Karakteristik bahasa jurnalistik pada berita

Karakteristik bahasa
BAB I
PENDAHULUAN

A.

B.
1.
2.
C.

Latar Belakang Masalah
sampai saat ini Ilmu Linguistik masih dianggap sulit oleh sebagian besar manusia. Padahal
Ilmu Linguistik bersifat umum yang hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji
seluk beluk bahasa pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Ilmu Linguistik
umum merupakan media komunikasi penting yang bersifat komunikatif.
Sebagian besar manusia mempunyai anggapan bahwa Ilmu Linguistik itu sulit dan hal itu
perlu segera ditepis. Masalahnya sekarang, sampai saat ini panduan Ilmu Linguistik umum yang
benar-benar dan detail masih sangat sulit untuk ditemukan. Padahal buku jenis Ilmu Linguistik
akan sangat membantu para penulis pemula untuk mulai mengasah kemampuan.
Problematika diatas perlu segera dipecahkan, salah satu langkah yang dapat ditempuh

adalah menyajikan makalah tentang ke Ilmuan Linguistik Umum.. Secara umum makalah ini
dapat dikategorikan kedalam bagian besar yakni pembahasan objek keilmuan Linguistik.
Rumusan Masalah
Beberapa hal yang kami bahas dalam makalah ini, yakni:
Apa pengertian Linguistik?
Apa saja yang termasuk objek kajian Linguistik?
Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengertian linguistik dari berbagai ahli atau sumber yang berbeda;
2.
Untuk mengetahui beberapa objek kajian linguistik.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

B.
1.


Pengertian ilmu linguistik
Kata linguistic berasal dari bahasa latin “lingua” yang artinya bahasa. Menurut
Kridalaksana (1993) dalam kamusnya kamus linuistik, kata linguistic di definisikan sebagai ilmu
tentang bahasa atau penyelidikan bahasa secara ilmiah. Definisi yang sama di kemukakan oleh
Tarigan (1986), yaitu seperangkat ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan jalan penerapan
metode ilmiah terhadap fenomena bahasa. Sebagai penyelidikan bahasa secara ilmiah, linguistik
tidak membedakan antara bahasa yang satu dengan yang lainnya (hasanan, 1984).
Dalam BA, linguistik disebut ilmu lughah. Pada mulanya kata ilmu lughah tidak digunakan
dengan makna linguistic atau kajian bahasa. Kata ilmu lughah pertama kali digunakan oleh Ibnu
Khaldun
dalam
karyanya “Al-Muqoddimah” dan
dimaksudkan
sebagai ilmu
ma’ajim atau lecikology. Berikutnya kata ilmu lughah digunakan oleh Assuyuti dalam judul
bukunya “Al-Mazhar Fi ulumi-l Lughah wa Anwa’uha”. Assuyuti pun menggunakan dengan
makna lexicology. (dalam Hasanin,1984).[1]
Secara populer orang asing menyatakan bahwa linguistic adalah ilmu tentang bahasa; atau
ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi, sepeti dikatakan
Martiner (1987:19), telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.[2]

Linguistik berasal dari bahasa latin yaitu lingua yang berarti adalah ‘bahasa’. Sedangkan
istilah dari bahasa Prancis linguistik adalah linguistique , dalam bahasa Inggris adalah linguistics,
dan dalam bahasa Belanda adalah linguistiek.
Dalam bahasa perancis ada dua istilah, yaitu langue dan langage dengan makna yang
berbeda. Langue berarti suatu bahasa tertentu, seperti bahasa Indonesia, bahasa Arab, atau bahasa
Prancis. Sedangkan langage berarti bahasa secara umum, seperti dalam ungkapan “Manusia
punya bahasa sedangkan binatang tidak”.
Disamping istilah langue dan langage bahasa Prancis masih punya istilah lain mengenai
bahasa yaitu parole. Parole adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, yang konkret, yaitu yang
berupa ujaran, yang diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari.
Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai
berikut:“The scientific study of language and its structure, including the study of grammar,
syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology,
psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”
Objek Linguistik Bahasa
Pengertian Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian,
sehingga sering kali membingungkan. Untuk jelasnya, coba perhatikan pemakaian kata bahasa
dalam kalimat berikut!
1)

Dika belajar bahasa inggris, nila belajar bahasa jepang.

