MAKALAH PENGANTAR ILMU POLITIK TENTANG P (2)

MAKALAH PENGANTAR ILMU POLITIK TENTANG PARTAI POLITIK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Partai politik sesungguhnya merupakan sebuah kendaraan, yang fungsinya untuk
menyatukan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama dalam
penyelenggaraan negara.
Berdasarkan definisi di atas, partai politik mencakup kumpulan orang-orang yang
terorganisir secara teratur dan memiliki persamaan tujuan, serta cita-cita untuk
memperoleh kekuasaan pemerintah, dengan cara mengawasi dan melaksanakan
kebijakan umum yang mereka aspirasikan. Jadi, definisi ini lebih menekankan
pada fungsi pengawasan dan kontrol terhadap kebijakan yang diambil dalam
pemerintahan. Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, biasanya partai politik
ikut serta dalam perumusan kebijakan, yaitu dengan cara mendudukkan sebagian
anggotanya pada lembaga pemerintahan.
Berdasarkan definisi di atas, partai politik mencakup kumpulan orang-orang yang
terorganisir secara teratur dan memiliki persamaan tujuan, serta cita-cita untuk
memperoleh kekuasaan pemerintah, dengan cara mengawasi dan melaksanakan

kebijakan umum yang mereka aspirasikan. Jadi, definisi ini lebih menekankan
pada fungsi pengawasan dan kontrol terhadap kebijakan yang diambil dalam
pemerintahan. Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, biasanya partai politik
ikut serta dalam perumusan kebijakan, yaitu dengan cara mendudukkan sebagian
anggotanya pada lembaga pemerintahan.
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan diri pada fungsi rekrutmen politik,
karena rekrutmen politik sangat penting sekali dilakukan oleh partai politik, sebab
rekrutmen politik akan menentukan kualitas dari calon legislatif yang diusung
oleh partai politik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Partai Politik
Partai politik sesungguhnya merupakan sebuah kendaraan, yang fungsinya untuk
menyatukan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama dalam
penyelenggaraan negara. Berdasarkan visi dan misi tersebut, partai politik
memiliki program-program politik yang dilakukan dengan bersama-sama dari
setiap masing-masing anggotanya, serta memiliki tujuan untuk menduduki
jabatan politik di pemerintahan
2.1.1 Pengertian Partai Politik

Menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Ilmu
Politik” pengertian partai politik adalah: Suatu kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kekuasaan politik dengan cara konstutisional untuk melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanan mereka. (Budiardjo,2004:160)
Definisi di atas senada dengan pendapat R.H Soltau yang tertulis dalam buku
Miriam Budiardjo dengan judul buku “Dasar-dasar Ilmu Politik“ sebagai berikut:
“A group of citizens more or les organized, who act as a political unit and who, by
the use of their voting power, aim to control the goverment and carry out their
general policies”
(“sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak
sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk
memilih, bertujuan menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijaksanaan
umum mereka”) (Soltau dalam Budiardjo,2004:160)
Definisi di atas didukung oleh Raymond Garfield Gettell yang mengungkapkan
pendapatnya tentang partai politik seperti yang dikutip oleh H.B Widagdo dalam
bukunya “Manajemen Pemasaran Partai Poltik Era Reformasi” yaitu:
“ A political party consists of a group of citizens, more or less organized, who act
as a political unit and who and, by the use of their voting power, aim to control

the geverment and carry out the general politices”.

(“Partai politik terdiri dari sekelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisasi, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik yang mempunyai
kekuasaan memilih, bertujuan mengawasi pemerintahan dan melaksanakan
kebijaksanaan umum mereka”).
(Gettell dalam Widagdo, 1999:6)
Sementara itu, J.A. A.Corry dan Henry J. Abraham mengungkapkan pendapatnya
tentang partai politik seperti yang dikutip oleh Haryanto dalam bukunya “Partai
Politik Suatu Tinjauan Umum” yaitu:
“Political party is a volomtary association aiming to get control of the
government by filling elective offices in the government with its members.
(Partai politik merupakan suatu perkumpulan yang bermaksud untuk mengontrol
jalannya roda pemerintahan dengan menempatkan para anggotanya pada
jabatan-jabatan pemerintahan)”.
(Corry dan dalam Haryanto,1948:9)
Berdasarkan definisi di atas, partai politik mencakup kumpulan orang-orang yang
terorganisir secara teratur dan memiliki persamaan tujuan, serta cita-cita untuk
memperoleh kekuasaan pemerintah, dengan cara mengawasi dan melaksanakan
kebijakan umum yang mereka aspirasikan. Jadi, definisi ini lebih menekankan

pada fungsi pengawasan dan kontrol terhadap kebijakan yang diambil dalam
pemerintahan. Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, biasanya partai politik
ikut serta dalam perumusan kebijakan, yaitu dengan cara mendudukkan sebagian
anggotanya pada lembaga pemerintahan.
Sedangkan menurut Ramlan Surbakti, dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik”,
partai politik dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Kelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan
dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan berusaha mencari dan
mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum, guna
melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun.
(Surbakti,1992:116)
Pendapat di atas senada pula dengan pendapat Rusadi Kantaprawira dalam
bukunya yang berjudul “Sistem Politik Indonesia”, partai politik adalah:
Organisasi manusia dimana didalamnya terdapat pembagian tugas dan petugas
untuk mencapai suatu tujuan, mempunyai ideologi (political doctrine, political

ideal, political thesis, ideal objective), mempunyai program politik ( political
platform, material objective) sebagai rencana pelaksanaan atau cara pencapaian
tujuan secara lebih pragmatis menurut pentahapan jangka dekat sampai yang
panjang, serta mempunyai ciri berupa keinginan untuk berkuasa (power

