh positif sebesar 0,63
persen dan mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Besarnya andil atau sumbangan masing-masing sektor dalam menghasilkan pertumbuhan
ekonomi di DIY didominasi oleh sektor-sektor yang memiliki nilai nominal besar, walaupun pertumbuhan
sektor yang bersangkutan relatif kecil. Sektor yang memberi sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan
ekonomi DIY tahun 2013 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan andil 1,31 persen.
Besarnya andil yang diberikan oleh sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa terhadap
pertumbuhan ekonomi DIY masing-masing sebesar 0,98 persen, meskipun dari sisi pertumbuhan yang
dihasilkan sektor industri pengolahan menjadi yang tertinggi. Andil yang terendah terhadap
pertumbuhan DIY diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,03 persen (Tabel 1).

2

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

Tabel 1.
Nilai PDRB ADHB, ADHK 2000, Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Ekonomi DIY
menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 dan 2013


Lapangan Usaha

(1)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
PDRB

Atas Dasar Harga
Berlaku
(Miliar rupiah)

Atas Dasar Harga
Konstan 2000

(Miliar rupiah)

Laju
Pertumbuhan
(Persen)

Andil
Pertumbuhan
(Persen)

2012

2013

2012

2013

2012


2013

2012

2013

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)


(9)
0,10

5,40

5.876,20

6.543,15

2.402,72

2.552,44

9,95

6,23

11.536,32

12.840,03

4.088,34

4.316,21

7,09

5,57

0.67
0.01
-0.31
0.06
0.59
1.39
0.68
0.98
1.22

57.031,75

63.690,32

23.308,56

24.567,48

5,32

5,40

5.32

8.355,33

8.861,28

3.706,92

3.730,30

4,19

0,63

379,95

416,53

159,81

167,67

1,98

4,92

7.609,34

8.771,19

2.915,12

3.142,84

-2,28

7,81

727,57

796,70

215,54

229,64

7,11

6,54

6.186,32

6.908,38

2.318,45

2.459,17

5,97

6,07

11.457,20

13.152,52

4.920,05

5.225,06

6,69

6,20

4.903,52

5.400,53

2.581,62

2.744,15

6,21

6,30

0,03
0,98
0,06
0,60
1,31
0,70
0,64
0,98

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2013
Kinerja perekonomian DIY selama triwulan IV 2013 yang digambarkan oleh laju pertumbuhan
PDRB atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 0,02 persen dibanding triwulan III 2013 (q-toq). Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan di semua sektor, kecuali sektor pertanian dan sektor
jasa-jasa yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar 15,29 persen dan 5,28 persen. Kontraksi di
sektor pertanian disebabkan oleh penurunan produksi tanaman bahan makanan terutama tanaman padi,
jagung dan kedelai; tanaman perkebunan terutama tebu; dan perikanan tangkap. Sementara, kontraksi
di sektor jasa-jasa disebabkan oleh penurunan output di sub sektor jasa pemerintahan umum meskipun
output di sub sektor jasa swasta sedikit meningkat. Kontraksi di kedua sektor ini memberikan andil
negatif terhadap pertumbuhan q-to-q masing-masing sebesar 2,20 persen dan 0,99 persen (Tabel 2).
Pertumbuhan tertinggi selama Triwulan IV 2013 terjadi di sektor konstruksi yang mampu tumbuh
sebesar 22,98 persen terkait dengan fenomena penyelesaian pembangunan sarana/prasarana fisik yang
didanai oleh pemerintah melalui APBN/APBD dan masih tingginya volume pembangunan properti dan
hotel di kawasan DIY. Pertumbuhan yang signifikan ini memberikan andil positif terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi q-to-q DIY sebesar 2,24 persen. Sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran juga
mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 2,58 persen, 2,40 persen dan 1,61 persen.
Andil terhadap pertumbuhan q-to-q yang dihasilkan oleh ketiga sektor tersebut masing-masing sebesar
0,27 persen, 0,27 persen dan 0,34 persen.
Perekonomian DIY secara y-on-y (triwulan IV 2013 terhadap triwulan IV 2012) mengalami
pertumbuhan positif sebesar 4,32 persen. Angka ini sedikit menguat bila dibandingkan dengan
pertumbuhan y-on-y pada triwulan yang sama di tahun 2012 yang tumbuh sebesar 4,28 persen.
Perbandingan secara y-on-y menghasilkan pertumbuhan positif di semua sektor perekonomian, kecuali
sektor pertanian yang tumbuh negatif 2,21 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi sub
sektor tanaman bahan makanan sebagai dampak pergeseran musim tanam dan musim panen. Tiga
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