2)
3)
4)
5)
6)
7)

Manusia mempunyai bahasa, sedangkan binatang tidak.
Hati-hati bergaul dengan anak yang tidak tahu bahasa itu.
Dalam kasus itu ternyata lurah dan camat tidak mempunyai bahasa yang sama.
Katakanalah dengan bahasa bunga!
Pertikaian itu tidak bisa diselesaikan dengan bahasa militer.
Kalau dia memberi kuliah bahasanya penuh dengan kata dari pada dan akhiran ken.
8)
Kabarnya, nabi sulaiman mengerti bahasa semut.[3]
Kata bahasa pada kalimat pertama, jelas menunjukan pada bahasa tertentu. Jadi,
menurut peristilahan de Saussure adalah sebuah langue. Pada kalimat ke-2, kata bahasa
menunjuk bahasa pada umumnya; jadi, suatu langage. Pada kalimat ke-3 kata bahasa berarti

‘sopan santun’; pada kalimat ke-4 kata bahasa berarti ‘kebijakan dalam bertindak ‘; pada
kalimat ke-5 kata bahasa berarti ‘maksud-maksud dengan bunga sebagai lambang ‘; pada
kalimat ke-6 kata bahasa berarti ‘dengan cara ‘; dan pada kalimat ke-7 kata bahasa berarti
‘ujarannya‘; pada kalimat ke-8 kata bahasa bersifat hipotetis.
Dari keterangan diatas bisa disimpulkan hanya pada kalimat (1), (2), dan (7) saja kata
bahasa itu digunakan secara harfiah, sedangkan pada kalimat lain digunakan pada secara kias.
Bahasa sebagai objek linguistic adalah seperti yang digunakan pada kalimat (1) , kalimat (2), dan
kalimat (7). Pada kalimat (1) bahasa sebagai langue, pada kalimat (2) bahasa sebagai langage,
dan pada kalimat (7) bahasa sebagai parole.
Sebagai objek linguistik, parole merupakan objek konkret karena parole itu berwujud
ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa. Langue
merupakan objek yang abstrak karena langue itu berwujud sistem bahasa secara universal. Yang
dikaji linguistik secara langsung adalah parole itu, karena parole itu yang berwujud konkret,
yang nyata, yang dapat diamati, atau diobservasi. Kajian terhadap parole dilakukan untuk
mendapatkan kaidah-kaidah suatu langue ; dan dari kajian terhadap langue ini akan diperoleh
kaidah-kaidah suatu langage; kaidah bahasa secara universal.[4]
Di karenakan segi fungsinya tampaknya merupakan segi yang paling menonjol diantara
segi-segi yang lainnya. Maka tidak mengherankan kalau banyak juga pakar yang membuat
definisi tentang bahasa dengan pertama-tama menonjolkan segi fungsinya itu, seperti Sapir
(1221:8). Badudu (1989:3), dan Keraf (1984:16). Jawaban terhadap pertanyaan “apakah bahasa

itu?” yang tidak menonjolkan fungsi tetapi menonjolkan “sosok” bahasa itu adalah seperti yang
dikemukakan Kridalaksan (1983, dan juga dalam Djoko Kentjono 1982): “Bahasa adalah
system lambing bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok social untuk
bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri”. Definisi ini sejalan dengan definisi dari
Berber (1964:21), Wardhaugh (1977:3) Trager (1949:18), de Saussure (1966:16), dan Bolinger
(1975:15).

2.

Karakteristik bahasa
Ibnu Jinni (392 H) telah mendefinisikan bahasa dengan pernyataannya: Bahasa adalah
bunyi-bunyi yang dipakai oleh setiap kaum untuk menyatakan tujuannya. Definsi ini
mengandung unsur-unsur pokok definisi bahasa dan sesuai dengan banyak definsi modern
tentang bahasa. Ia menjelaskan karakteristik bunyi bahasa dan menegaskan bahwa bahasa adalah
bunyi.[5] Dengan ini ia menghindari kesalahan umum yang menganggap bahwa bahasa dalam
substansinya merupakan fenomena tulis. Juga, definisi Ibnu Jinni menjelaskan bahwa bahasa
memiliki fungsi sosial yang ekspresif dan memiliki kerangka sosial. Oleh karena itu, bahasa
berbeda karena perbedaan kelompok manusia. Dengan demikian definisi bahasa menurut Ibnu
Jinni menjelaskan karakteristik bahasa dari satu aspek dan fungsinya dari aspek lain. Terlebih
dahulu definisi-definisi modern tentang bahasa menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem

lambang. Ini berarti bahwa bahasa terdiri dari seperangkat lambang yang membentuk sistem
terpadu.
Bahasa adalah sistem bahasa yang paling kompleks. Isyarat lalu lintas adalah lambang
cahaya, tetapi ia spesifik dan sederhana. Isyarat cahaya yang keluar dari kapal-kapal, para
panglima pasukan, pandu, dan klub-klub olahraga merupakan lambang juga. Adapun teriakanteriakan yang dilepaskan oleh hewan dengan berbagai jenisnya, terutama burung-burung, itu juga
spesifik dan sederhana. Akan tetapi hanya manusia yang mampu berinteraksi dengan bahasa
yang berdasar pada sejumlah lambang yang spesifik, tetapi ia membentuk sistem yang kompleks.
Maka bunyi-bunyi yang keluar dari alat-alat ucap pada manusia relatif terbatas. Oleh karena itu
banyak bahasa yang berkoleksi dalam banyak bunyi. Kebanyakan bahasa manusia
memanfaatkan sejumlah bunyi yang kurang dari 40 bunyi. Akan tetapi bunyi-bunyi yang
spsesifik ini menjadikan banyak susunan sehingga membentuk ribuan kata dalam satu bahasa.
Kata-kata ini menjadikan beberapa susunan yang dikenal di lingkungan bahasa, lalu membentuk
jutaan kalimat. Dengan demikian kata-kata ini dapat mengungkapkan peradaban manusia dan
pikiran manusia. Oleh karena itu, sistem komunikasi bahasa manusia berbeda dengan system
komunikasi yang ada pada hewan. Bahasa manusia merupakan system lambang yang kompleks.
[6]

3.

Sifat dan Fungsi Bahasa

a.
Bahasa bersifat arbiter, yang dimaksud dengan arbiter adalah sifat bahasa yang manasuka,
artinya bahasa tidak ada hubungannya dengan suatu keharusan atau kewajiban antara satuansatuan bahasa dengan yang dilambangkannya.
b.
Bahasa bersifat produktif, artinya bahasa merupakan sistem dari unsur-unsur yang
jumlahnya terbatas. Akan tetapi, pemakainnya tidaklah terbatas.
c.
Bahasa bersifat unik. Artinya setiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus
ada dalam bahasa lain. Contoh: bahasa Inggris memiliki sistem yang berbeda dengan sistem

bahasa Indonesia. Misalnya dalam bahasa Inggris, kita mengenal bentuk yang menunjukan
perbedaan waktu, sedangkan dalam bahasa Indonesia hal itu tidak ada.
d.
Bahasa itu Universal, artinya semua bahasa memiliki kesamaan secara umum yaitu bahasa
itu ujaran manusia, memiliki struktur, konvensional, digunakan sebagai alat komunikasi oleh
manusia dan potensinya dibawa sejak lahir (innatruss potential).
Fungsi bahasa

4.


A.

1.
2.
3.
4.



untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.



untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan
seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.



sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan
kebahasaan.




untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah
manusia, selama
kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan
filologis)

Ciri-ciri khusus bahasa Arab yang dianggap unik dan tidak dimiliki bahasa-bahasa lain di
dunia, terutama bahasa Indonesia. Ciri-ciri khusus ini perlu diketahui oleh para pengajar bahasa
agar memudahkannya dalam menyusun dan mengembangkan berbagai strategi pembelajaran
bahasa, khususnya bagi non Arab. Ciri-ciri khusus tersebut dapat ditemui dalam aspek-aspek
bahasa, sebagai berikut :[7]
Aspek bunyi
Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara yang keluar dari
paru-paru melalui pipa suara dan melintasi organ-organ speech atau alat bunyi. Proses terjadinya
bahasa apapun di dunia ini adalah sama. Maka tidak asing apabila ada beberapa bunyi bahasa
yang hampir dimiliki oleh beberapa bahasa di dunia seperti bunyi m, n, l, k, dan s.
Bahasa Arab, sebagai salah satu rumpun bahasa Semit, memiliki ciri-ciri khusus dalam
aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain, terutama bila dibandingkan dengan bahasa

Indonesia atau bahasa-bhasa daerah yang banyak digunakan di seluruh pelosok tanah air
Indonesia. Ciri-ciri khusus itu adalah :
Vokal panjang dianggap sebagai fonem (‫ أ أ‬، ‫ ي‬، ‫) أأو‬
Bunyi tenggorokan (‫)أصوات الحلق‬, yaitu ‫ ح‬dan ‫ع‬
Bunyi tebal ( ‫)أصوات مطبقة‬, yaitu ‫ ط‬, ‫ ص‬, ‫ ض‬dan ‫ ظ‬.
Tekanan bunyi dalam kata atau stress (‫) النبر‬

5.

