PERBEDAAN PERTAMBAHAN PANJANG BADAN BAYI USIA 4 - 6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA

  PERBEDAAN PERTAMBAHAN PANJANG BADAN BAYI USIA 4 - 6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA

  SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

  Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

  Endika Rachmawati G0008092 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

  

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Pertambahan Panjang Badan Bayi

Usia 4 - 6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula

  Endika Rachmawati, NIM : G0008092, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

  Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Kamis, Tanggal 29 Desember 2011

  Pembimbing Utama

  Nama : H. Rustam Siregar, dr., Sp.A NIP : 19490116 198012 1 001 (...................................)

  Pembimbing Pendamping

  Nama : Wachid Putranto, dr., Sp.PD NIP : 19720226 200501 1 001 (..................................)

  Penguji Utama

  Nama : Ganung Harsono, dr., Sp.A (K) NIP : 19510217 197801 1 001 (..................................)

  Anggota Penguji

  Nama : Tri Yuli Pramana, dr., Sp.PD-KGEH NIP : 19620723 198911 1 001 (..................................)

  Surakarta, Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

  Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

  NIP. 19660702 199802 2 001 NIP. 19510601 197903 1 002

  PERNYATAAN

  Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Surakarta, Desember 2011 Endika Rachmawati

  NIM. G0008092

  ABSTRAK Endika Rachmawati, G0008092, 2011. Perbedaan Pertambahan Panjang Badan

  Bayi Usia 4 - 6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

  Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

  pertambahan panjang badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI Ekslusif dan susu formula.

  Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik

  dengan pendekatan cross sectional, menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel 30 bayi berusia 4 - 6 bulan dari beberapa Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei - Juli 2011. Data pertambahan panjang badan diperoleh dari pengukuran selisih panjang badan sekarang dengan panjang badan saat lahir kemudian dibagi dengan umur bayi, sedangkan jenis asupan diperoleh dari wawancara yang mengacu pada lembar kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistic Products and Service Solution (SPSS) for Windows

  Release 17.0 menggunakan uji statistik Independent t-test.

  Hasil Penelitian: Dari total 30 jumlah sampel, 15 bayi mendapat ASI eksklusif

  dan 15 bayi mendapat susu formula. Hasil pengujian data untuk pertambahan panjang badan bayi usia 4 - 6 bulan antara yang di beri ASI eksklusif dan susu formula menggunakan uji statistik Independent t-test menunjukkan nilai p = 0.355 (p > 0.05), dengan mean difference -0.168 dan IK 95% adalah antara -0.534 sampai 0.198.

  Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan pertambahan panjang badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.

  

Kata kunci : Pertambahan panjang badan bayi, ASI eksklusif, Susu formula

  ABSTRACT Endika Rachmawati, G0008092, 2011. The Difference of Length Gain in Infants Aged 4 - 6 Months who were Given Exclusive Breastfeeding and Infant Formula.

  Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

  Objectives : The purpose of the research was to know the differences of length

  gain in infants aged 4 - 6 months who was given exclusive breastfeeding and infant formula.

  Methods: This was an analytic observational study with cross sectional approach,

  using purposive sampling technique, a sample of 30 infants aged 4 - 6 months from some Posyandu in the region of Kartasura and Gatak Health Center, Sukoharjo in May - July 2011. Length gain data obtained from measuring the difference between current length to birth length then divided by infants age, while the type of intake derived from the interviews refer to a questionnaire. Data were analyzed with the program Statistics Products and Service Solution (SPSS) for Windows Release 17.0 statistical test Independent t-test.

  Results: Of the total 30 number of samples, 15 exclusively breast-fed infants and

  15 formula-fed infants. The test result data for length gain among infant aged 4 - 6 months who was given exclusive breastfeeding and infant formula using a statistical test of the Independent t-test showed the value of p = 0.355 (p > 0.05), with a mean difference -0.168 and 95% CI is between -0.534 to 0.198.

  Conclusions: There were not significant different of length gain in infants aged 4- 6 months who was given exclusive breastfeeding and infant formula.

  Keywords: Infant length gain, Exclusive breast-fed, Infant formula

  PRAKATA

  Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa t a’ala yang telah memberikan kemudahan, kesabaran dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Pertambahan Panjang Badan Bayi Usia 4 - 6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula ”.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM 1.

  , selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  3. H. Rustam Siregar, dr., Sp.A, selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

  4. Wachid Putranto, dr., Sp.PD, selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

  5. Ganung Harsono, dr., Sp.A (K), selaku penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

  6. Tri Yuli Pramana, dr., Sp. PD-KGEH., selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

  7. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH yang telah membantu penulis dalam hal statistik penelitian ini.

  8. Pihak Puskesmas Kartasura dan Gatak yang telah memberikan ijin dan membimbing penulis selama di lapangan.

  9. Ibu, bapak, dek Fika, dek Daus, dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

  10. Ikvin, Vita, Dinar, Titis, Dessy Tri, dan teman-teman lain yang telah membantu, memberikan pengertian, menemani dan menyemangati penulis.

  11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran di masa mendatang untuk peningkatan karya ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua.

  Surakarta, Desember 2011 Endika Rachmawati

  DAFTAR ISI

  PRAKATA ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................ 2 C.

  Tujuan Penelitian ............................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3 BAB II. LANDASAN TEORI .............................................................................

  4 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................

  4 1. ASI Eksklusif ...............................................................................

  4

  2. Susu Formula ............................................................................... 10

  3. Panjang Badan ............................................................................. 13

  4. Hubungan Jenis Asupan (ASI Eksklusif dan Susu Formula dengan Pertambahan Panjang Badan Bayi ............................................... 15

  B. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 17

  C. Hipotesis ......................................................................................... 17

  BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 18 A. Jenis Penelitian ................................................................................ 18 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 18

  C.

  Subjek Penelitian ............................................................................. 18 D.

  Teknik Sampling ............................................................................. 19 E. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 19 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 20 G.

  Instrumen Penelitian ........................................................................ 21 H. Rancangan Penelitian ....................................................................... 21 I. Cara Kerja ....................................................................................... 21 J.

  Teknik Analisis Data ....................................................................... 22

  BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 23 A. Karakteristik Sampel ........................................................................ 23 B. Analisis Statistika ............................................................................. 25 BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 27 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 30 A. Simpulan .......................................................................................... 30 B. Saran ................................................................................................ 30 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbandingan Komposisi Nutrisi pada ASI dan Susu Sapi .................... 12 Tabel 2. Perkiraan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi ........................................ 15 Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Gizi ......................................... 23 Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 24 Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu ....................... 24 Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Orangtua

  ….. ..................... 25

  Tabel 7. Hasil Analisis dengan Uji Independent t-test ......................................... 26

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Lampiran 5. Data Sampel Lampiran 6. Hasil Uji Statistik commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI merupakan makanan yang ideal untuk mencukupi kebutuhan bayi

  akan nutrisi pada bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan, serta tidak membebani fungsi sistem pencernaan dan ginjal sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal (Mansjoer et al., 2000). Sedangkan susu formula adalah makanan pengganti ASI yang mengandung nutrisi untuk bayi dan kandungan gizinya tidak melebihi wajar maksimum (Hassan, 2007; Heird, 2007).

  ASI tetap tidak tergantikan, walaupun saat ini telah tersedia berbagai macam susu formula yang juga mengandung berbagai macam zat gizi (Puslitbang Gizi dan Makanan, 2009a). Karena begitu pentingnya ASI bagi bayi, maka WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam Undang-Undang Kesehatan juga disebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapat ASI secara eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis (Puslitbang Gizi dan Makanan, 2009b).

  Sebagai akibat dari beragam perkembangan sosial ekonomi dan perubahan budaya, muncul kecenderungan menurunnya pemberian ASI secara eksklusif, seperti yang terlihat pada hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 1997 dan 2003. Pada tahun 1997 angka pemberian ASI eksklusif masih 49 persen sedangkan pada tahun 2003 menjadi 39 persen.

  Sebaliknya, pemberian susu formula untuk bayi meningkat dari 10 persen pada tahun 1997 menjadi 30 persen pada tahun 2003 (Puslitbang Gizi dan Makanan, 2009b).

  Karena bayi memerlukan zat gizi untuk pertumbuhannya, maka kebutuhannya akan zat gizi melampaui kebutuhan orang dewasa (Arisman, 2004). Pemilihan jenis makanan dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi. Menurut Roesli (2002), terdapat perbedaan pertumbuhan antara bayi yang diberi ASI dan bayi yang diberi susu formula. Berdasarkan penelitian Agostoni et al. (1999), pada usia 1-3 bulan, pertumbuhan panjang badan bayi yang diberi ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. Akan tetapi, pada usia 4-6 bulan, bayi yang diberi susu formula mengalami pertumbuhan panjang badan yang lebih cepat dibanding bayi yang mendapat ASI.

  Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan pertambahan panjang badan usia 4-6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.

B. Perumusan Masalah

  Adakah perbedaan pertambahan panjang badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI ekslusif dan susu formula?

  C. Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui perbedaan pertambahan panjang badan bayi usia 4

  • – 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Memperkaya pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan Anak khususnya tentang ASI eksklusif dan susu formula.

2. Manfaat Praktis a.

  Menambah informasi masyarakat mengenai perbedaan ASI eksklusif dan susu formula serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan bayi b.

  Menjadi pertimbangan masyarakat untuk memberikan ASI secara eksklusif karena manfaatnya yang besar bagi bayi.

  c.

  Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. ASI Eksklusif a. Definisi ASI Eksklusif Air susu ibu (ASI) sebagai makanan alamiah adalah makanan

  terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya (Suradi, 2008). Pemberian ASI yang dianjurkan adalah ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal, serta tidak diberi tambahan makanan lain, baik berupa cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, maupun makanan padat seperti pepaya, pisang, bubur, biskuit, dan tim (Purwanti, 2004; Roesli, 2005).

  Pemberian ASI eksklusif dilakukan selama 6 bulan pertama karena pada masa tersebut ASI dapat memenuhi 100% kebutuhan bayi.

  Pada usia 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama yang dapat memenuhi 60-70% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat atau lunak. Bagi bayi yang berusia diatas 12 bulan, ASI hanya dapat memenuhi 30% kebutuhannya dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, pemberian ASI tetap dianjurkan sampai usia 2 tahun (Suradi, 2008). b.

  Manfaat ASI ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan, tidak membebani fungsi sistem pencernaan dan ginjal, menghasilkan pertumbuhan yang optimal, serta memiliki berbagai zat anti infeksi. Selain itu, kondisi susu yang selalu segar dan bebas dari kontaminasi bakteri dapat mengurangi peluang terjadinya gangguan gastrointestinal. Alergi dan intoleransi yang menciptakan gangguan dan kesukaran makan juga tidak ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Pemberian ASI juga dapat mempengaruhi hubungan batin antara ibu dan bayi serta perkembangan jiwa bayi (Mansjoer et al., 2000; Heird, 2007; Suradi, 2008).

  Pemberian ASI juga memberikan pengaruh yang positif di masa anak-anak dan dewasa. Berdasarkan penelitian Martin et al. (2002), anak-anak dan orang dewasa yang mendapat ASI pada masa bayinya secara bermakna lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang mendapat susu formula. Selain itu, insidensi beberapa penyakit, misalnya diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2, limfoma, leukemia, penyakit Hodgkin, obesitas, hiperkolesterolemia, serta asma pada anak-anak dan dewasa yang dulunya mendapat ASI lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mendapat ASI (Gartner et al., 2005). c.

  Komposisi ASI Air susu setiap makhluk menyusui itu berbeda dan bersifat spesifik untuk setiap spesies. Komposisi air susu tersebut berbeda-beda dan disesuaikan dengan kebutuhan serta laju pertumbuhan masing- masing spesies (Roesli, 2005). Demikian juga ASI yang komposisinya sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan prematur komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan. Komposisi ASI juga berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi, yaitu kolostrum pada hari pertama sampai 4-7 hari, kemudian ASI peralihan sampai 3-4 minggu, selanjutnya ASI matur (Suradi, 2008). Unsur nutrisi yang terkandung dalam ASI, antara lain :

  1) Karbohidrat

  ASI mengandung karbohidrat dalam bentuk laktosa. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI (pengganti ASI) adalah 7:4 yang berarti ASI terasa lebih manis bila dibandingkan dengan PASI. Laktosa berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor, dan magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang. Selain itu, laktosa juga berperan dalam pertumbuhan jaringan otak dan pembentukan mielin.