3

sektor perekonomian yang mengalami pertumbuhan y-on-y tertinggi terdiri sektor jasa-jasa sebesar 9,62
persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,05 persen; dan sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,17 persen. Dari sisi andil terhadap pertumbuhan y-on-y yang
tertinggi dihasilkan oleh sektor jasa-jasa sebesar 1,62 persen dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 0,83 persen.
Tabel 2.
Laju Pertumbuhan PDRB DIY menurut Lapangan Usaha
Triw IV
Triw IV
Triw I-IV
Sumber
Sumber
Sumber
2013 thd. 2013 thd. 2013 thd. Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
PDRB
PDRB
PDRB
Triw III
Triw IV
Triw I-IV
2013
2012
2012
Triw IV 2013 Triw IV 2013 Triw IV 2013
(q-to-q)
(y-on-y)
(c-to-c)
(q-to-q)
(y-on-y)
(c-to-c)

Lapangan Usaha

(1)

(2)

(3)

(4)

-15,29

-2,21

0,63

-2,20

-0,29

0,10

2. Pertambangan dan Penggalian

5,11

4,88

4,92

0,03

0,03

0,03

3. Industri Pengolahan

0,28

4,41

7,81

0,04

0,56

0,98

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

0,96

4,21

6,54

0,01

0,04

0,06

22,98

0,85

6,07

2,24

0,11

0,60

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

1,61

3,80

6,20

0,34

0,83

1,31

7. Pengangkutan dan Komunikasi

2,40

6,17

6,30

0,27

0,70

0,70

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan

2,58

7,05

6,23

0,27

0,73

0,64

9. Jasa-jasa

-5,28

9,62

5,57

-0,99

1,62

0,98

0,02

4,32

5,40

0,02

4,32

5,40

1. Pertanian

5. Konstruksi

PDRB

(5)

(6)

(7)

3. Nilai PDRB atas dasar Harga Berlaku dan Konstan Triwulan IV 2012
Nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan di DIY selama triwulan IV 2013
mencapai Rp 16,62 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2013 yang mencapai Rp 16,43 triliun. Jika
dinilai dengan harga konstan pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan IV 2013 mencapai Rp
6,23 triliun dan meningkat 0,02 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sektor yang menghasilkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku terbesar pada triwulan IV
2013 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai Rp 3,52 triliun, sehingga mempunyai
kontribusi sebesar 21,18 persen terhadap total PDRB DIY selama triwulan IV. Sektor jasa-jasa
menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 3,34 triliun dan memberi kontribusi terbesar kedua sebesar 20,08
persen terhadap total PDRB. Sektor-sektor lainnya yang memiliki nilai tambah di atas Rp 2 triliun adalah
sektor industri pengolahan Rp 2,27 triliun serta sektor konstruksi sebesar Rp 2,12 triliun.
Atas dasar harga konstan 2000, sektor-sektor yang memberi kontribusi terbesar terhadap
pembentukan nilai tambah dalam perekonomian DIY adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan nilai tambah sebesar Rp 1,35 triliun. Berikutnya adalah sektor jasa-jasa dengan nilai tambah
sebesar Rp 1,10 triliun. Sektor-sektor yang lainnya menghasilkan nilai tambah bruto dengan nilai kurang
dari Rp 1 triliun (Tabel 3).