endeavor).
(Kantaprawira,1988:62)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka partai politik tidak hanya kumpulan
orang-orang yang terorganisir, tetapi didalamnya terdapat pula tugas dan fungsi,
ideologi-ideologi, program-program, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, serta
memiliki tujuan untuk menguasai dan merebut kekuasaan politik.
Beberapa pendapat di atas, berbeda dengan pendapat Sigmun Neuman seperti
yang dikuti oleh Miriam Budiardjo dalam bukunya “Partisipasi Politik dan Partai
Politik” mengemukakan definisi partai politik sebagai berikut:
“Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik
yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada
menguasai kekuasaan pemerintahan dan bersaing untuk memperoleh dukungan
masyarakat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda-beda. Dengan demikian partai politik merupakan perantara besar yang
menghubungkan kekuasaan-kekuasaan dan ideologi sosial dengan lembagalembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengikatnya dengan aksi politik
didalam masyarakat politik yang lebih luas”. (Neuman dalam Miriam
Budiardjo,1998:16-17)
Pengertian ini mengungkapkan bahwa partai politik merupakan sebuah
organisasi artikulasi yang didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki
kepentingan politik yaitu menguasai pemerintah dan bersaing untuk

mendapatkan dukungan dari masyarakat. Jadi partai politik disini merupakan
penghubung kekuasaan antara pemerintah dengan masyarakat, tentunya sebagai
media penghubung dan penampung aspirasi masyarakat.
Hal ini berbeda pula dengan pendapat Inu Kencana dkk, yang mengemukakan
bahwa
Partai politik itu tidak hanya menekankan pada kumpulan orang-orang yang
memiliki ideologi yang sama atau berniat merebut dan mempertahankan
kekuasaan belaka, tetapi lebih untuk memperjuangkan kebenaran, dalam suatu
level negara. (Kencana dkk, 2002:58).

Jadi, partai politik tidak hanya sekedar kumpulan orang-orang yang memiliki
kesamaan ideologi dan tujuan yang sama, tetapi harus bersedia memperjuangkan
kebenaran, terutama dalam melaksanakan aktivitas politik dalam suatu negara..
Pengertian partai politik di atas senada dengan yang tertera dalam Undangundang Nomor 31 tahun 2002 pasal 1 (1) adalah:
Organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia
secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui
pemilihan umum”.

Beberapa penjelasan definisi partai politik menurut para ahli di atas mengatakan

bahwa, partai politik didalamnya terdapat kumpulan orang-orang yang
terorganisir yang memiliki tugas dan fungsi, tujuan bersama, visi dan misi,
program, yang pada akhirnya menguasai pemerintah, dengan cara menduduki
jabatan politik. Partai politik juga sebagai media penghubung antara masyarakat
dengan pemerintah yaitu, dalam rangka penampung dan penyalur aspirasi
masyarakat. Jadi ada satu hal yang membedakan antara partai politik dengan
organisasi lainnya, yaitu adanya tujuan untuk memperoleh kekuasaan di
pemerintahan. Apabila suatu organisasi memiliki tujuan untuk memperoleh
kekuasaan politik dalam pemerintahan, maka organisasi tersebut dapat dikatakan
sebagai partai politik. Sedangkan untuk mempertahankan kekuasaannya partai
politik harus memiliki massa pendukung sebanyak mungkin.
2.1.2 Ciri-ciri Partai Politik
Partai politik sebagai organisasi politik mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakan dari organisasi politik lainnya. Lapalombara dan Weiner
mengemukakan beberapa ciri partai politik yang dikutip oleh Ramlan Surbakti
dalam bukunya “ Memahami Ilmu Politik “ yaitu:
1.

Berakar dalam masyarakat lokal


Partai politik dibentuk atas keinginan masyarakat sebagai penyalur aspirasinya,
adanya legitimasi dari masyarakat terhadap sebuah partai politik merupakan hal
yang penting. Selain itu partai politik juga harus memiliki cabang di daerah, agar
dapat mengakar dalam masyarakat lokal karena jika tidak begitu bukan
merupakan partai politik
2.

Melakukan kegiatan terus menerus

Kegiatan yang dilakukan oleh partai politik haruslah berkesinambungan,
dimana masa hidupnya tidak bergantung pada masa jabatan atau masa hidup
pemimpinnya.
3.

Berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan

Partai politik bertujuan memperoleh dan mempertahankan kekuasaan
pemerintahan dengan maksud agar dapat melaksanakan apa yang telah menjadi
programnya.
4.


Ikut serta dalam pemilihan umum

Untuk dapat menempatkan orang-orangnya dalam lembaga legislatif, partai
politik di negara demokratis turut serta dalam pemilihan umum.
(Surbakti,1992:115)

Berdasarkan ciri-ciri partai politik di atas, maka partai politik harus memiliki
kepengurusan yang tersebar di setiap daerah, sehingga betul-betul mengakar
pada masyarakat. Begitu pula dengan kegiatan yang dilakukan partai politik
tentunya harus terlaksana secara terus-menerus, sehingga keberadaan partai
politik tersebut dapat bertahan dengan lama. Ciri yang paling menonjol dalam
partai politik adalah berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan
seluas-luasnya dalam pemerintahan, yaitu melalui proses pemilihan umum
2.1.3 Tujuan Partai Politik
Setiap organisasi apapun pasti memiliki tujuan tertentu, dimana tujuan tersebut
akan menjadi penuntun serta pedoman ketika organisasi tersebut berjalan. Dalam
mencapai tujuan tersebut harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh orangorang yang menjalankan organisasi tersebut, sehingga dalam pencapaian tujuan
tersebut dapat membuahkan hasil yang sempurna. Begitu pula dengan partai
politik yang memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh kekuasaan di dalam

pemerintahan.
Menurut Rusadi Kantaprawira dalam bukunya “Sistem Politik Indonesia” bahwa
tujuan partai politik sangat luas, antara lain meliputi aktivitas-aktivitas sebagai
berikut:
1. Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, dalam arti mendudukkan orangorangnya menjadi pejabat pemerintahan sehingga dapat turut serta mengambil
atau menentukan keputusan politik atau output pada umumnya

