Konsep E Demokrasi di Amerika Serikat

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Konsep E-Demokrasi di Amerika Serikat
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu

EKOJI999 Nomor

235, 1 Mei 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.

HALAMAN 1 DARI 4



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI


PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Banyak  praktisi  bertanya‐tanya  ”apakah  ada  tempat  bagi  teknologi  informasi  untuk  dapat 
berperan  aktif  dalam  mempromosikan  demokrasi  di  suatu  negara?”.  Untuk  menjawab 
pertanyaan  tersebut,  ada  baiknya  mempelajari  fenomena  yang  terjadi  di  Amerika  Serikat 
terkait  dengan  penerapan  website  di  lembaga  legislatifnya.  Seperti  diketahui  bersama, 
pemerintahan  Amerika  Serikat  menganut  sistem  bikameral  (dua  kamar).  Dewan  pertama 
adalah  House  of  Representatives  yang  beranggotakan  para  wakil  rakyat  yang  mewakili 
sejumlah  partai  hasil  pemilihan  umum.  Sementara  dewan  kedua  adalah  Senat  yang 
merupakan kumpulan dari sejumlah orang yang merupakan representatif dari  negara bagian 
(states).  Seorang  anggota  House  of  Representatives  kurang  lebih  mewakili  600,000  orang 
konstituen sementara seorang anggota Senat bervariasi  berdasarkan jumlah populasi negara 
bagian.  Tecatat  bahwa  paling  banyak  seorang  Senat  dapat  mewakili  35  juta  orang.  Dalam 
kesehari‐hariannya,  selain  harus  mengurusi  kegiatan  terkait  dengan  kepemerintahan,  para 
wakil  rakyat  ini  harus  dapat  melayani  beraneka  ragam  kebutuhan  masyarakat  yang 
diwakilinya  –  mulai  dari  sejumlah  individu  dengan  kebutuhan  spesi�iknya,  sampai  dengan 
sejumlah komunitas sosial dengan berbagai ragam visi dan misinya. 
Bagi  seorang  wakil  rakyat,  berkomunikasi  dan  memberikan  jawaban  terhadap  semua 
permasalahan konstituennya secara efektif merupakan tantangan yang harus dihadapi sehari‐

hari.  Gagal  berlakukan hal  tersebut  akan  berakibat  fatal  yang  tidak  hanya  merugikan wakil 
rakyat tersebut (karena dijamin mereka tidak akan dipilih lagi di masa mendatang, atau justru 
akan ”dijatuhkan” di saat periode aktif mereka), tetapi akan memberikan pengaruh buruk dan 
mengganggu  kinerja  sistem  pemerintahan  secara  keseluruhan.Terkait  dengan  hal  tersebut 
maka para wakil rakyat mulai memutuskan untuk membangun sejumlah website agar mereka 
dapat  bekerja  secara  lebih efektif dan  e�isien.  Tanpa  disadari,  pengembangan website  yang 
pada  awalnya  ditujukan  untuk  menurunkan  biaya  komunikasi  dan  transaksi  antara  wakil 
rakyat  dengan  masyarakat  yang  ingin  berhubungan  dengannya  (asas  e�isiensi),  secara 
evolusioner  terlihat  dapat  memiliki  manfaat  tidak  langsung  lainnya  –  yaitu  meningkatkan 
kualitas  demokrasi  yang  terjadi  di  Amerika  Serikat  (asas  efektivitas).  Paling  tidak  ada  9 
(sembilan) aspek yang  dapat mempromosikan meningkatnya kualitas proses  ”dari,  oleh, dan 
untuk rakyat” tersebut, yaitu masing‐masing sebagai berikut (Goldschmidt et al, 2002).

Aspek  pertama  adalah  terjadinya  perbaikan  pelayanan  terhadap  para  konstituen  dan 
masyarakat.  Melalui  konsep  ”virtual  of�ices” yang  diterapkan  dalam  sebuah  website,  secara 
tidak  langsung wakil  rakyat  telah membuka pintunya  selama 24/7 untuk  dapat diakses oleh 
mereka yang berkepentingan dengan cara yang cepat dan harga yang teramat sangat murah. 
Dengan kata lain, masyarakat yang membutuhkan hal‐hal semacam: transkrip pidato, notulen 
pertemuan,  jadwal  kunjungan  wakil  rakyat,  aturan‐aturan  baru  dalam  bernegara,  dan  lain 
sebaginya,  tidak  perlu  lagi  harus  menunggu  berita  di  televisi,  koran  setiap  pagi,  majalah 

terbitan mingguan,  atau  konferensi  pers,  melainkan dapat  secara  langsung memperolehnya 
melalui website terkait.