  2) Protein

  Protein merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein dalam ASI jumlahnya lebih rendah dibanding protein dalam susu sapi. Namun, protein ASI sangat cocok untuk bayi karena unsur di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan mayoritas unsur protein ASI merupakan kelompok protein whey yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna, sedangkan komposisi protein susu sapi adalah kasein yang kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. 3)

  Lemak Lemak berfungsi untuk mencukupi kebutuhan energi, serta memudahkan penyerapan vitamin larut lemak, kalsium, dan mineral lain. Kadar lemak ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI merupakan lemak rantai panjang yang mudah dicerna serta dibutuhkan pada pembentukan mielin bayi. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi. 4)

  Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun kadarnya relatif rendah jika dibandingkan dengan susu sapi, tetapi mineral ASI dapat diserap secara keseluruhan oleh usus bayi. Sebaliknya, mineral susu sapi sebagian besar tidak diserap oleh usus bayi dan harus dibuang melalui ginjal.

  5) Vitamin

  Kadar vitamin ASI bervariasi sesuai dengan masukan makanan ibu. ASI biasanya berisi vitamin A, C, dan D dalam jumlah cukup. Golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan patotenik sangat kurang, tetapi tidak perlu ditambahkan karena kebutuhan bayi akan dicukupi oleh menu yang dikonsumsi oleh ibu. Sedangkan vitamin K pada ASI tersedia dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pada susu sapi. (Arisman, 2004; Purwanti, 2004)

  Selain mengandung berbagai unsur nutrisi, ASI juga berisi berbagai faktor kekebalan, antara lain : 1)

  Faktor pertumbuhan Lactobacillus bifidus

  Lactobacillus bifidus cepat tumbuh dan berkembang biak

  dalam saluran perncernaan bayi yang mendapat ASI karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan nitrogen, yang tidak terdapat dalam susu formula. Kuman ini akan mengubah laktosa yang banyak terdapat dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat sehingga membuat suasana usus menjadi lebih asam. Suasana usus yang asam tersebut selanjutnya dapat menghambat pertumbuhan E.coli , jenis kuman yang paling sering menyebabkan diare pada bayi.

  2) Laktoferin Laktoferin adalah protein yang terikat dengan zat besi.

  Laktoferin dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur dengan cara mengikat zat besi sehingga bakteri dan jamur tersebut tidak mendapatkan zat besi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhannya. Kadar laktoferin dalam ASI adalah 6 mg/ml, sedangkan dalam susu sapi 5 mg/ml. 3)

  Lisozim Lisozim merupakan substrat antiinfeksi yang berguna untuk mata dan kadarnya 2mg/100ml. Kadar ini 5.000 kali lebih banyak daripada susu sapi. Lisozim dapat memecah dinding sel kuman enterobakteri dan kuman gram positif.

  4) Komplemen

  Komplemen dalam ASI tersedia dalam jumlah yang sedikit dan akan menjadi aktif bila diaktifkan oleh kompleks antigen- antibodi yang terjadi karena adanya reaksi IgA dan IgG dengan bakteri gram negatif.

  5) Imunoglobulin

  Imunoglobulin pada ASI berupa IgG dan IgA. IgG dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit difteri, tetanus, salmonella, dan stafilokokus. IgA dalam ASI tersedia dalam kadar yang sangat tinggi dan berfungsi mencegah melekatnya kuman dan virus pada dinding mukosa usus bayi. (Heird, 2007; Lubis, 2003; Purwanti, 2004)

2. Susu Formula a.

  Definisi Susu formula adalah modifikasi dari susu sapi yang diubah komposisinya hingga dapat digunakan sebagai pengganti ASI (Heird,

  2007). Susu formula dapat diberikan bila oleh suatu sebab bayi tidak dapat memperoleh ASI, antara lain : 1) produksi ASI tidak cukup atau sama sekali tidak keluar 2) terdapat penyakit pada ibu, misalnya penyakit gagal jantung 3) bayi dengan kelainan metabolik bawaan, seperti intoleransi laktosa

  4) ibu sedang dirawat di rumah sakit dan dipisahkan dari bayinya 5) ibu bekerja yang letaknya jauh dari tempat tinggal. (Mansjoer et al., 2000) b. Macam-macam Susu Formula

  Berdasarkan umur bayi, formula dapat dibagi menjadi dua golongan : 1)

  Formula awal (starting formula) Formula ini dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu :

  a) Formula awal adaptasi (adapted formula) adalah formula yang susunan gizinya disesuaikan dengan fisiologis bayi baru lahir. Susunan formula adaptasi sangat mendekati ASI dan dapat diberikan untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan.