2. Berusaha melakukan pengawasan, bahkan oposisi bila perlu, terhadap
kelakuan, tindakan, kebijaksanaan para pemegang otoritas (terutama dalam
keadaan mayoritas pemerintahan tidak berada dalam tangan partai politik yang
bersangkutan).
3. Berperan untuk memandu tuntutan-tuntutan yang masih mentah, sehingga
partai politik bertindak sebagai penafsir kepentingan dengan mencanagkan isuisu politik yang dapat dicerna dan diterima oleh masyarakat secara luas.
(Kantaprawira,1988:62)
Apabila dilihat dari tujuan partai politik tersebut, maka terlihat jelas betapa
besarnya peranan dan partisipasi partai politik dalam sektor pemerintahan,
terutama dalam melaksanakan pengawasan, pengambilan keputusan, penafsir
kepentingan dan melakukan kontrol terhadap jalannya pemerintahan. Jadi, setiap
aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat terlepas dari campur tangan
partai politik. Dalam melaksanakan tujuannya, partai politik mengutuskan

beberapa orang wakilnya untuk duduk di lembaga legislatif, tentunya melalui
mekanisme pemilhan umum. Sedangkan jumlah wakil utusan tersebut tergantung
dari perolehan suara dalam pemilu.
2.1.4 Awal Munculnya Partai Politik
Partai politik awalnya berasal dari negara-negara Eropa Barat. Dengan
meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik. maka dari itu, partai politik telah lahir
secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dengan
pemerintah. Jadi, lahirnya partai politik dikarenakan adanya kebutuhan
pemerintah dalam mendapatkan dukungan dari masyarakat dalam membuat
suatu kebijakan. Apabila parlemen harus terjun langsung kemasyarakat dalam
menjaring aspirasi, maka efektivitas kerja parlemen kurang terjamin. Untuk itu
dibutuhkanlah suatu organisasi politik yang nantinya akan membantu pemerintah
dalam memenuhi keinginan masyarakat.
Menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik” ada tiga teori
munculnya Partai Politik antara lain sebagai berikut:
1.

Teori Kelembagaan.

Teori ini mengatakan bahwa partai politik dibentuk oleh kalangan legislatif dan
eksekutif, karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan
kontak dengan masyarakat dan membina dukungan dari masyarakat.
2.

Teori Situasi Historis.

Teori ini mengatakan bahwa partai politik terjadi adanya situasi krisis historis
terjadi manakala sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan
masyarakat dari bentuk trasisional yang berstruktur sederhana menjadi
masyarakat modern yang berstruktur kompleks.
3.

Teori Pembangunan.

Teori ini mengatakan bahwa partai politik terjadi adanya modernisasi sosial
ekonomi, seperti pembangunan teknologi komunikasi berupa media massa dan
transportasi, perluasan dan peningkatan pendidikan, industrialisasi, urbanisasi,
perluasan kekuasaan negara seperti birokratisasi, pembentukan berbagai
kelompok kepentingan dan organisasi profesi, dan peningkatan kemampuan
individu yang mempengaruhi lingkungan, melahirkan suatu kebutuhan akan
suatu organisasi politik maupun memadukan dan memperjuangkan berbagai
aspirasi tersebut.
(Surbakti,1992:113-114)

2.1.5 Tipologi Partai Politik
Setiap partai politik memiliki asas dan orientasi yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Semakin banyak kepentingan politik yang diusung oleh partai politik
dalam suatu negara, maka ini mencerminkan bahwa kepentingan masyarakat
yang ada di negara tersebut beragam. Untuk melihat banyaknya kepentingan
dalam suatu negara, maka dapat dilihat dari asas dan orientasi yang di anut dari
masing-masing partai politik dalam negara tersebut.
Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik” mengklasifikasi asas
dan orientasi partai politik menjadi tiga tipe yaitu:
1.

Partai politik pragmatis

Yaitu suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tidak terikat kaku
pada suatu doktrin dan ideologi tertentu.
2.

Partai politik doktriner.

Yaitu suatu partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan konkret
sebagai penjabaran ideologi.
3.

Partai politik kepentingan

Yaitu suatu partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan
tertentu, seperti petani, buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidup secara
langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan.
(Surbakti,1992:112)
Beberapa asas dan komposisi partai politik ini, dituangkan ke dalam sebuah
program politik yang nyata, dimana program-program tersebut harus
dilaksanakan berdasarkan aspirasi masyarakat secara keseluruhan. Setiap partai
politik memiliki program-program yang berbeda-beda, hal ini merupakan
penjabaran ideologi yang dianut partai tersebut. Jadi, semakin banyak
kepentingan yang di usung oleh partai politik, maka ini menandakan adanya
spesialisasi kepentingan-kepentingan yang dibawa oleh partai politik, sehingga
kepentingan-kepentingan yang diaspirasikan oleh partai politik tersebut dapat
terlaksana dengan maksimal berdasarkan kepentingan masyarakat yang
memilihnya.
Sedangkan berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik
memiliki karakter yang berbeda-berbeda antara satu dengan lainya. Hal ini dapat
dilihat dari para pengikut-pengikutnya ataupun kader-kader yang mewakili partai
tersebut dalam lembaga legislatif. Untuk itu menurut Ramlan surbakti dalam
bukunya “Memahami Ilmu Politik”, setidaknya ada dua penggolongan komposisi
dan fungsi anggota partai politik yaitu antara lain:
1.