Aspek  kedua  berkaitan  dengan  terlihatnya  peranan  aktif  dari  para  wakil  rakyat  dan 
relasinya dengan anggota masyarakat maupun konstituennya. Dari ”rekaman” akses terhadap 
website  terlihat  seberapa  besar  terjadinya  interaksi  antara  para  wakil  rakyat  dengan 
konstituen  maupun  masyarakatnya.  Frekuensi  dan  volume  interaksi  yang  kecil 
memperlihatkan  bagaimana  citra  atau  keberadaan  wakil  rakyat  itu  terkesan  ”kurang” 
berkaitan  langsung  atau  kurang  relevan  dengan  kebutuhan  masyarakat  sehari‐hari  –  atau 
karena tidak  dikenalnya (populer) wakil  tersebut  di kalangan masyarakat. Dari performa ini 
seorang  wakil  rakyat  diharapkan  dapat  melakukan  introspeksi  terhadap  dirinya  sehingga 
dapat berperan secara lebih aktif dalam melakukan kegiatan yang berkaitan secara langsung 
dengan kepentingan masyarakat yang diwakilinya. 
HALAMAN 2 DARI 4



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI


PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Aspek ketiga berasal  dari  kemampuan website dalam membangun sebuah pusat informasi 
yang  dapat  ditujukan  kepada  beragam  target  masyarakat  dengan  karakteristik  spesi�iknya 
masing‐masing.  Misalnya  komunitas  pendidikan  yang  memerlukan  berbagai  data  dan 
informasi  terkait  dengan  beasiswa  dan  dana  riset,  atau  sekumpulan  veteran  perang  yang 
menginginkan kejelasan mengenai asuransi  kesehatan yang menjadi hak mereka, atau forum 
para  dokter  yang ingin mempertanyakan mengenai dana alokasi  kesehatan masyarakat,  dan 
lain  sebagainya.  Dengan  navigasi  dan  �itur  yang  baik,  maka  wakil  rakyat  tersebut  dapat 
menyediakan seluruh data dan informasi terkait dengan beragam kepentingan yang berbeda 
tersebut di  dalam sebuah sistem website  yang  efektif, sehingga nampak terlihat bahwa yang 
bersangkutan ”care” terhadap seluruh lapisan masyarakatnya.

Aspek  keempat  yang  secara  efektif  dapat  dijamin  melalui  implementasi  website  adalah 
terjadinya  komunikasi  langsung  antara  masyarakat  dengan  wakilnya.  Melalui  fasilitas 
semacam  email,  mailing  list,  chatting,  dan discussion,  setiap individu dapat  secara langsung 
menyampaikan aspirasinya kepada wakil yang dipilihnya tanpa harus khawatir adanya pihak‐
pihak lain yang mendengar, mengetahui,  atau mengubahnya. Hal ini berarti para wakil rakyat 
benar‐benar  mendapatkan  data  atau  informasi  dari  tangan  pertama,  sehingga  kualitasnya 

dapat dipercaya karena belum mengalami distorsi. 

Aspek  kelima adalah dimungkinkannya pemakaian website sebagai  salah satu media untuk 
berkoalisi  dan  mendapatkan  dukungan  dari  masyarakat  akar  rumput  (grassroots). 
Terhadap  aspirasi  yang  ada,  seorang  wakil  rakyat  harus  tanggap  menyikapinya.  Yang 
bersangkutan biasanya setelah melakukan pengecekan,  kajian,  dan analisa, harus mengambil 
sejumlah  tindakan  terkait  dengan  tugas  dan  tanggung  jawabnya,  seperti  misalnya: 
mengajukan  anggaran,  mengusulkan  kebijakan,  mempertanyakan  suatu  keputusan, 
menyelidiki  kasus/masalah,  dan  lain  sebagainya.  Dalam  melakukan  tugas‐tugas  tersebut, 
tentu saja  yang bersangkutan perlu untuk  berkomunikasi  secara intensif dan efektif dengan 
kelompok  masyarakat  yang  terkait  dan  berkepentingan  terhadap  suatu  permasalahan 
tertentu.  Dengan  terjalinnya  hubungan  komunikasi  yang  intens  antara  wakil  rakyat  dan 
kelompok  masyarakat  yang  ada,  maka  jelas  yang  bersangkutan  dapat  secara  langsung 
mendapatkan dukungan dari mereka yang berasal dari akar rumput ini  tanpa harus khawatir 
terjebak di dalam mekanisme birokrasi yang berbelit‐belit. 