  Beberapa formula awal adaptasi yang beredar di Indonesia, diantaranya : Bebelac 1, Bimbi, Dumex db, Enfamil, Morinaga BMT, Nan, Nutrilon Primer, S26, dan Vitalac.

  b) Formula awal lengkap (complete formula) adalah formula yang susunan gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan. Dibandingkan dengan formula awal adaptasi, formula ini memiliki kadar protein dan mineral yang lebih tinggi. Selain itu, harganya juga lebih murah karena proses pembuatannya yang tidak rumit.

  Beberapa contoh formula awal lengkap, diantaranya : Lactogen 1, Nestogen, New camelpo, dan SGM.

  2) Formula tindak-lanjut (follow-on formula)

  Formula tindak lanjut adalah formula yang diberikan setelah bayi berusia 6 bulan dan telah mendapat makanan pelengkap.

  Beberapa formula tindak lanjut yang ada di Indonesia, diantaranya : Bebelac 2, Benamil, Chilmil, Dumex sl, Enfapro, Lactogen 2, Nestlac, Nutrima, Promil, SGM 2, dan Vitalac 2. (Mansjoer et al.,2000)

  Tabel 1. Perbandingan Komposisi Nutrisi pada ASI dan Susu Sapi

  Unsur Gizi ASI Susu Sapi Air (g)

  88

  88 Laktosa (g) 6,8

  3 Protein (g) 1,2 3,3 Lemak (g) 3,8

  3 Laktobulin 1,2 3,1 Asam linoleat (g) 8,3 1,6 Natrium (mg) 15 1,6 Kalium (g) 55 138 Klorida (g) 43 103 Kalsium (g) 33 125 Magnesium (g)

  4

  12 Fosfor (g) 15 100 Zat besi (g) 0,15 0,1 Vitamin A

  53

  34 Vitamin D 0,03 0,06 Tiamin

  16

  42 Riboflavin 43 157 Asam nikotinat 172

  85 Asam askorbat 4,3 1,6 (Purwanti, 2004).

3. Panjang Badan a.

  Konsep Pertumbuhan Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, dan ukuran tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (Soetjiningsih, 1995). Pada dasarnya pertumbuhan dibagi menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan linier dan pertumbuhan massa jaringan. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi pada masa lampau sedangkan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi pada saat pengukuran (Supariasa et al., 2002).

  Dalam Soetjiningsih (1995) disebutkan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

  1) Faktor internal (genetik)

  Faktor genetik merupakan modal dasar untuk mencapai hasil proses pertumbuhan. Yang termasuk faktor internal, antara lain : faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik, dan ras. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal, maka akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula.

  2) Faktor eksternal (lingkungan)

  Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi mendukung, maka potensi genetik yang optimal tidak akan tercapai. Lingkungan ini meliputi lingkungan bio-fisiko- psikososial yang akan mempengaruhi setiap individu mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayatnya. Secara garis besar, faktor lingkungan dapat dibagi dua, yaitu :

  a) Faktor lingkungan prenatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan, meliputi gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stress, dan anoksia embrio.

  b) Faktor lingkungan pascanatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir, meliputi lingkungan biologis (ras, umur, jenis kelamin, gizi, perawatan kesehatan, dan kepekaan terhadap penyakit), lingkungan fisik (cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah, dan radiasi), serta faktor keluarga dan adat istiadat (pendidikan, pekerjaan, teknologi, budaya, dan pendapatan keluarga).

  b.

  Panjang Badan Panjang badan dan tinggi badan merupakan ukuran pertumbuhan linear yang paling sering digunakan. Pengukuran panjang badan dilakukan pada bayi atau anak yang belum dapat berdiri, sedangkan pengukuran tinggi badan dilakukan pada balita yang sudah dapat berdiri. Kedua ukuran tersebut menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan panjang badan relatif kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek apabila dibandingkan dengan berat badan (Supariasa et al., 2002).

  Pada keadaan normal, panjang (tinggi) badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

  Tabel 2. Perkiraan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Umur Pertumbuhan panjang (cm/bulan)

  0-3 bulan 3,5 3-6 bulan 2,0 6-9 bulan 1,5

  9-12 bulan 1,2 1-3 tahun 1,0 4-5 tahun 3 cm/tahun

  (Keane, 2007) 4.