1.
2.
3.
4.
5.

·
·
·

B.

Bunyi bilabial dental (‫) شفوى أسنـانى‬, yaitu ‫ف‬
Dan untuk mengetahui dimana letak ‫ نبر‬dalam suatu kata, kita harus mengetahui
jenis syllable atau suku kata dalam bahasa Arab. Ada lima macam syillable atau ‫ مقطع‬yang
berlaku dalam bahasa Arab fusha, yaitu :
cv ( ‫ ) ص ح‬seperti ‫ب‬
cvv ( ‫ ) ص ح ح‬seperti ‫فـي‬
cvc ( ‫ ) ص ح ص‬seperti ‫أخلل‬
cvvc ( ‫ ) ص ح ح ص‬seperti ‫عي للن‬
cvcc ( ‫ ) ص ح ص ص‬seperti ‫بنت‬
Untuk menentukan letak ‫ نبر‬dalam suatu kata, para ahli berbeda pendapat. Sebagai contoh,
menurut Ibrahim Anis, letak ‫( نبر‬stress) dalam suatu kata bahasa Arab dapat dilihat dari macam
atau jenis suku kata atau syllable paling akhir dari kata itu. Bila suku kata akhir itu berupa jenis
keempat atau kelima ( cvvc atau cvcc ) maka disitulah letak nabr-nya. Contoh
kata ‫ نستــعين‬dan ‫ مستــقر‬, nabr-nya ada pada suku kata ‫ عين‬dan ‫ قـرر‬.
Apabila suku kata terakhir dari jenis keempat atau kelima, lihat suku kata sebelum akhir.
Bila ia berupa jenis syllable kedua atau ketiga (cvv atau cvc), maka disitu letak nabr-nya. Contoh
pada kata ‫ يستحيل‬dan ‫ استغـفر‬letak nabr-nya pada suku kata ‫ حي‬dan ‫ تغ‬.
Dan apabila suku kata sebelum akhir bukan dari jenis kedua atau ketiga, artinya jenis
pertama, maka lihat kembali suku kata ketiga dari akhir, seperti pada kata ‫ جلس‬dan ‫ اجتمع‬.
Menurut Brockelmann (linguist Jerman), ‫( نبر‬stress) dalam kata bahasa Arab bias diketahui
dengan cara menelusuri jenis suku kata dari akhir suatu kata sampai awal. Kapan kita menemui
suku kata atau ‫ مقطع‬panjang yaitu jenis kedua, ketiga, keempat atau kelima dalam kata itu, maka
disitulah nabr-nya. Dan bila tidak ditemui ‫ مقطع‬panjang pada kata tersebut, berarti nabr-nya ada
pada suku kata pertama dari depan dalam kata tersebut. Contoh :
‫ يقاتل‬nabr-nya pada ‫قا‬
‫ يجتـمع‬nabr-nya pada ‫أيجـ‬
‫ جمع‬nabr-nya pada ‫جـ أ‬
Jadi perlu diingat bahwa nabr atau stress itu ada dalam bahasa Arab, meskipun bukan
merupakan fonem yang membedakan arti.
Aspek Kosakata
Ciri khas kedua yang dimiliki bahasa Arab adalah pola pembentukan kata yang sangat
fleksibel, baik melalui derivasi (‫ ) تصريف استـقاقى‬maupun dengan cara infleksi (‫) تصريف إعرابـى‬.
Dengan melalui dua cara pembentukan kata ini, bahasa Arab menjadi sangat kaya sekali dengan
kosakata. Misalnya dari akar kata ‫ علم‬, bila dikembangkan dengan cara ‫ اشتقاقى‬, maka akan
menjadi :