Partai politik massa atau lindungan.

Yaitu partai politik yang mengandalkan kekuatan pada keunggulan jumlah
anggota dengan cara memobilisasi massa sebanyak-banyaknya, dan
mengembangkan diri sebagai pelindung bagi setiap kelompok dalam masyarakat
sehingga pemilihan umum dapat dengan mudah dimenangkan, dan kesatuan
nasional dapat dipelihara, tetapi juga masyarakat dapat memobilisasi untuk
mendukung dan melaksanakan kebijakan tertentu. Partai ini seringkali
merupakan gabungan berbagai aliran politik yang sepakat untuk berada dalam
lindungan partai guna memperjuangkan dan melaksanakan program-program
yang pada umumnya bersifat sangat umum.
2.

Partai politik kader.

Yaitu suatu partai yang mengandalkan kualitas keanggotaan, keketatan
organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama. Seleksi
keanggotaan dalam partai kader biasanya sangat ketat, yaitu melalui jenjang dan
intensif, serta penegakan disiplin partai yang konsisten dan tanpa pandang bulu.
(Surbakti,1992:123)

Berdasarkan komposisi dan fungsi anggota partai politik, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa PDI-P termasuk dalam kategori partai massa. Hal ini
terbukti bahwa PDI-P memiliki massa yang besar dan program-program yang
dirumuskan secara umum dan fleksibel, serta para kader-kader PDI-P memiliki
latar belakang sosial yang berbeda-beda. Besarnya jumlah massa PDI-P dapat
dilihat pada pemilu umum legislatif tahun 2004, PDI-P berhasil memperoleh
kemenangan pada urutan ke dua. Dilihat dari orientasi keanggotaannya partai
massa terdiri dari berbagai macam aliran politik yang kemudian dituangkan ke
dalam berbagai macam program-program politik yang bersifat umum, tak heran
partai ini pun mengatasnamakan sebagai partai nasionalis yang mampu
mengakomodir segala kepentingan yang berlaku di masyarakat.

2.1.6 Fungsi Partai Politik
Partai politik bisa dikatakan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah
dengan masyarakat, dimana ketika masyarakat ingin menyampaikan aspirasinya,
partai politik harus berperan aktif dalam hal penampung dan penyampai aspirasi
tersebut. Hal ini merupakan penjabaran salah satu fungsi partai politik.
Menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Ilmu
Politik” ada beberapa fungsi partai politik sebagai berikut :
1.

Partai Politik sebagai sarana komunikasi politik

2.

Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik

3.

Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik

4.

Partai politik sebagai sarana pengatur konflik
(Budiardjo,2002:163)

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan diri pada fungsi rekrutmen politik,
karena rekrutmen politik sangat penting sekali dilakukan oleh partai politik, sebab
rekrutmen politik akan menentukan kualitas dari calon legislatif yang diusung
oleh partai politik.
2.2 Rekrutmen Politik
Setiap organisasi tidak akan pernah terbentuk apabila tidak memiliki anggota,
karena anggota merupakan pengerak roda setiap organisasi. Begitu pula dengan
partai politik. Partai politik dituntut harus mampu melahirkan anggota-anggota

legislatif yang berkualitas dan mengerti akan segala aspirasi masyarakat. Untuk
menciptakan kader-kader yang berkualitas tersebut, partai politik harus
menjalankan fungsinya dengan baik, terutama fungsi rekrutmen politik.
2.2.1 Pengertian Rekrutmen Politik
Menurut Fadillah Putra dalam bukunya yang berjudul “Partai Politik dan
Kebijakan Publik”, rekruitmen politik adalah suatu proses seleksi atau
rekruitmen anggota-anggota kelompoknya dalam jabatan-jabatan administrasi
maupun politik.
Hal ini sependapat dengan Ramlan Surbakti dalam Bukunya “Memahami Ilmu
Politik” yang mendefinisikan rekrutmen politik, yaitu:
Rekrutmen politik biasanya mencakup pemilihan, seleksi dan pengangkatan
seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam
sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya
(Surbakti,1992:118).
Agus Pramono dalam bukunya yang berjudul “Elit Politik: yang Loyo dan
Harapan Masa Depan” berpendapat bahwa rekrutmen politik yaitu proses seleksi
atau rekrutmen anggota-anggota kelompok untuk memiliki kelompoknya dalam
jabatan administrasi maupun politik.(Pramono,2005:30)
Jadi, berdasarkan pengertian di atas maka setiap partai politik memiliki cara
tersendiri dalam melakukan perekrutan anggotanya masing-masing, terutama
dalam pelaksanaan sistem dan prosedur perekrutan yang dilakukan partai politik
tersebut. Fungsi rekrutmen juga merupakan fungsi mencari dan mengajak orangorang yang memiliki kemampuan untuk turut aktif dalam kegiatan politik, yaitu
dengan cara menempuh berbagi proses penjaringan, yang nantinya akan
dijadikan sebagai calon anggota legislatif.
2.2.2 Mekanisme Rekrutmen Politik
Elit politik yang ada seharusnya dapat melakukan mekanisme rekrutmen politik
yang dapat menghasilkan pelaku-pelaku politik yang berkualitas di masyarakat,
karena salah satu tugas dalam rekrutmen politik adalah bagaimana elit politik
yang ada dapat menyediakan kader-kader partai politik yang berkualitas untuk
duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif.
Menurut Fadillah Putra dalam bukunya “Partai politik dan Kebijakan publik”
terdapat beberapa mekanisme rekrutmen politik antara lain.

a. Rekrutmen terbuka, yang mana syarat dan prosedur untuk menampilkan
seseorang tokoh dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini partai politik
berfungsi sebagai alat bagi elit politik yang berkualitas untuk mendapatkan
dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk
melihat dan menilai kemampuan elit politiknya. Dengan demikian cara ini sangat
kompetitif. Jika dihubungkan dengan paham demokrasi, maka cara ini juga
berfungsi sebagai sarana rakyat mengontrol legitimasi politik para elit. Adapun
manfaat yang diharapkan dari rekrutmen terbuka adalah:
1.