   Hubungan Jenis Asupan (ASI Eksklusif dan Susu Formula) dengan Pertambahan Panjang Badan Bayi

  ASI dan susu formula mengandung berbagai zat gizi dengan jumlah yang berbeda. Beberapa zat gizi dalam ASI yang berguna untuk pertumbuhan tulang, misalnya protein, mineral, dan vitamin tersedia dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dalam susu formula. Akan tetapi, jumlah yang sedikit tersebut dapat diserap secara optimal oleh organ pencernaan bayi. Sebaliknya, zat gizi pada susu formula tersedia dalam jumlah yang lebih banyak, tetapi tidak dapat diserap secara optimal (Purwanti, 2004). Akibatnya, masukan zat gizi yang didapat oleh bayi yang diberi ASI eksklusif juga akan berbeda dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pertambahan panjang badan bayi.

  Di dalam ASI juga terkandung faktor kekebalan dan anti alergi yang dapat melindungi bayi dari infeksi dan penyakit lainnya, misalnya diare, batuk, pilek, perdarahan intestinal, dan sebagainya. Karena itu, bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif (Heird, 2007; Roesli, 2005). Bayi yang sehat dapat tumbuh dengan optimal, sedangkan bayi yang sering sakit pertumbuhannya pasti terganggu (Soetjiningsih, 1995).

B. Kerangka Pemikiran

  Tingkat pendidikan ibu Tingkat pendidikan ayah

  Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua

  Budaya Pemilihan jenis asupan

  Susu formula ASI Eksklusif

  Penyakit / infeksi Masukan zat gizi

  Genetik Ras

  Pertambahan panjang badan bayi Jenis kelamin

  Lingkungan fisik : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak teliti

  Gambar 1. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis

  Terdapat perbedaan pertambahan panjang badan bayi usia 4-6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian observasional

  analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu dengan mengobservasi variabel bebas dan variabel terikat hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurahman, 2008).

  B. Lokasi Penelitian

  Penelitian dilakukan di dua Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo, yaitu Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Gatak, dari Mei-Juli 2011.

  C. Subjek Penelitian

  Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi usia 4-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Gatak. Sedangkan sampel penelitian ini adalah seluruh subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi a.

  Semua bayi berusia 4 – 6 bulan yang diberi ASI eksklusif atau susu formula dengan riwayat berat badan bayi normal dan kelahiran cukup bulan. b.

  Mendapat persetujuan dari orang tua.

2. Kriteria Eksklusi a.

  Bayi lahir prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) b.

  Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg) c. Menderita kelainan bawaan d.

  Bayi dengan infeksi kronis D.

   Teknik Sampling

  Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan subjek sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqurahman, 2008). Besar sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel (rule of thumb), yaitu 15 bayi yang diberi ASI Eksklusif dan 15 bayi yang diberi susu formula (Murti, 2010).

E. Identifikasi Variabel Penelitian 1.

  Variabel bebas : ASI Eksklusif dan susu formula 2.

  Variabel terikat : Pertambahan panjang badan bayi 3.

  Variabel luar tak terkendali : Faktor genetik, lingkungan, jenis kelamin

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.

  ASI Eksklusif dan susu formula

  a. : ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini Definisi mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal, dan tidak diberi makanan lain, baik berupa cairan maupun makanan padat (Purwanti, 2004; Roesli, 2005). Sedangkan pemberian susu formula adalah pemberian modifikasi dari susu sapi yang diubah komposisinya sebagai pengganti ASI (Heird, 2007).

  b. : 1) Pemberian ASI Eksklusif Kategori

  2) Pemberian susu formula c.

  Skala Pengukuran : Nominal 2.

  Pertambahan Panjang Badan Bayi

  a. : Pertambahan panjang badan bayi didapatkan Definisi dari hasil pengukuran panjang badan bayi saat penelitian dikurangi panjang badan bayi saat lahir kemudian dibagi dengan umur bayi.

  b.

  Skala Pengukuran : Rasio

G. Instrumen Penelitian

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1.

  Kuesioner penelitian yang berisi data keadaan bayi dan ibu 2. Papan pengukur panjang badan bayi atau metline 3. KMS untuk mengetahui panjang badan bayi saat lahir H.

   Rancangan Penelitian

  Bayi usia 4-6 bulan Kuesioner

  Pemberian susu formula Pemberian ASI Eksklusif

  Pengukuran panjang badan bayi Analisis Statistik

  Gambar 2. Skema Penelitian I. Cara Kerja 1.

