Pembangunan Berkelanjutan di pondok pesantren

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Ilhamsyah, 1320040021
Mei 2014
Wawancara singkat dengan Supir angkutan kota, Supriadi Pulungan (41 thn),
Perumnas Helvetia pada kesempatan yang singkat.
T
: Menurut Abang, apa makna pembangunan?
J
: Kalo itu kurang ngerti pulak aku bang, yang jelas masa SBY ini, nggak
nampaklah ada pembangunan.
T
: Kok nggak nampak bang, menurut abang, kek mana rupanya pembangunan
itu?
J
: yah, maunya dibagusin lah jalan jalan, dibangun kampung kampung,
supaya orang kampung nggak cari uang dikota, coba abang pikir, orang
kampung cari uang di medan, banyak pulak itu, orang medan kan tergusur.
Dari dialog sederhana diatas, pemahaman pembangunan bang Supardi
menitikberatkan objek pembangunan adalah wilayah, subjek pelaku pembangunan
adalah pemerintah, hasilnya akan dinikmati masyarakat secara sektor.
Bang supardi mengharapkan ada pembangunan yang merata, ungkapan

“dibangunlah kampung kampung” merupakan pandangan pembangunan Bang
Supardi terhadap wilayah / sektor, sehingga secara fisik, gambaran fisik wilayah
tidak jauh berbeda antara kota dan kampung.
Pertanyaan pertama yang dijawab dengan terbata-bata menggambarkan bahwa
Bang Supardi menganggap pembangunan adalah tanggung jawab Negara dalam hal
ini pemerintah pusat, pembangunan yang sentralistik masih tertanam di benak bang
supardi, dia langsung menyebut SBY.
Idealnya menurut saya, pembangunan yang melibatkan semua elemen bangsa ini,
terlebih rakyat, secara partisipatif menyeluruh adalah jawaban dari pembangunan
yang sering dikeluhkan masyarakat. Ungkapan Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan
Untuk rakyat sudah sangat tepat sekali, tinggal kemudian menerapkan pola
partisipatif dengan cara yang cukup seksama dalam setiap mekanisme birokrasi
bernegara dan budaya gotong royong bermasyarakat.
Perlu saya kutip Prinsip-prinsip
Djajadiningrat dan Famiola (2004):
a.
b.
c.
d.


pembangunan

berkelanjutan

menurut

Pembangunan Berkelanjutan Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial.
Pembangunan Berkelanjutan Menghargai Keanekaragaman.
Pembangunan Berkelanjutan Menggunakan Pendekatan Integratif.
Pembangunan Berkelanjutan Meminta Perspektif Jangka Panjang.

Strategi pembangunan harus dilandasi “premis” pada hal-hal seperti: lebih
meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, lebih meratanya peran dan
kesempatan, dan pada pemerataan ekonomi yang dicapai harus ada keseimbangan
distribusi kesejahteraan. Berarti, pembangunan generasi masa kini harus selalu
mengindahkan generasi masa depan untuk mencapai kebutuhannya.
1 | PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, Ilhamsyah, 1320040021, Mei 2014

Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah persyaratan untuk memastikan bahwa
sumberdaya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa

datang.
Pendekatan integratif yang dimaksud condong pada mengutamakan keterkaitan
antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang
bermanfaat atau merusak.
Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil
keputusan ekonomi.
Artinya, pemerintah sebagai salah satu stakeholder bangsa ini, belum memandang
secara keseluruhan dan utuh prinsip prinsip yang dikemukakan Djajadiningrat dan
Famiola.
Secara general, saya pikir Diselenggarakannya konferensi internasional dunia
mengindikasikan bahwa pembangunan berkelanjutan menjadi penting bagi setiap
Negara. Konferensi yang telah diselenggarakan setidaknya tiga kali, awalnya Earth
Summit 1992 Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992,
kemudian Earth Summit 2002 pada tanggal 26 Agustus sampai dengan 4 September
tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan, United Nations Conference on
Sustainable Development konferensi internasional ketiga yang diselenggarakan di
Rio de Janeiro dari tanggal 13 sampai 22 Juni 2012.
Betapapun pembangunan yang berkelanjutan sangat penting pada setiap negara,
ukuran ukuran yang dipakai untuk melihat perkembangan pembangunan yang
disepakati oleh Konferensi tinggi itu tidak seharusnya seragam, ini yang kemudian

mengakibatkan nilai nilai kearifan lokal meluntur, kebijakan-kebijakan strategis
negara pada tahapan pembangunan membuyar, mengerucut pada sebuah
paradigma golobal, globalisasi.
Bahaya yang paling sederhana dari itu misalnya, pemanfaatan lahan tidur di
Indonesia akan diterjemahkan lain oleh bangsa lain, masuk kedalam angka laju
kerusakan hutan yang terus meningkat.
Pembangunan semestinya berbicara pada tataran sektoral wilayah yang menjadi
perhatiannya, setelah itu, siapa saja yang ada didalamnya, apa saja yang ada yang
kemudian dianggap menjadi potensi secara sektoral, yang dengan menggunakan
cara sektoral pula, mencarikan jalan keluar dari masalah sektoral yang ada.
Terkesan parsial memang, namun ketika memandang bumi sebagai keadaan yang
global, integrasi pembangunan akan terjadi sedemikian rupa. Untuk ini, saya
mengusulkan pola pembangunan partisipatif terkoordinasi, pola yang
mengedepankan gagasan gagasan pembangunan yang berasal dari apa yang paling
dirasa masyarakat, untuk kemudian terkoordinasi oleh pemerintah, sehingga tidak
terjadi tumpang tindih pembangunan.
Tidak hanya secara fisik saya kira, pembangunan juga harus dilihat dari aspek non
fisik, saya tertarik dengan pembangunan karakter, lebih khas saya ingin
2 | PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, Ilhamsyah, 1320040021, Mei 2014


menyebutnya pembangunan moral. Ini juga sangat penting, tidak hanya sistem
pembangunan saja, namun orang orang yang menjalankan birokrasi yang
seyogyanya juga bagian dari warga negara, sangat menentukan keberhasilan
pembangunan. Sehingga apa yang termaktub dalam GBHN kita terdahulu, yakni
pembangunan Indonesia seutuhnya dapat dengan mudah berjalan. Pembangunan
Indonesia seutuhnya bermakna pembangunan secara fisik maupun pembangunan
secara mental.
“bangunlah jiwanya bangunlah badannya //Untuk Indonesia Raya...........”

3 | PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, Ilhamsyah, 1320040021, Mei 2014