Pemertahanan Bahasa Indonesia dan Bahasa
Pemertahanan Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah
di Tengah Arus Globalisasi
Bahasa adalah karakter yang menjiwai suatu bangsa. Bahasa menjadi alat
pemersatu bangsa yang digunakan oleh masyarakat untuk saling berkomunikasi
dan berinteraksi satu sama lain. Bahasa sangatlah dekat dengan kita terutama
bahasa daerah atau bahasa ibu yang merupakan lambang identitas lokal. Di
Indonesia terdapat berbagai macam bahasa daerah yang tersebar di berbagai
wilayah dan menjalin kontak sosial dengan bahasa yang lain, seperti bahasa asing
dan bahasa Indonesia itu sendiri. Dalam kontak sosial ini sudah tentu tidak
terhindarkan adanya saling memengaruhi diantara bahasa-bahasa yang terlibat
kontak. Bahasa yang kuat akan bertahan dan mempersempit ruang gerak bahasabahasa lain yang berkeadaan lemah. Dalam kontak sosial, terjadi gejala
kedwibahasaan. Salah satu akibat yang ditimbulkan yaitu gejala kepunahan dari
suatu bahasa.
Sejumlah bahasa daerah memang sudah berada pada taraf yang rapuh dan
mencemaskan. Diantara bahasa-bahasa daerah di Indonesia ini memang ada yang
hanya menyisahkan segelintir penutur tua dan secara lingual tidak interaktif lagi
antargenerasi. Banyak generasi muda berpendidikan tinggi dan tingkat
mobilitasnya tinggi, tidak mampu lagi berbicara dan berdialog dalam bahasa
daerah dengan generasi tuanya dalam hal adat dan budaya lokal. Indonesia
memiliki jumlah bahasa daerah nomor dua terbanyak di dunia, yaitu 749 bahasa.
Adapun Papua Nugini merupakan negara berbahasa daerah terbanyak, yakni 800
bahasa (Kompas, 2015). Namun, di Indonesia, bahasa daerah bahkan bahasa
Indonesia semakin terkikis karena dianggap tidak sebergengsi bahasa asing.
Sangat ironis memang, para pemuda zaman sekarang seolah sudah tidak
berminat lagi untuk menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, yang mana pada dasarnya adalah bahasa nasional negara kita ini. Rasa
nasionalis memang harus kita pupuk sedini mungkin terhadap generasi kita,
terutama dalam masalah bahasa, karena belakangan banyak bahasa-bahasa yang
dibuat-buat yang tidak jelas apa tujuannya. Era globalisasi ini banyak ditemukan
bahasa-bahasa baru yang kata pemuda pemudi disebut bahasa gaul. Tidak semua
orang bisa mengerti dan paham dengan bahasa tersebut kecuali orang-orang yang
memang sudah mengerti atau bahkan yang menciptakan bahasa-bahasa tersebut.
Contoh kecilnya adalah ketika saya dapat kiriman pesan singkat dari handphone
teman saya, untuk mengucapkan “selamat pagi” saja teman saya hanya
menuliskan kata-kata “met Pgi”.
Tulisan-tulisan semacam itu yang dikenal orang dengan tulisan alay
banyak digunakan dalam ragam komunikasi pemuda zaman sekarang, mulai dari
pesan singkat, facebook, twitter dan media sosial lainnya. Sehingga banyak
penggunaan bahasa Indonesia, lisan maupun tulisan yang menyalahi kaidah yang
ada. Bahasa Indonesia dan bahasa daerah kini mulai tergerus seiring dengan
perkembangan arus globalisasi yang terus mengancam kelestarian bahasa nasional
dan bahasa ibu. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk pemertahanan bahasa
Indonesia dan bahasa daerah agar tetap dituturkan oleh masyarakat khususnya
pada kalangan generasi muda, yaitu upaya konservasi dan revitalisasi bahasa.
Konservasi yaitu kegiatan pelestarian dimana tidak hanya berfokus pada
lingkungan melainkan hal-hal lain yang berhubungan dengan sesuatu yang
terancam punah seperti bahasa. Beberapa kegiatan konservasi bahasa yaitu
membuat bacaan ataupun menerjemahkan bacaan Indonesia ke dalam bahasa
daerah seperti komik, cerpen, maupun novel, pembuatan pondok bahasa, dan
memadukan bahasa dalam bentuk permainan edukatif. Seluruh konservasi ini
diharapkan mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk terus menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Daerah dalam berkomunikasi sehari-hari.
Selanjutnya, upaya pemertahan bahasa juga dapat dilakukan dengan cara
revitalisasi bahasa.
Revitalisasi bahasa dimaknai sebagai upaya menciptakan bentuk dan
fungsi baru tertentu terhadap suatu bahasa yang terancam punah. Hal ini bertujuan
agar penggunaan bahasa tersebut meningkat, bahkan pengguna bahasa pun
bertambah. Revitalisasi bahasa tidak hanya upaya memperluas sistem linguistik
dari suatu bahasa minoritas, tapi juga menciptakan ranah baru dalam
penggunaannya oleh tipe penutur yang baru pula karena, menurut banyak ahli,
hilangnya ratusan bahkan ribuan bahasa merupakan suatu bencana intelektual.
Oleh karena itu, upaya pemertahanan bahasa yaitu konservasi dan revitalisasi
bahasa harus lebih dioptimalkan demi lestarinya bahasa Indonesia dan bahasa
daerah di tengah arus globalisasi.