4

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

Tabel 3.
Nilai PDRB DIY menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000
(Miliar Rupiah)
Harga Berlaku
Lapangan Usaha
(1)

1. Pertanian

Harga Konstan 2000

Triw. I
2013

Triw. II
2013

Triw. III
2013

Triw. IV
2013

Triw. I
2013

Triw. II
2013

Triw. III
2013

Triw. IV
2013

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

2.800,54

2.000,88

2.186,56

856,23

897,45

760,20

99,75

100,66

104,68

111,44

40,75

40,79

41,99

44,14

2.091,07

2.177,78

2.231,16

2.271,18

770,05

792,61

788,97

791,21

192,99

200,35

198,02

205,36

56,85

58,61

56,82

57,36

5. Konstruksi

1.496,35

1.579,38

1.710,50

2.122,15

536,23

565,84

608,62

748,48

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

3.042,23

3.181,10

3.408,38

3.520,81 1.246,10

1.293,47 1.332,05

1.353,44

7. Pengangkutan dan Komunikasi

1.234,64

1.286,67

1.416,86

1.462,36

650,18

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan

1.561,18

1.599,60

1.663,11

1.719,27

618,99

9. Jasa-jasa

2.907,62

3.087,66

3.507,50

3.337,26

996,51

16.623,13 6.132,08

5.966,96 6.233,75

6.234,69

2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih

PDRB

15.426,36

15.214,08 16.426,75

1.873,30 1.216,42

676,65

700,24

717,08

629,56

643,66

660,24

1.053,22 1.163,96

1.102,53

4. Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha
Distribusi persentase PDRB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga
berlaku menunjukkan seberapa besar peranan suatu sektor dalam perekonomian dan perubahan distribusi
yang terjadi penggambarkan perubahan dalam struktur perekonomian antar waktu (triwulan/semester/
tahun). Struktur perekonomian DIY selama triwulan IV 2012 dan triwulan IV 2013 memiliki pola yang
hampir sama. Lapangan usaha yang cukup dominan dalam perekonomian selama dua periode terdiri dari
sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor jasa-jasa dengan kontribusi sekitar 20 persen.
Kontribusi terbesar selanjutnya adalah sektor industri pengolahan; sektor konstruksi; dan sektor pertanian
dengan kontribusi di atas 10 persen. Namun demikian, selama rentang dua periode terjadi sedikit
perubahan dalam kontribusi sektoral. Sektor jasa-jasa dan sektor pertanian adalah lapangan usaha yang
memiliki kontribusi semakin meningkat, sementara kontribusi sektor pertanian dan sektor konstruksi justru
semakin menurun.
Komposisi sektoral dalam PDRB tahunan sedikit berbeda dengan PDRB triwulanan, karena ada
beberapa sektor yang memiliki pola musiman seperti sektor pertanian dan sektor konstruksi. Perbandingan
komposisi sektoral PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2012 dan 2013 juga relatif sama. Lapangan
usaha yang dominan dalam struktur perekonomian di tahun 2012 dan 2013 terdiri dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran; dan sektor jasa-jasa dengan nilai kontribusi di atas 20 persen. Kontribusi terbesar
selanjutnya dihasilkan oleh sektor industri pengolahan dan sektor pertanian dengan nilai 13-14 persen,
diikuti oleh sektor konstruksi dengan andil sekitar 11 persen. Sementara, sektor yang lainnya memiliki
kontribusi di bawah 10 persen.
Selama periode 2012-2013, terjadi perubahan dalam kontribusi masing-masing lapangan usaha.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri menjadi dua sektor yang kontribusinya
semakin meningkat dengan perubahan masing-masing sektor sebesar 0,56 persen dan 0,43 persen.
Sementara, kontribusi sektor-sektor yang lainnya cenderung menurun seperti sektor pertanian; sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor jasa-jasa; sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan,
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

5

persewaan dan jasa perusahaan; dan sektor pertambangan dan penggalian kontribusinya menurun dengan
besaran yang bervariasi.
Tabel 4.
Struktur PDRB dan Perubahannya menurut Lapangan Usaha
Triwulan IV 2012-2013 (Persen)
Lapangan Usaha