Aspek  keenam  bersumber  dari  harapan  masyarakat  bahwa  wakil  rakyat  yang  dipilihnya 
selain  benar‐benar  memperjuangkan  aspirasi  dan  kepentingan  masyarakatnya,  juga 
merupakan seorang pribadi  yang  jujur,  terbuka,  dan bermoral.  Kata  kuncinya adalah bahwa 
seorang wakil rakyat haruslah dapat menerapkan asas akuntabilitas yang baik.  Karena setiap 

hari  berbagai  aktivitas  dan  tindakan  yang  dilakukan  oleh  wakil  rakyat  dicatat  dan 
diinformasikan  di  dalam  website‐nya,  maka  masyarakat  dapat  dengan  mudah  memonitor, 
mengawasi, mengevaluasi, dan menilai kinerja wakilnya tersebut.
Aspek  ketujuh  dari  manfaat  yang  dapat  diberikan  oleh  website  adalah  meningkatnya 
produktivitas  wakil  rakyat  beserta  jajarannya.  Dengan  ”diambilalihnya”  urusan 
administratif oleh teknologi  (website dan internet), maka wakil rakyat dapat memiliki waktu 
yang  lebih  banyak  untuk  memfokuskan  diri  pada  hal‐hal  yang  lebih  strategis,  seperti 
misalnya:  membuat  kebijakan,  memperjuangkan  nasib  masyarakat,  memperbaiki  kinerja 
pemerintahan,  menyempurnakan undang‐undang,  mengalokasikan  dana  pembangunan,  dan 
lain sebagainya.  Artinya, produktivitas dari  wakil  rakyat dengan sendirinya akan meningkat, 
yang berarti tingkat kesejahteraan rakyat pun nischaya akan meningkat.

Aspek kedelapan sangat erat kaitannya dengan diberikannya umpan balik (feedback) dari 
masyarakat  terhadap  berbagai  pendapat,  perilaku,  tindakan,  pertanyaan,  keputusan,  dan 
sikap wakilnya.  Tujuannya  ada  dua.  Yang  pertama  adalah sedapat  mungkin dilakukan suatu 
HALAMAN 3 DARI 4



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013


SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

proses  yang  bersifat  proaktif,  dalam  arti  kata  masyarakat  terlebih  dahulu  memberikan 
berbagai  saran  dan  pendapat  mengenai  hal‐hal  yang  harus  diperhatikan  dan  dijadikan 
pertimbangan  oleh  wakilnya  sebelum  yang  bersangkutan  mengambil  keputusan  strategis. 
Sementara  yang  kedua  adalah  untuk  hal‐hal  yang  telah  bersifat  ”terlambat”,  usaha  reaktif 
yang  diambil  adalah  dengan  diberikannya  koreksi  dari  anggota  masyarakat  terhadap 
wakilnya tersebut. 
Aspek  yang  kesembilan  adalah  bahwa  teknologi  website  yang  semakin  lama  semakin 
berkembang pesat,  secara langsung akan memberikan rangsangan bagi  anggota  masyarakat 
yang  selama  ini  bersifat  pasif  dan  apatis,  untuk  dapat  lebih  aktif  berpartisipasi  dalam 
proses  pemerintahan.  Banyak  sekali  materi  dan  informasi  di  dalam  website  yang  dapat 
memberikan  pendidikan  politik  bagi  masyarakat,  misalnya:  cara‐cara  wakil  rakyat 
memperjuangkan dan  memutuskan sebuah peraturan atau  undang‐undang,  apa yang  harus 
dilakukan masyarakat dan para wakilnya dalam rangka penyusunan anggaran pembangunan, 
bagaimana  hubungan  keterkaitan  antara  lembaga  legislatif  dengan  eksekutif  maupun 
yudikatif,  dan  lain  sebagainya.  Agar  menarik,  biasanya  website  terkait  tidak  hanya  berisi 

sejumlah  dokumen  dalam  bentuk  informasi  belaka,  namun  juga  menyertakan  sejumlah 
cuplikan gambar dan video, lengkap dengan audio dan narasinya. 

Dari kesembilan hal tersebut  terlihat secara jelas  bagaimana kualitas dari  sebuah demokrasi 
dapat meningkat secara signi�ikan sejalan dengan penerapan sebuah website.  Hubungan atau 
relasi yang ”intim” antara wakil rakyat dengan konstituen dan masyarakatnya merupakan hal 
fundamental yang menjamin terselenggaranya proses bernegara ”dari rakyat, oleh rakyat, dan 
untuk rakyat”. 

‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐

HALAMAN 4 DARI 4



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013