  Sebelum dilakukan penelitian, peneliti meminta surat ijin penelitian pada Tim Skripsi. Selanjutnya, peneliti meminta ijin kepada kepala Kesbanglinmas kota Sukoharjo diteruskan ke Dinas Kesehatan kota Sukoharjo dan sebagai tembusan ke puskesmas tempat pengambilan data

  2. Ketika jadwal posyandu dilaksanakan, peneliti bersama petugas puskesmas mendatangi masing-masing posyandu diwilayah kerja puskesmas yang bersangkutan.

  3. Peneliti melakukan wawancara terhadap ibu yang memiliki bayi usia 4-6 bulan berdasarkan kuesioner yang telah ada untuk menentukan bayi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta untuk mengetahui jenis asupan yang diberikan pada bayi dan keadaan ibu dan bayi

  4. Bayi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi selanjutnya diukur panjang badannya. Peneliti juga mencatat panjang badan bayi saat lahir.

  Selanjutnya, menghitung selisih panjang badan bayi saat pengambilan data dan saat lahir kemudian dibagi dengan umur bayi.

  5. Melakukan analisis data.

  J. Teknik Analisis Data

  Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik

  Independent t test untuk melihat ada tidaknya perbedaan pertambahan

  panjang badan antara kelompok pemberian ASI eksklusif dengan kelompok pemberian susu formula. Data akan diolah dengan menggunakan program

  Statistical Product and Service Sollution (SPSS) 17.

BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian diperoleh dari proses pengumpulan data yang dilakukan

  pada bayi usia 4-6 bulan di beberapa Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura dan Gatak Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei

  • – Juli 2011. Data penelitian didapat secara primer dengan mengukur panjang badan bayi, sedangkan data mengenai jenis asupan dan panjang badan bayi saat lahir diperoleh dengan pengisian kuesioner.

A. Karakteristik Sampel 1.

  Jenis Asupan Gizi Sampel

  

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Asupan Gizi

  Asupan Gizi Frekuensi Persentase (%) ASI eksklusif 15 50 %

  Susu Formula 15 50 % Jumlah 30 100

  Sumber : Data primer 2011 Tabel 3 menjelaskan, dari 30 sampel, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok bayi yang diberi ASI eksklusif dan kelompok bayi yang diberi susu formula. Tiap kelompok mempunyai distribusi yang sama yaitu sebanyak 15 sampel (50 %).

  2. Jenis Kelamin Sampel

  Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

  Jenis Asupan Gizi Jenis Kelamin

  Total ASI Eksklusif Susu Formula

  Laki-laki 7 ( 23,3 %) 9 ( 30 %) 16 ( 53,3 %) Perempuan 8 ( 26,7 %) 6 (20 %) 14 ( 46,7 %)

  Sumber : Data Primer 2011 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 16 bayi laki-laki (53,3 %) dan 14 bayi perempuan (46,7 %).

  3. Tingkat Pendidikan Ibu

  Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

  Jenis Asupan Gizi Pendidikan Ibu

  Total ASI Eksklusif Susu Formula

  Dasar 3 (10 %) 6 (20 %) 9 (30 %) Menengah 10 (33,3 %) 6 (20 %) 16 (53,3 %)

  Tinggi 2 (6,7 %) 3 (10 %) 5 (16,7 %) Sumber : Data Primer 2011

  Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat 9 sampel (30%) yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan dasar, 16 sampel (53,3 %) dengan tingkat pendidikan menengah, dan 5 sampel (16,7 %) dengan tingkat pendidikan tinggi.

4. Pendapatan Orangtua

  Sumber : Data Primer 2011 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa terdapat 7 sampel

  Pendapatan Orangtua

  Jenis Asupan Gizi Total

  ASI Eksklusif Susu Formula Rp 250.000-Rp

  500.000 Rp 500.000-Rp

  1.000.000 >Rp 1.000.000 5 (16,7 %)

  4 (13,3 %) 6 (20 %) 2 (6,7 %) 6 (20 %)

  7 (23,3 %) 7 (23,3%) 10 (33,3 %) 13 (43,3 %)

  Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Orangtua

  (23,33%) dengan pendapatan orangtua antara Rp 250.000

  • – Rp 500.000, 10 sampel (33,33 %) dengan pendapatan orangtua antara Rp 500.000
  • – Rp 1.000.000, dan 13 sampel (43,33 %) dengan pendapatan orangtua lebih dari Rp 1.000.000.