Triw. IV
2012

Triw. IV
2013

Perubahan

2012

2013

Perubahan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

11,93

11,27

-0,66

14,65

13,91

-0,74

0,68

0,67

-0,01

0,67

0,65

-0,01

13,63

13,66

0,03

13,34

13,77

0,43

1,24

1,24

0,00

1,28

1,25

-0,02

5. Konstruksi

13,58

12,77

-0,81

10,85

10,85

0,00

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

20,80

21,18

0,38

20,09

20,65

0,56

8,61

8,80

0,19

8,60

8,48

-0,12

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan

10,25

10,34

0,10

10,30

10,27

-0,03

9. Jasa-jasa

19,29

20,08

0,79

20,23

20,16

-0,07

100,00

100,00

100,00

100,00

1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih

7. Pengangkutan dan Komunikasi

PDRB

5. PDRB menurut Penggunaan
PDRB dari sisi penggunaan merupakan penjumlahan dari komponen-komponen permintaan akhir
yang terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB),
ekspor, impor, dan lainnya (gabungan dari konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori, dan diskrepansi
statistik/residual). Nilai PDRB DIY atas dasar harga berlaku yang terbentuk selama tahun 2013 sebesar Rp
63,69 triliun dan sebagian besar digunakan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan nilai Rp
33,29 triliun. Komponen pembentukan modal tetap bruto menggunakan Rp 19,91 triliun dan komponen
konsumsi pemerintah menggunakan Rp 16,81 triliun, sementara sisanya adalah komponen net ekspor dan
komponen lainnya.
Selama tahun 2013 perekonomian DIY mampu tumbuh sebesar 5,40 persen. Pertumbuhan ini
didorong oleh meningkatnya semua komponen permintaan akhir dalam PDRB penggunaan, terutama
konsumsi rumah tangga yang mampu tumbuh sebesar 5,82 persen dan mampu memberikan andil
terhadap pertumbuhan sebesar 2,81 persen. Dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2012 yang
mencapai 6,74 persen (andil sebesar 3,22 persen), pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tahun 2013
sedikit melambat sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga (inflasi)
barang dan jasa kebutuhan rumah tangga yang mencapai level 7,32 persen selama tahun 2013.
Komponen PMTB selama tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5,02 persen dan memberi
andil sebesar 1,32 persen terhadap pertumbuhan PDRB DIY. Dibandingkan dengan tahun 2012, level
pertumbuhan PMTB 2013 mengalami peningkatan. Komponen konsumsi pemerintah juga mampu tumbuh
positif sebesar 5,31 persen dan memberi andil sebesar 1,07 persen terhadap pertumbuhan ekonomi DIY
selama tahun 2013. Pencairan dana khusus sebagai implementasi Keistimewaan Yogyakarta memberi
sedikit pengaruh terhadap peningkatan konsumsi pemerintah selama tahun 2013. Ketergantungan
terhadap barang dan jasa dari luar daerah dan luar negeri oleh penduduk DIY masih cukup tinggi. Hal ini

6

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

diindikasikan oleh nilai net ekspor yang bertanda negatif (nilai impor lebih besar dari nilai ekspor), bahkan
selama tahun 2013 net ekspor yang bertanda negatif ini meningkat cukup signifikan sebesar 26,88 persen.
Tabel 5.
Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB D.I. Yogyakarta menurut Penggunaan
Tahun 2011 dan 2012
Atas Dasar Harga
Berlaku
(Miliar rupiah)

Atas Dasar Harga
Konstan 2000
(Miliar rupiah)

Laju
Pertumbuhan
(Persen)

Andil
Pertumbuhan
(Persen)