Mekanismenya demokratis

2. Tingkat kompetisi politiknya sangat tinggi dan masyarakat akan mampu
memilih pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki
3.

Tingkat akuntabilitas pemimpin tinggi

4. Melahirkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai nilai
integritas pribadi yang tinggi.
b. Rekrutmen tertutup, berlawan dengan cara rekrutmen terbuka. Dalam
rekrutmen tertutup, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas
diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elit yang berasal dari
dalam tubuh partai itu sendiri. Cara ini menutup kemungkinan bagi anggota
masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit yang ditampilkan. Dengan
demikian cara ini kurang kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi berfungsi
sebagai sarana elit memperbaharui legitimasinya.
(Putra, 2003:209)
Jadi, mekanisme rekrutmen politik yang dilakukan partai politik terdiri dari dua
sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka akan
memungkinkan lahirnya calon-calon legislatif yang betul-betul demokratis dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, hal ini dikarenakan oleh proses
pengangkatan calon tersebut dilakukan secara terbuka. Sedangkan sistem
tertutup merupakan kebalikan dari sistem terbuka, dimana para pemilih tidak
mengenal seseorang calon legislatif, karena sistem pengangkatan calon legislatif
tersebut dilakukan secara tertutup. Hal ini memungkinkan timbulnya calon
legislatif yang tidak kompetitif, berhubung proses pengangkatan tidak diketahui
oleh umum.
2.2.3 Kriteria Anggota Legislatif
Sehubungan dengan hal ini, Czudnomski dalam bukunya Fadillah Putra dalam
bukunya “Partai Politik dan Kebijakan Publik” mengemukakan tujuh hal yang

dapat menentukan terpilih atau tidaknya seseorang dalam lembaga legislatif, dan
ini juga penentu dari penampilan seorang elit politik, yaitu:
1.

Social Background

Faktor ini berhubungan dengan pengaruh status sosial dan ekonomi keluarga,
dimana seseorang calon elit dibesarkan.
2.

Political Socialization

Melalui sosialisasi politik, seseorang menjadi terbiasa dengan tugas-tugas
ataupun isu-isu yang harus dilaksanakan oleh suatu kedudukan politik. Dengan
demikian, orang tersebut dapat menentukan apakah dia masuk dan punya
kemampuan untuk menduduki jabatan tersebut, sehingga dia dapat
mempersiapkan dengan baik.
3.

Initial political Activity

Faktor ini menunjukkan pada aktivitas atau pengalaman politik seseorang calon
elit selama ini. Dalam praktek politik, faktor ini menjadi semacam “belenggu” bagi
elit sebab ia berhubungan dengan garis afliasi kelompok yang dianutnya.
4.

Apprenticeship

Faktor ini menunjukkan langsung kepada proses”magang” dari calon elit ke elit
lain yang sedang menduduki jabatan yang di “diincar” oleh calon elit. Segi positif
faktor ini adalah calon elit mengerti benar mekanisme kerja serta norma-norma
yang berlaku dilingkungan kerjanya. Segi negatifnya adalah reputasi calon elit
dapat “tenggelam” sebab kualitas elit yang digantikannya memiliki reputasi yang
sangat tinggi, maka calon elit akan sulit untuk melepaskan diri dari bayangbayang pendahulunya.
5.

Occupational Variables

Faktor ini hampir sama dengan faktor yang ketiga, bedanya disini calon elit dilihat
dari pengalaman kerjanya dalam lembaga formal yang belum tentu berhubungan
dengan politik. Ini menarik, sebab elit politik sebenarnya tidak sekedar dinilai dari
popularitas saja (sesuai dengan ajaran demokrasi), namun dinilai pula faktorfaktor: kapasitas intelektual, rasa diri penting, vitalitas kerja, latihan peningkatan
kemampuan yang diterima, dan pengalaman kerja.
6.

Motivations

Ini merupakan faktor yang paling penting, asumsi dasar yang digunakan oleh
pakar politik adalah orang akan termotivasi untuk aktif dalam kegiatan politik
karena hal-hal sebagai berikut:

a.

Harapan (ekspetasi) atas Personal reward (material, sosial, psikologi)

b. Orientasi mereka terhadap isu-isu politik, seorang pemimpin oleh sebab yang
lain, yang disebut collective goals. Seharusnya seorang elit membedakan kedua
hal tersebut, namun yang banyak terjadi adalah para elit memanipulasi personal
needs menjadi public objectives.
7.

Selection

Faktor ini menunjukan kepada mekanisme atau prosedur rekrutmen politik yang
berlaku.
Negara demokrasi menuntut adanya elit politik yang mampu memaksimalkan
dirinya untuk benar-benar menjalankan fungsinya dengan baik, karena hal ini
akan berhubungan dengan fungsi dari elit politik tersebut. Untuk itu, menurut
Agus Pramono dalam bukunya yang berjudul “Elit Politik yang Loyo dan Harapan
Masa Depan”, seorang elit politik harus memenuhi beberapa kemampuan yaitu:
a.