·
·
·

‫علم – أيعألم‬
‫ أ‬dan seterusnya (10 = ( ‫ تصريف اصطلحى‬kata
– ‫عرلم‬
‫ يعرلم أ‬dan seterusnya = 10 kata
‫ أعلم – يعلم‬dan seterusnya = 10 kata
Dari masing-masing kata ini dapat lagi kembangkan dengan cara ‫ تصريف إعرابـى‬sehingga akan
lebih memperkaya bahasa Arab. Dari kata ‫ علم‬saja akan menjadi ratusan kata. Bahkan menurut
suatu penelitian, unsur bunyi yang ada pada suatu kata, meskipun urutan letaknya dalam kata
tersebut berbeda akan mengandung arti dasar yang sama.

C.
1.

Aspek Kalimat
I’râb
Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sistem i’râb terlengkap yang mungkin tidak
dimiliki oleh bahasa lain. I’râb adalah perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat atau pun
berupa huruf sesuai dengan jabatan atau kedudukan kata dalam suatu kalimat. I’râbberfungsi
untuk membedakan antara jabatan suatu kata dengan kata yang lain yang sekaligus dapat
merubah pengertian kalimat tersebut.
Contoh :
‫هذا قاتلل أخى‬
‫هذا قاتأل أخى‬
Dua kalimat itu sangat berbeda sekali artinya, hanya karena perbedaan bunyi akhir
kata qâtil (‫) قاتل‬. Yang pertama dibaca tanwin dan yang kedua tidak dibaca tanwin (di-idlâfatkan). Maka kalimat pertama berarti orang ini yang membunuh saudaraku, sedang kalimat kedua
artinya orang ini adalah pembunuh saudaraku. Contoh lain adalah :
‫ ما أحسأن خالدا ا‬artinya alangkah baiknya si Khalid
‫ ما أحسأن خالدد‬artinya apa yang baik pada si Khalid ?
‫ ما أحسأن خاللد‬artinya apa yang diperbuat baik oleh si Khalid ?

·
·

·
·
·
1.

·
·
·
·

Jumlah Fi’liyyah dan Jumlah Ismiyyah
Komponen kalimat dalam bahasa apapun pada dasarnya sama, yaitu subyek, predikat dan
obyek. Namun, yang berbeda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya adalah struktur atau
susunan (‫ )تركيب‬kalimat itu. Pola kalimat sederhana dalam bahasa Arab adalah :
‫ اسم‬+ ‫اسم‬
‫ اسم‬+ ‫فعل‬
Sementara dalam bahasa Indonesia pola kalimatnya adalah :
KB + KB
KB + KK

Pola ‫ اسم‬+ ‫ فعل‬dalam bahasa Arab sudah dianggap dua kalimat. Dari perbandingan itu,
tampak bahwa pola ‫ اسم‬+ ‫ فعل‬hanya dimiliki bahasa Arab. Meskipun kadang ada ungkapan
bahasa dalam percakapan sehari-hari pola yang sama dengan ini ditemui dalam bahasa Indonesia
seperti turun hujan, tetapi ungkapan itu biasanya didahului oleh keterangan waktu
umpamanya tadi malam turun hujan.
1. Muthâbaqah (Concord)
Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa Arab adalah
diharuskannya muthâbaqah atau persesuaian antara beberapa bentuk kalimat. Misalnya harus
ada Muthâbaqah antara mubtada’ dan khabar dalam hal ‘adad (mufrad, mutsannâ dan jama’)
dan dalam jenis (mudzakkar dan muannats), harus ada Muthâbaqah antara
maushûf dan shifatdalam hal ‘adad, jenis, i’râb (rafa’, nashb, jar), dan nakirah serta ma’rifahnya. Begitu juga harus ada Muthâbaqah antara hâl dan shâhib al-hâl dalam ‘adad dan jenisnya.
D.