2012

2013

2012

2013

2012

2013

2012

2013

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

1. Konsumsi Rumah Tangga

29.350,92

33.293,53

11.281,01

11.937,09

6,74

5,82

3,22

2,81

2. Konsumsi Pemerintah

14.764,65

16.809,33

4.675,09

4.923,54

5,26

5,31

1,06

1,07

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

17.868,28

19.908,29

6.106,98

6.413,76

4,96

5,02

1,30

1,32

4. Ekspor

23.514,84

26.907,82

10.282,58

10.938,46

7,65

6,38

3,30

2,81

31.290,93

36.372,04

10.027,03

10.614,22

6,87

5,86

2,91

2,52

2.824,01

3.143,38

989,93

968,84 -12,73

-2,13

-0,65

-0,09

57.031,75

63.690,32

23.308,56

5,40

5,32

5,40

Lapangan Usaha

(1)

5. Impor
6. Lainnya

*)

PDRB
*) Termasuk

24.567,48

5,32

Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

Pertumbuhan PDRB tahunan yang disajikan di atas merupakan pertumbuhan kumulatif dari PDRB
triwulanan yang terbentuk pada tahun yang bersangkutan. Perkembangan PDRB penggunaan secara
triwulanan disajikan dalam Tabel 6. Memasuki triwulan IV 2013 (q-to-q), semua komponen PDRB menurut
penggunaan menunjukkan pertumbuhan positif. PMTB mencatat pertumbuhan terbesar yaitu 11,03 persen
yang berkaitan dengan karena momentum tutup anggaran kegiatan proyek sarana/prasarana baik fisik
maupun non fisik pemerintah yang diselesaikan selama triwulan ini. Komponen konsumsi pemerintah
mencatat pertumbuhan q-to-q sebesar 5,22 persen selama triwulan IV 2013. Sementara, konsumsi rumah
tangga secara q-to-q meningkat tipis sebesar 1,53 persen. Konsumsi makanan dan non makanan yang
dilakukan rumah tangga pada dasarnya telah meningkat secara tajam selama triwulan III 2013 yang
berkaitan dengan liburan sekolah dan perayaan hari raya Lebaran/Idul Fitri 1434 H. Namun dengan
adanya momentum hari raya Idul Adha, hari raya Natal dan liburan akhir tahun yang terjadi selama triwulan
IV 2013, maka konsumsi selama triwulan ini masih cukup tinggi.
Pola pertumbuhan semua komponen PDRB penggunaan secara y-on-y atau terhadap triwulan
yang sama pada tahun sebelumnya juga menunjukkan peningkatan (Tabel 6). Selama triwulan IV 2013,
konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,96 persen dibandingkan dengan triwulan IV 2012. Hal ini
memberi gambaran dampak negatif pengurangan subsidi BBM (kenaikan harga bahan bakar minyak)
terhadap daya beli penduduk maupun inflasi barang dan jasa kebutuhan rumah tangga lainnya seperti yang
dibayangkan pada saat sebelumnya tidak sepenuhnya terjadi. Meskipun secara y-on-y, pertumbuhan di
triwulan IV 2013 sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2012 daya beli
penduduk tidak menurun secara drastis. Komponen konsumsi pemerintah secara y-on-y meningkat
sebesar 5,48 persen, sementara PMTB meningkat 2,22 persen.

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

7

Tabel 6.
Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen)
Komponen Penggunaan

Triw IV 2013 thd
Triw III 2013
(q to q)

Triw IV 2013 thd
Triw IV 2012
(y-on-y)

Triw I-IV 2013 thd
Triw I-IV 2012
(c-to-c)

(1)

(2)

(3)

(4)

1. Konsumsi Rumah Tangga

1,53

5,96

5,82

2. Konsumsi Pemerintah

5,22

5,48

5,31

11,03

2,22

5,02

3,47

6,47

6,38

6,62

5,01

5,86

-86,18

-63,47

-2,13

0,02

4,32

5,40

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
4. Ekspor
5. Impor
6. Lainnya

*)