B. Analisis Statistika

  Independent t test untuk melihat ada tidaknya perbedaan pertambahan

  panjang badan antara kelompok bayi yang diberi ASI eksklusif dengan kelompok bayi yang diberi susu formula. Sebelum melakukan uji statistik

  Independent t-test, peneliti melakukan uji normalitas data pertambahan

  panjang badan terlebih dahulu karena uji normalitas merupakan syarat utama

  Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik untuk Independent t-test. Peneliti menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang digunakan adalah 30 (<50 sampel). Nilai yang diperoleh dari uji Shapiro-Wilk adalah p = 0.626 (p > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Oleh karena itu, Independent t-test dapat dipakai sebagai uji statistik.

  Hasil pengujian data untuk pertambahan panjang badan kelompok ASI Eksklusif dan kelompok susu formula menggunakan uji statistik Independent

  t-test menunjukkan nilai p = 0.355 (p > 0.05), dengan mean difference -0.168

  dan IK 95% adalah antara -0.534 sampai 0.198. Dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata pertambahan panjang badan antara kelompok bayi yang diberi ASI Eksklusif dan kelompok bayi yang diberi susu formula.

  Tabel 7. Hasil Analisis dengan Uji Independent t-test

  Kelompok F t df p Pertambahan panjang badan per bulan dengan asupan 0.342 -0.941

  28 0.355 Sumber : Data Primer 2011

BAB V PEMBAHASAN Pemilihan jenis makanan bayi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,

  diantaranya pendidikan ibu dan pendapatan orangtua. Pendidikan ibu dapat menggambarkan pengetahuan umum dan pengetahuan kesehatan ibu, yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku hidup sehat (Rossem et al.,2009). Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi mengenai cara pengasuhan anak yang baik, cara menjaga kesehatan anak, termasuk cara pemilihan makanan yang tepat untuk bayi. Kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu formula (Siregar, 2004; Soetjiningsih, 1995). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan dasar lebih banyak memberikan susu formula kepada bayinya sedangkan ibu dengan pendidikan sedang lebih banyak memberikan ASI eksklusif. Akan tetapi, ibu dengan pendidikan tinggi justru lebih banyak memberikan susu formula kepada bayinya. Hal tersebut bisa dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai banyak kegiatan di luar rumah sehingga cenderung sering meninggalkan bayinya dan tidak mempunyai kesempatan untuk menyusui (Alam, 2007).

  Pendapatan orangtua dapat mempengaruhi daya beli dan pemilihan asupan makanan bayi (Aritonang, 1994). Hasil penelitian Anggrita (2009) menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pendapatan tinggi mempunyai praktek pemberian ASI eksklusif yang kurang baik sedangkan ibu yang memiliki pendapatan rendah mempunyai praktek pemberian ASI eksklusif yang baik. Hal ini dikarenakan tingkat ekonomi yang baik mendorong kepercayaan ibu untuk memberikan makanan pengganti ASI. Sebaliknya, ibu dengan tingkat ekonomi rendah harus mengubah pengeluarannya apabila ingin membeli makanan pengganti ASI. Hasil persentase pada penelitian ini sesuai dengan teori tersebut, yaitu ibu dengan pendapatan rendah lebih banyak memberikan ASI eksklusif sedangkan ibu dengan pendapatan sedang dan tinggi lebih memilih memberikan susu formula.

  Jenis asupan dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi. Salah satu cara untuk mengetahui pertumbuhan bayi adalah dengan mengukur pertambahan panjang badan bayi. Penelitian ini membandingkan pertambahan panjang badan antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula. Uji statistik Independent t

  test menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada pertambahan

  panjang badan antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula (p = 0.355). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Dewey et al. (1992) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pertambahan panjang badan bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula. Tidak terdapatnya perbedaan pertambahan panjang antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula dapat dijelaskan oleh beberapa faktor, yaitu: 1.

  Panjang badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan linear. Ukuran tersebut menyatakan status gizi pada masa lampau. Pertumbuhan panjang badan relatif kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek apabila dibandingkan dengan berat badan (Supariasa et al., 2002).

  Perbedaan tinggi badan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif dan susu formula dapat terlihat pada masa anak-anak. Berdasarkan penelitian Martin et

  al. (2002), anak yang pada saat bayinya mendapat ASI secara signifikan lebih tinggi daripada anak yang pada saat bayinya mendapat susu formula.