Aspek Huruf
Ciri yang Nampak dominan pada huruf-huruf bahasa Arab adalah :
1. Bahasa Arab memiliki ragam huruf dalam penempatan susunan kata, yaitu ada huruf yang
terpisah, ada bentuk huruf di awal kata, di tengah dan di akhir kata.
2. Setiap satu huruf hanya melambangkan satu bunyi.
3. Cara penulisan berbeda dengan penulisan huruf Latin, yakni dari arah kanan ke kiri.
Disamping itu, ada beberapa huruf yang tidak dibunyikan seperti pada kata-kata : ‫ الزكو‬-‫أولئك‬
‫ أنا طالب‬،‫ ة – أنا – ل‬dan sebaliknya, ada beberapa bunyi yang tidak dilambangkan dalam bentuk
huruf seperti ‫ت ؟‬
‫ هذا – ذلك – أن أ‬.
Pemaparan beberapa karakteristik unik bahasa Arab di atas setidaknya dapat dijadikan
acuan dalam pengajaran bahasa Arab untuk non Arab, sehingga memudahkan para pengajar
dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran bahasa Arab.
Secara kodrati, manusia pertama kali mengenal bahasa melalui pendengaran, setelah itu
berbicara, membaca, kemudian menulis. Demikian pula halnya dengan pengajaran bahasa Arab,
hendaknya harus dimulai dengan melatih anak untuk selalu mendengar bahasa Arab. Langkah
pertama ini dapat dilakukan dengan memasukan anak ke dalam lingkungan bahasa Arab ( ‫البيئة‬
‫ )اللغوية‬atau ke dalam laboratotium bahasa. Guru dapat juga menciptakan ruang kelas dengan
selalu aktif menggunakan bahasa Arab sebagai pengantarnya, hal ini akan menarik perhatian
siswa untuk berbicara seperti gurunya dengan menyimak atau disebut dengan listening.
Tahap selanjutnya adalah bercakap-cakap atau speaking. Langkah kedua ini harus
didukung oleh perbendaharaan kosakata yang dimiliki siswa. Guru jangan menyuruh siswa untuk
menghafalkan kamus, tetapi guru bisa mengajarkan kata-kata yang dipakai sehari-hari sehingga

5.

dapat dipraktekkan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pembelajaran
bahasa Arab, cara ini disebut dengan muhâdatsah.[8]
Langkah selanjutnya adalah membaca (reading). Pada tahap ini siswa mulai diperkenalkan
dengan bacaan atau wacana bahasa Arab yang telah menggunakan gramatika yang benar.
Penerjemahan kata atau wacana seminimal mungkin dilakukan oleh guru guna mendorong siswa
untuk memahami teks tanpa membutuhkan penerjemahan secara utuh.
Setelah siswa memperoleh kemahiran membaca, maka tahap berikutnya yaitu menulis
(writing) yang dalam bahasa Arab disebut insya’. Dengan berbekal hasil membaca berbagai
wacana atau bacaan yang baik, maka siswa perlahan-lahan dapat mengungkapkan pikirannya
dalam sebuah tulisan. Dengan begitu maka empat kemahiran bahasa telah diperoleh siswa
yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kemahiran bahasa ini kelak akan dapat
dijadikan sarana dalam mempelajari, mengkaji dan mengembangkan ilmu-ilmu yang lainnya
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan masyarakat luas.
Macam-macam bahasa:
a.
Bahasa diam (silent language)
Bahasa diam adalah cara berkomunikasi yang dilakukan oleh penutur dengan mitra tutur,
tetapi mitra tutur menanggapinya dengan diam. Bahasa diam juga bisa diamati dalam kehidupan
sehari-hari. Contoh, seorang ayah pulang dari kantor, ketika ditanya istrinya, ia diam saja. Ia
tidak menjawab pertanyaan istrinya. Istrinya tentu bergumam “Wah, suamiku punya masalah”.
b.

Bahasa tanda (sign language)

Bahasa tanda adalah cara berkomunikasi dengan menggunakan tanda-tanda. Yang banyak
menggunakan bahasa tanda ialah Polisi Lalu Lintas. Misalnya, tanda parkir berupa huruf P yang
dilingkari.
c.

Bahasa kode (code language)

cara berkomunikasi dengan menggunakan isyarat. Oleh karena itu, bahasa kode disebut juga
bahasa isyarat. Bagi bangsa Indonesia, mengangguk berarti setuju, menggelengkan kepala berarti
tidak setuju atau tidak mau, dan mengernyitkan dahi berarti belum paham. Bahasa kode banyak
digunakan pada kegiatan kepramukaan, misalnya berkomunikasi dengan menggunakan isyaratisyarat semaphore.
d.

4.

Bahasa kontak (contact language)

Bahasa kontak adalah cara berkomunikasi dengan cara menyinggungkan anggota tubuh
dengan mitra bicara (kontak secara jasmani). Misalnya, “seorang nenek membelai-belai rambut
cucunya, pertanda sang nenek sedang mencurahkan kasih sayangnya kepada cucucnya”.
e.