PDRB
*) Termasuk

Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

Nilai nominal PDRB yang dihasilkan di triwulan IV 2013 sebagian besar digunakan untuk
membiayai impor dengan nilai mencapai Rp 10,10 triliun atau 60,78 persen terhadap total PDRB DIY. Nilai
tersebut melebihi nilai ekspor yang sebesar Rp 7,10 triliun sehingga ekspor neto selama triwulan IV 2013
tercatat negatif sebesar Rp 3,00 triliun. Penggunaan PDRB terbesar selama triwulan IV 3013 digunakan
untuk konsumsi rumah tangga dengan nilai sebesar Rp 8,74 triliun atau 52,57 persen terhadap nilai total
PDRB. Selanjutnya adalah penggunaan untuk PMTB atau investasi fisik dengan nilai Rp 5,82 triliun atau
35,01 persen dari total PDRB DIY. Sementara, penggunaan untuk konsumsi pemerintah mencapai Rp
4,85 triliun atau 35,01 persen dari total PDRB. Masih tingginya porsi PDRB yang digunakan untuk
keperluan konsumsi, menunjukkan belum optimalnya upaya menarik kegiatan investasi yang dapat
memacu pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Tabel 7.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase
menurut Komponen Penggunaan Triwulan IV 2013
Komponen Penggunaan

PDRB ADH Berlaku
(Miliar Rupiah)

PDRB ADH Konstan 2000
(Miliar Rupiah)

Distribusi
Persentase
(%)

(1)

(2)

(3)

(4)

1. Konsumsi Rumah Tangga

8.739,42

3.063,42

52,57

2. Konsumsi Pemerintah

4.847,61

1.375,59

29,16

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

5.820,45

1.819,45

35,01

4. Ekspor

7.103,33

2.806,98

42,73

5. Impor

10.103,89

2.864,53

60,78

216,21

33,79

1,30

16.623,13

6.234,69

100,00

6. Lainnya *)
PDRB
*) Termasuk

8

Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

6. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita dihitung berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Nilai nominal PDRB per kapita
DIY atas dasar harga berlaku tahun 2013 mencapai Rp 17,98 juta. Nilai ini meningkat 9,95 persen
dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar Rp 16,35 juta. Secara riil (atas dasar harga konstan 2000),
nilai PDRB per kapita DIY tahun 2013 mencapai Rp 6,94 juta dan meningkat 3,78 persen dibandingkan
dengan tahun 2012 yang sebesar Rp 6,68 juta. Secara kasar, angka ini mengindikasikan tingkat
kesejahteraan penduduk yang semakin meningkat.
Tabel 8.
Nilai PDRB Per Kapita D.I. Yogyakarta Tahun 2012 dan 2013
Rincian
(1)

PDRB ADHB (Rp Miliar)
PDRB per Kapita ADHB (Rp Juta)

2011

2012

2013

(2)

(3)

(4)

51.785,15

57.031,75

63.690,32

14,85

16,35

17,98

10,13

9,95

22.131,77

23.308,56

24.567,48

6,35

6,68

6,94

5,32

3,78

3.487.327

3.541.922

Pertumbuhan (Persen)
PDRB ADHK 2000 (Rp miliar)
PDRB per Kapita ADHK 2000 (Rp Juta)
Pertumbuhan (Persen)
Jumlah Penduduk (Jiwa)