.
di Tengah Arus Globalisasi
Bahasa adalah karakter yang menjiwai suatu bangsa. Bahasa menjadi alat
pemersatu bangsa yang digunakan oleh masyarakat untuk saling berkomunikasi
dan berinteraksi satu sama lain. Bahasa sangatlah dekat dengan kita terutama
bahasa daerah atau bahasa ibu yang merupakan lambang identitas lokal. Di
Indonesia terdapat berbagai macam bahasa daerah yang tersebar di berbagai
wilayah dan menjalin kontak sosial dengan bahasa yang lain, seperti bahasa asing
dan bahasa Indonesia itu sendiri. Dalam kontak sosial ini sudah tentu tidak
terhindarkan adanya saling memengaruhi diantara bahasa-bahasa yang terlibat
kontak. Bahasa yang kuat akan bertahan dan mempersempit ruang gerak bahasabahasa lain yang berkeadaan lemah. Dalam kontak sosial, terjadi gejala
kedwibahasaan. Salah satu akibat yang ditimbulkan yaitu gejala kepunahan dari
suatu bahasa.
Sejumlah bahasa daerah memang sudah berada pada taraf yang rapuh dan
mencemaskan. Diantara bahasa-bahasa daerah di Indonesia ini memang ada yang
hanya menyisahkan segelintir penutur tua dan secara lingual tidak interaktif lagi
antargenerasi. Banyak generasi muda berpendidikan tinggi dan tingkat
mobilitasnya tinggi, tidak mampu lagi berbicara dan berdialog dalam bahasa
daerah dengan generasi tuanya dalam hal adat dan budaya lokal. Indonesia
memiliki jumlah bahasa daerah nomor dua terbanyak di dunia, yaitu 749 bahasa.
Adapun Papua Nugini merupakan negara berbahasa daerah terbanyak, yakni 800
bahasa (Kompas, 2015). Namun, di Indonesia, bahasa daerah bahkan bahasa
Indonesia semakin terkikis karena dianggap tidak sebergengsi bahasa asing.
Sangat ironis memang, para pemuda zaman sekarang seolah sudah tidak
berminat lagi untuk menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, yang mana pada dasarnya adalah bahasa nasional negara kita ini. Rasa
nasionalis memang harus kita pupuk sedini mungkin terhadap generasi kita,
terutama dalam masalah bahasa, karena belakangan banyak bahasa-bahasa yang
dibuat-buat yang tidak jelas apa tujuannya. Era globalisasi ini banyak ditemukan
bahasa-bahasa baru yang kata pemuda pemudi disebut bahasa gaul. Tidak semua
orang bisa mengerti dan paham dengan bahasa tersebut kecuali orang-orang yang
memang sudah mengerti atau bahkan yang menciptakan bahasa-bahasa tersebut.
Contoh kecilnya adalah ketika saya dapat kiriman pesan singkat dari handphone
teman saya, untuk mengucapkan “selamat pagi” saja teman saya hanya
menuliskan kata-kata “met Pgi”.
Tulisan-tulisan semacam itu yang dikenal orang dengan tulisan alay
banyak digunakan dalam ragam komunikasi pemuda zaman sekarang, mulai dari
pesan singkat, facebook, twitter dan media sosial lainnya. Sehingga banyak
penggunaan bahasa Indonesia, lisan maupun tulisan yang menyalahi kaidah yang
ada. Bahasa Indonesia dan bahasa daerah kini mulai tergerus seiring dengan
perkembangan arus globalisasi yang terus mengancam kelestarian bahasa nasional
dan bahasa ibu. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk pemertahanan bahasa
Indonesia dan bahasa daerah agar tetap dituturkan oleh masyarakat khususnya
pada kalangan generasi muda, yaitu upaya konservasi dan revitalisasi bahasa.
Konservasi yaitu kegiatan pelestarian dimana tidak hanya berfokus pada
lingkungan melainkan hal-hal lain yang berhubungan dengan sesuatu yang
terancam punah seperti bahasa. Beberapa kegiatan konservasi bahasa yaitu
membuat bacaan ataupun menerjemahkan bacaan Indonesia ke dalam bahasa
daerah seperti komik, cerpen, maupun novel, pembuatan pondok bahasa, dan
memadukan bahasa dalam bentuk permainan edukatif. Seluruh konservasi ini
diharapkan mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk terus menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Daerah dalam berkomunikasi sehari-hari.
Selanjutnya, upaya pemertahan bahasa juga dapat dilakukan dengan cara
revitalisasi bahasa.
Revitalisasi bahasa dimaknai sebagai upaya menciptakan bentuk dan
fungsi baru tertentu terhadap suatu bahasa yang terancam punah. Hal ini bertujuan
agar penggunaan bahasa tersebut meningkat, bahkan pengguna bahasa pun
bertambah. Revitalisasi bahasa tidak hanya upaya memperluas sistem linguistik
dari suatu bahasa minoritas, tapi juga menciptakan ranah baru dalam
penggunaannya oleh tipe penutur yang baru pula karena, menurut banyak ahli,
hilangnya ratusan bahkan ribuan bahasa merupakan suatu bencana intelektual.
Oleh karena itu, upaya pemertahanan bahasa yaitu konservasi dan revitalisasi
bahasa harus lebih dioptimalkan demi lestarinya bahasa Indonesia dan bahasa
daerah di tengah arus globalisasi.
.