Bahasa simbol (symbol language)

Bahasa simbol adalah bahasa yang disimbolkan. Mitra komunikasi (mitra bicara) dapat
memahami maksud atau pesan yang disampaikan oleh penutur (komunikator) dengan mengamati

simbol yang digunakan oleh komunikator. Misalnya, pemakaian cincin pada jari manis tangan
kiri. Hal itu untuk memberitahukan kepada orang lain bahwa dia sudah bertunangan.
f.

Bahasa verbal (verbal language)

Bahasa verbal adalah komunikasi antarpertisipan dengan cara menggunakan organ-organ atau
lambang-lambang verbal. Apabila menggunakan organ yang mengacu pada bahasa lisan,
sedangkan jika menggunakan lambang verbal berarti mengacu pada bahasa tulis. Misalnya,
bahasa verbal lisan digunakan oleh beberapa orang yang sedang berdiskusi, wawancara,
simposium, dan berbincang-bincang santai. Bahasa verbal tulis digunakan oleh penulis buku,
novel, cerpen, dan berkirim surat.

BAB III
PENUTUP
A.

Simpulan
a.
Pengertian Linguistik
Kata linguistic berasal dari bahasa latin “lingua” yang artinya bahasa. Secara populer
orang asing menyatakan bahwa linguistic adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang
menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.
3)
Objek kajian Linguistik
a)
Pengertian Bahasa
b)
Karakteristik bahasa
(1)
Bahasa adalah bunyi-bunyi yang dipakai oleh setiap kaum untuk menyatakan tuiuannya
(2)
Bahasa adalah sistem bahasa yang paling kompleks

(3)

hasa tidak mengandung nilai subjektif yang karakteristiknya menghubungkannya dengan
maknanya dalam kenyataan luar
c)
Sifat dan Fungsi Bahasa
(1)
Arbiter (manasuka) yaitu sifat bahasa yang manasuka, artinya bahasa tidak ada hubungannya
dengan suatu keharusan atau kewajiban antara satuan-satuan bahasa dengan yang
dilambangkannya.
(2)
bersifat produktif, artinya bahasa merupakan sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya
terbatas. Akan tetapi, pemakainnya tidaklah terbatas. Misalnya, bahasaIndonesia mempunyai
fonem kurang dari 30, tetapi mempunyai kata lebih dari 30 000 yang mengandung fonem-fonem
itu masih mungkin diciptakan oleh kata-kata baru
(3)
bersifat unik. Artinya setiap bahasa mempunyai sisitem yang has yang tidak harus ada dalam
bahasa lain
(4)
Bahasa itu Universal, artinya semua bahasa memiliki kesamaan secara umum yaitu bahasa itu
ujaran manusia, memiliki struktur, konvensional, digunakan sebagai alat komunikasi oleh
manusia dan potensinya dibawa sejak lahir (innatruss potential).
DAFTAR FUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Asori
imam, 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang : Misykat.
Soeparno, 2002. Dasar-Dasar linguistic umum. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.
Chaer abdul, 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Hijazi Mahmud Fahmi, 2008. Pengantar Linguistik. Bandung : PSIBA Press.

[1]

Imam Asori, Sintaksis Bahasa Arab, Malang, misykat, 2004,hal 19.

[2]

Abdul chaer, Linguistik Umum, Jakarta, rineka cipta, 2007, hal 1

[3]

Abdul chaer, Linguistik Umum, Jakarta, rineka cipta, 2007, hal 30
Abdul chaer, Linguistik Umum, Jakarta, rineka cipta, 2007, hal 30

[4]

Soeparno, Dasar-Dasar linguistic umum, Yogyakarta, tiara wacana yogya, 2002, hal 11
Soeparno, Dasar-Dasar linguistic umum, Yogyakarta, tiara wacana yogya, 2002, hal 13
[7] Moh. Matsna HS, Diagnosis Kesulitan Belajar Bahasa Arab; makalah disampaikan pada
Diklat Guru Bahasa Arab di SMU tanggal 10 – 23 September 2003.
[5]

[6]

[8] Amin Muhammad, al-Lughat al-’Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ (Mesir: Dâr el-Fikr, 1980), hlm. 57.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22