3.487.327

7. Perbandingan Nilai PDRB Antar Provinsi
Tabel 9 menyajikan ringkasan perbandingan PDRB triwulan IV 2013 beserta pertumbuhan dan
kontribusinya terhadap total PDRB 33 provinsi. Provinsi-provinsi yang memiliki kontribusi terbesar
terhadap total PDRB 33 provinsi triwulan IV 2013 adalah provinsi-provinsi yang berada di Pulau Jawa,
yaitu DKI Jakarta (16,72%), Jawa Timur (14,87%), Jawa Barat (14,17%) dan Jawa Tengah (7,96%).
Secara keseluruhan, Pulau Jawa mempunyai andil sebesar 57,78 persen dalam pembentukan PDB
nasional. Fenomena ini menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian masih terkonsentrasi di Pulau
Jawa. Pemberi kontribusi terbesar ke-5 terhadap total PDRB 33 provinsi adalah Provinsi Riau dengan
andil sebesar 6,96 persen.
Kontribusi PDRB DIY terhadap total PDRB 33 provinsi di triwulan IV 2013 sebesar 0,84 persen
dan memiliki peringkat terendah di Pulau Jawa. Secara nasional, andil PDRB DIY menempati peringkat
ke-20. Rendahnya peringkat andil PDRB DIY disebabkan karena cakupan wilayah dan jumlah penduduk
yang relatif kecil. Di samping itu, dalam perkembangannya wilayah DIY menjadi daerah pusat
pendidikan dan kebudayaan sehingga tidak terlalu banyak aktivitas ekonomi yang berskala besar
berlokasi di wilayah ini.
Secara nasional, laju pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2013 (q to q) yang tertinggi dicapai oleh
Provinsi Sulawesi Utara dan Papua yang tumbuh melampaui 2 digit, masing-masing sebesar 12,53
persen dan 12,36 persen. Sementara, laju pertumbuhan ekonomi DIY (q to q) mencapai 0,02 persen dan
berada pada urutan ke-22 secara nasional. Laju pertumbuhan ekonomi 2013 (c to c) yang tertinggi
secara nasional dicapai oleh Provinsi Papua yang mampu tumbuh di atas 2 digit sebesar 14,86 persen.

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

9

Laju pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2013 mencapai 5,40 persen dan berada di urutan ke -24 diantara
provinsi lain secara nasional.
Tabel 9.
Ringkasan PDRB Triwulan IV 2013 Beberapa Provinsi di Indonesia
PDRB Triwulan IV 2013
PROPINSI

(1)

Sumatera

Pertumbuhan Triwulan IV 2013

Kontribusi (%)

ADHB (Rp
Miliar)

ADHK
2000 (Rp
Miliar)

Q to
Q

(2)

(3)

(4)

473,477.91

140,918.00

0.13

5.48

5.27

1.88

100.00

23.82

Y on
Y

C to
C
(5)

Implisit

Thd.
Pulau

Thd.
33
Prop.

(6)

(7)

(8)

Q to Q

Jawa
11.

DKI Jakarta

1,148,314.77
332,267.47

414,543.77
122,457.00

-0.40
1.55

5.92
5.63

6.14
6.11

1.26
1.10

100.00
28.94

57.78
16.72

12.
13.

Jawa Barat
Banten

281,617.82
63,917.78

98,112.80
26,876.92

-0.53
-0.06

6.30
5.84

6.06
5.86

1.12
1.40

24.52
5.57

14.17
3.22

14.
15.

Jawa Tengah
DI Yogyakarta

158,263.86
16,623.13

54,838.20
6,234.69

-3.63
0.02

5.56
4.32

5.81
5.40

1.50
1.18

13.78
1.45

7.96
0.84

16.

Jawa Timur

295,624.71

106,024.16

-0.89

6.21

6.55

1.56

25.74

14.87

50,411.84

18,055.52

0.56

5.83

5.84

0.71

100.00

2.54

169,390.57

55,390.97

0.17

3.78

3.49

1.58

100.00

8.52

Sulawesi

97,423.17

35,121.09

1.48

7.56

7.84

0.77

100.00

4.90

Maluku dan Papua

48,515.26

13,558.58

8.53

18.60

11.31

3.04

100.00

2.44

Bali dan Nusa Tenggara
Kalimantan

PENJELASAN TEKNIS
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :
a. Jumlah nilai tambah (produk barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang
dimiliki oleh penduduk suatu daerah;
b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan
pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto
(ekspor dikurangi impor) suatu daerah;
c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal &
kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak
langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;
 dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).
Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan:
a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha)  Supply side
b. Penggunaan (Pengeluaran)  Demand side
c. Pendapatan  Income side
Penyajian PDRB:
a. Atas dasar harga berlaku  harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan.
b. Atas dasar harga konstan  harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000.
Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan
PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.
10

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung
berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan  untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.
Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).
Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan
triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).
Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan
dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative
economic growth).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa,
dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk
lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun).
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan
belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik
yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/
semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah,
yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah
tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian
barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi
dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik
dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat
angkutan, serta barang modal lainnya.

Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014

11