Kemampuan artikulasi kepentingan

Dalam pengertian bahwa elit politik harus mampu memahami sikap, nilai nilai
dan orientasi politik masyarakat. Dengan kemampuan tersebut elit politik dapat
menjunjung aspirasi politik masyarakat yang bersangkutan.
b.

Kemampuan agregasi kepentingan.

Dalam pengertian mampu memadukan tuntutan-tuntutan yang disampaikan
berbagai kelompok masyarakat menjadi alternatif-alternatif pembuat kebijakan
publik.
c.

Kemampuan sosialisasi politik.

Dalam pengertian memberdayakan masyarakat. Upaya ini dimaksudkan
sebagai upaya mentranspormasikan segenap potensi masyarakat kedalam
kekuatan-kekuatan nyata yang diharapkan mampu melindungi dan
memperjuangkan hak-hak sipil.
d.

Kemampuan komunikasi politik.

Komunikasi politik dilakukan dengan revitalisasi (penguatan) dan
demokratisasi pranata sosial. Penguatan institusi wakil rakyat yang diwakili oleh
elit politik, berfungsi sebagai tempat bargain masyarakat dan negara.
(Pramono,2005:56-60)

Pemilihan calon anggota legislatif adalah mutlak kewenangan pengurus partai
politik, rakyat tidak dapat langsung memilih calon anggota legislatif yang bersih
dari korupsi. Namun demikian, Indonesia Corruption Watch (ICW), Komisi untuk
Orang hilang dan korban tindak kekerasan (Kontras), dan Lembaga Bantuan
Hukum meresmikan Komite Pemantau Legislatif (KPL). Beberapa kriteria-kriteria
calon anggota legislatif yang layak dijadikan wakil rakyat adalah:
1.

Tidak pernah memerintahkan atau melakukan kejahatan/kecurangan politik.

2. Tidak pernah menggunakan jabatannya untuk melakukan kekerasan terhadap
rakyat.
3.

Tidak memiliki gagasan atau pikiran yang mendukung tindak kekerasan.

4.

Tidak pernah dipidana, diberhentikan atau dipindahkan karena korupsi.

5.

Tidak memiliki kekayaan yang diduga hasil korupsi, kolusi dan nepotisme.

6.

Tidak memiliki jabatan pada lembaga/perusahaan negara.

7. Tidak melakukan kecurangan dalam bisnis yang merugikan negara dan
pelayanan masyarakat.
8. Tidak pernah menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pibadi,
keluarga dan kroni.
9. Tidak mendapatkan fasilitas karena kedekatannya dengan pejabat
pemerintah.
(Media
Transparansi Edisi 9 Juni 1999)
Berdasarkan beberapa penjabaran kriteria calon anggota legislatif yang
dikemukakan oleh beberapa pakar di atas, maka kriteria calon anggota legislatif
itu mencakup kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
menjalankan tugas-tugas politik serta persayaratan yang harus dipenuhi seorang
calon anggota legislatif, yang mencakup tidak pernah melakukan tindakantindakan yang merugikan, baik negara maupun masyarakat, sehingga calon
legislatif yang diusung oleh partai politik betul-betul berkualitas dan dapat
menjalankan tugasnya dengan bijaksana.

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

Partai politik sesungguhnya merupakan sebuah kendaraan, yang fungsinya untuk
menyatukan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama dalam
penyelenggaraan negara. Berdasarkan visi dan misi tersebut, partai politik
memiliki program-program politik yang dilakukan dengan bersama-sama dari
setiap masing-masing anggotanya, serta memiliki tujuan untuk menduduki
jabatan politik di pemerintahan.
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan diri pada fungsi rekrutmen politik,
karena rekrutmen politik sangat penting sekali dilakukan oleh partai politik, sebab
rekrutmen politik akan menentukan kualitas dari calon legislatif yang diusung
oleh partai politik.
Dapat kita simpulkan bahwa di Indonesia yang kini menganut sistem Multipartai
tidak menutupi kemungknanan perjalanan demokrasi di negara kita ini
berlangsung cukup sengit dengan berbagai dinamika yang terjadi di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Budiardjo, Miriam. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Partai Politik

Pendahuluan
Partai politik adalah salah satu komponen yang penting di dalam dinamika perpolitikan sebuah
bangsa. Partai politik dipandang sebagai salah satu cara seseorang atau sekelompok individu
untuk meraih kekuasaan,argumen seperti ini sudah biasa kita dengar di berbagai media massa
ataupun seminar-seminar yang kita ikuti khususnya yang membahas tentang partai politik.
Definisi Partai Politik
Partai politik, per definisi, merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir mem-bentuk
sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah untuk bisa menjalankan
program-programnya. Parpol biasanya mempunyai asas, tujuan, ideolog, dan misi tertentu yang
diterjemahkan ke dalam program-programnya. Parpol juga mempunyai pengurus dan massa.

Ada pula Roger F Saltou yang mendefinisikan partai politik sebagai kelompok warga negara yang
sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan
menjalankan kebijakan umum yang mereka buat.
Asal Usul partai politik Menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik”
berasal dari 3 teori yaitu :
1. teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai
politik.
2. teori situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya sistem politik
mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat yang luas.
3. teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi
Fungsi-Fungsi Partai Politik

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Partai politik sebagai sebuah instrumen politik memiliki beberapa macam fungsi partai politik
diantaranya.
melakukan sosialisasi politik, pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat
rekrutmen politik yaitu seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau sekelompok
orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik.
partisipasi politik, kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin pemerintahan.
pemandu kepentingan, mengatur lalu lintas kepentingan yang seringkali bertentangan dan
memiliki orientasi keuntungan sebanyak-banyaknya.
komunikasi politik, partai politik melakukan proses penyampaian informasi mengenai politik dari
pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.
pengendalian konflik, partai politik melakukan pengendalian konflik mulai dari perbedaan
pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok.
Kontrol politik, partai politik melakukan kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan dan
penyimpangan dalam isi kebijakan atau pelaksaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Sistem Partai Politik
Maurice Duverger membagi sistem partai politik menjadi tiga sistem utama yaitu :
A. Sistem partai Tunggal
Sistem partai ini biasanya berlaku di dalam negara-negara Komunis seperti Cina dan Uni Soviet
B. Sistem dua partai
Sistem partai seperti ini dianut sebagian negera yang menggunakan paham liberal pemilihan di

negara-negara tersebut mengguanakan sistem distrik. Negara yang menganut sistem dua partai
adalah Amerika Serikat dan Inggris.
C. Sistem Multipartai
Sistem partai seperti ini dianut oleh negara Belanda, Perancis, di dalam ssitem ini menganut
partai mayoritas dan minoritas dan diikuti oleh lebih dari dua partai.
ciri-ciri partai politik adalah :
1. Berakar dalam masyarakat lokal
2. Melakukan kegiatan terus menerus
3. Berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan
4. Ikut serta dalam peilihan umum.
Tujuan Partai Politik
Berdasarkan basis sosial dan tujuan partai politik dibagi menjadi empat tipe yaitu[ 7] :
1. Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan lapisan atas.
2. Partai politik berdasarkan kepentignan tertentu yaitu petani, buruh dan pengusaha.
3. Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.
4. Partai politik yang didasarkan pada kelompok budaya tertentu.
Penutup
Partai politik sebagai salah satu instrumen politik yang memiliki tujuan untuk meraih
kekuasaan.Selain memiliki tujuan yang jelas adapula fungsi-fungsi yang harus dijalankan yaitu
rekrutmen politik, komunikasi politik, pengendali konflik dan lain-lain. Disamping itu partai
politik merupakan representasi dari beberapa kelompok yang ada di dalam masyarakat. Oleh
karena itu partai politik perlu kita pelajari.

PARPOL (PARTAI POLITIK)
BAB I
PENDAHULUAN
Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat, yang disertai
dengan kebutuhan terhadap partisipasi politik lebih besar, derngan sendirinya menuntut
pelembagaan sejumlah saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Tetapi
pengalaman di beberapa negara dunia ketiga menunjukkan, pembentukan partai baru tidak akan
banyak bermanfaat, kalau sistem kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.
Suatu sistem kepartaian baru disebut kokoh dan adaptabel, kalau ia mampu menyerap dan
menyatukan semua kekuatan sosial baru yang muncul sebagai akibat modernisasi[i]. Dari sudut

pandang ini, jumlah partai hanya akan menjadi penting bila ia mempengaruhi kapasitas sistem
untuk membentuk saluran-saluran kelembagaan yang diperlukan guna menampung partisipasi
politik.
Sistem kepartaian yang kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas.
Pertama, melancarkan partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala
bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan. Kedua, mengcakup dan menyalurkan partisipasi
sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan
kuat yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan demikian, sistem kepartaian yang kuat
menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang melembaga guna
mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.
Partai politik menjalankan fungsi sebagai alat mengkomunikasikan pandangan dan
prinsip-prinsip partai, program kerja partai, gagasan partai dan sebagainya. Agar anggota partai
dapat mengetahui prinsip partai, program kerja partai atau pun gagasan partainya untuk
menciptakan ikatan moral pada partainya, komunikasi politik seperti ini menggunakan media
partai itu sendiri atau media massa yang mendukungnya
Dalam perkembangan partai politik umumnya diterima sebagai suatu lembaga penting
terutama di negara-negara yang berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu sebagai
kelengkapan sistem demokrasi suatu negara. Dan partai politik yang berkembang di Indonesia
dapat digolongkan dalam beberapa periode yang mempunyai ciri dan tujuan masing-masing,
yaitu : Masa penjajahan Belanda, Masa pedudukan Jepang dan masa merdeka[ii].
A. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

e.

a. Apakah yang dimaksud dengan partai politik?
b. Apa fungsi dari partai politik?
c. Apa tujuan dari pembentukan partai politik?
d. Dimana partai politik dilahirkan?
Bagaimanakah sejarah perkembangan partai politik?

B. Tujuan Masalah
Yang menjadi tujuan dari permasalahan adalah:
a. Untuk mengetahui maksud dari partai politik.
b. Untuk mengetahui fungsi dari partai politik.
c. Untuk mengetahui tujuan dari pembentukan partai politik.

d. Untuk mengetahui dimana partai politik dilahirkan.
e. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan partai politik.
C. Manfaat Masalah
Manfaat dari permasalahan adalah?
a.
b.
c.
d.
e.

Kita dapat mengetahui maksud dari partai politik.
Kita dapat mengetahui fungsi dari partai politik.
Kita dapat mengetahui tujuan dari pembentukan partai politik.
Kita dapat mengetahui dimana partai politik dilahirkan.
Kita dapat mengetahui bagaimana sejarah perkembangan partai politik.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Partai Politik
Partai politik yaitu organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk
dengan tujuan khusus[iii]. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.
Sedangkan definisi partai politik menurut ilmuwan politik yaitu:
Friedrich : partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasikan secara stabil
dengan tujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi
pemimpin partainya, dan berdasarkan kekuasaan tersebut akan memberikan kegunaan materil
dan idil kepada para anggotanya.[iv]
Soltau : partai politik sebagai kelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan
kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan
kebijakan umum yang mereka buat.[v]
Tujuan dari pembentukan partai polik ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik – (biasanya) dengan cara konstitusionil – untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan mereka.[vi]

2. Fungsi Partai Politik
Partai politik menjalankan fungsi sebagai alat mengkomunikasikan pandangan dan
prinsip-prinsip partai, program kerja partai, gagasan partai dan sebagainya. Agar anggota partai
dapat mengetahui prinsip partai, program kerja partai atau pun gagasan partainya untuk
menciptakan ikatan moral pada partainya, komunikasi politik seperti ini menggunakan media
partai itu sendiri atau media massa yang mendukungnya[vii].


Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan
merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini
dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan
kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat.



Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap, pandangan, pendapat, dan
orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik yang terjadi di tengah
masyarakat. Sosialisi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha menciptakan image
(citra) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum.



Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari dan mengajak
orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.



Partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah masyarakat terjadi berbagai perbedaan
pendapat, partai politik berupaya untuk mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan
bukan untuk kepentingan pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk kepentingan umum.
3. Tujuan Pembentukan Partai Politik
Tujuan dari pembentukan partai politik menurut Undang-undang no.2 tahun 2008 tentang
partai politik, yaitu:



mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan
undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945




menjaga dan memelihara keutuhan negara kesatuan republik Indonesia
mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung tinggi




kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan republik Indonesia
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan



kegiatan politik dan pemerintahan
memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan



bernegara
membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Selain itu ada juga tujuan partai politik menurut basis sosial dibagi menjadi empat tipe
yaitu :






Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan lapisan atas.
Partai politik berdasarkan kepentingan tertentu yaitu petani, buruh dan pengusaha.
Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.
Partai politik yang didasarkan pada kelompok budaya tertentu.[viii]
4. Lahirnya Partai Politik
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat bersamaan dengan
gagasan bahwa rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik. Dalam hal ini
partai politik berperan sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain
pihak[ix]. Maka dalam perkembangannya kemudian partai politik dianggap sebagai menifestasi
dari suatu sistem politik yang demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat.
Pada permulaannya peranan partai politik di negara-negara Barat bersifat elitis dan
aristokratis, dalam arti terutama mempertahankan kepentingan golongan bangsawan terhadap
tuntutan raja, namun dalam perkembangannya kemudian peranan tersebut meluas dan
berkembang ke segenap lapisan masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlunya
dukungan yang menyebar dan merata dari semua golongan masyarakat. Dengan demikian terjadi
pergeseran dari peranan yang bersifat elitis ke peranan yang meluas dan populis.
Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi dan
berkembang di negara-negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai politik di negara-negara
jajahan sering berperan sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan penggerak ke arah persatuan
nasional yang bertujuan mencapai kemerdekaan. Hal ini terjadi di Indonesia (waktu itu masih

Hindia Belanda) serta India. Dan dalam perkembanganya akhir-akhir ini partai politik umumnya
diterima sebagai suatu lembaga penting terutama di negara-negara yang berdasarkan demokrasi
konstitusional, yaitu sebagai kelengkapan sistem demokrasi suatu negara.

5. Sejarah Perkembangan Partai Politik
Perkembangan partai politik di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa periode
perkembangan, dengan setiap kurun waktu mempunyai ciri dan tujuan masing-masing, yaitu :
Masa penjajahan Belanda, Masa pedudukan Jepang dan masa merdeka[x].
a. Masa Penjajahan Belanda.
Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indoneisa (waktu itu
Hindia Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua
organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang
berazaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut
memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.
Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran nasional
untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan Dewan Rakyat , gerakan
ini oleh beberapa partai diteruskan di dalam badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi
di dalam Dewan Rakat, yaitu Fraksi Nasional di bawah pimpinan M. Husni Thamin, PPBB
(Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan Prawoto dan Indonesische
Nationale Groep di bawah pimpinan Muhammad Yamin.
Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan
menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI (Komite
Rakyat Indoneisa) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang merupakan
gabungan dari partai-partai yang beraliran nasional, MIAI (Majelis Islami) yang merupakan
gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang terbentuk tahun 1937, dan MRI (Majelis
Rakyat Indonesia) yang merupakan gabungan organisasi buruh.
b. Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi
kebebasan untuk membentuk partai Masyumi, yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.
c.

Masa Merdeka (mulai 1945).
Beberapa bulan setelah proklamsi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk
mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik Indonesia. Dengan
demikian kita kembali kepada pola sistem banyak partai.
Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan PKI.
Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena
partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara melalui
sistem parlementer[xi]. Sistem banyak partai ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai politik
tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat
melaksanakan program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjaan dengan
baik pula. Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekrit 5 Juli 1959, yang mewakili masa
masa demokrasi terpimpin.
Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan di
pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan NASAKOM
(Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada masa Demokrasi
Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah kuat, terutama memalui
G 30 S/PKI akhir September 1965).
Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak lebih
leluasa dibanding dengan msa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa ini adalah
munculnya organisasi kekuatan politik bar yaitu Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan
umum thun 1971, Golkar munculsebagai pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar yaitu
NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI.
Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat partai
politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung menjadi Partai
Persatu Pembangunan (PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Parati Katolik,
Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi
Partai Demokrasi Indonesia. Maka pada tahun 1977 hanya terdapat 3 organisasi keuatan politik

Indonesia dan terus berlangsung hinga pada pemilu 1997. Setelah gelombang reformasi terjadi di
Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya rezim Suharto, maka pemilu dengan sistem multi
partai terus berlanjut hingga pemilu 2004.[xii]

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a.

Partai Politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk

dengan tujuan
khusus.
b. Partai Politik di Indonesia pertama kali dibentuk sejak jaman penjajahan Belanda, meskipun
system politik di Indonesia bersifat multipartai, namun pada masa orde baru sempat terjadi
pemusatan kekuatan sehingga partai politik hanya ada 3 partai politik. Sejak jaman reformasi
Indonesia kembali me

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91